Share

Mas Gagah 10

Author: Nendia
last update Last Updated: 2023-03-27 16:52:01

KETIKA MAS GAGAH TIBA 10

Nata bukan tipe laki-laki yang banyak gombal. Tidak juga berlebihan dalam menunjukkan perasaan. Dia menghargaiku dengan caranya.

Kami sedang dalam penjajakan menjelang pernikahan, tapi dia tidak pernah berkirim pesan sebatas omong kosong. Nata hanya chat atau telepon seperlunya. Jam makan siang, adiknya Nata datang ke toko. Dia memberikan sekantung makan siang, susu, dan beberapa camilan.

“Loh, kenapa kirim ini, Guntur?” tanyaku pada remaja 17 tahun itu.

“Disuruh Mas, buat makan siang Mbak.”

Aku terpana melihat keresek putih berlabel mart itu. Baru kali ini merasa dipedulikan oleh seseorang dengan sungguh-sungguh. Caranya membuatku merasa sangat tersanjung. Sejumput demi sejumput dia mengambil hatiku.

Ya Allah, apa dia buah dari kesabaranku selama ini. Semoga saja iya.

[Makasih, Mas, makan siangnya.]

[Sama-sama.]

Sudah chat-nya begitu saja, tidak ada sambungannya lagi sampai sore. Jam lima, Nata stand by di depan toko untuk mengantar pulang.

Kami tak lantas me
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Ketika Mas Gagah Tiba   Mas Gagah 11.a

    KETIKA MAS GAGAH TIBA 11Aku menunggu bapak pulang sampai larut. Jam sepuluh malam baru terdengar ketukan pintu. Aku buru-buru membukanya. Pada jam ini, Bu Sum dan Wulandari masih menonton TV.Aku mencium tangan bapak. Dan dia masih mendiamiku, tidak bicara sepatah kata pun. Malah berlalu menemui istrinya.Aku penasaran sekali apa yang akan terjadi. Akankah Bu Sum langsung membahas kehamilan?Mataku mengikuti pergerakan bapak. Terus mengamatinya dari meja makan yang ada tepat di depan pintu kamar. Sudah kusiapkan mental untuk mendengar hal terburuk sekalipun.Bapak menyimpan topi di meja ruang TV. Menghempaskan diri pada sofa dengan raut lelah. Bu Sumarni lantas menyambutnya, bertanya hari ini banyak penumpang atau tidak dan dapat uang berapa. Lalu mulai mengeluhkan mobil Wulan yang mogok. Tanpa melihat kondisi bapak yang kelelahan, dia menyuruh bapak untuk segera memperbaiki.Wulan serupa anak bungsu yang manja, dia mengeluhkan hal serupa. Merengek meminta mobilnya dibetulkan malam i

    Last Updated : 2023-03-28
  • Ketika Mas Gagah Tiba   Mas Gagah 11.b

    Nata mengajakku berkunjung ke rumahnya agar lebih dekat dengan Bu Hamidah. Saat dia pergi tanding nanti, aku harus sering datang ke rumahnya untuk merempungkan acara pernikahan. Nata maunya begitu selesai tanding, kami langsung nikah.Sabtu dan minggu sebenarnya toko cukup sibuk. Namun untuk hari ini, aku sengaja ambil cuti di hari minggu karena hanya pada hari itu keluarga Nata berkumpul semua.Minggu pagi, Bu Sumarni sibuk masak di dapur. Dia masak banyak dan tampaknya enak-enak. Setelah selesai makanan itu dikemas menggunakan bok. Dimasukkan pada kantung rapi.“Ini berikan untuk calon mertuamu,” katanya pada Wulan sambil menyerahkan kantong.“Siap. Makasih Mama sayang.” Wulan mencium pipi ibunya, dan tak lama kemudian Wulan pergi memakai mobil. Calon mertua, siapa yang dimaksud calon mertua?Selang beberapa menit setelah kepergian Wulan, Nata datang untuk menjemputku. Nata mengucapkan salam dan mau masuk rumah kali ini.“Nak, Nata. Di sini?” Bu Sum menatapnya antusias.“Ya, Bu. Say

    Last Updated : 2023-03-28
  • Ketika Mas Gagah Tiba   Mas Gagah 12.a

    KETIKA MAS GAGAH TIBA 12POV WulandariPikiranku kacau belakangan ini. Tidak bisa fokus, kerja pun jadi bermasalah. Ini gara-gara lelaki teledor itu. Namanya Burhan. Pemuda kampung sini. Kami melakukan hubungan tanpa pengaman sebulan yang lalu. Dia memang ceroboh, atau mungkin malah sengaja.Sekitar dua bulan yang lalu. Aku dan teman-teman staf bank mengikuti konser musik di alun-alun kota kabupaten. Lagi asyik teriak, nyanyi, sambil loncat-loncat terjadi kericuhan di depan panggung. Semua pengunjung mundur. Kacau. Banyak yang berlari dan melindas orang lain. Seseorang memegangi pundakku, membawa mundur dari pusat keributan. Saat aku menengok ke belakang ternyata itu Burhan. Alfian Burhanudin namanya, dipanggil Burhan karena dia merasa itu paling keren.“Mas.”“Jangan terlalu dekat, nanti sampean terlindas,” pesannya. Bau alkohol tercium dari mulutnya. Sudah biasa dalam acara seperti ini pemuda minum-minum. Aku pun sama, meski tak banyak.“Sama siapa?”“Teman-teman.”“Di mana mereka?”

    Last Updated : 2023-03-28
  • Ketika Mas Gagah Tiba   Mas Gagah 12.b

    Aku hilir mudik di kamar. Memikirkan solusi lain atas nasib benih di perut ini. Ada dua hal yang terlintas dalam benak. Pertama, aku minta saja Andini menggagalkan pertunangan dengan Nata. Dan setelahnya aku bisa menjadi peri penghibur yang akan membuatnya melupakan si bodoh itu. Tentu saja dengan begitu pernikahan aku dengannya bisa dipercepat.Solusi yang kedua, aku harus menggugurkan benih ini. Hanya saja tidak boleh ketahuan Burhan. Aku agak sangsi dengan ide kedua ini. Selain takut, tidak semua kehamilan bisa digugurkan.“Pokoknya aku mau Nata hanya menikah denganku. Suruh Andini memutuskan pertunangan mereka, Ma.” Aku merengek pada Mama. Bahkan pada bapak juga. Apapun caranya, mereka harus pisah.Aku, Mama, dan bapak merongrong Andini untuk memutus pertunangan itu. Sayangnya gadis bodoh itu malah melawan. Entah apa yang dikasih Nata. Andini malah menantangku untuk merebut cinta Nata. Sungguh kurang ajar. Wanita yang kemarin tunduk di depan kakiku itu kini berdiri tegak dengan me

    Last Updated : 2023-03-28
  • Ketika Mas Gagah Tiba   Mas Gagah 13.a

    KETIKA MAS GAGAH TIBA 13POV AndiniLagi enak-enaknya makan, Wulandari lari-lari ke dapur, lalu dia muntah-muntah di sana. Menghilangkan selera makan semua orang. Aku segera beranjak dari duduk, mengikuti Wulandari. Adik tiriku itu sedang menumpahkan isi perutnya di wastafel. Semakin meruncing saja kecurigaanku.“Kamu kenapa Wulan?” Aku mendekatinya. Dia tidak menjawab hanya menunjukkan telapak tangan.“Diam di sana! Aku mual melihatmu,” serunya kemudian. Bersamaan dengan itu, Bu Hamidah menghampiri. Mengernyit atas kalimat Wulan barusan.“Kenapa, Wulan?” Raut ramah yang diperlihatkannya pada Wulan sejak tadi jadi berubah datar.“Aku sepertinya masuk angin, Bu.” Dia mulai menguasai diri.“Kamu tidak sedang hamil kan Wulan?” Aku menyelidik.“Ngaco kamu, Mbak,” katanya dengan nada sengit.Wulandari mengusap wajahnya dan menempelkan telapak di jidat.“Sini pakai minyak angin kalau kamu sakit.” Bu Hamidah jalan ke depan. Wulandari dan aku mengikuti.“Diolesi pakai minyak angin adikmu, And

    Last Updated : 2023-03-29
  • Ketika Mas Gagah Tiba   Mas Gagah 13.b

    Lewat Dzuhur, Nata membawaku ke sebuah bendungan tempat rekreasi yang ada di kabupaten kami. Tempat yang sering dia gunakan untuk latihan dayung.Aku dan dia duduk di tepian danau. Menyimpan bokong pada rerumputan hijau. Menatap hamparan air tenang tanpa ombak. Embus anginnya cukup besar.“Jadwal tandingku sudah turun, Burik.” Lelaki gagah itu bicara tanpa melihatku. Dua netranya lulus ke depan memandang air.“Kapan?”“Sebulan lagi.”“Jadi Mas mau segera pergi?”“Ya, minggu ini aku berangkat.”Aku terdiam beberapa saat. Kehilangan Nata seperti kehilangan pijakan untuk berdiri. Kehadirannya bukan hanya sebagai pengisi hati, tapi dia membentukku lebih kuat.“Aku hanya bisa mendoakan,” kataku bersama rasa hampir kehilangan. Aku menunduk memandang rumput. Tanpa Nata, akan seperti apa jadinya.“Aku tidak akan lama.” Lanjutnya kemudian. Nata mengambil batu dan melemparkannya di danau sana.“Sekarang aku tidak kerja karena ambil dispen untuk tanding. Kalau tanding selesai, aku harus balik ka

    Last Updated : 2023-03-29
  • Ketika Mas Gagah Tiba   Mas Gagah 14.a

    Aku dan Nata berjalan di pinggir danau. Menikmati embusan angin dan pemandangan asri. Di ujung sana, bendungan membentang kokoh.Setiap kali melewati medan curam, tangan Nata sigap menggenggam tanganku. Selalu ada desir bersama jari yang tertaut. Indah serupa dipayungi berjuta warna pelangi. Pria gagah yang menunjukkan cinta dengan cara sederhana ini begitu melindungi.“Mas. Tadi Wulan muntah-muntah. Bukankah itu semakin menunjukkan kalau dia hamil.” Aku mengangkat rok dan menaiki batu yang cukup besar. Nata mengulurkan tangannya, menarikku naik.“Entah lah. Aku tidak pernah memikirkan dia.”Di atas batu besar ini, Nata bertolak pinggang. Menghela napas panjang. Kelopak matanya memicing melihat ke kejauhan. Cahaya mentari sudah belok ke barat.“Aku hanya kepikiran, siapa yang menghamilinya. Kenapa dia ngotot banget deketin kamu? Kalau dia sudah punya pacar, harusnya fokus saja sama pacarnya. Tidak perlu sengaja datang ke rumah untuk mengambil hati ibu.”“Mungkin gak jelas siapa bapakn

    Last Updated : 2023-03-29
  • Ketika Mas Gagah Tiba   Mas Gagah 14.b

    Nata mengantarkanku ke rumah di sore hari. Seperti biasa, dia hanya sampai gerbang tidak mau masuk.Aku disambut kondisi bak kapal pecah begitu membuka pintu. Piring kotor bekas makan berserakan di meja ruang tamu. Nasi mengering menghiasi lantai bercampur dengan debu. Bantal sofa ada di mana-mana. Jemuran yang sudah kering teronggok di kursi. Sementara jemuranku sendiri belum ada yang mengangkat.“Semakin enak, ya, hidupmu.” Suara dingin itu terdengar dari ruang nonton. “Sudah jadi calon istri orang kaya lupa sama keluarga.” Lanjutnya.Tumben dia agak melow. Ke mana taringnya?Aku mengalihkan pandangan dari kondisi berantakannya ruang tamu. Memaksakan diri untuk abai. Kalau semua aku yang mengerjakan, mereka malah keenakan.Beranjak ke ruang nonton, aku melihat wanita yang sedang memainkan ponsel itu. “Bagaimana Wulan? Tadi dia muntah-muntah di rumah Nata.” Aku sengaja bilang begitu untuk memberinya informasi.“Kamu itu, ya, Andini. Tahu Wulan tidak pernah masak. Malah kamu suruh dia

    Last Updated : 2023-03-29

Latest chapter

  • Ketika Mas Gagah Tiba   Mas Gagah 48.b

    Seorang wanita berwajah jelita memasuki ruang yang dirancang sedemikian mewah. Membawa troli berisi aneka alat-alat masak. Tiga chef terkenal duduk di kursi kecil."Hallo, Chef." Andini tersenyum manis. Lalu menyusun alat-alatnya di meja berlapis stainles."Hallo, siapa nama kamu?" tanya pria bermata sipit di depan sana."Andini Larasati, Chef.""Wong jowo?""Yes, Chef.""Bilang yes jadi hilang wong jowonya," timpal juri berwajah jelita. Lalu disambut tawa kecil oleh yang lainnya."Enggak dong, Chef.""Mau masak apa, Andini?""Siomay seafood with mozzarella sauce.""Oke. Sudah siap?""Siap, Chef.""Waktunya lima menit dari ... sekarang."Tangan cekatan Andini lihai bergerak-gerak. Mempersiapkan apa yang tadi sudah dibuatnya. Jika peserta lain grogi masak sambil diperhatikan chef terkenal, tidak dengan Andini. Mentalnya cukup kuat untuk menerima semua itu. Tatapan para juri tidak lah ada apa-apanya jika dibandingkan sorot mata tajam dan mengintimidasi milik Sumarni. Jangankan hanya dip

  • Ketika Mas Gagah Tiba   Mas Gagah 48.a

    KETIKA MAS GAGAH TIBA ENDMungkin nyawa Wulandari sudah melayang bila mana bayi itu tidak menangis. Seperti mendapat panggilan alam, mulut kecil itu menjerit keras. Suaranya memantul dari dinding ke dinding. Lalu menyelinap masuk ke dalam relung hati Burhan.'Dia ibu dari anakmu, dan ayahnya bukan seorang pembunuh.' Suara lembut berbisik dalam dirinya.Marah yang meletup bertabrakan dengan penyesalan karena tidak bisa menahan emosi. Dua perasaan itu membuat dia kesulitan mengendalikan diri. Burhan menghempaskan Wulandari dan Sumarni dari cengkeramannya. Dia berbalik dengan kaca-kaca di matanya. Bertolak pinggang. Sakit hati dan penuh penyesalan.Di belakang Burhan. Wulandari luruh. Duduk di lantai dan mengambil napas sebanyak-banyaknya. Terbatuk-batuk dia. Sementara Sumarni memegangi rahangnya yang seperti akan hancur.Selama ini, pada siapa pun mereka melontarkan cacian, tidak pernah ada yang melawan dengan melakukan tindak kekerasan yang nyaris melayangkan nyawa. Sumarni dan Wulanda

  • Ketika Mas Gagah Tiba   Mas Gagah 47

    KETIKA MAS GAGAH TIBA 47POV AuthorDi malam yang hening, Andini berurai air mata. Ditatapnya berkas sertifikat yang menunjukkan kepemilikan atas namanya itu. Dadanya terasa penuh sebab rasa bahagia yang membuncah. Tak menyangka Nata akan melakukannya.Dipeluknya berkas itu serupa kekasih yang telah lama pergi."Sayang...." Nata mengusap punggung Andini."Aku gak nyangka kamu lakuin ini, Mas." Mata merah Andini menatap suaminya."Kenapa kamu baik banget?"Tanpa berkata, Nata menarik Andini bersandar pada dadanya yang lebar. Kemudian mengecup ubun-ubun Andini. "Aku sayang kamu. Sudah terlalu lama kamu menanggung penderitaan. Sekarang saatnya bahagia." Nata menjeda."Mas bahagia kalau kamu bahagia. Mas ikut sakit jika kamu sakit. Maka teruslah bahagia ... untukku." Nata mengangkat dagu Andini agar melihat padanya.Mendengar itu, tangisan dua netra Andini semakin berlinang. Nata bukan laki-laki yang pandai menggombal. Kalimat itu pastilah dari hatinya yang paling dalam. Bagi Andini, Nata

  • Ketika Mas Gagah Tiba   Mas Gagah 46.b

    "Pak...Bapak... maafkan ibu, Pak." Dia langsung bersujud di depan kaki bapak."Ibu tidak punya niat jahat, Pak. Ibu hanya mau menabung." Dia berlinang-linang. Aku mencebik.Tanpa menghiraukannya, aku dan bapak melanjutkan langkah kembali ke tempat tidur.Sumarni beranjak mengikuti kami. Menunduk di depan bapak. "Bapak jangan salah sangka. Itu tidak seperti yang Andini kira. Ibu menabung untuk masa tua kita.""Masa tua yang seperti apa, Sumarni?" bapak yang sudah duduk tenang di atas kasur menatap wanita yang dulu selalu dibelanya."Masa tua seperti apa? Harus menunggu bagaimana dulu agar kau mengeluarkan tabunganmu? Jika bapak ada dalam kondisi hampir kehilangan kaki saja kau tidak bicara, lalu menunggu kondisi seperti apa? Menunggu bapak mati? Lalu kau bisa foya-foya, begitu?"Sumarni menggeleng. Terisak-isak."Bapak paham. Kau mempersiapkan diri untuk masa tuamu, bukan masa tua kita.""Tidak, Pak. Tidak begitu....""Cukup! Cukup!" Bapak menunjukkan telapak. "Bapak selalu menomorduak

  • Ketika Mas Gagah Tiba   Mas Gagah 46.a

    KETIKA MAS GAGAH TIBA 46"Kalau bapak masih menganggapku anak, ceraikan dia. Tapi kalau bapak tetap mempertahankan pernikahan bapak. Maaf aku tidak akan lagi ada di samping bapak."Aku menatap pria yang masih berbaring ini dengan mata panas. Meski waktu sudah memberi jeda, gejolak di dada tetap sama.Jika kemarahan memiliki interval 1 sampai 1000, misal. Maka marah dan kecewa ini sudah sampai di batas maksimal. Aku tidak sudi lagi melihat wajah Sumarni. Andai bapak tetap mempertahankan dia, maka lebih baik aku saja yang pergi.Bapak menghela napas berat. Ditatapnya plafon rumah sakit dengan sendu. Lelaki yang sedang berbaring itu berkaca kedua netranya. Air yang menggumpal di kedua sudut mata itu menetes melewati pelipis kanan dan kiri.Aku paham. Bapak pun pasti sama kecewanya."Sampaikan talak bapak pada Sumarni, Ndok. Bapak sudah tidak bisa melanjutkan kalau seperti ini."Aku membuang napas dengan entakkan. "Aku lega mendengarnya."Setelah lama berharap, akhirnya talak itu keluar d

  • Ketika Mas Gagah Tiba   Mas Gagah 45

    Ketika Mas Gagah Tiba 45"Ambil saja." Nata memberi saran. Dia menyentuh lengan agar aku menghentikan pertengkaran dengan Bu Sum.Bola mata Bu Sum membola ketika Nata berucap seperti itu. Dua bola mata yang dulu selalu membuatku takut dan menciut itu kini kucebik saja sambil balik kanan. Lalu menuju kamar bapak.Di depan lemari putih ini, aku membuka pintunya. Dikunci. Nata meraba bagian atas lemari. Ada. Dia memberikannya padaku, lantas aku segera membukanya."Heh! Jangan lancang kamu!" Bu Sum berkata sengit.Aku tidak tahu apa yang hendak dia lakukan karena fokus membuka kunci lemari, tapi Nata membuat gerakan seperti menghadang sesuatu di belakangku. Sontak aku menengok. Tangan Bu Sumarni sedang teracung sementara tangan kekar suamiku mencengkeram pergelangannya, sepertinya Bu Sumarni baru saja mau memukulku."Istriku hanya ingin mengambil haknya, Anda jangan halangi, Bu Sum!" Nata memperingatkan.Kalau lah suamiku kurus kerempeng seperti Mas Burhan, mungkin ibu tiriku itu sudah me

  • Ketika Mas Gagah Tiba   Mas Gagah 44

    Ketika Mas Gagah Tiba 44Tangan Bu Sum meraba gagang pintu, baru kulihat raut takut di matanya. Dia berusaha tetap mengendalikan diri dengan mengangkat dagunya tinggi lalu menantang nyalang."Ibu datang ke sini sengaja buat urus bapak. Tapi kalau kamu lancang begini, maka lebih baik ibu pergi saja. Sana urus bapakmu sendiri!""Alasan! Kau memang hanya mau bapakku saat sehat saja. Saat sakit begini tidak mau mengurus. Ke mana saja kamu sampai-sampai baru datang ke sini?""Aku sibuk ngurus bayi Wulan.""Prioritasmu memang hanya Wulan dan dirimu sendiri. Bahkan ketika bapak sedang sekarat begini. Aku dan bapak hanya kau peras demi kebahagiaan kalian berdua.""Cukup, Andini! Semakin lancang saja kamu ... Pak, kamu diam saja lihat dia begini?""Pergi saja, Bu!" sahut bapak tak kalah kecewa."Kami tidak butuh kehadiranmu di sini. Dari dulu juga aku yang mengurus bapak. Yang mencuci pakaiannya, yang bangun malam untuk menyiapkan sarapannya tiap pagi, yang masak dan mengurus segala keperluann

  • Ketika Mas Gagah Tiba   Mas Gagah 43

    Ketika Mas Gagah Tiba 43"Kenapa bapak?!" Aku setengah berteriak. Nada Bu Sumarni di seberang sana terdengar begitu panik, dan jelas membuatku sangat panik juga."Bapak kecelakaan di tol. Ibu tak tahu bagaimana kabarnya."Astagfirullah, lututku rasanya mendadak lemas. Tangan jadi gemetaran. Teringat bagaimana sikap dinginku belakangan ini pada bapak."Gimana keadaan bapak sekarang?""Ibu tidak tahu. Ibu baru dengar kabar."Allahuakbar. Aku mengusap wajah. Hal yang paling aku takutkan terjadi. Bapak mengalami kecelakaan. Tenang, Andini, tenang. Mungkin bapak tidak kenapa-napa.Aku mengendalikan diri dari kepanikan tak jelas ini. Lalu menelepon Nata."Mas, aku dengar bapak kecelakaan," kataku begitu sambungan diterima."Mas juga dengar. Ayo sebaiknya pulang, kita langsung ke sana saja.""Mas tahu lokasinya?""Tahu. Ayo pulang saja. Hati-hati di jalan.""Iya."Aku segera meninggalkan kampus. Pulang ke rumah menjemput suami. Sesampainya di sana, Nata mengambil alih kemudi. Kemudian kami m

  • Ketika Mas Gagah Tiba   Mas Gagah 42

    Ketika Mas Gagah Tiba 42Jam 11 malam, deru motor suamiku baru terdengar. Dari balik gorden, bisa kulihat dia membuka pintu gerbang dengan menggunakan jas hujan. Air dari langit memang tidak berhenti seutuhnya. Kadang menderas, sebentar gerimis, lalu besar lagi.Aku menyambutnya di pintu dengan muka masam.Kesal. Aku menunggunya berjam-jam. Sementara chat dan teleponku diabaikan. Dia pikir aku tidak khawatir apa. Namanya berkendara, semua bisa saja terjadi. Tadinya mau kulaporkan polisi kalau sampai jam 12 malam tak juga pulang."Ke mana aja? Chat-ku gak dibalas. Telpon gak diangkat. Gak mikir apa kalau istri khawatir." Aku langsung menyemprotnya."Ada kerjaan, Sayang." Nata membuka helm dan jas hujannya di teras basah."Sampai gak ada waktu buat ngangkat telpon?""Tanggung. Mas silent hp nya.""Astagfirullah. Aku khawatir tahu. Kalau jam dua belas belum juga pulang, aku mau lapor polisi loh.""Mas gak kenapa-napa. Hanya ada kerjaan saja."Suamiku ini gak semanis tokoh di drama Korea.

DMCA.com Protection Status