Share

BAB 73. Rencana Andira

Penulis: Enik Wahyuni
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bab : 73

Rencana Andira

POV ANDIRA

"Kamu gak pulang dulu, Yul? Mamamu lagi sakit lo, gak kamu tungguin di rumah sakit, malah nginep disini!" ujar Bu Lestari pada Yulia.

"Iya, Tante, ada Papa di sana jadi nggak khawatir lagi. Yulia hanya butuh ketenangan disini sejenak, Tante, agar hati Yulia bisa tenang setelah dari sini nanti!" Kilah Yulia

dengan melirik orang di sebelahnya. Siapa lagi kalau bukan Mas Alan.

Ya, beginilah pagiku sekarang. Setelah menyiapkan sarapan, aku terpaksa duduk berada diantara mereka disini. Yulia yang dengan terang-terangan menunjukkan rasa sukanya pada Mas Alan, membuatku malu sendiri berada disampingnya. Ingin rasanya pergi ke kamar agar tak melihat mereka, namun rasa tak enak pada Bu Lestari menggerogoti hati. Bagaimana jika beliau nanti menanyakan aku?

"Sini sama Tante saja sayang, biar Tante yang nyuapin Riana!" ujar Yulia berusaha merayu Riana.

"Gak mau! Riana maunya sama Bunda aja!" ujar Riana dengan memelukku erat. Aku yang terharu dengan perlakuannya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   BAB 74. Perang Batin

    Bab : 74Kalian memang cocok, Mas.POV ANDIRATok tok tok!"Andira, tolong buka pintunya An! Ada yang ingin saya bicarakan denganmu!" Aku tersentak ketika ada yang mengetuk pintu kamar. Dan terdengar jelas bahwa itu adalah suara Mas Alan. Ada apa malam-malam begini Mas Alan memanggilku? Biarlah, biar saja seperti ini. Sudah dua hari semenjak kedatangan Yulia kesini aku mulai menjaga jarak dengan Mas Alan. Ya, sudah kuputuskan bahwa mulai sekarang aku akan menghindarinya pelan-pelan. "Andira, tolonglah! Aku tahu kamu belum tidur didalam. Izinkan aku masuk sebentar!" Seru Mas Alan dari luar.Aku masih bergeming memandangi bintang yang berkelip dari jendela. Membiarkan Mas Alan yang masih terus ingin berbicara denganku. Memangnya apa yang akan dibicarakan? Kejelasan hubungannya dengan Yulia? Sepertinya itu tak perlu. Atau ada hal lain yang ingin dibicarakan denganku? Terserahlah Mas, mungkin lebih baik kita seperti ini. Aku menghembuskan nafas panjang berulang-ulang. Entah kenapa hati

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   BAB 75. Benarkah ucapanmu, Mas?

    BAB : 75Benarkah ucapanmu, Mas?***"Tapi sayangnya, saya bohong Andira!" Mas Alan lagi-lagi mencekal tanganku saat aku beranjak untuk meninggalkannya sendirian. Ingin kutepis, tapi genggaman jarinya terlalu erat. Ya Allah, kalau sudah begini aku harus gimana?"Sudah kubilang dari awal, kalau ada hati yang harus kujaga Andira. Tak mungkin aku melakukan itu, apalagi di depanmu. Tapi saya suka kamu cemburu!" "Udahlah, Mas, tak perlu ada yang dibahas di antara kita!" Aku menghempaskan tangannya kasar, lalu pergi meninggalkannya. "Tapi saya suka sama kamu, Andira!" Aku mematung sejenak mendengar ucapan Mas Alan, lalu menoleh ke arahnya dengan tatapan nanar. Apa katanya tadi? Tapi mengingat nama Renata, aku kembali melangkah meninggalkan Mas Alan yang masih mematung. "Andira Dilbara!" Mas Alan berteriak memanggilku, namun aku tak memperdulikannya. Tak mungkin Mas Alan semudah itu menyukaiku, sedangkan aku tahu persis bagaimana rasa cintanya pada mendiang istrinya. Apalagi kami belum l

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   Susahnya Mendapat Izin

    Bab : 76Susahnya mendapat izin untuk pergi.***"Pernikahan suamimu? Maksudmu, suamimu mau menikah lagi? Dan kamu dandan secantik ini untuk menghadiri pernikahan suamimu? Tidak, Andira! Saya tidak mengizinkan!" ucap Mas Alan tegas. Dan perkataannya cukup membuat mataku membulat. Apa maksudnya, kenapa Mas Alan melarangku datang? Menyebalkan!"Kamu tidak boleh pergi sendirian Andira, terlalu berbahaya. Kamu lupa bagaimana mereka semua memperlakukanmu?" Seru Mas Alan bernada tinggi. Sejenak, rasa trenyuh menghinggapi diri mendengar ucapannya. Ternyata Mas Alan sangat mengkhawatirkan aku. "Tapi saya harus datang, Mas! Saya sudah ada janji dengan Mbak Winda!" seruku. Aku pun bingung bagaimana untuk menjelaskan pada Mas Alan yang memang sebelumnya tak mengetahui sama sekali ini."Kenapa harus? Kamu mau menggagalkan pernikahan suamimu, agar kalian bisa bersama lagi, begitu? Lalu untuk apa kamu mengurus surat cerai, kalau kenyataannya masih mengharapkan Rangga? Kalau itu memang kemauanmu,

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   BAB 77. Pernikahan Suamiku

    BAB : 77Acara Pernikahan Suamiku.***Aku tak berani memandang wajah Bu Lestari. Calon istri? Mana mungkin aku berpikiran sejauh itu? Mas Alan terlalu tinggi untukku, dan aku cukup tahu diri dengan statusku. Jelas, kami berbeda."Itu tidak benar, Bu!" ucapku masih menunduk. Semoga saja Bu Lestari percaya padaku, karena aku sendiri juga takut jika beliau berpikir negatif tentangku."Andira, siapapun yang menjadi pilihan Alan nanti, Ibu tak akan mencampurinya. Ibu percaya Alan pun pasti akan mempertimbangkan semuanya sebelum memilih pendamping hidupnya. Termasuk kamu, Andira!" ucapnya dengan menggenggam tanganku.Rasanya sangat terharu mendengar ucapan Bu Lestari. Sungguh, bijaksana sekali pemikirannya. Aku yang tadinya khawatir dengan pertanyaannya, justru malah dibuat terharu olehnya. "Oke Andira, tunggu sampai Dilan datang. Setelah itu barulah kamu boleh pergi!" ucap Mas Alan yang tiba-tiba berada di depanku. Aku tak menyahuti titahnya yang tak bisa dibantah tersebut."Saya berangk

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   BAB 78. Ucapan Talak

    Bab : 78Ucapan talak dari Mas Rangga.***"Heh! Siapa kamu? Berani mengganggu pernikahan anak saya?" Ibu mertua yang dandanannya menor melebihi artis ini lantas mendekat ke arahku. Tentu saja aku melongo, Ibu mertua pun sepertinya tak mengenaliku. Namun matanya menyipit ketika sudah berada di depanku."Andira! Kamu, Andira?" Mas Rangga bertanya dengan suara bergetar. Kini, semakin jelas bisik-bisik para tetangga setelah Mas Rangga menyebut namaku."Iya, Mas, aku Andira. Istri tercintamu!" ucapku sengaja. Mendengar ucapanku, Mas Rangga pun mendekat ke arahku. Namun Ibu mertua dengan sigap menghalangi Mas Rangga. "Mau ngapain kamu, Rangga. Kembali duduk! Jangan malu-maluin Ibu!" Ibu mertua masih berusaha menghalangi Mas Rangga. Namun mata Mas Rangga tak beralih menatapku."Mas Rangga, sebelum kamu memulai ijab, bolehkah aku meminta sesuatu darimu?" tanyaku lirih pada Mas Rangga."Katakan apa yang kamu minta, Andira. Tanganku masih terbuka untuk menerimamu kembali. Kembalilah bersamaku

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   BAB 79. Talakmu Merubah Statusku.

    Bab : 79Terima kasih, Mas Rangga! Ucapanmu kini merubah statusku.***"Bagus, Rangga! Andira, mulai sekarang kamu bukanlah siapa-siapa kami. Kamu mau menonton atau mau pergi dari ruangan ini, terserah. Ayo Rangga, lanjutkan ijabmu hari ini!" Ibu mertua yang kini sudah menjadi mantan pun beranjak meninggalkanku. Dan mereka semua menuntun Mas Rangga yang sepertinya lemas tak berdaya kembali di depan penghulu. Nampak sekali wajah menyesal di wajahnya, dan aku menikmatinya. Terima kasih, Mas Rangga, berkat talakmu, kita bisa menyelesaikan urusan perceraian lebih cepat."Mereka mau ijab, An, jangan lupa di rekam!" Mbak Winda berbisik ke arahku. "Tentu saja, Mbak. Aku tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini" ucapku menyiapkan ponsel yang kini berada ditangan."Maaf, Pak, karena ada kegaduhan sedikit. Silahkan dilanjutkan ijabnya sekarang!" ujar mantan Ibu mertua pada penghulu."Baiklah, apa pernikahan ini bisa dilanjutkan, Pak Rangga?" tanya penghulu. Namun justru Mas Rangga menatap ke ara

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   BAB 80. Drama Sebelum Akad

    Bab : 80Drama sebelum dan sesudah akad nikah***POV RANGGA"Saya terima nikah dan kawinnya Lisa Dilbara binti Hasyim dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai." ucapku lantang di depan penghulu."Bagaimana saksi?" tanya penghulu."Ulangi, Pak, calonnya Pak Rangga bernama Lisa Anggraini, bukan Lisa Dilbara!" ucap saksi tersebut.Sial! Kenapa pikiranku tak lepas dari Andira sih! Setelah akad yang pertama menyebutkan nama Andira, kini justru nama belakangnya yang kubawa dalam menikahi Lisa kali ini. "Mas Rangga gimana sih? Masa salah sampai dua kali. Kalau salah sekali lagi kita gak jadi nikah hari ini!" Sewot Lisa pelan. Aku menghembuskan nafas berkali-kali untuk menetralisir perasaan yang tak karuan. Nama Andira memenuhi otakku hari ini, sehingga akad nikah pun tak konsen sama sekali."Mas Rangga ini grogi apa gimana? Tolong dikasih minum dulu, Bu, biar Mas Rangga tenang!" ujar Pak penghulu di depanku.Tak lama, Ibu pun memberikan segelas air minum untukku, dan seketik

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   BAB 81. Bayangan Andira

    BAB : 81Bayangan Andira dan uang 200 juta.***POV RANGGAMalam ini rasanya sangat lelah. Setelah seharian mengadakan acara resepsi, ingin sekali memejamkan mata yang sudah sangatlah pedas. "Mas Rangga, kok mau tidur sih?" Lisa tiba-tiba berbaring disebelahku dengan baju tidur yang sangat seksi. Namun, rasanya tak tergerak sama sekali untuk menyentuhnya. Karena hati rasanya, kosong."Ini malam pertama kita lo!" Lisa semakin merapatkan tubuhnya padaku.Malam pertama katanya? Lalu kemarin-kemarin malam apa jika ini malam pertama? Dan kandungannya pun sudah sekitar tiga bulanan. Mengingat saat terakhir kali berhubungan, Lisa mengeluh sakit perut hingga keluar flek, membuatku enggan untuk menyentuhnya lagi. Seperti saat ini, Lisa terlihat mepet-mepet, namun karena hatiku pun kalut rasanya enggan sekali menyentuhnya. Bayanganku masih tertuju pada Andira yang terlihat sangat cantik seperti tadi. Rasanya menyesal kenapa aku tadi mengucapkan talak. Talak tiga lagi."Mas, kok aku dikacangin

Bab terbaru

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   BAB : 108 Aku Bahagia

    Bab : 108Bersamamu, aku bahagia, Mas,"Biar saja, Pak, saya bisa mengatasinya." titahku, lantas penjaga itu membungkuk permisi.Hatiku perih melihat penampilan mantan Ibu mertua yang sekarang terlihat lebih kurus. Istri Mas Rangga yang sedang menggendong anaknya pun tak kalah kusut. Namun kemana Mas Rangga? Kenapa meninggalkan Ibu dan istrinya? Aku hampir lupa kalau Mas Rangga adalah karyawan Mas Alan. Tentu saja dia beserta keluarganya pun menghadiri acara ini."Andira, maaf jika dulu Ibu pernah jahat sama kamu. Ibu sangat menyesal. Coba dulu Ibu tak menyia-nyiakan kamu, mungkin sampai sekarang kamu masih menjadi istri Rangga.""Maksud Ibu apa?" Istri Mas Rangga seakan tak terima mendengar ucapan sang mertua."Diam kamu! Menikahi kamu adalah kesalahan terbesar Rangga!" sungut Ibu melotot tajam. Sepertinya perangai Ibu masih seperti dulu. Inikah yang katanya menyesal? Bahkan sama menantunya pun masih seperti itu. "Bu, Mbak, sudah, tak usah ribut, ini tempat umum. Ibu tenang saja, s

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   BAB : 107 Kejutan

    Bab : 107Kejutan yang membuatku terharuMas Alan menghela nafas, lalu menghembuskannya pelan. "Kita akan pergi ke pesta, sayang.""Pesta?""Iya, pesta. Pesta pernikahan kita." Entah kejutan apa lagi yang akan diberikan untukku kali ini. Rasanya sudah tak bisa berkata-kata lagi dihadapannya. Bagaimana dia menyiapkan semua ini, tanpa meminta persetujuanku?"Aku sengaja memberikan kejutan untukmu, sayang. Mas yakin, pasti kamu akan senang." Mas Alan menggenggam tanganku."Tapi, kenapa harus mengadakan pesta, Mas?" tanyaku lirih. "Sayang, dengar, Mas hanya ingin menunjukkan ke semua orang bahwa Mas sudah menikah dan mempunyai istri secantik kamu. Memangnya kamu mau, karyawan Mas di kantor menganggap Mas masih single?" ucapnya dengan menggenggam jari ini.Senyumku mengembang mendengar penuturannya. Tak ada alasan untuk tidak jatuh cinta padamu, Mas. Sungguh, hati ini selalu sejuk dengan segala tingkah manismu. Bahkan berkali-kali kamu selalu membuatku jatuh cinta."Makasih banyak, Mas.

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   BAB : 106. Malam Pertama

    Bab : 106Malam pertama yang indah."Terus gimana, Bunda? Apakah setelah itu sang pengembaranya ketakutan?" tanya Riana yang sudah menguap beberapa kali."Awalnya memang ketakutan, Sayang. Lalu tak lama ada seseorang yang datang menyelamatkannya. Tentu sang pengembara itu sangat senang mendapat bantuan. Hingga akhirnya sang pengembara menemukan temannya yang tengah tersesat. Pastilah teman sang pengembara senang, karena telah bertemu dengan teman seperjuangan." Aku menutup buku setelah membacakan dongeng pada anak gadisku. Dan ternyata Riana sudah pulas dengan memeluk guling kesayangannya.Setelah menaruh buku di meja, kukecup sejenak kening Riana yang baru saja memejamkan mata. 'Sungguh, Bunda menyayangimu, Sayang, walaupun kamu bukan terlahir dari rahim Bunda. Tapi Bunda akan berusaha menjadi Bunda yang baik untukmu." Batinku, sembari menata selimut agar nyaman dengan tidurnya.Aku mulai beranjak dari kamar Riana setelah memastikan ia tertidur dengan nyaman. Waktupun sudah menunjukk

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   BAB : 105 Badai Orang Ketiga

    Bab : 105Badai orang ketigaDreett … dreett ….Kami yang tengah bercengkrama berdua, terkejut mendengar ponsel Mas Alan berdering. Siapa yang menelpon? Bukannya Mas Alan sedang mengambil cuti? Penasaran, aku pun ingin beranjak mengambil ponsel yang masih tergeletak tersebut, namun Mas Alan menghalangiku."Biar Mas yang ngambil, Sayang. Ganggu aja, siapa sih yang nelpon?" gerutunya, sembari melangkah mengambil ponsel."Bu Puspita, Sayang," ucapnya ragu.Dahiku mengernyit, untuk apa Bu Puspita menelpon? "Angkat aja, Mas!" ujarku. Karena aku sendiri penasaran dengan maunya Bu Puspita kali ini. "Assalamualaikum, Bu," jawab Mas Alan setelah mengangkat telepon. Sejenak, Mas Alan terdiam dengan masih menggenggam ponselnya. Entah apa yang dibicarakan oleh Bu Puspita, aku tak mendengarnya. Lebih baik aku menunggu disini saja."Maaf, Bu, saya tidak bisa. Saya sedang bersama istri saya!" Suara Mas Alan terdengar pelan, namun tegas.Aku meneguk ludah kuat. Kenapa Bu Puspita masih saja menggang

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   SEASON 2 BAB 104

    Bab : 104Kamu sempurna di mataku, Mas,Duh, Mas, meleleh hatiku melihat sikapmu seperti ini. Biarlah dikata seperti anak abege yang baru mengenal cinta. Nyatanya hatiku sedang berbunga-bunga melihat sikap manisnya. Sedangkan Yulia terlihat sangat kesal, tatapan matanya tajam ke arahku seakan mau menerkam."Hari ini adalah hari bahagia mereka, Bu, tolong jangan rusak momen indah mereka. Andira sekarang sudah menjadi menantu saya, tanpa mengurangi rasa sayang kami terhadap Renata yang sudah bahagia di alam sana. Jika Ibu ingin dihargai, tolong hargai kami disini!" Suara Mama pelan, namun menusuk. Menusuk bagi yang berpikir, tapi entah jika bagi Bu Puspita. Namun melihat raut wajah Bu Puspita, sepertinya mati kutu. Nyatanya tak mengeluarkan sepatah kata pun. Mulutnya seperti terkunci."Bukan begitu, Bu, saya hanya ingin memberitahu pada Andira, itu saja!" Kilah Bu Puspita pelan."Andira pasti paham, Bu. Iya kan, Sayang?" Mas Alan mengedipkan mata ke arah ku."Tentu saja, Sayang. Sebaga

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   BAB 103. Menyejukkan Hati

    Bab : 103.Dia yang selalu menyejukkan hati.Aku bernafas lega setelah mobil sudah terparkir manis di depan rumah. Perjalanan panjang ini terasa lebih menyenangkan karena seseorang yang berada disampingku."Sudah sampai rumah, Sayang." Mas Alan melepas seatbelt yang masih menempel di tubuhnya."Iya, Mas. Udah malam ternyata." ucapku sambil melirik jam di pergelangan tangan. Sudah menunjukkan angka 20,00. Aku keluar dengan Mbak Tuti yang menggendong Kania. Dan ternyata Kania pun sudah tertidur pulas. Sedangkan Mas Alan berjalan beriringan denganku sampai kami masuk ke dalam rumah."Duh, menantu Mama baru nyampe rumah." ujar Mama menyambutku."Assalamualaikum, Ma," ucapku dengan mencium takzim tangannya."Waalaikumsalam, Sayang. Pasti capek baru pulang. Istirahat dulu, nanti kita makan malam bareng!" ujar Mama."Ayo sayang!" Mas Alan mengajakku beristirahat sejenak. Aku pun mengikuti langkahnya dengan tangan ini tak lepas dari genggamannya.Mas Alan melepas sweaternya setelah kami masu

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   BAB 102. Yang Dinanti pun Tiba

    Bab : 102Hari yang dinanti pun tiba.Satu tahun kemudian.Hidup memang penuh dengan cobaan dan ujian. Begitu pun hidupku yang pernah mengalami keterpurukan hingga berada di titik terendah. Namun aku percaya bahwa Allah tidak akan menguji seorang hamba diluar batas kemampuannya. Dan bersamaan dengan itu Allah hadirkan Mas Alan sebagai penyembuh lukaku, pelengkap hidupku, dan sebentar lagi akan menjadi pendamping hidupku.Saat ini aku sedang mematut diri di depan cermin. Sedang menunggu detik-detik dimana sebentar lagi statusku akan berubah menjadi seorang istri. Gamis mewah berwarna putih serta hijab yang berwarna senada pula, kubiarkan menjuntai lebar menutupi dada yang kukenakan saat ini. "Masya Allah … adik Mbak cantik banget!" ujar Mbak Winda yang menghampiriku di kamar.Mbak Winda rela datang kesini hanya untuk menyaksikan pernikahanku. Padahal jarak dari rumahnya ke kampungku tidaklah dekat. Terharu, itulah yang kurasa saat melihat Mbak Winda kesini."Iya, Mbak Andira aslinya u

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   BAB 101. Penyesalan Datang Belakangan.

    BAB 101. Penyesalan Selalu Datang Belakangan.POV RANGGA"Mas, minta uang dong buat beli skin care! Tuh lipstik aku sudah habis!" Lisa datang menyodorkan lipstiknya yang sudah ia korek dengan jarinya. Apakah Lisa tak melihat aku yang baru saja pulang kerja? Belum apa-apa sudah disuguhi dengan permintaan yang menyebalkan."Sudahlah, Lis, tak usah beli lipstik segala. Kamu tahu buat makan aja sekarang kita susah!" Pekikku. Sungguh, pusing sekali rasanya memikirkan semua masalah yang terus menerpa. Setiap berada di rumah selalu berakhir dengan keributan. Tidak dengan Ibu, tidak dengan Lisa, dan kadang seringnya Ibu yang berdebat dengan Lisa. Membuat kepala ini semakin pusing."Ah, Mas jahat. Coba kalau Ibu yang minta, pasti dibeliin. Kenapa aku yang istrimu minta uang buat beli lipstik saja susah, Mas?"Selalu seperti ini. Mempermasalahkan uang yang tak sepatutnya di bahas. Lisa sibuk meminta uang buat lipstik, sedangkan baru kemarin Ibu mengeluhkan beras yang sudah mulai menipis."Aku

  • Ketika Melahirkan di Tempat Mertua   BAB 100. Menjaga Hati

    Bab : 100Menjaga Hati***Aku melotot di depannya dengan jarak yang dekat. Biar saja, biar Mas Alan tahu kalau aku juga bisa marah. Menjengkelkan sekali. Mentang-mentang sudah sampai sini malah seenaknya seperti itu. Namun pandangan ini dikacaukan oleh bulu-bulu halus yang berada di pipi, membuat orang yang berada di depanku ini terlihat, sempurna. Sejenak, aku mengagumi ciptaan Tuhan yang amat sempurna."Kamu cantik banget kalau sedang marah. Apalagi menatapku dengan penuh cinta seperti itu." Aku gelagapan dan segera membuang muka. "Siapa juga yang memperhatikan wajahmu. Nyebelin banget sih!" gerutuku. Padahal sebenarnya sedang menyembunyikan rasa malu yang luar biasa. Sedangkan Mas Alan hanya tersenyum menanggapi ucapanku. Baru bertemu sehari dengannya, kenapa jadi se-menyebalkan ini?"Sebentar, Andira. Saya punya sesuatu untukmu." Mas Alan mengambil plastik yang berada di meja depan, lantas kembali mendekat ke arahku."Pakailah ponsel ini, Andira! Sudah saya simpan semua nomor sa

DMCA.com Protection Status