Di universitas terbaik di sebuah kota yang megah, aku mampu berkuliah di sana dikarenakan kemampuan akademik dan non-akademik yang ku miliki ini mendukung diriku. Selain aku memiliki pengetahuan yang tinggi, aku lebih menyukai seni. Nilai kesenian yang ku miliki lebih tinggi, guru di sekolah sebelumnya menyarankan mengikuti beberapa lomba yang mereka rekomendasikan. Aku mengikutinya karena mereka telah menaruh kepercayaan dan harapan kepada diriku. Semenjak kuliah, jadwal yang ku miliki sangat padat karena tugas yang pastinya selalu datang di setiap harinya. Aku memilih fokus pada kuliah daripada kesukaanku pada seni. Tetapi, aku masih sering melakukan hobiku yang mana diriku ini suka bernyanyi dan tentunya memasak. Aku memasak makanan yang ku inginkan untuk mengurangi rasa stress dan menambah mood saat mengerjakan semua tugas kuliah.Kembali ke keseharianku saat kuliah, yang mana di setiap aku melintasi jalanan trotoar yang sudah biasa ku lewati dan juga jalan penghubung antara apart
Saat ini di ruangan dewan siswa, pangeran Agnreandel sedang membacakan jabatan dan tugas-tugas yang dibagikan pada kami berlima.Selagi mata orang-orang sedang mengarah pada ketua dewan, mataku tidak henti bergeser memperhatikan ruangan dan orang-orqng di dalam. 'Akademi ini memiliki enam tingkatan kelas, jadi jika dijumlahkan terdapat tiga puluh anggota dewan siswa.''Aku menjadi wakil bendahara?' pikirku setelah mendengar pembagian jabatan yang dibacakan oleh pangeran Agnreandel.Ketua dewan bahkan mengatakan untuk berapa hari kedepan, semua anggota dewan siswa akan pergi ke suatu penginapan."Yoho Viyura! Kita bertemu lagi!" Ucap Leitte Verk dengan bersemangat. "Kamu menjadi wakil bendahara, bukan!? Kalau aku jadi wakil sekretaris!""Ya, aku tahu itu," ucapku."Tapi, sayang sekali kita tidak sekelompok di pelajaran Mr. Xenanbert! Padahal, aku berharap aku bisa sekelompok denganmu!"Leitte Verk menoleh pada wanita bersurai merah bergelombang,
"Aku menang!" Croinel segera menurunkan pedangnya."Hahaha! Kamu mengejutkanku!" Celzuru tertawa. Lalu, ia mengatakan, "Itu hebat, Croinel!""Bukannya kamu sendiri yang terlalu mudah terkejut!?"Adikku yang maniak pink itu tersentak saat ia melihat ku sedang menghampirinya."Kak Yu? Dan..." Pandangan Celzuru fokus ke sosok orang yang ada di dekatku. Celzuru menunjukkan senyuman fake kepadanya. "Ho... Sudah lama tidak melihat anda, tuan Rean... Saya kira anda sudah tidak berada di dunia ini lagi!""Mulut anda sangat kasar seperti biasa, lady Zu!" Pangeran Agnreandel menyeringai dan menatap Celzuru dengan tatapan tajam.Croinel menghadap pangeran Agnreandel. Croinel menyentuh dadanya sendiri dan membungkuk sedikit. Ia mengatakan,"Jiwa sekeras berlian akan berkilauan! Selamat datang di kediaman Duke Roseary, yang mulia pangeran Agnreandel!"Pangeran Agnreandel mengatakan, "Jadi kamu yang namanya Croinel!"Celzuru menarik lengan Croinel hingga Croinel sedikit menjauh dari pangeran Agnrea
'Jangan bilang kamu ingin aku menjadi tumbal untuk membuat pelakunya keluar!?''Segitu bencinya kamu terhadap diriku! Bahkan di cerita itu, tidak ada peristiwa seperti ini! Jangan bilang kamu ingin aku mati lebih cepat!?' pikirku dengan tersenyum kaku.Aku segera mengatakan, "Jadi... Kapan kita akan mulai?""Tentu saja malam ini," ucap pangeran Agnreandel dengan seringai khasnya.Aku pun hanya pasrah menerima permintaan dari Neanraken Oestiarl dan pangeran kejam ini.***Di ruangan dewan siswa yang sangat luas ini, terdapat tiga buah meja berbentuk persegi panjang besar yang dikelilingi sepuluh kursi, sebuah meja yang ditempati ketua dewan dan dilengkapi beberapa sofa. Dikarenakan bagian tugas ku telah selesai, aku segera membaca sebuah buku cerita misteri di sofa. Di ruangan ini, semua orang sibuk mengerjakan tugas mereka masing-masing dengan serius."Lady Viyuranessa Roseary! Sebisanya anda duduk santai seperti itu!" Lagi-lagi Genisya Verk ingin mengusikku."Saya lagi ingin fokus b
Pria tersebut segera melontarkan semua bebatuan di tangannya ke arah maid tersebut.Aku berpikir, 'Dikarenakan jarak ku yang sangat jauh dari dua orang itu, sihirku akan terlambat menghentikan semua bebatuan itu! Terlambat untuk bisa menyelamatkan gadis itu dengan membangun dinding dengan sihirku! Aku harus Bagaimana?!'Tanpa pikir panjang, tubuhku bergerak di hadapan maid itu. Kerikil-kerikil itu sulit dilihat oleh mataku karena kecepatannya yang tinggi.Iris Blue Diamond ku tertampak sempurna saat aku memperhatikan semua kerikil-kerikil yang melaju cepat di hadapanku.'Sulit melihatnya! Aku tidak dapat segera mengurai partikel semua kerikil! Kerikik-kerikil itu pastinya akan menembus tubuhku. Aku sudah mengalirkan sihir ku di seluruh tubuhku. Aku tidak tahu apakah berhasil menghentikannya...''Aku belum pernah mencobanya. Ini pertaruhan... bahkan keberuntunganku sangat kecil untuk memenangkan pertaruhan ini. 'Apakah aku akan mati?'Saat kerikil-kerikil itu hampir mengenaiku, aku se
Keesokan harinya, pelajaran sihir Mr. Xenanbert kembali dimulai. Aku dengan tim ku melawan Tim Leitte Verk. Di tengah lapangan luas jauh di Padang rumput dekat hutan dan berada di belakang akademi, aku dan tim Leitte bersiap menunggu aba-aba dimulai."Saya akan mensuport, jadi saya rasa, Lady Yarne yang bisa memimpin," ucapku."Saya tidak merasa pantas untuk memimpin tim ini, Lady Roseary!""Pokoknya aku nggak mau jadi pemimpin! Mengerti!?""Baiklah, Lady Roseary! Saya yang akan memimpin!"Tim Alfrelina Yarne dan Tim Leitte Verk sudah berada di tengah medan pertempuran yang disiapkan Mr. Xenanbert."Hee... Bukan Lady Viyura yang memimpin?" Ucap Leitte.Aku menyilangkan tanganku di depan dadaku dan membuang muka, "Aku tidak mau! Apalagi harus banyak bicara!""Haha, memang Lady Viyura!" Derald tersenyum canggung."Mari kita bertarung dengan sportif, Lady Roseary dan lainnya!" Ucap Jesshiena dengan senyuman. Karena ia populer akan kebaikannya yang akrab dengan siapapun, banyak lelaki di
Saat jam istirahat siang dimulai, pangeran Agnreandel menungguku di depan kelasku. Ia bersandar pada pilar dan menunggu kedatanganku. Tidak lama setelahnya, beberapa siswa keluar dari kelas dan beberapa dari mereka tersentak atas sosok Sang Pangeran masuk di pandangan mereka.Jesshiena Frossel melihat sekilas ke sosok pangeran, lalu ia segera menghampiri Finne yang ada disekitar dan mengajak Finne berbicara hingga mengundangnya untuk makan siang bersama.Pangeran Agnreandel melirik ke Jesshiena Frossel dan Finne. Ia berpikir, 'Wanita itu... Ia sengaja menonjolkan dirinya agar aku memperhatikannya. Lalu...'Pangeran Agnreandel melihat gadis bersurai toska itu sedang menghampirinya. "Yang Mulia! Jiwa sekeras berlian akan berkilau!" Jesshiena Frossel memberi hormat pada pangeran Agnreandel. Saat itu, aku keluar dari kelas dan sedang berbicara dengan Leitte Verk karena ia tidak henti bertanya hal bermacam-macam padaku. Saat itu, aku memperhatikan sekelilingku, aku tersentak saat melihat
"Apa ada hal yang ku lupa...?""Maaf, Viyuranessa! Lupakan saja yang telah aku ucapkan!" Ia memberikan secangkir teh mawar padaku yang telah disiapkan Derald Felixis sebelumnya.Aku mulai meminum teh mawar itu dan kecemasan pada diriku pun mulai reda. Saat itu suasana menjadi canggung. Tidak lama setelahnya, aku pun mulai tersadar dan kembali normal.Aku bertanya, "... Apa yang terakhir kita bicarakan tadi?" Neanraken pun menghela nafas lega. Lalu, ia kembali melanjutkan pekerjaannya. Lalu, ia mengatakan, "Itu... Apa yang terjadi setelah kamu pergi dari mansion?""Aku melarikan diri, lalu pangeran mengejarku. Aku bersembunyi, tidak lama aku menelusuri hutan dan menemukan sungai. Setelah itu aku segera melepaskan pakaianku dan berendam di sungai. Airnya hangat! Aku berenang disana! Setelah puas, aku kembali ke akademi.""Lalu, saat aku tiba akademi dan ke kamarku...!" Suara ku semakin merendah. Dan wajahku merona saat mengingat malam itu. "Sepertinya... sudah usai ceritanya!"Aku terse
"Hei, Rean! Kencan kita batal!" "Hah!? Oi, kenapa, Yu!?" Pria berstatus Putra Mahkota kerajaan Diamondver tersebut spontan memucat hanya karena kalimat tersebut. "Malezz, mau tidur! Sampai jumpa nanti!" Aku segera melangkah maju sehingga para Lady yang berada di hadapanku dengan senang hati bergeser kesamping untuk menyediakan jalan untukku lewat. Mereka segera menutupi jalan tersebut dan bersemangat lebih mendekat ke sosok pria itu. "Kalau begitu, kenapa anda tidak kencan saja dengan kami, Yang Mulia!?" "Lupakan saja wanita kasar itu!" "Iya! Ia sangat kejam, tidak cocok untuk menjadi permaisuri anda!" Rean yang sebelumnya masih shock, spontan berubah menunjukkan ekspresi wajahnya yang penuh intimidasi. "Kalian sangat berisik! Aku tidak peduli dengan kalian, yang ku inginkan hanya Viyuranessa Roseary! Dan, menyingkirlah!" Para Lady bersikeras tidak memberikan jalan. Dengan sihirnya, Rean membuat jalannya sendiri. Ia melangkah di jalan sama yang telah ku lewati. Aku
Zennofer turun dari ketinggian dan mengejutkan Riliana dan Celzuru di depan gerbang. "Gwaakhh!!!" "Maaf mengagetkanmu." Zennofer meminta maaf dengan gerakan formal. Celzuru memperhatikan pria yang belum pernah ia lihat itu, namun ia merasa kalau ia mengenalnya. "Ooooh! Hoi! Kamu! Apa kamu itu Zennofer?" "Siapa?" Zennofer terheran. "Aku adik kak Yu!" "Yu? Siapa itu?" "Itu! Aku Celzurunessi Roseary! Kakakku sudah menceritakan tentang kamu!" "Ooh!" Zennofer menjadi lebih bersemangat. "Kamu tahu tentangku!?" Zennofer di kejauhan melihat Ella sedang menghampiri Celzuru. Zennofer segera melarikan diri dengan kecepatan tinggi. "Kita bicara saja nanti, sampai jumpa adiknya Viyuranessa!" "Woi! Malah pergi.""Siapa yang kamu maksud, Zu?" Ella sudah tepat berada di belakang Celzuru."Kenalan kak Yu dari Lezarion." Saat itu Celzuru berpikir, 'Sepertinya kak Yu tidak ingin keluarga Kerajaan tahu tentangnya. Apalagi dia pembunuh salah satu keluarga mereka.'"Dia tiba-tiba m
"Lihatlah Lady Jenius itu, adiknya lebih berkarisma." "Lihatlah Lady Jenius itu hanya diam saja, apakah ia tidak bisa menari? Hem, bukankah tentunya pria mana yang ingin mengajaknya menari?" "Lihatlah Lady Jenius itu, gaun yang ia gunakan sama seperti yang ia gunakan pesta dansa kemarin. Apakah ia tidak memiliki banyak gaun sehingga menggunakan gaun usang itu lagi?" *** Saat aku masih kecil, aku pernah di kerumun oleh banyak lady seumuran denganku, mereka tidak henti mengatakan banyak kata hina yang membuatku kesal. "Lady Jenius! Kamu itu tidak berguna sebagai wanita bangsawan! Apa itu dengan gaunmu itu!? Usang!" "Betul itu! Contohkan saja adikmu itu! Lihatlah mana yang lebih baik! Bukankah lebih baik kamu menjadi rakyat jelata saja? Hahahaha!" "Setiap pesta menggunakan pakaian ini terus. Bukankah keluargamu kaya? Adikmu bahkan selalu memakai pakaian model bagus dan terbaru." "Bukankah Lady Jenius sama sekali tidak dicintai keluarganya?" "Hahahaha!" Mereka tertawa. Melihat me
"Oh, itu benda yang kamu maksud. Aku juga baru kali ini melihatnya secara langsung.""Aku sudah meminta Derald melakukan penelitian yang berhubungan dengan hal ini.""Kamu sudah memikirkan hal itu? Aku pernah memberi saran tentang hal ini kepada Raja. Sepertinya, mereka sulit memahaminya.""Aku sudah membaca semua saran yang kamu tuliskan kepada ayahku sebelumnya. Aku akan merealisasikan semuanya. Karena itu... Bukankah kamu seharusnya lebih mengandalkan diriku daripada mereka?" Rean menunjukkan seringai yang seolah-olah mengejek keputusanku yang sering mengandalkan orang lain dibandingkan dirinya. Aku segera mengalihkan arah pandangan."Ya, bagaimana lagi? Kamu itu terlalu sulit didekati! Jalan pikiranmu itu sulit diprediksi," ucapku sambil membuang muka.Wajahku kembali datar. Aku terdiam dan berpikir, 'Ia akan merealisasikan semua yang ku pikirkan... Aku merasa senang.'Ia tercengang melihat raut wajahku yang berubah. Dari tanpa ekspresi menjadi bersemangat bahkan dihiasi dengan s
Aku segera berbalik dan melangkah pelan menuju ranjang. Suasana sunyi ini hanya terdengar langkah pelan kakiku.'Aku tidak seharusnya mengganggunya. Tapi setidaknya, aku berharap bisa meringankan bebannya.''Aku juga tidak bisa memintanya ikut serta dalam hal ini... Dan masalah yang belum usai ini, aku akan mengandalkan diriku sendiri dan ada beberapa orang yang ku percayai. Aku tidak sendirian di kesempatan yang ia berikan ini!''Ia cukup melangkah di jalannya tanpa memperhatikan diriku.'Saat Rean melihatku, ia tersentak saat melihatku terdiam, sedikit murung dan hanya tenggelam di pikiranku.Ia berpikir, 'Heh!? Apa yang membuatnya murung? Apakah ada kesalahan kata yang ku ucapkan? ...' Rean tersenyum kaku saat menyadari suatu hal.'Oh! Bukankah barusan aku menolak permintaannya?'Aku terheran saat aliran angin mulai mengelilingi tubuhku. Aku terangkat ke udara dan melayang hingga aku terduduk di sofa. "Kamu di sini saja, Yu!"Aku mengerutkan dahiku. 'Apa sih yang ia mau!?'Menghel
"Aku masih belum kalah, Rean!"Dengan kekuatan sihir listrikku, aku menyambung serpihan pedang yang hancur hingga pedang tersambung kembali dan utuh. Semua orang tercengang dengan hal tersebut termasuk dirinya. Aku berhasil menahan serangannya.Rean menyeringai. "Hee..."Aku memperketat ikatan molekul pedangku, ujung pedangnya yang memberikan tekanan yang kuat tidak mampu membuat pedangku hancur kembali. Ia semakin memberikan tekanan yang kuat hingga pedangnya yang hancur."...!?" Mata merahnya sedikit lebih terbuka."Rean bodoh!"Rean pastinya kalah saat ujung pedang yang ku pegang ini hampir mengenai lehernya. Ia mengangkat kedua tangannya sebagai tanda kekalahannya "Haha! A, aku menang!" Aku tersenyum lebar dengan nafas yang masih ngos-ngosan."Ya, aku kalah... Selanjutnya, aku tidak akan kalah.""Lagipula ini hanya pertandingan bersyarat.""Tapi, tetap saja aku kalah.""Padahal kamu bisa menghancurkan pedangku jika pedangmu itu dialiri bor angin misalnya. Kamu saja yang lambat men
Di koridor istana yang tentunya sangat luas dan panjang, aku berjalan dengan langkah kaki yang cepat. Rean menyamankan langkah kakinya di belakangku."Menyebalkan! Bisakah kamu tidak mempermalukanku!?""Aku hanya mau melihat ekspresi wajahmu yang lucu itu seratus persen. Itu sangat manis, Yu!""Huh!!?" Aku merasa semakin malu hingga langkah kakiku jadi semakin cepat. Rean terkekeh dan kemudian tertawa. "Hahahaha...""Jangan menertawaiku! Menyebalkan! Sana kembali melakukan pekerjaanmu!""Tidak mau..."Saat akan berbelok, aku hampir tertabrak dengan seorang pria berambut pirang. Untungnya aku sudah berhenti melangkah."Nean?""Selamat siang, Putri Mahkota!""Bisakah kamu memanggilku seperti biasanya? Kita tidak dalam kegiatan formal sekarang."Aku melihat senyuman tipis dari Nean. Ia mengatakan, "Ya. Aku hanya ingin mencoba memanggilmu dengan gelar itu."Aku dengan bersemangat menepuk-nepuk bahu Nean. "Haha! Kamu nanti bahkan akan memanggilku kakak ipar! Aku jadi kakakmu, padahal umur
'Hentikan aku, Viyuranessa!'***Aku dan Rean telah tiba di istana. Rean meletakkan tubuhku ke ranjang dengan hati-hati. Ia duduk di sebelahku dan mengusap wajahku yang mana saat itu aku sedang tertidur pulas."Aku akan mengerahkan semua kemampuanku demi dirimu, Yu...""Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.""Aku akan menghancurkan belenggu-belenggu itu!"Ia mengambil beberapa helai rambut perak kebiruanku dan mengecupnya. Ia menyeringai yang menunjukkan raut wajahnya yang sangat bersemangat saat ia berpikir ia memenangkan dalam keberhasilannya memiliki diriku.Ia keluar dari kamarnya untuk menemui Rennel. Mereka membicarakan banyak hal hingga Rennel mengatakan informasi penting kepada Rean."Ada kabar penting dari Paduka Raja Leondeandel. Ia ingin segera mengatakan langsung kepada anda, Yang Mulia."Aku tidur semalaman. Aku terbangun saat fajar. Aku memperhatikan pakaianku sudah berganti menjadi pak
Mendengar semua cerita yang diucapkan dari mulutnya, aku terdiam. Saat itu, aku menundukkan kepalaku sambil mengambil ikan yang telah matang dipanggang. Suasana canggung saat kami memakan ikan tersebut karena tentunya aku terdiam meskipun pandangannya tidak lepas dari diriku.Aku berpikir, 'Setelah tahu semuanya, aku jadi bingung harus melakukan apa...''Ia benar-benar mencintaiku...''Aku jadi merasa bersalah karena tidak menyadari perasaannya padaku. Aku malah selalu kabur, mau berapa kali pun ruang dan waktu berganti, aku masih tidak berubah!''Apakah aku harus tetap seperti ini!?''Kalau ia memang benar-benar menginginkan diriku. Bagaimana bisa aku menolak keinginannya yang bahkan merupakan harapanku selama ini?Setelah perutku merasa cukup, aku segera berdiri. Aku melangkah dan berdiri tegak di dekat sungai. Aku segera melepaskan gaunku dan menyisakan pakaian dalamku. Rean hanya terkejut kenapa aku tiba-tiba melepaskan pakaianku.Aku segera nyebur ke