Wajah Galih pucat pasi, dia tampak syok. “Tadi waktu Mama ke rumah kamu, Trisha lagi muntah-muntah di kamar mandi … badannya juga lemes jadi Mama bawa ke rumah sakit dan tadi hasil test lab darahnya HCG di atas 25 … setelah itu test urin dan ternyata Trisha positif hamil … selamat ya Galih, kamu ak
“Sayang!” Adrian memanggil Aruna, pria itu baru saja turun dari dalam mobil. Lengan kemejanya dilinting hingga sikut, kemeja yang seharian ini dia kenakan pun telah kusut namun wajahnya terlihat berseri. Aruna yang tengah mengantar ke parkiran dua orang wanita yang merupakan customernya langsung
“Sayangnya Mamiiiiii.” Panggilan Aruna itu membuat Isvara lari menuruni tangga. “Mamiiiii, Ara kangen.” “Halaaaah, tadi kamu pulang dijemput Mami juga.” Adrian memberikan tampak kesal yang dibuat-buat. Isvara jadi sangat manja semenjak Aruna menjadi maminya. Sejujurnya Adrian tidak suka tapi di
“Usia kandungannya baru menginjak lima minggu jadi Trisha sedang mengalami morning sick setiap pagi dan itu kenapa dia datang terlambat hari ini,” sambung Om Bagja. Dia bahagia sekali meski memiliki menantu yang pernah mengikrarkan di depan seluruh keluarga bila dirinya sudah tidak perawan lagi. J
“Kita harus ketemu dokter, Mas … aku mau program kehamilan.” Tiba-tiba Aruna masuk ke dalam ruang kerja Adrian, mengatakan hal itu dengan bibir mengerucut. Dia sudah merangkai kalimat untuk mengawali niatnya tersebut tapi malah langsung mengutarakan intinya. Adrian mengangkat pandangan dari layar
Trisha : Jemput sekarang! Aku mau makan Lomie. Galih mengembuskan napas panjang. “Nyusahin aja mamanya si Otong,” gumam Galih sambil mengetik balasan pesan untuk istrinya. Galih : Masih ada praktek, aku kirim Gofood aja ya? Trisha : Enggak mau, mau makan di sana sama papanya si Otong. Trisha dan
“Pake jas aku, ambil di belakang.” Galih memberi perintah, terdengar paksaan dalam nada suaranya. Trisha tidak ingin menolak karena dia memang kedinginan, jadi menuruti perintah Galih—mengambil jas dokter suaminya yang kemudian ia pakai. “Kegedean,” gumam Trisha menggulung lengan jas Galih. Galih
Yang Adrian khawatirkan adalah kenyataan pahit yang mungkin harus didapat istrinya dari pemeriksaan kesuburan yang mereka jalani. “Sayang … buat aku, kita punya anak lagi atau enggak itu enggak masalah … yang penting sama-sama kamu sampai tua.” Adrian berujar, tatap matanya lurus ke depan pada laya