Sengaja Aruna memarkir mobilnya sedikit jauh dari sekolah Isvara agar Adrian tidak mengetahui kedatangannya. Aruna datang ke acara pentas seni di sekolah Isvara bukan untuk membuat janji Adrian kepada Isvara menjadi nyata tapi karena ia juga sudah berjanji kepada Isvara akan datang dalam pentas sen
“Ara … kenapa belum bangun, ayo cepat mandi … nanti terlambat sekolah … Ara mau dianter papi ke sekolah, kan?” bujuk Adrian sambil memasang dasi di lehernya. Isvara menarik selimut hingga menutupi kepala. Dia sedang merajuk karena sang papi belum juga bisa mempertemukannya dengan mami. “Ara engga
“Ba-baik, Pak … saya usahakan sekarang.” Danu beranjak dari kursinya. Dia melirik jam tangan di lengan. “Saya kembali ke ruangan saya dulu, Pak.” Dengan terburu-buru Danu keluar dari ruangan Adrian. Dia memutar otak, mencari cara agar bisa mendapatkan alamat Aruna dalam dua jam. Sementara itu, A
Tawaran cuti yang diberikan ibu Olive dipergunakan sebaik-baiknya oleh Aruna. Setelah dia puas hanya rebahan di atas ranjang tanpa melakukan apapun—sekarang Aruna berhasil bangkit dan mulai menata barang-barangnya. Rumah kedua orang tuanya sempat dikontrakan dalam keadaan full furnish jadi Aruna h
“Kamu belum maafin aku ya?” Adrian melontarkan pertanyaan untuk menjebak Aruna. Aruna tidak menjawab lagi. “Kalau kamu masih marah sama aku, tolong jangan benci Ara … aku katakan sekali lagi, Aruna … hubungan aku dan Trisha udah selesai, bukan karena kamu tapi karena Trisha yang enggak menyukai Ar
“Makasih.” Satu kata kaku Aruna ucapkan. “Boleh minta minum enggak? Aku haus, abis angkut galon.” Aruna menatap kesal pada Adrian tapi tak urung dirinya mengambil gelas kosong dari atas meja makan yang kemudian diisi dengan air dari water dispenser. Setelah terisi penuh, Aruna memberikannya kepad
“Pak … Non Ara tadi dianter pulang sama wali kelasnya karena Non Ara demam tinggi.” Suara Nanny di ujung telepon sana terdengar panik. “Coba cek suhunya terus kasih minum obat penurun panas, pastikan kalau dia makan dulu sebelum minum obat.” Adrian berusaha tenang agar dapat berpikir jernih. Dia
Napas Aruna terengah, dia berlari sekuat tenaga menaiki anak tangga karena lift dari basement mengantri. Setibanya di lantai yang dituju Aruna menerobos penjagaan sekuriti sampai pria sekuriti memanggil lalu mengejarnya. “Ibu mau ke mana?” tanya Pria itu dengan nada setengah menggoda Aruna. Aruna