Beranda / Romansa / Ketika Istriku Minta Talak / Bab 117. Lelaki Yang Hampir Membunuhmu Itu Kirim Salam

Share

Bab 117. Lelaki Yang Hampir Membunuhmu Itu Kirim Salam

Penulis: Helminawati Pandia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bab 117. Lelaki Yang Hampir Membunuhmu Itu Kirim Salam

Kasihan lelaki ini. Telah kehilanagn Kak Embun,  menanggung beban pikiran dan rasa malu karena ulah papanya,  kini dia curiga aku akan menghancurkan reputasinya.   Sungguh jelek nasipmu, Dokter.

Ternyata,  kedudukan yang tinggi, pendidikan yang tinggi, dan harta yang berlimpah  bukan merupakan jaminan ketenangan dan kebahagiaan seseorang.  Jangankan Kak Embun yang begitu elegant, aku saja yang merupakan  seonggok  sampah busuk, menolak untuk dijadikannya  istri.

“Justru saya ingin menghapusnya Dokter, berikan pada saya! Saya akan segera menghapusnya!” titahku.

“Kalau mmenag kau berbaik hati mau menghapusnya, izinkan saya saja yang melakukannya, Re! Biar saya yang menghapus! Kau setuju?”

Mungkin dia memang masih tak percaya padaku.  Ini menyangkut r

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ketika Istriku Minta Talak   Bab 118. Panggilan Mama Dari Putri Mas Deo

    Bab 118. Panggilan Mama Dari Putri Mas Deo“Kakak kenal dia? Di mana kalian bertemu? Dia sudah keluar pemjara kan?” tanyaku . Entah mengapa ada rasa lega di hati mendnegar tentang mantan suami Kak Sandra itu.“Dia di rumah, di rumah kakak. Putrinya juga tadi mau ikut, lho. Pengen minta maaf, mewakili papanya katanya.”“Di rumah kakak? Putrinya juga Kakak kenal?” Aku mengerjap, semakin penasaran.“Kenal, dong. Kakak, kan, Kakak kandung dia!”Ops!Kenapa, dunia ini terasa begitu sempit? Hidup ini juga terasa amat rumit. Masalah yang aku hadapi, seperti mata rantai yang saling terkait.Ucapan Kak Liza benar-benar mengejutkan. Aku memang sudah mengenal dia sejak dulu. Saat dia masih berhubungan Mas Ray. Dia juga pernah mai

  • Ketika Istriku Minta Talak   Bab 119. Tangisan Bik Las

    Bab 119. Tangisan Bik Las“Mammmma?” Deandra menatapku sayu.“Iya, Sayang, Mama,” balasku tak tega.“Mamma?” ulangnya mengerjap. Mata kecil itu menatapku seloah tak percaya. Entah apa maksudnya.“Iya, Mama,” sahutku lagi.“Mammma ….” Tiba-tiba tangannya terjulur, berusaha menjangkau tubuhku. Tak bisa. Kini dia mulai memanjat ranjang. Tangisnya pecah memenuhi ruangan, ada apa?“Kenapa dia, Kak?” Mas Deo terlihat bingung.“Bawa keluar saja, Deo! Renata pasti terganggu. Maaf, ya, Re!” Kak Liza menarik tubuh anak kecil itu secara paksa. Tangisnya kian menjadi.Mas Deo memaksa, tangan mungil itu menggapai-gapai ke arahku, seolah memintaku izin dariku. Aku tak tega lagi. Rasa iba menyeruak. Hati dilanda penasar

  • Ketika Istriku Minta Talak   Bab 120. Zina di Rumahku

    Bab 120. Zina di Rumahku“Tidak ada apa-apa, lho, Buk. Saya hanya mau pulang aja, males kerja lagi.” Ketusnya tiba-tiba. Sedikit terkejut aku mendengar nada ketus itu, tetapi tak apalah. Setidaknya dia mulai berkata jujur.“Males kerja, pasti ada sebabnya, kan? Gak mungkin tiba-tiba males gitu aja? Cerita, dong! Nanti, kalau memang alasannya tepat, pasti saya izinin Bik Las berhenti kerja. Gaji Bik Las pun pasti utuh saya bayarkan, ditambah pesangon tiga bulan gaji. Mau, kan?” bujukku lagi.“Bukan masalah uang, Buk. Saya mau keluar … a-- ja! Tanpa di bayar gaji saya bulan ini, juga enggak apa-apa. Yang penting saya bisa keluar dari rumah ini, biar gak ketemu lagi sama Bapak!”Ops! Kan, ini masalahnya. Bapak? Ada apa dengan Papa?“Males ketemu Papa? Kenapa, Bik? Papa udah jahatin Bibik atau bagaimana?” tanyak

  • Ketika Istriku Minta Talak   Bab 121. Kalau Dasar Sampah, Akan Tetap Sampah

    Bab 121. Kalau Dasar Sampah, Akan Tetap Sampah“Bapak gak pernah membicarakannya dengan Ibuk, kan?”“Mungkin dia segan, nah sekarang, saya udah tahu, kalian akan segera saya nikahkan, Bibik mau, kan? Jadi Bibik pulang kampung untuk itu? Bilang, dong! Atur waktunya, agar kami datang melamar kepada orang tua bIbik, ya?”“Bukan, Buk. Saya pergi, bukan untuk dilamar. Bapak udah punya pacar baru, Buk! Perempuan yang ngancam saya itu.”“Jangan diambil hati, kata Papa, kan? Itu artinya gak benar!”“Saya kira juga begitu, Buk. Jadi, saya paksa Bapak agar penuhi janji nikahin saya.”“Bagus, dong! Saya dukung! Kalian memang haru segera menikah.”“Tapi, Bapak udah gak mau, Buk, huuuuu ….”“Papa engggk mau? Kok

  • Ketika Istriku Minta Talak   Bab 122. Korban Bucin {Budak Cinta}

    Bab 122. Korban Bucin {Budak Cinta}“Ada apa? Kenapa gak bilang sekarang aja?” usulku penasaran.“Nanti aja, gak enak ngomongnya di hape, lagi pula kau masih ingin mengumpulkan bukti lebih kongkrit. Belum berani ngomong kalau belum jelas betul.”“Tentang apa, Dian? Tentang Papa?” tebakku langsung mencurigai Papa. Aku yakin, hal itulah yang ingin dismapaikan oleh Dian. Sehingga merasa tidak enak berbicara lewat ponsel.“Eh, kok, kau nebaknya gitu?”“Karena aku sedang di kantor sekarang. Mau nyeledikin Papa?”“Begitu? Apakah Pak Direktur sudah di kantor jam segini?”“Udah, nih aku udah sampai di lantai tiga.” Kumatikan panggilan itu, lalu berjingkat menuju ruangan Direktur.

  • Ketika Istriku Minta Talak   Bab 123. Balasan Buat Embun

    Bab 123. Balasan Buat EmbunSejak itu, aku berusaha menandingi kecantikannya. Asal ada duit, secantik apapun aku bisa. Ini buktinya. Aku yang biasa biasa saja, bisa berubah menjadi seorang perempuan cantik sempurna. Tetapi usahaku sia-sia. Mas Darry tak terpengarruh juga.Eh, si Embun malah berpisah dengan suaminya. Status janda yang disandangnya, mulai menjadi alasan baginya untuk menggoda tunanganku. Iya, si Embun mulai menggoda kekasihku. Sialnya Mas Darryku pun tergoda. Dia meutuskan hubungan denganku, lalu mulai mengejar-ngear janda itu. Benci memenui otakku.Harusnya aku sudah menang dari Embun, bukan? Dia itu hanya seorang perempuan berstatus janda. Memiliki ekor dua orang lagi. Siapa coba yang mau menambah beban tanggung jawab, membesarkan anak-anaknya?Sedang aku seorang gadis, berpendidikan sarjana meski belum bek

  • Ketika Istriku Minta Talak   Bab 124. Candu Asmara Yang Kuberikan, Begitu Memabukkan

    Bab 124. Candu Asmara Yang Kuberikan, Begitu Memabukkan“Diva tidak memilih siapa-siapa, Ma. Diva mau sendiri saja. Pergilah! Kapan-kapan, Diva pasti akan jenguk Mama!”Mama berangkat dengan air mata berderai-derai, iba, sungguh hati iba. Namun, sesak karena luka yang ditoreh Embun lebih menyiksa.Kuraih ponselku, mencari nomor kekasihku.“Mas, Mama mau pergi. Kata Papa, rumah ini akan segera disita perusahaan tempat dia bekerja. Divamu akan tinggal dimana, Sayang? Aku ikut Mama aja, ya. Kita berpisah dulu!”Kalimatku jelas mengandung ancaman. Dan Lelaki itu merasa terancam. Tentu saja. Dia akan kehilangan gadis sempurna seperti aku? Mana mungkin dia sanggup berpisah?Candu asmara yang kuberikan, begitu memabukkan. Tak akan mampu dia lepaskan meski sede

  • Ketika Istriku Minta Talak   Bab 125. Tak Perlu Pakai Otot, Cukup Gunakan Otak

    Bab 125. Tak Perlu Pakai Otot, Cukup Gunakan OtakUps! Gila!Dia memanggilku ‘Nak’. Terbuat dari apa otak perempuan ini, Ya, Tuhan!“Oh, ya, kamu udah sarapan? Mas Rahmad tiap pagi sarapan di sini, lho. Kamu juga boleh, kalau mau. Mama akan menyuruh Indun utuk menyiapkannya,” tawar Diva lagi. Senyum sinis semakin jelas terukir si sudut bibirnya.Aku harus waras. Ya, harus waras. Jangan gegabah Embun! Sabar! Pikirkan cara yang paling tepat menghadapi pelacur murahan ini, ya!Kutentramkan hati, kutenangkan pikiran. Lalu mengeluarkan ponsel dari dalam tas sandang, kucari nomor Dokter Danu.“Mau nelpon siapa, Sayang? Kekasihmu? Si Pecundang, Darry? Iya? Hehehe …. Telponlah! Mama juga sudah kangen! Udah lama enggak bertemu,” sindirnya.Tenang, tak boleh terpancing.

Bab terbaru

  • Ketika Istriku Minta Talak   Bab 206. Tamat

    Bab 206. Tamat Mas Ray berjalan dengan hati-hati. Kubawa memutar dari halaman samping, agar tak usah masuk ke dalam rumah. Waspada harus tetap kujaga. Meski dia bilang sudah bertobat, namun rasa khawatir belum juga bisa sirna sepenuhnya. “Itu suara celoteh mereka?” lirihnya menghentikan langkah, seolah-olah menajamkan pendengaran. “Ya, Raya sudah enam tahun, Radit empat tahun. Mereka sehat dan cerdas. Ayo, kita lihat!” Kulanjutkan langkah. Mas Ray mengikutiku. “Di sini saja!” perintahku menghentikan langkah. “Itu mereka?” gumamnya menatap ke arah kolam renang. Matanya meredup, tetiba mengembun. Beberapa butir air bening luruh di kedua sudut cekungnya. “Ya, itu Raya dan Radit.” “Raya sudah tidak celat lagi sepertinya kalau berbicara?” “Ya, dia sudah bisa berbicara dengan la

  • Ketika Istriku Minta Talak   Bab 204. Kunjungan Suami Pertamaku

    Bab 205. Kunjungan Suami PertamakuTiga tahun kemudian“Ada Pak Ray, Buk!” Bik Anik berjalan tergopoh-gopoh mendatangi aku dan anak-anak di halaman samping.Rika sedang sibuk menyuapi Dava, anak bungsuku dengan bubur bayi. Raya dan Radit tengah berenang. Aku harus membantu Rika mengawasi mereka.Aku dan Rika saling tatap, demi mendengar laporan Bik Anik. ‘Pak Ray’. Nama itu sudah sangat asing terdengar di rumah ini. Anak-anak bahkan tak mengenalnya. Tiga tahun sudah sejak kami sah bercerai, selama tiga tahun itu pula dia tak lagi pernah hadir di dalam perbincangan kami. Raya dan Radit sama sekali tak mengenalnya. Meski dia adalah ayah biologis mereka. Bagi anak-anak, Mas Darry adalah satu-satunya sosok ‘Papa’.“Ibuk, gimana?”Aku tersentak. Bik Anik masih terlihat panik.&nbs

  • Ketika Istriku Minta Talak   Bab 204. Sambutan Calon Mertua Layla

    Bab 204. Sambutan Calon Mertua LaylaPOV Embun=====“Kakak yakin mau usaha di kampung aja?” tanyaku sekali lagi meyakinkan Kak Layla.“Yakin, Dek. Kakak gak bisa di kota besar ini. Mau kerja apa Kakak di sini, coba? Di kantor, kakak gak punya ilmu apa-apa, gak ada bakat juga. Bekal pendidikan Kakak juga gak memadai. Suntuk Kakak tinggal di kota besar ini.”“Serius Kakak mau buka ternak di bekas rumah kakak itu? Gak kasihan sama ipar kakak?”“Mantan, dia bukan iparku lagi.”“Trus Kakak mau tinggal di mana, dong? Di bekas rumah juragan Sanusi?”“Tidak, rumah itu terlalu menyakitkan bagi Kakak untuk ditinggali. Banyak kesakitan yang akan selalu melintas di benak. Seperti mengenang luka saja.”“Trus?”“Kala

  • Ketika Istriku Minta Talak   Bab 203. Akhir Cinta Liza Bermuara Bahagia

    Bab 203. Akhir Cinta Liza Bermuara BahagiaLelaki itu meraih kunci mobilnya dari saku sambil berjalan. Tanpa menoleh lagi, kakinya melangkah menuju teras, langsung ke halaman, di mana mobilnya terparkir. Kaki ini serasa tertancap, begitu berat untuk digerakkan. Mulut ini terasa kaku, lidah pun kelu, tuk mengucap sekedar sepatah kata, untuk mencegahnya pergi.Benak dipenuhi bimbang. Bagaimana sebenarnya perasanku pada dokter itu. Benarkah rasa pada Mas Ray mengalahkan rasaku untuknya? Hey, berfikirlah Liza! Berfikirlah cepat?Bagaimana bisa seorang durjana, seorang narapidana, bahkan kini mengalami gangguan jiwa, bisa menjadi rival bagi seorang pria seperti Dokter Indra? Di mana logikanya? Dokter Indra yang begitu baik, sopan, serius, tak pernah menyakiti hati meski tak sengaja. Tak pernah, sama sekali tidak pernah.Mungkin sikapku te

  • Ketika Istriku Minta Talak   Bab 202. Ektrapart Liza (Dillema Berakhir Juga)

    Bab 202. Ektrapart Liza (Dillema Berakhir Juga)====Aku tersentak kaget, saat Deo memberitahu tentang kondisi terakhir Mas Ray. Jujur, hati teramat sakit mendengar berita ini. Bagaimana bisa aku sanggup mendengar kabar tentang deritanya? Tidak, aku tidak sanggup sebenarnya. Pria itu kini dirawat di rumah sakit jiwa.Aku memang perempuan bodoh. Berkali disakiti, dikhianati, bahkan di injak-injak harga diri ini. Namun, rasa di hati tak pernah sungguh-sungguh mati. Rasa itu tetap ada, meski tak bersemi lagi. Rasa itu telah memilih tempat yang dia ingini. Di sini, di relung hati ini.Mas Ray adalah cinta pertama bagiku. Untuk pertama kali aku mengenal yang namanya laki-laki, itu adalah Mas Ray. Awalnya terasa begitu indah, cinta tumbuh subur di hati, berurat dan berakar tanpa penghalang, bahkan kami telah merencanakan pernikahan. Hari lamaran pun ditentuka

  • Ketika Istriku Minta Talak   Bab 201. Mas Ray Terpaksa Di Bawa Ke Rumah Sakit Jiwa

    Bab 201. Mas Ray Terpaksa Di Bawa Ke Rumah Sakit Jiwa“Maaf, Raya dan Radit masih sangat kecil, tak bagus bagi mereka berada di lokasi tahanan itu, saya juga gak mau psikologis Raya terganggu, saat melihat papanya di dalalm kurungan. Maaf sekali, saya tidak bisa mengizinkan.” Itu jawaban Kak Embun. Papa dan Mama hanya bisa pasrah.Mas Ray menemui kami dengan dengan diantar oleh seorang petugas lapas. Sama sekali dia tidak mau menatap wajah kami. Berjalan menunduk, lalu duduk di depan kami, masih dalam keadaan menunduk. Tubuh kurusnya membuat hati miris, begitu besar perubahan penampilan abangku ini.“Ray, kamu sehat, Nak?” Mama memulai pembicaraan.Diam membisu. Tak ada jawaban dari mulutnya. Wajah dengan tulang pipi menonjol itu masih menunduk menekuri lantai.“Kamu mikiri apa, Ray. Masa tahananmu hanya beberapa t

  • Ketika Istriku Minta Talak   Bab 200. Rencana Lamaran Papa

    Bab 200. Rencana Lamaran Papa “Saya disuruh nanya Bapak dan Emak, kata Bapak, mau datang.” “Papa mau datang ke rumah Bik Las?” Wanita itu mengangguk. Menunduk malu-malu. “Papa mau ngelamar Bik Las?” cecarku lagi. “Maaf, Buk.” “Kok minta maaf? Saya malah bangga. Saya lega benar, akhirnya kalian sepakat juga.” “Makasih, Buk. Jadi, Buk Embun setuju?” “Sangat setuju.” “ Makasih, kalian memang anak-anak yang baik.” “Kalian? Maksudnya?” tanyaku terperangah. “Anu, Buk Embun dan Buk Layla. Kalian anak-anak yang sangat baik,” jawabnya tersipu. “Kak Layla juga setuju?” “Ho-oh, kemarin ditelpon Bapak.” “Apa kata Kak Layla?” “Kata Buk Layla, di

  • Ketika Istriku Minta Talak   Bab 199. Embun Hamil?

    Bab 199. Embun Hamil?“Raya, Sayang! Om Dokter mau ngobrol sebentar ya! Raya main sana sama Kak Diyah!” bujukku kemudian.“Ya, Mammma. Oom danan puyang duyu, ya! Nanti tita main tuda-tudaan!” pintanya memohon pada Dokter Danu.“Iya, Sayang. Nanti kita main.” Dokter Danu mengelus kepalanya.“Dadah Om Dokten!”Raya beringsut turun dari pangkuan Dokter Danu, lalu berlari kecil menuju ruang tengah, di mana Diyah dan yang lain sedang berkumpul.“Ada apa ini, tumben datang berdua ke sini, ini udah hampir malam, lho?” tanyaku berbasa basi.“Anu, aku … mau minta maaf, kejadian tadi pagi,” jawab Dian terbata-bata.“Oh, gak perlu minta maaf, apalagi pakai acara datang ke sini segala! Tadi aku memang a

  • Ketika Istriku Minta Talak   Bab 198. Asmara Di Dalam Mobil

    Bab 198. Asmara Di Dalam MobilWajah Mas Danu semringah, senyumnya terlihat samar di bawah penerangan lampu mobil yang temaram. Aku bahagia melihat senyum kebahagiannya. Inilah cinta sejati. Kita akan sangat bahagia, saat melihat pasangan kita bahagia.“Kenapa menatapku begitu?”“Oh,” gumamku menunduk. Pasti wajah ini merona, kurasakan ada getaran hangat yang menjalar di kedua pipi.“Sekarang kamu jawab permintaanku tadi! Diva menunggu jawabanmu!” Mas Danu bertanya lagi. Dan aku berdebar lagi. Bahkan kian hebat kini.Momen ini terasa sangat istimewa. Kini aku memahami, mengapa banyak perempuan bilang bahwa saat yang paling mendebarkan itu adalah saat sang kekasih meminta kita menjadi pendampingnya. Bukan hanya sebagai pacar semata. Artinya dia telah benar-benar mantap dengan pili

DMCA.com Protection Status