Bab 99. Raja Kembali salah Sebut Nama“Stop membayangkan Alisya saat kita melakukannya, Mas! Kamu bisa?”“Ai?” Raja sontak melepas rengkuhannya. Pria itu lalu duduk di pinggiran ranjang. Menatap lekat mata istrinya dengan perasaan yang campur aduk. Di satu sisi dia membenarkan tuduhan Aisyah, namun di sisi lain dia tak mau dituduh. Harga dirinya serasa terkoyak.“Kenapa? menatapku begitu? Benar seperti itu, kan? Bagaimana Allah akan memberikan kita anak, jika Mas melakukannya tak pernah ihklas!” sergah Aisyah menantang mata suaminya.“Tidak ihklas bagaimana maksud kamu, Ai?”“Ya, Mas melakukannya tidak ihklas. Mas melakukannya hanya setiap aku yang minta duluan. Aku juga selalu perhatikan, Mas selalu memejamkan mata saat melakukanya. Aku tau tujuan Mas memejamkan mata karena Mas sedang berkhayal! Mas membayangkan sedang mencumbu Kak Alisya! Mas sengaja membayangkan lalu menggunakan tubuhku sebagai perantara.”“Cukup, Ai!”“Kenapa cukup, Mas!? Karena yang aku katakan ini sangat bena
Bab 100. Aisyah Mengamuk, Alisya Terusir“Terima kasih, Alisya ….” ucap Raja terkulai di samping Aisyah. Matanya terpejam, bibirnya membentuk lengkungan samar. Raja tengah tersenyum. Senyum penuh kepuasan. Aisyah membeku di posisinya. Menatap nanar wajah tampan di sampingnya. Wajah yang masih basah oleh peluh sisa-sisa pertempuran. Wajah yang terlihat begitu tenang sekarang. Detik berikutnya, dengkur haluspun terdengar. Raja telah terlelap, begitu damai setelah berhasil mereguk nikmat percintaan dengan seorang istri yang justru tak pernah dia cintai.“Kamu mengulangnya, Mas,” lirih Aisyah pelan. Matanya memanas. Air bening lolos begitu saja. Baru saja Raja berjanji akan berubah. Memohon maaf akan kejadian yang sudah sudah. Aisyah sempat percaya, Aisyah bahkan sangat menikmatinya. Sungguh tak dapat dia percaya, Raja ternyata berdusta.Di awal Raja masih menyebut nama Aisyah, mengatakan sayang dengan penuh perasaan. Namun, di akhir permainan, saat Raja mereguk tuntas nikmat perci
Bab 101. Alisya Membeli Rumah Yang Ditempati Deva?“Gimana, Nih, Mas. Aisyah makin mengamuk saja!” lapor Rika begitu Dr. Ilham kembali ke kamar tamu. Taksi yang dipesan Alisya, baru saja berlalu.“Iya, pegang tangannya, aku akan memberinya obat.” Dr. Ilham mengeluarkan jarum suntik dan obat penenang dari dalam tas kerjanya. Aisyah masih saja memberontak. Rika berusaha menahan kedua lengan sang adik ipar ketika Dr. Ilham menyuntikkan obat itu di selang infus. Saat cairan obat sudah mulai bekerja, Aisyah perlahan tenang.“Kasihan Ai, Mas? Sepertinya dia sedang mengalami tekanan. Ada apa, ya?” tutur Rika saat Aisyah mulai terpejam. Wanita itu terlelap kemudian.“Aku juga belum tau pasti apa yang terjadi. Tapi, sepertinya penyakitnya yang dulu kambuh lagi. Psikisnya terganggu. Aisyah seperti depresi. Entah kenapa dia sendirian datang ke sini? Apakah dia sedang bertengkar dengan Raja, ya? Dan yang paling mengherankan dia begitu emosi saat melihat Rena. Ada apa sebenarnya?”“Untun
Bab 102. Siksaan Sang Wanita Kehausan“Rumah yang di Jalan Polonia? Ditawar berapa?”“Sedikit di bawah harga yang kita tawarkan. Gimana, Tan? Itu kan sedang ditempati oleh Mas Deva?”“Dial-kan saja! Si Ardho licik itu sudah menunggu setoran awal dari kita.”“Kan belum cukup, Tan? Terus gimana dengan Mas Deva?”“Yang sudah ada setoran awal kita kepada dia. Dan mengenai Deva, masih ada rumah yang lain yang bisa dia tempati! Sudah itu tak perlu kau pikirkan!”“Baik, Tan.”Sonya segera menutup panggilan, lalu melanjutkan ke makelar. Setelah menyerahkan tanggung jawab dan segala sesuatunya kepada sang makelar, wanita itu buru-buru mengemasi peralatan kerjanya. Dia harus cepat pulang hari ini. Bibik yang bekerja sebagai ART di rumahnya tadi nelpon kalau papanya tidak mau makan sama sekali sejak pagi.Berkali-kali dia sudah menelpon Mawar, namun ponsel wanita tak aktif sama sekali. Akhir-akhir ini sikap Mawar terlihat makin aneh dan mencurigakan. Selama ini Sonya mempercayakan pera
Bab 103. Sogokan Istri MajikanFajar menghisap dalam-dalam sebatang rok*k di tangannya. Lalu memainkan benda yang mengandung nikotin itu di sela jari. Asap rokok dia diamkan beberapa saat di dalam hidung dan mulut, lalu dia keluarkan perlahan lahan.Pria itu sebenarnya tengah kecewa. Untuk kesekian kalinya dia harus menahan ini. Lagi-lagi Mawar tak mampu mengimbangi permainannya. Wanita berumur itu tak pernah bisa memuaskan hasratnya. Padahal Fajar sudah berupaya melayani Mawar dengan sebaik-baiknya. Berkali-kali sang selingkuhan menjerit, meleguh panjang setiap mengalami pelepasan yang diinginkannya. Namun, saat giliran Fajar ingin melepas juga, wanita itu sudah terkulai layu. “Sudah, Sayang! sakit, aku gak bisa lagi. Udah, aku lelah, udah, ya!” rintihnya seraya merapatkan kedua p*ha.Fajar terpaksa mencabut miliknya, melemparkan tubuh di samping perempuan yang telah basah oleh peluh dan lendir sisa bercinta. Marah, kecewa, kesal, geram, bercampur menjadi satu, mengaduk-aduk o
Bab 104. Pesona Supir Merangkap Gig*lo Tampan“Ka-kamu mau ke showroom?” Mawar terkejut. Kedua alis palsunya saling menaut“Iya, saya mau memerksa laporan keuangan showroom. Mama jagain papa di rumah, ya! Bujukin Papa, masa dari pagi enggak mau makan gara-gara mama tinggal arisan? Sepertinya papa cemburu, tuh, kalau Mama berkeliaran di luar,” kata Sonya lalu menyambar tas sandangnya di atas nakas.“Tapi, Mama rasa kamu enggak perlu, deh, ke showroom! Santii bilang semau baik-baik saja, kan? Kamu juga baru pulang kerja, sepertinya kamu lelah. Lebih baik kamu istirahat saja, Sonya!”“Saya kuat, kok, Ma! Saya masih muda, jadi masih enerjik. Lagian Showroom udah lama tidak dicek. Kata Santi dia sedang memegang uang hasil penjualan seminggu ini. Aneh aja, kenapa dia mesti megang uang, coba. Kenapa pelanggan tidak langsung transfer saja ke rekening Showroom. Sepertinya ada yang tak beres. Saya akan selidiki ini, Ma! Jangan sampai showroom milik papa kenapa-napa, iyakan?”“Tapi, gak me
Bab 105. Deva Harus Meninggalkan Rumah Yang Sudah Terjual“Kamu di mana Ai? Kenapa kamu pergi diam-diam? Bukankah kita sudah berbaikan tadi malam? Aku sudah meminta maaf, bukan? Aku juga sudah penuhi keinginanmu. Aku tak lagi membayangkan Alisya saat kita bersama. Tapi kenapa kau pergi juga, apa lagi yang salah denganku, Ai?” lirih Raja menghentak nafas panjang.Pikirannya sangat kalut, tak sadar dia mengaduk-aduk makanan di dalam piring dengan sendok di tangan. Belum satu suappun masuk ke dalam mulut makan malam itu.“Jadi kamu belum tahu keberadaan Aisyah?” ketus Alina menoleh ke arahnya. Haga Wibawa lebih memilih diam, tak ingin ikut campur. Percuma berbicara, Alina pasti akan langsung mematahkan setiap ucapannya. Di rumah ini, Alinalah yang berkuasa. Sang suami hanya pelengkap status saja.Saat Alina sakit parah dulu, benar Haga Wibawa yang memimpin perusahaan dan juga rumah tangganya. Namun, begitu Alina sembuh setelah dirawat dengan telaten oleh Alisya, Alina kembali k
Bab 106. Raja Pergoki SonyaRaja menekan bel yang tersedia di dekat pintu rumah Dr. Ilham. Menahan napas, pria itu berdebar. persis seperti seorang pesakitan yang terbukti membuat kesalahan. Raja siap menerima hukuman. Masalahnya sekarang, apakah Aisyah akan memaafkan dan mau diajak pulang? Entahlah. Pria itu merasa makin deg-deg an.Dak ketika terdengar langkah kaki mendekat, jantungnya makin bergemuruh dasyat. Anak kunci diputar, terdengar sedikit hentakan, lalu pintupun terkuak.“Mas Raja?”Suara lembut itu membuat hatinya sedikit sejuk. Seraut wajah yang tetap saja terlihat manis menyembul dari balik pintu. Rika, istri sang kakak ipar. Wanita yang dulu pernah membuka pintu hati dengan begitu lebar buat Raja. Rika yang sempat terluka karena cintanya tak berbalas.“Ri-Rika, selamat malam! Aisyah di sini, bukan?” tanya Raja setelah berhasil menguasai perasaanya.“Ada, Mas! Masuklah!” Rika melebarkan daun pintu.“Mas Ilham tidak di rumah?” tanya pria itu melangkah masuk, sembari cel