"Kalau begitu... Ku rasa Lady Viyura yang menentukannya!" Ucap Leitte Verk dengan penuh percaya diri."Huh!?" Aku tersentak."Aku juga setuju kalau Lady Roseary yang menentukannya!" Ucap Alfrelina Yarne."A, aku juga!" Ucap Finne.Dengan tatapan datar, aku mengatakan, "Bukankah kalian yang menginginkan kemenangan ini!?""Kami hanya menginginkan kemenangan, dan tidak peduli dengan hukuman itu. Pesonaku akan semakin tenar karena rumor kemenangan ini," ucap Derald Felixis sambil unjuk gigi."Aku hanya ingin menang," ucap Leitte Verk.'Ya mereka adalah tipe orang yang menginginkan kemenangan,' pikirku sambil menghela nafas. "Baiklah! Kalau begitu... Hukuman untuk yang kalah itu..."Aku berpikir sejenak dan setelah menentukan hukuman mereka, aku mengatakan, "... Menghibur semua penduduk pada desa itu! Misalnya pertunjukkan bernyanyi, menari, drama monolog, dialog atau apalah itu! Atau unjuk kemampuan kalian seperti pertunjukan sihir! Atau bahkan mempertunjukkan pertarungan sihir! Pokoknya
Meskipun ia mendengar ucapan Genisya Verk, Pangeran Agnreandel segera mengabaikannya dan pergi ke menelusuri jurang itu. Saat ia masuk ke jurang, ia melihat cahaya menyilaukan yang berasal dari suatu gua.'Apa ia yang membuat cahaya itu!?' pikir pangeran Agnreandel. Ia segera menuju gua itu dan memasukinya dan masuk lebih dalam. Ia tertegun saat ia melihat keindahan di dalam gua itu. Sebuah danau terbentang luas tertampak dengan kilauan berbagai jenis permata di dalamnya.Saat aku menyadari seseorang sedang berdiri di pintu masuk tempat ini, aku segera menoleh ke dirinya. Hingga saat itu, tatapannya berhenti ke sosokku yang sedang duduk santai di atas batu datar dan bersandar di dinding gua."Yu!" Ia segera menghampiriku dan duduk di sebelahku. "Aku mencarimu dan saat aku dengar dari wanita itu, ia mendorongmu ke jurang.""Ah, iya... Aku tidak sengaja menemukan gua ini dan segera masuk ke sini," ucapku. "Disini lumayan nyaman untuk menghindarinya!"Ia memperhatikan setiap seluk beluk
Semua anggota dewan siswa sudah kembali ke akademi. Saat aku memasuki kamar ku dan mengunci pintu, aku segera merebahkan diriku di kasur dan menghela nafas."Haaa... Ini melelahkan!"Belum puas aku berbaring, seseorang mengetuk pintuku. Dengan berat hati aku segera beranjak dan menuju pintu. Saat aku membukanya, tertampak seorang gadis berambut lurus sebahu berwarna toska."Selamat malam, Lady Viyuranessa Roseary!""Selamat malam, Lady Frossel!"Ia menunjukkan padaku sebuah surat undangan. "Ini undangan ulang tahun saya yang akan diadakan beberapa hari lagi! Saya harap anda dapat meluangkan waktu anda untuk menghadirinya!"Aku segera mengambil undangan tersebut, "Terima kasih atas undangannya!""Baik, kalau begitu saya permisi!" Jesshiena Frossel segera berbalik. Setelah itu, ia melihat pangeran Agnreandel yang sedang menuju ke kamarnya. Ia segera menghampirinya dan memberikan surat undangan itu. Setelah melihat mereka, aku segera berbalik dan memasuki kamar dengan wajah yang murung.
Akhirnya kami tiba di depan toko perhiasan yang kami kunjungi sebelumnya."Yosh! Aku akan meminta pemilik toko ini membuat perhiasan untuk kudaku!" Celzuru segera turun dari kereta ini."Terserah apa mau mu, Zu."Di dalam toko, Celzuru sedang bicara dengan tuan Tron, pemilik toko mengenai perhiasan yang ingin ia inginkan lagi. Tuan Tron malah tidak segan meladeninya hingga ia meminta pendapat Celzuru mengenai gambar desain perhiasan yang telah ia buat. Celzuru telah memakai jam tangan pesanannya. Desain jam tangan yang ia gambar sebelumnya sudah diaplikasikan oleh tuan Torn dengan hiasan permata yang didominasi warna pink peach. Jam tangan itu sudah melekat dan menghiasi pergelangan tangannya.Di sisi lain, aku sedang mencari perhiasan sebagai hadiah untuk hari ulang tahun Si Protagonis. Pangeran Agnreandel yang dari tadi mengikutiku pun heran padaku karena aku berjalan ke sana kemari seperti sedang mencari sesuatu."Apa kamu ingin membeli perhiasan, Yu?"Aku mengangguk. Iris Blue Di
Melihat ekspresi yang ku tunjukkan, pangeran Agnreandel menyeringai seolah seperti memenangkan sesuatu. Lalu, ia segera mengambang ke udara dan melaju menuju istana. Aku dan Celzuru segera mulai memasuki mansion sedangkan Croinel menuju tempat bekerjanya."Zu! Aku tidak mengerti dengan semua yang telah terjadi!" Aku menyentuh anting itu dan mengelusnya dengan lembut untuk membayangkan bentuk ornamennya. "Aku tidak bisa lepas dari perasaan ini! Meskipun dengan banyak kemungkinan yang akan terjadi, aku juga ingin ia berbalik memiliki perasaan yang sama terhadapku!""... Kak Yu tidak usah lebay! Dia itu pangeran kejam!" Celzuru menunjuk sosok pria yang sudah terlihat mengecil di udara."... Ya, aku tahu... Kamu yang tidak pernah mengetahui perasaan yang namanya cinta, tidak akan mengerti!""Cinta!? Aku juga ingin merasakannya! Meskipun belum ada yang bisa membuat ku mengenal kata itu, aku sedikit tahu seperti apa itu. Tapi... Kakak yakin kalau perasaan kak Yu sendiri benar-benar cinta!?"
"Te, terima kasih, tuan Leitte!" Finne menundukkan tubuhnya di hadapan Leitte Verk. Lalu, gadis itu mulai menjatuhkan air matanya dari sudut matanya. Leitte Verk hanya memberikan senyuman kepada Finne. Finne ikut menunjukkan senyuman yang lebih lebar."Finne!"Iris biru dongker gadis itu tertampak sempurna saat ia melihat seorang gadis bersurai merah bergelombang sedang menghampirinya."Lady Alfrelina? Ada apa?""Panggil aku Lina saja! Lalu, kenapa kamu menangis!?" Lina menoleh pada Leitte Verk. "Jangan bilang kalau kamu-!"Leitte menghadap Lina dan menatap lekat mata Lina, "Apa yang membuat kamu yakin kalau aku yang membuatnya menangis!?"Lina berpikir sejenak, lalu ia mendapatkan kesimpulan, "Kamu telah menolak perasaan cinta Finne!"Leitte Verk dan Finne tersenyum canggung dan begitu juga denganku."Bu, bukan- ..." Leitte membungkam ucapan Finne dengan menyela dan langsung mengatakan, "Kenapa anda bisa berpikir seperti itu, Lady Alfrelina Yarne!?""Di belakang gedung, lalu dua or
Kurang lebih dua tahun sudah berlalu. Aku berada di kamar asrama, sedang menulis sebuah buku pengetahuan semua tentang tumbuhan ajaib dari beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan Derald Felixis dan kru-nya yang lain di laboratorium yang ada di ibukota. Peralatan laboratorium telah dilengkapi dengan bantuan Croinel. Mereka telah meneliti dan menguji bagaimana zat tumbuhan itu lebih cepat diserap oleh tubuh dan menyebar dengan pesat sebanyak ratusan kali. Aku beberapa kali mendatangi tempat itu, namun aku hanya mengunjunginya.Derald Felixis memintaku memberikan nama untuk tumbuhan itu dan yang kupikirkan yaitu Aureummagica. Aku memintanya tidak mengatakan siapapun kalau diriku yang menamainya.'Aku harus cepat menyelesaikannya!'Aku memang kekurangan tidur akhir-akhir ini karena sibuk memikirkan banyak hal yang mungkin terjadi beberapa hari lagi, bahkan Lina mengkhawatirkan diriku saat aku tidak fokus di pelajaran Mr.Xenanbert tadi pagi. Saat jam akademi sudah berakhir, Lina d
Aku bersama dengan adikku sedang makan siang bersama dengan pangeran Agnreandel dan juga Croinel di gazebo taman akademi. "Lady Viyura!" ucap Derald Felixis yang sedang menghampiriku. Ia sedang membawa sebuah buku catatan. "Bagaimana dengan resep obat ini!!""Aku rasa, itu sudah bagus," ucapku. 'Kemampuannya dalam ilmu pengetahuan khususnya biologi bahkan hingga kimianya semakin meningkat. Aku bahkan meminta nya membantuku membuat ramuan dari tanaman Aureummagica itu hingga ratusan penelitian dan percobaan yang telah mereka lakukan. Dan akhirnya... Mereka berhasil menyempurnakan dan mempercepat efeknya!'"Aku tidak terpikirkan kalau bebatuan dan yang lain selain tumbuhan juga bisa menjadi obat," ucap Derald. "Buku yang kamu berikan sangat luar biasa!""Untuk tentang obat-obatan, aku mendapatkannya dari seorang dokter. Aku juga tidak mengerti sepenuhnya. Aku bahkan tidak ahli dalam meresepkan obat-obatan. Obat-obat itu sendiri bisa ditentukan khasiat nya dari penelitian yang kalian la
"Hei, Rean! Kencan kita batal!" "Hah!? Oi, kenapa, Yu!?" Pria berstatus Putra Mahkota kerajaan Diamondver tersebut spontan memucat hanya karena kalimat tersebut. "Malezz, mau tidur! Sampai jumpa nanti!" Aku segera melangkah maju sehingga para Lady yang berada di hadapanku dengan senang hati bergeser kesamping untuk menyediakan jalan untukku lewat. Mereka segera menutupi jalan tersebut dan bersemangat lebih mendekat ke sosok pria itu. "Kalau begitu, kenapa anda tidak kencan saja dengan kami, Yang Mulia!?" "Lupakan saja wanita kasar itu!" "Iya! Ia sangat kejam, tidak cocok untuk menjadi permaisuri anda!" Rean yang sebelumnya masih shock, spontan berubah menunjukkan ekspresi wajahnya yang penuh intimidasi. "Kalian sangat berisik! Aku tidak peduli dengan kalian, yang ku inginkan hanya Viyuranessa Roseary! Dan, menyingkirlah!" Para Lady bersikeras tidak memberikan jalan. Dengan sihirnya, Rean membuat jalannya sendiri. Ia melangkah di jalan sama yang telah ku lewati. Aku
Zennofer turun dari ketinggian dan mengejutkan Riliana dan Celzuru di depan gerbang. "Gwaakhh!!!" "Maaf mengagetkanmu." Zennofer meminta maaf dengan gerakan formal. Celzuru memperhatikan pria yang belum pernah ia lihat itu, namun ia merasa kalau ia mengenalnya. "Ooooh! Hoi! Kamu! Apa kamu itu Zennofer?" "Siapa?" Zennofer terheran. "Aku adik kak Yu!" "Yu? Siapa itu?" "Itu! Aku Celzurunessi Roseary! Kakakku sudah menceritakan tentang kamu!" "Ooh!" Zennofer menjadi lebih bersemangat. "Kamu tahu tentangku!?" Zennofer di kejauhan melihat Ella sedang menghampiri Celzuru. Zennofer segera melarikan diri dengan kecepatan tinggi. "Kita bicara saja nanti, sampai jumpa adiknya Viyuranessa!" "Woi! Malah pergi.""Siapa yang kamu maksud, Zu?" Ella sudah tepat berada di belakang Celzuru."Kenalan kak Yu dari Lezarion." Saat itu Celzuru berpikir, 'Sepertinya kak Yu tidak ingin keluarga Kerajaan tahu tentangnya. Apalagi dia pembunuh salah satu keluarga mereka.'"Dia tiba-tiba m
"Lihatlah Lady Jenius itu, adiknya lebih berkarisma." "Lihatlah Lady Jenius itu hanya diam saja, apakah ia tidak bisa menari? Hem, bukankah tentunya pria mana yang ingin mengajaknya menari?" "Lihatlah Lady Jenius itu, gaun yang ia gunakan sama seperti yang ia gunakan pesta dansa kemarin. Apakah ia tidak memiliki banyak gaun sehingga menggunakan gaun usang itu lagi?" *** Saat aku masih kecil, aku pernah di kerumun oleh banyak lady seumuran denganku, mereka tidak henti mengatakan banyak kata hina yang membuatku kesal. "Lady Jenius! Kamu itu tidak berguna sebagai wanita bangsawan! Apa itu dengan gaunmu itu!? Usang!" "Betul itu! Contohkan saja adikmu itu! Lihatlah mana yang lebih baik! Bukankah lebih baik kamu menjadi rakyat jelata saja? Hahahaha!" "Setiap pesta menggunakan pakaian ini terus. Bukankah keluargamu kaya? Adikmu bahkan selalu memakai pakaian model bagus dan terbaru." "Bukankah Lady Jenius sama sekali tidak dicintai keluarganya?" "Hahahaha!" Mereka tertawa. Melihat me
"Oh, itu benda yang kamu maksud. Aku juga baru kali ini melihatnya secara langsung.""Aku sudah meminta Derald melakukan penelitian yang berhubungan dengan hal ini.""Kamu sudah memikirkan hal itu? Aku pernah memberi saran tentang hal ini kepada Raja. Sepertinya, mereka sulit memahaminya.""Aku sudah membaca semua saran yang kamu tuliskan kepada ayahku sebelumnya. Aku akan merealisasikan semuanya. Karena itu... Bukankah kamu seharusnya lebih mengandalkan diriku daripada mereka?" Rean menunjukkan seringai yang seolah-olah mengejek keputusanku yang sering mengandalkan orang lain dibandingkan dirinya. Aku segera mengalihkan arah pandangan."Ya, bagaimana lagi? Kamu itu terlalu sulit didekati! Jalan pikiranmu itu sulit diprediksi," ucapku sambil membuang muka.Wajahku kembali datar. Aku terdiam dan berpikir, 'Ia akan merealisasikan semua yang ku pikirkan... Aku merasa senang.'Ia tercengang melihat raut wajahku yang berubah. Dari tanpa ekspresi menjadi bersemangat bahkan dihiasi dengan s
Aku segera berbalik dan melangkah pelan menuju ranjang. Suasana sunyi ini hanya terdengar langkah pelan kakiku.'Aku tidak seharusnya mengganggunya. Tapi setidaknya, aku berharap bisa meringankan bebannya.''Aku juga tidak bisa memintanya ikut serta dalam hal ini... Dan masalah yang belum usai ini, aku akan mengandalkan diriku sendiri dan ada beberapa orang yang ku percayai. Aku tidak sendirian di kesempatan yang ia berikan ini!''Ia cukup melangkah di jalannya tanpa memperhatikan diriku.'Saat Rean melihatku, ia tersentak saat melihatku terdiam, sedikit murung dan hanya tenggelam di pikiranku.Ia berpikir, 'Heh!? Apa yang membuatnya murung? Apakah ada kesalahan kata yang ku ucapkan? ...' Rean tersenyum kaku saat menyadari suatu hal.'Oh! Bukankah barusan aku menolak permintaannya?'Aku terheran saat aliran angin mulai mengelilingi tubuhku. Aku terangkat ke udara dan melayang hingga aku terduduk di sofa. "Kamu di sini saja, Yu!"Aku mengerutkan dahiku. 'Apa sih yang ia mau!?'Menghel
"Aku masih belum kalah, Rean!"Dengan kekuatan sihir listrikku, aku menyambung serpihan pedang yang hancur hingga pedang tersambung kembali dan utuh. Semua orang tercengang dengan hal tersebut termasuk dirinya. Aku berhasil menahan serangannya.Rean menyeringai. "Hee..."Aku memperketat ikatan molekul pedangku, ujung pedangnya yang memberikan tekanan yang kuat tidak mampu membuat pedangku hancur kembali. Ia semakin memberikan tekanan yang kuat hingga pedangnya yang hancur."...!?" Mata merahnya sedikit lebih terbuka."Rean bodoh!"Rean pastinya kalah saat ujung pedang yang ku pegang ini hampir mengenai lehernya. Ia mengangkat kedua tangannya sebagai tanda kekalahannya "Haha! A, aku menang!" Aku tersenyum lebar dengan nafas yang masih ngos-ngosan."Ya, aku kalah... Selanjutnya, aku tidak akan kalah.""Lagipula ini hanya pertandingan bersyarat.""Tapi, tetap saja aku kalah.""Padahal kamu bisa menghancurkan pedangku jika pedangmu itu dialiri bor angin misalnya. Kamu saja yang lambat men
Di koridor istana yang tentunya sangat luas dan panjang, aku berjalan dengan langkah kaki yang cepat. Rean menyamankan langkah kakinya di belakangku."Menyebalkan! Bisakah kamu tidak mempermalukanku!?""Aku hanya mau melihat ekspresi wajahmu yang lucu itu seratus persen. Itu sangat manis, Yu!""Huh!!?" Aku merasa semakin malu hingga langkah kakiku jadi semakin cepat. Rean terkekeh dan kemudian tertawa. "Hahahaha...""Jangan menertawaiku! Menyebalkan! Sana kembali melakukan pekerjaanmu!""Tidak mau..."Saat akan berbelok, aku hampir tertabrak dengan seorang pria berambut pirang. Untungnya aku sudah berhenti melangkah."Nean?""Selamat siang, Putri Mahkota!""Bisakah kamu memanggilku seperti biasanya? Kita tidak dalam kegiatan formal sekarang."Aku melihat senyuman tipis dari Nean. Ia mengatakan, "Ya. Aku hanya ingin mencoba memanggilmu dengan gelar itu."Aku dengan bersemangat menepuk-nepuk bahu Nean. "Haha! Kamu nanti bahkan akan memanggilku kakak ipar! Aku jadi kakakmu, padahal umur
'Hentikan aku, Viyuranessa!'***Aku dan Rean telah tiba di istana. Rean meletakkan tubuhku ke ranjang dengan hati-hati. Ia duduk di sebelahku dan mengusap wajahku yang mana saat itu aku sedang tertidur pulas."Aku akan mengerahkan semua kemampuanku demi dirimu, Yu...""Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.""Aku akan menghancurkan belenggu-belenggu itu!"Ia mengambil beberapa helai rambut perak kebiruanku dan mengecupnya. Ia menyeringai yang menunjukkan raut wajahnya yang sangat bersemangat saat ia berpikir ia memenangkan dalam keberhasilannya memiliki diriku.Ia keluar dari kamarnya untuk menemui Rennel. Mereka membicarakan banyak hal hingga Rennel mengatakan informasi penting kepada Rean."Ada kabar penting dari Paduka Raja Leondeandel. Ia ingin segera mengatakan langsung kepada anda, Yang Mulia."Aku tidur semalaman. Aku terbangun saat fajar. Aku memperhatikan pakaianku sudah berganti menjadi pak
Mendengar semua cerita yang diucapkan dari mulutnya, aku terdiam. Saat itu, aku menundukkan kepalaku sambil mengambil ikan yang telah matang dipanggang. Suasana canggung saat kami memakan ikan tersebut karena tentunya aku terdiam meskipun pandangannya tidak lepas dari diriku.Aku berpikir, 'Setelah tahu semuanya, aku jadi bingung harus melakukan apa...''Ia benar-benar mencintaiku...''Aku jadi merasa bersalah karena tidak menyadari perasaannya padaku. Aku malah selalu kabur, mau berapa kali pun ruang dan waktu berganti, aku masih tidak berubah!''Apakah aku harus tetap seperti ini!?''Kalau ia memang benar-benar menginginkan diriku. Bagaimana bisa aku menolak keinginannya yang bahkan merupakan harapanku selama ini?Setelah perutku merasa cukup, aku segera berdiri. Aku melangkah dan berdiri tegak di dekat sungai. Aku segera melepaskan gaunku dan menyisakan pakaian dalamku. Rean hanya terkejut kenapa aku tiba-tiba melepaskan pakaianku.Aku segera nyebur ke