Bab 92. Keputusan Mengejutkan Embun Untuk Leo
POV Darry
“Aku bertanya, kenapa kau sebut namaku dan alamat rumahku! Kau pikir rumah ini bisa menjadi bagian dari harta gono gini untuk Dara! Tidak! Ini hartaku! Milikku! Yang aku peroleh dari perusahaan tempat aku bekerja! Jadi, aku yang berhak memiliki rumah ini, karena aku yang bekerja! Dara tidak berhak mendapat apa-apa!” Kembali Mas Leo meradang.
“Sabar, dong!” ucap Embun, ponselnya berdering. Cepat Embun mengangkatnya.
“Betul, kan, Om. Ok. Bagus. Terima kasih. Segera kirim beberapa orang ke sini, ya! Mungkin aku butuh bantuan nanti! Ok, terima kasih!”
Telepon ditutup, wajah yang sedari tadi pucat itu, kini mengulas senyum. Tatapannya dingin menghujam tepat ke bola mata Mas Leo. Lelaki itu tergidik, namun hanya sesaat.
“Dasar janda gila! Pergi kalian dari rumahk
Bab 93. Rela Melepas Kesucian Demi Dendam“Tapi, Diva! Apa maksudmu? Kita sudah tidur sama, Diva? Kau sudah menyerahkan hartamu yang paling berharga? Tetap kau bilang kau tak ingin menikah denganku?” Mas Leo terperanjat.Andi dan Anita spontan berdiri, saling tatap lalu memandang sepasang durjana itu dengan tatapan jijik.“Bersyukur, dong! Kamu yang mendapatkannya! Ok, kita impas, ya! Kemiskinan yang kau sandang sekarang adalah bayaran dari kesucianku yang telah kau nikmati. Aku, sih, enggak apa-apa. Santai aja! Dari seribu perempuan yang berstatus gadis, bisa dihitung jari yang masih suci. Aku bukan di antaranya. Tak masalah! Karena hal itu tak penting lagi bagiku! Mas Darry telah menghancurkan segala impianku. Untuk apa aku bertahan menjadi gadis baik-baik! Gak penting!”“Diva! Kamu! Sadarlah Diva! Kita harus menikah! A
Bab 94. Diva Mulai Drama Lagi“Ke mana Om Darry, Tan?”Aku menggeleng. “Kalian kunci semua pintu! Biar kita nyusul mama kalian ke rumah Kakek! Tante yang nyari Om Darry!” perintahku. Keduanya mengangguk lalu berjalan menuju rumah.Kuedarkan pandangan ke sekeliling. Romongan Om Robert telah pergi beserta anggotanya setelah menyerahkan kunci mobil Mas Leo padaku. Mas Leo mereka bawa serta, entah nanti diturunkan di mana.“Hapus video tadi, Mas! Aku bilang hapus!”Aku tersentak, itu suara Diva. Bukakah gadis itu sudah pergi sejak tadi? Kenapa suaranya masih ada di sekitar sini? Dengan siapa dia berbicara? Kutajamkan pendengaran.“Jadi, hanya untuk memintaku menghapus video ini, kau menelpon dan menyuruhku menemuimu di sini?”Hey! itu suara Mas Darry. Arahnya dari b
Bab 95. Mama Diva Menuduhku PELAKORKedua orang tua mereka berbuat yang sama, menatapku penuh dendam.Bagus! Orang tuanya ikut serta. Jadi begini tampang Papa Diva? Lelaki yang telah mempermalukan Papa Mas Darry di grup WA? Teringat saat Tante Nisa, Mamanya Mas Darry menceritakan perbuatan lelaki itu padaku, saat pertama kali Tante Nisa datang berkunjung ke rumahku. Karena perbuatannya, Papa Mas Darry bahkan tak berani masuk kantor selama tiga hari, sampai kena tegur olah Big Bos di kantornya.Ok, apa yang kamu tanam, maka itu juga yang akan kamu tuai, Tuan! Kamu terima balasanku!“Papa, Mama, Mas Danu … untung kalian cepat datang! Aku sudah tak tahan lagi, mereka sengaja bermesraan di depanku? Mereka sengaja berciuman di depan aku, Pa! Mereka sengaja manas –manasi aku. Huhuhuhu ….” Drama pun di mulai. Diva mengadu kepada keluarga terhormat, dis
Bab 96. Ternyata Papa Diva Seorang PenjilatKuhehela napas panjang. Mencoba menetralisir pacu jantung, agar aliran darah kembali normal. Keluarga aneh ini, bukanlah objek yang pantas untuk kujadikan lawan. Keributan pasti akan terjadi bila aku bertindak, dan itu hanya akan mencoreng nama baik perusahaanku, juga reputasiku.“Sudah cukup! Kalian diam!” Sang Papa kembali berteriak.Suasana hening. Diva mulai menghentikan sedu sedan.“Saya bisa saja menuntut balik Anda! Karena telah merekam putri saya. Anda bisa saya tuntut!” ancamnya kembali fokus menatapku beserta ponsel di tanganku.“Silahkan! Saya juga tak akan ragu menuntut Anda, dengan tuduhan mencemarkan nama baik, dan ujaran kebencian,” balasku tak mau lagi bersopan-sopan. Untuk apa menjaga kesopanan pada keluarga amburadul ini. Mereka yang lebih dahulu m
Bab 97. Embun Memuliakan Seorang Janda“Jangan begini, Nak! Kasihan Kakek! Masa Kakek di suruh jadi kuda!” ucapku langsung mengangkat tubuhnya dari atas punggung Om Darfan.“Enddak apa-apa, Mammma. Laya endak malah, kok, tudanya boongan. Tata Tatek, becok, tami naik tuda benalan, enddak boongan yagi.”“Iya, tapi, Kakek capek, Sayang disuruh jadi kuda?”“Enddak, Mammma. Tata Tatek, Tatek enddak tapek, iya, tan tatek?”“Enggak, Sayang. Kakek enggak capek. Ayo, naik lagi!” jawab sang kakek dengan napas terengah-engah. Jelas terlihat dia kelehan.“Yepas, Mammma!” Raya melepaskan peganganku di tangannya.“Ops, sudah mainnya! Sekarang kiat pulang, ya! Kasihan adek Radit di rumah!” tegasku, disertai dengan tatapan mata yang sudah dia pahami. Ya, Raya
Bab 98. Telolet Pengganggu“Benarkah ini, Nak Embun?” Om Darfan mengerjapkan matanya yang mulai basah. Mungkin terharu atau mungkin juga semakin menyesal pernah menghinaku di depan Mas Darry putranya.“Mendiang Mama saya, sangat mendukung, bila seorang wanita yang tersakiti, mau bangkit dari keterpurukan. Dia pasti bangga, jika putri sahabatnya mau berjuang mengembangkan perusahaan yang ditinggalkannya. Kak Dara mau, kan? Tunjukkan bahwa perempuan itu tidak lemah. Tak akan hancur hanya karena ulah seorang perempuan busuk yang mencuri cinta suami. Biarkan perempuan itu yang hancur bersama lelaki curiannya! Kak Dara harus bangkit! Jangan pernah terpikir untuk bunuh diri lagi!” tuturku dengan suara tegas.“Embun! Kau memang malaikat penolong, Dek!” Kak Dara memelukku. Kedua remajanya ikut memeluk.“Terima kasih, Nak Embun,” ucap Om Darfan dan Tan
Bab 99. Sandra Bebas Dari penjaraPOV Renata“Selamat datang, Kak!” ucapku begitu melihat Kak Sandra keluar dari balik tembok tinggi. Seorang sipir penjara wanita mengantarnya sampai depan pintu besi nan tebal.“Silahkan! Ingat semua pesan-pesan yang telah disampaikan padamu selamai ini! Jangan pernah kembali lagi ke sini! Kau ingat itu!” Begitu kalimat yang diucapkan oleh petugas bertubuh tinggi tegap itu.Kak Sandra hanya mengangguk, sambil tersenyum tipis.Pintu besi kembali tertutup, wanita itu menghilang di baliknya.“Ayo!” Kak Sandra langsung melangkah cepat mendahuluiku, menuju becak yang telah menunggu.Hening. Kak Sandra membisu sepanjang jalan, dan akupun segan untuk memulai percakapan. Becak mesin yang sengaja kusewa untuk menjemputnya, melaju dengan kecepa
Bab 100. Pekerjaan Apa di Kamar Hotel?Sebuah mobil mewah sudah menunggu kami di ujung gang. Pintunya langsung terbuka, begitu kami tiba di sampingnya. Tanpa ragu, Kak Sandra mendorong tubuhku masuk ke dalam. Lalu menghenyakkan tubuhnya di sampingku, yang semakin kebingungan.Pintu mobil langsung tertutup rapat. Pengemudi mobil menoleh ke belakang, menatapku dan kak Sandra bergantian.“Anggotanya Pak Herman?” tanya Kak Sandra kemudian.“Ya, saya anggotanya Pak Herman. Mbak Sandra?” jawabnya balik bertanya.“Ya, saya Sandra.”“Mbak yang ini, ya, Mbak?” tanya lelaki itu menatapku lekat.“Ya, Pak Hendra sudah ok, kok.”“Baik, ini depenya. Sisanya akan di transfer ke rekening Mbak Sandra!” Lelaki itu menyerahk