Share

Bab 68 Menyentuh Hati

Penulis: Dama Mei
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-31 10:59:59

Maya menghapus air matanya cepat-cepat sebelum menurunkan kaca jendela. “Pulanglah. Aku cuma butuh waktu sendiri," ucapnya, menghindari tatapan Reza.

“Aku tidak akan pergi sebelum kamu keluar dari mobil,” tandas Reza, begitu keras kepala.

Maya mendesah panjang, merasa bimbang. Akhirnya, dia membuka pintu mobil dan keluar. Air hujan yang dingin menyentuh wajahnya yang masih sembab oleh air mata.

“Kenapa kamu harus lari?” Reza mengencangkan suaranya demi menyamai suara hujan. “ Aku bisa jelaskan semuanya. Ini tidak seperti yang kamu pikirkan,”

Maya menatap Reza dengan mata berkaca-kaca. “Apa kamu tidak lihat? Kehadiranku hanya memperumit semuanya. Aku tidak ingin membuat hidupmu sulit, Za,”

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 69 Stigma

    Bibir mereka bertemu dalam ciuman yang lembut. Reza mengulum bibir Maya, memejamkan mata demi menikmati setiap detil yang terasa. Untuk sesaat, waktu terasa berhenti. Hujan di luar seperti menghilang, meninggalkan mereka dalam kehangatan momen itu.Hening menyelimuti mereka di dalam mobil. Hujan deras di luar menciptakan ritme yang menenangkan. Maya menatap ke luar jendela, mencoba menyembunyikan perasaan berdebar. Tapi pandangan Reza tetap tertuju padanya. Seakan tidak ada hal lain yang lebih penting dibandingkan Maya saat ini.“Aku tidak akan pernah membiarkan kamu sendirian lagi, May,” ucap Reza pelan.Maya terdiam, hatinya berkecamuk. Dia hanya bisa menelan ludah. Dan perlahan menoleh ke arah Reza yang masih menatapnya tanpa berkedip."Aku takut, Reza ...

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 70 Tidak Pernah Peduli

    Reza melangkah masuk ke butik Viona dengan langkah tegas. Seorang asisten butik langsung menyambutnya. Tetapi Reza mengangkat tangan, menolak dengan halus."Aku mau bicara dengan Viona. Di mana dia?" tanya Reza, memasang wajah ketus."Oh, sebentar, Pak Reza. Saya panggilkan Ibu Viona," jawab asisten itu.Tidak lama kemudian, Viona muncul dari ruang belakang dengan senyum girang. Wanita itu selalu tampil sempurna, dengan gaun maxi yang membungkus tubuh indahnya. Viona tidak menyangka Reza akan datang untuk menemuinya."Reza ... Apa kabar? Tumben sekali kamu datang ke sini," sapa Viona dengan mata berbinar.Reza tak membalas senyuman itu. Tatapannya tajam, membuat Viona sedikit tertegun.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 71 Aturan Kuno

    Nina duduk di ruang tamu rumah Bima, yang kini lebih sering dikunjungi oleh Sulastri. Dengan rambut yang tergerai rapi dan wajah yang terlihat segar, Nina asyik menikmati segelas jus sambil berselancar di media sosial. Di sudut lain, terdengar suara tangisan bayi yang menggema dari kamar. Sulastri terlihat mondar-mandir dengan bayi di gendongan, berusaha menenangkan cucu barunya."Ini anak kenapa lagi sih, Nin? Kayaknya popoknya harus diganti," Suara Sulastri terdengar dari arah kamar.Namun Nina hanya melirik sekilas. "Iya, Ibu. Ibu kan yang lebih mengerti cara mengurus bayi," jawab Nina santai, bahkan tanpa sedikitpun rasa segan. Dia menyeruput jus dengan santai, seolah tanggung jawab itu bukan miliknya.Sulastri keluar dari kamar dengan wajah lelah. Masih menggendong bayi yang kini mulai tenang. "Nina, kamu ini i

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 72 Semua Diambil

    Nina berdiri dengan tatapan tajam, menatap langsung ke arah Viona. Dia tidak menerima uluran tangan Viona. Sementara Sulastri terlihat canggung diantara dua wanita itu, seperti tidak tahu harus berbuat apa.Nina meletakkan kantong plastik berisi makanan yang dibawanya ke atas meja. Wajahnya dingin. Senyum tipis yang terlihat di bibirnya sama sekali tidak menunjukkan keramahan."Jadi, kamu ini siapa sebenarnya? Dan ada urusan apa sampai repot-repot mampir ke sini?" tanya Nina tanpa basa-basi.Viona mengangkat alis, seolah tidak menyangka Nina akan bertanya begitu frontal. Namun, dia tetap tenang. Dengan gerakan anggun, dia menarik kembali uluran tangannya dan tersenyum tipis.“Saya Viona. Kebetulan, saya mengenal Bima," jawab Viona singkat.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 73 Bukan Sesuatu yang Mudah

    Nina melangkah masuk ke kantor Bima dengan langkah cepat. Wajahnya tegang, kedua tangannya mengepal erat. Ada sorot kemarahan bercampur kecemasan di matanya. Saat dia mencapai pintu ruang kerja Bima, tanpa mengetuk dia langsung mendorong pintu hingga terbuka lebar.“Bima!” seru Nina. Langsung menarik perhatian Bima yang sedang duduk di balik meja kerjanya.Bima yang tengah sibuk menandatangani dokumen, menegakkan tubuhnya dengan alis terangkat. “Ada apa? Kenapa kamu datang ke sini?” tanyanya bingung.Nina mendekat, tangannya bersilang di dada. Matanya menatap tajam ke arah pria itu. “Aku mau tanya sesuatu, dan kamu harus jawab dengan jujur,” katanya, tanpa basa-basi.Bima mendesah pelan, lalu menyandarkan punggungnya ke kursi. “B

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 74 Jadi Lebih Mudah

    Suasana ruang kantor Arman terasa tenang, tetapi ketegangan mulai terasa begitu Bima masuk. Sebagai penasihat keuangan sekaligus sahabat dekat Bima, Arman sering menjadi tempat curhat Bima. Tapi kali ini ekspresi Bima terlihat jauh lebih serius daripada biasanya.“Arman, aku butuh bantuanmu,” kata Bima sambil menatap lurus.Arman mengangkat alis, meletakkan pulpen ke atas meja. Lalu bersandar di kursinya.“Bantuan soal apa? Dari nada suaramu, sepertinya ada sesuatu yang besar,” tebak Arman.Bima menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan emosinya sebelum bicara. “Ini soal rumah itu. Aku dengar dari Nina, rumah itu sekarang secara resmi kembali menjadi milik Maya. Dan, ya, perceraian kami sudah selesai, tapi aku tidak bisa kehilangan rumah itu. Itu satu-satunya tempat tinggal untuk Nina dan anakku. Aku mau kamu bantu aku mencari cara agar rumah itu tetap jadi milikku,”Arman mengerutkan dahi, lalu menyandarkan siku di atas meja. “Bim, aku mengerti situasimu. Tapi kamu tahu dari aw

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 75 Hidup Tenang

    Nina menahan napas di balik dinding koridor. Tubuhnya menempel erat pada tembok saat pintu ruangan itu terbuka. Bima melangkah keluar, wajahnya tampak tegang dan serius. Tanpa menoleh ke kanan atau kiri, pria itu berjalan lurus menyusuri lorong.Begitu langkah kaki Bima semakin jauh, Nina mengintip perlahan. Dia memastikan tidak ada orang lain sebelum akhirnya menyelinap ke dalam ruangan Arman dengan cepat.Di dalam ruangan, Arman masih sibuk merapikan berkas-berkasnya. Dia terkejut saat melihat Nina tiba-tiba masuk dan menutup pintu dengan cepat."Nina?" tanya Arman heran. "Apa yang kamu lakukan di sini? Bima sudah pulang,”Nina mendekat, matanya menatap tajam ke arah pria itu. "Aku dengar semuanya," ucap Nina antusias.Arman terdiam. Dahinya berkerut. “Apa maksudmu?”“Dasar!” Nina mendengus. Dia melemparkan tas tangannya ke atas meja, bersandar sedikit ke tepi meja kayu itu. "Aku ada di luar pintu tadi. Aku dengar kamu bilang kalau satu-satunya cara agar rumah itu tidak jatuh ke tan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 76 Begitu Damai

    “Kita mau kemana?” tanya Maya, setelah duduk manis di kursi mobil Reza.Namun Reza hanya tersenyum penuh rahasia. “Tunggu saja,” jawab Reza ringan. “Aku ingin kamu bersantai malam ini,”Malam itu setelah menjemput Maya dari apartemennya, Reza membawa Maya pergi ke luar kota. Perjalanan mereka ditemani alunan musik lembut dari radio mobil. Sesekali Reza melirik Maya, kemudian menggenggam tangan wanita itu.Maya menikmati perjalanan dengan memperhatikan jalanan yang semakin sepi dan dipenuhi pepohonan tinggi di sisi kiri dan kanan. Udara mulai terasa lebih sejuk, menandakan mereka semakin jauh dari pusat kota.Sekitar satu jam perjalanan, akhirnya mereka tiba di tujuan. Sebuah villa mewah yang terletak di tepi danau yang tenang. Cahaya lampu kecil yang menggantung di sepanjang pagar kayu memberikan suasana hangat dan romantis. Dari kejauhan, Maya bisa melihat permukaan danau yang berkilau memantulkan sinar bulan.“Villa?” Maya menoleh ke arah Reza dengan ekspresi bingung.“Aku ingin kit

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03

Bab terbaru

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 86 Memilih untuk Melindungi

    Raka menelan ludah. Berusaha tetap tenang meski kepalanya terasa berdenyut hebat. Dia melirik sekilas ke luar ruangan. Femil masih berdiri di sana, seolah menunggu dan mengawasinya.Bima menatapnya tajam. “Aku tunggu sampai kamu mau bicara,”Raka menghela napas panjang, mencoba menyusun jawaban yang masuk akal. Tidak mungkin dia mengatakan yang sebenarnya. Tidak dengan Femil yang berdiri di sana, dengan belati tersembunyi di balik jaketnya.“Nina memberiku uang untuk usaha,” jawab Raka.Alis Bima terangkat. “Usaha?”Raka mengangguk. “Aku dan Vina berencana membuka usaha. Kami sudah lama membicarakannya. Tadinya aku mau cari modal sendiri, tapi Nina tahu rencana ini dan menawarkan bantuan. Itu saja,”Bima menatapnya lama, seolah menimbang kebenaran dari kata-kata Raka.“Usaha apa?” tanya Bima akhirnya.Raka menghela napas. “Kami ingin membuka butik kecil. Vina sudah lama ingin punya bisnis sendiri,”Ekspresi Bima tetap tajam. “Kenapa Nina tidak bilang apa-apa padaku soal ini?”Raka ber

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 85 Ancaman Nyata

    Raka menghela napas panjang. Lalu bersandar ke kursi, mencoba menunjukkan ekspresi tenang meskipun hatinya berdebar. “Aku sudah bilang, kan? Itu bukan urusanmu, Kak. Uang itu adalah urusan pribadiku dengan Nina,”Bima mendekat lagi, tangannya bertumpu di meja kerja Raka. Sorot matanya semakin tajam, penuh kecurigaan. "Uang ratusan juta itu berasal dari kartuku. Jadi, tentu menjadi urusanku sekarang,"Raka terdiam. Dia tahu Bima tidak akan menyerah sampai mendapatkan jawaban yang dia inginkan.“Atau aku harus bicara langsung dengan Nina?” tanya Bima, karena Raka tidak lagi bicara.Raka menatap Bima dengan rahang mengeras. Dia bisa merasakan detak jantungnya semakin cepat."Aku sedang butuh uang dan Nina menawarkan bantuan," jawab Raka. Hanya itu yang terlintas di otaknya sekarang.Bima menyipitkan mata, tidak puas dengan jawaban itu. "Butuh uang? Untuk apa?"Raka menggeram pelan. "Kamu tidak perlu tahu," katanya keras.Ruangan itu terasa semakin sempit karena tatapan tajam Bima yang ti

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 84 Memberimu Uang

    Bima duduk di ruang kerjanya, menatap layar laptop dengan dahi berkerut. Matanya terpaku pada laporan transaksi kartu kredit yang baru saja dia terima melalui email dari bank. Sebuah transaksi besar—ratusan juta rupiah—keluar dari salah satu kartunya.Dia menggeser kursi sedikit mendekat. Matanya menyusuri setiap detail laporan itu. Waktu transaksi, tempat, dan jumlah yang tertera membuat hatinya mulai dipenuhi tanda tanya. Dia tidak ingat pernah mengeluarkan uang sebanyak itu dalam waktu dekat.Dengan rahang mengeras, Bima menghela napas dalam. Dia berusaha mengingat, tapi tidak ada satu pun pengeluaran yang sesuai dengan nominal tersebut.Tangannya bergerak cepat mengambil ponsel dan menekan nomor layanan bank. Setelah beberapa nada sambung, suara operator wanita menjawab.“Selamat siang, Pak Bima. Ada yang bisa kami bantu?”“Saya ingin konfirmasi transaksi di kartu kredit saya. Ada jumlah yang tidak saya kenali,” Bima langsung ke intinya.Operator itu meminta beberapa detail untuk

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 83 Bagian Masa Lalu

    Maya masih berdiri di tempat, hatinya diliputi kebingungan. Kenapa Bima ada di sini?Bima yang masih berdiri di depan nisan orang tua Maya, menundukkan kepalanya sejenak. Seolah sedang menimbang kata-kata yang tepat. Udara di pemakaman terasa hening, hanya suara dedaunan yang berguguran terbawa angin yang terdengar di antara mereka."Aku datang ke sini bukan untuk mengganggumu, May," kata Bima akhirnya. Suaranya terdengar berat. "Aku hanya ingin melayat. Aku merasa bersalah pada ayah dan ibumu … ""Merasa bersalah?" ulang Maya, dingin.Bima menarik napas panjang, lalu berjongkok di depan nisan. Tangannya menyentuh batu dingin itu dengan penuh hati-hati, seolah sedang berbicara langsung kepada orang yang telah tiada. "Mereka menerimaku dengan baik saat aku menikah denganmu. Mereka mempercayaiku, menganggapku bagian dari keluarga. Aku berjanji di hadapan mereka untuk menjaga dan membahagiakanmu … tapi aku gagal," jelas Bima.Maya mengerutkan kening. “Semua sudah berlalu … “"Aku mengkh

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 82 Sulit Ditebak

    Maya menutup mulut dengan tangan, tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Dia menatap Reza, kemudian orang tua pria itu. Yang tampak begitu bahagia dan penuh harap.Segalanya terasa seperti mimpi. Tak pernah terpikir oleh Maya bahwa malam ini akan menjadi momen di mana hidupnya akan berubah selamanya.“Maya?” panggil Reza. Kali ini sedikit lebih khawatir karena wanita di hadapannya masih belum merespons.Maya menelan ludah, matanya mulai berkaca-kaca. Dia ingin mengatakan sesuatu, tetapi suaranya seolah tertahan di tenggorokan.Hingga akhirnya, dia mengangguk. “Ya … Aku mau,”Seolah dunia berhenti berputar sejenak.Seketika suara tepuk tangan terdengar dari orang tua Reza. Bahkan beberapa tamu di restoran yang menyaksikan momen tersebut ikut bersorak.Reza tersenyum lega, lalu dengan hati-hati menyematkan cincin itu ke jari manis Maya. Setelahnya dia bangkit dan langsung menarik Maya ke dalam pelukannya.“Terima kasih. Aku sangat bahagia sekarang,” bisik Reza sambil memeluk M

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 81 Penuh Luka Masa Lalu

    Maya melangkah keluar dengan gaun sederhana berwarna biru tua. Rambutnya yang tergerai lembut berayun setiap kali dia melangkah. Maya sudah bersiap sejak setengah jam yang lalu, tapi tetap merasa sedikit gugup.Begitu dia sampai di lobi, Reza turun dari mobil dan berjalan menghampirinya. Pria itu mengenakan kemeja hitam dengan lengan yang digulung hingga siku. Begitu menawan. Senyum khasnya langsung menghangatkan hati Maya.“Kamu cantik,” puji Reza. Matanya menelusuri wajah Maya dengan penuh kekaguman.Maya tersipu. “Terima kasih. Kamu juga terlihat … luar biasa,” balasnya.Reza terkekeh pelan. “Jadi, siap untuk makan malam?”Maya mengangguk. “Tapi … kita mau makan di mana?”Reza membuka pintu mobil untuk Maya. “Itu kejutan,” katanya sambil tersenyum misterius.Maya menaiki mobil dan duduk, sementara Reza menutup pintu dan segera mengambil tempat di belakang kemudi. Mobil melaju perlahan meninggalkan apartemen. Lampu kota mulai menyala satu per satu, tampak begitu indah.“Setidaknya b

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 80 Mungkin Nanti

    Siang itu, suasana rumah keluarga Harjono terasa lebih ramai dari biasanya. Meja panjang di tengah ruangan dihiasi dengan piring-piring berisi berbagai masakan mulai dari ayam panggang, sup hangat, hingga aneka lauk yang menggugah selera.Harjono sebagai kepala keluarga, duduk di kursi utama. Di sampingnya Sulastri tampak sibuk menuangkan sup ke dalam mangkuk. Wajahnya berseri-seri, terutama saat melihat Abi yang digendong oleh seorang pengasuh di dekat meja makan.“Lihat bayi kecil ini,” kata Sulastri. “Abi makin besar dan tampan saja. Dia benar-benar cucu kebanggaan keluarga Harjono,”Nina yang duduk di sebelah Bima hanya tersenyum tipis sambil melirik ke arah Sulastri.“Tentu saja,” sahut Harjono sambil menyantap makanan. “Abi adalah penerus keluarga ini,”“Ibu, bagaimana kabar toko?” Vina berusaha mengalihkan pembicaraan.Sulastri tersenyum dan mulai berbicara panjang lebar tentang tokonya. Dia memutuskan untuk membuka toko sembako beberapa bulan lalu, untuk mengisi waktu luang.D

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 79 Kakak Ipar

    Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam ketika Nina mendengar suara mobil Bima memasuki garasi. Dia segera berdiri dan berjalan ke arah pintu, menyambut suaminya dengan senyum manis yang sudah dia latih sepanjang hari.“Sayang, kamu sudah pulang,” sapa Nina lembut saat Bima melangkah masuk ke dalam rumah.Bima tampak lelah. Dasi di lehernya sudah sedikit longgar dan kemejanya kusut setelah seharian bekerja.“Iya. Hari ini benar-benar melelahkan.” Bima menghela napas panjang sambil melepas sepatu.Nina dengan sigap menerima tas kerja Bima dan meletakkannya di meja. “Kamu mau makan dulu atau langsung mandi?” tanyanya dengan suara lembut.Bima mengusap wajahnya. “Mungkin mandi dulu biar segar,”Nina mengangguk mengerti. “Aku sudah siapkan air hangat di kamar mandi,”“Terima kasih,” jawab Bima singkat sebelum berjalan ke kamar mereka.***Setelah beberapa saat, Bima keluar dari kamar mandi dengan piyama. Dia duduk di tepi ranjang sambil mengecek ponsel, sesekali membalas pesan yang m

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 78 Hidup Berantakan

    Suasana bengkel yang tadinya bising dengan suara mesin kini terasa sunyi di antara mereka. Seolah waktu melambat.“Aku tidak butuh tes DNA itu,” kata Nina keras. “Aku yakin, Abi itu anak Bima,”Femil menyipitkan mata, ekspresinya berubah dingin. “Kamu datang padaku, meminta bantuanku. Tapi kamu masih yakin Abi adalah anak Bima?”Nina menghela napas dengan frustrasi. “Ini bukan soal siapa ayah Abi!” teriak Nina. Aku butuh uang, dan kamu satu-satunya orang yang bisa membantuku sekarang,"Femil terkekeh sinis, menyilangkan tangannya di dada. “Kamu pikir aku akan membuang uang lima puluh juta begitu saja untukmu tanpa alasan yang jelas? Aku hanya butuh kepastian,"Nina mendengus. "Femil, tolonglah. Kamu tahu aku tidak punya siapa-siapa lagi yang bisa kumintai tolong," mohon Nina. Dari ekspresinya, tampak jelas kalau dia sangat putus asa.Femil menatapnya tajam. “Jika kamu yakin Abi itu anak Bima, kenapa tidak langsung meminta bantuannya? Kenapa malah datang kepadaku?"Nina terdiam. Dia t

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status