Share

Bab 72 Semua Diambil

Author: Dama Mei
last update Last Updated: 2025-02-01 13:15:36

Nina berdiri dengan tatapan tajam, menatap langsung ke arah Viona. Dia tidak menerima uluran tangan Viona. Sementara Sulastri terlihat canggung diantara dua wanita itu, seperti tidak tahu harus berbuat apa.

Nina meletakkan kantong plastik berisi makanan yang dibawanya ke atas meja. Wajahnya dingin. Senyum tipis yang terlihat di bibirnya sama sekali tidak menunjukkan keramahan.

"Jadi, kamu ini siapa sebenarnya? Dan ada urusan apa sampai repot-repot mampir ke sini?" tanya Nina tanpa basa-basi.

Viona mengangkat alis, seolah tidak menyangka Nina akan bertanya begitu frontal. Namun, dia tetap tenang. Dengan gerakan anggun, dia menarik kembali uluran tangannya dan tersenyum tipis.

“Saya Viona. Kebetulan, saya mengenal Bima," jawab Viona singkat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 73 Bukan Sesuatu yang Mudah

    Nina melangkah masuk ke kantor Bima dengan langkah cepat. Wajahnya tegang, kedua tangannya mengepal erat. Ada sorot kemarahan bercampur kecemasan di matanya. Saat dia mencapai pintu ruang kerja Bima, tanpa mengetuk dia langsung mendorong pintu hingga terbuka lebar.“Bima!” seru Nina. Langsung menarik perhatian Bima yang sedang duduk di balik meja kerjanya.Bima yang tengah sibuk menandatangani dokumen, menegakkan tubuhnya dengan alis terangkat. “Ada apa? Kenapa kamu datang ke sini?” tanyanya bingung.Nina mendekat, tangannya bersilang di dada. Matanya menatap tajam ke arah pria itu. “Aku mau tanya sesuatu, dan kamu harus jawab dengan jujur,” katanya, tanpa basa-basi.Bima mendesah pelan, lalu menyandarkan punggungnya ke kursi. “B

    Last Updated : 2025-02-01
  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 74 Jadi Lebih Mudah

    Suasana ruang kantor Arman terasa tenang, tetapi ketegangan mulai terasa begitu Bima masuk. Sebagai penasihat keuangan sekaligus sahabat dekat Bima, Arman sering menjadi tempat curhat Bima. Tapi kali ini ekspresi Bima terlihat jauh lebih serius daripada biasanya.“Arman, aku butuh bantuanmu,” kata Bima sambil menatap lurus.Arman mengangkat alis, meletakkan pulpen ke atas meja. Lalu bersandar di kursinya.“Bantuan soal apa? Dari nada suaramu, sepertinya ada sesuatu yang besar,” tebak Arman.Bima menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan emosinya sebelum bicara. “Ini soal rumah itu. Aku dengar dari Nina, rumah itu sekarang secara resmi kembali menjadi milik Maya. Dan, ya, perceraian kami sudah selesai, tapi aku tidak bisa kehilangan rumah itu. Itu satu-satunya tempat tinggal untuk Nina dan anakku. Aku mau kamu bantu aku mencari cara agar rumah itu tetap jadi milikku,”Arman mengerutkan dahi, lalu menyandarkan siku di atas meja. “Bim, aku mengerti situasimu. Tapi kamu tahu dari aw

    Last Updated : 2025-02-03
  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 75 Hidup Tenang

    Nina menahan napas di balik dinding koridor. Tubuhnya menempel erat pada tembok saat pintu ruangan itu terbuka. Bima melangkah keluar, wajahnya tampak tegang dan serius. Tanpa menoleh ke kanan atau kiri, pria itu berjalan lurus menyusuri lorong.Begitu langkah kaki Bima semakin jauh, Nina mengintip perlahan. Dia memastikan tidak ada orang lain sebelum akhirnya menyelinap ke dalam ruangan Arman dengan cepat.Di dalam ruangan, Arman masih sibuk merapikan berkas-berkasnya. Dia terkejut saat melihat Nina tiba-tiba masuk dan menutup pintu dengan cepat."Nina?" tanya Arman heran. "Apa yang kamu lakukan di sini? Bima sudah pulang,”Nina mendekat, matanya menatap tajam ke arah pria itu. "Aku dengar semuanya," ucap Nina antusias.Arman terdiam. Dahinya berkerut. “Apa maksudmu?”“Dasar!” Nina mendengus. Dia melemparkan tas tangannya ke atas meja, bersandar sedikit ke tepi meja kayu itu. "Aku ada di luar pintu tadi. Aku dengar kamu bilang kalau satu-satunya cara agar rumah itu tidak jatuh ke tan

    Last Updated : 2025-02-03
  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 76 Begitu Damai

    “Kita mau kemana?” tanya Maya, setelah duduk manis di kursi mobil Reza.Namun Reza hanya tersenyum penuh rahasia. “Tunggu saja,” jawab Reza ringan. “Aku ingin kamu bersantai malam ini,”Malam itu setelah menjemput Maya dari apartemennya, Reza membawa Maya pergi ke luar kota. Perjalanan mereka ditemani alunan musik lembut dari radio mobil. Sesekali Reza melirik Maya, kemudian menggenggam tangan wanita itu.Maya menikmati perjalanan dengan memperhatikan jalanan yang semakin sepi dan dipenuhi pepohonan tinggi di sisi kiri dan kanan. Udara mulai terasa lebih sejuk, menandakan mereka semakin jauh dari pusat kota.Sekitar satu jam perjalanan, akhirnya mereka tiba di tujuan. Sebuah villa mewah yang terletak di tepi danau yang tenang. Cahaya lampu kecil yang menggantung di sepanjang pagar kayu memberikan suasana hangat dan romantis. Dari kejauhan, Maya bisa melihat permukaan danau yang berkilau memantulkan sinar bulan.“Villa?” Maya menoleh ke arah Reza dengan ekspresi bingung.“Aku ingin kit

    Last Updated : 2025-02-03
  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 77 Masalah Besar

    Raka melangkah masuk ke dalam kafe siang ini. Dia memilih duduk di sudut ruangan yang agak sepi, menjauh dari keramaian. Sambil menunggu, dia mengetukkan jarinya ke meja dengan tidak sabar.Tak lama kemudian, Nina muncul dengan wajah yang terlihat sedikit tegang. Wanita itu mengenakan kacamata hitam besar. Berlagak seakan tidak ingin dibuntuti. Dengan langkah cepat, dia menuju ke meja Raka dan langsung duduk di hadapannya.Raka menyandarkan punggung dengan kedua tangan terlibat. “Kamu kenapa?” tanyanya dengan tawa merendahkan. “Kamu takut ketahuan Bima?”"Kenapa harus bertemu di sini?" bisik Nina dengan nada kesal.Raka menyeringai. “Anakmu dijaga siapa?”“Tentu saja ibumu. Dia lebih menyayangiku daripada istrimu. Bukankah begitu?” Nina menatap Raka tajam. Kemudian melepas kacamata hitamnya.Raka mendengus kesal. “Kamu tahu kenapa aku mengajakmu bertemu di sini,” tandasnya. “Aku mau uangnya. Sudah terlalu lama aku menunggu,"Nina mendesah, meletakkan tas tangan di meja. "Aku butuh wak

    Last Updated : 2025-02-04
  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 78 Hidup Berantakan

    Suasana bengkel yang tadinya bising dengan suara mesin kini terasa sunyi di antara mereka. Seolah waktu melambat.“Aku tidak butuh tes DNA itu,” kata Nina keras. “Aku yakin, Abi itu anak Bima,”Femil menyipitkan mata, ekspresinya berubah dingin. “Kamu datang padaku, meminta bantuanku. Tapi kamu masih yakin Abi adalah anak Bima?”Nina menghela napas dengan frustrasi. “Ini bukan soal siapa ayah Abi!” teriak Nina. Aku butuh uang, dan kamu satu-satunya orang yang bisa membantuku sekarang,"Femil terkekeh sinis, menyilangkan tangannya di dada. “Kamu pikir aku akan membuang uang lima puluh juta begitu saja untukmu tanpa alasan yang jelas? Aku hanya butuh kepastian,"Nina mendengus. "Femil, tolonglah. Kamu tahu aku tidak punya siapa-siapa lagi yang bisa kumintai tolong," mohon Nina. Dari ekspresinya, tampak jelas kalau dia sangat putus asa.Femil menatapnya tajam. “Jika kamu yakin Abi itu anak Bima, kenapa tidak langsung meminta bantuannya? Kenapa malah datang kepadaku?"Nina terdiam. Dia t

    Last Updated : 2025-02-04
  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 79 Kakak Ipar

    Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam ketika Nina mendengar suara mobil Bima memasuki garasi. Dia segera berdiri dan berjalan ke arah pintu, menyambut suaminya dengan senyum manis yang sudah dia latih sepanjang hari.“Sayang, kamu sudah pulang,” sapa Nina lembut saat Bima melangkah masuk ke dalam rumah.Bima tampak lelah. Dasi di lehernya sudah sedikit longgar dan kemejanya kusut setelah seharian bekerja.“Iya. Hari ini benar-benar melelahkan.” Bima menghela napas panjang sambil melepas sepatu.Nina dengan sigap menerima tas kerja Bima dan meletakkannya di meja. “Kamu mau makan dulu atau langsung mandi?” tanyanya dengan suara lembut.Bima mengusap wajahnya. “Mungkin mandi dulu biar segar,”Nina mengangguk mengerti. “Aku sudah siapkan air hangat di kamar mandi,”“Terima kasih,” jawab Bima singkat sebelum berjalan ke kamar mereka.***Setelah beberapa saat, Bima keluar dari kamar mandi dengan piyama. Dia duduk di tepi ranjang sambil mengecek ponsel, sesekali membalas pesan yang m

    Last Updated : 2025-02-05
  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 80 Mungkin Nanti

    Siang itu, suasana rumah keluarga Harjono terasa lebih ramai dari biasanya. Meja panjang di tengah ruangan dihiasi dengan piring-piring berisi berbagai masakan mulai dari ayam panggang, sup hangat, hingga aneka lauk yang menggugah selera.Harjono sebagai kepala keluarga, duduk di kursi utama. Di sampingnya Sulastri tampak sibuk menuangkan sup ke dalam mangkuk. Wajahnya berseri-seri, terutama saat melihat Abi yang digendong oleh seorang pengasuh di dekat meja makan.“Lihat bayi kecil ini,” kata Sulastri. “Abi makin besar dan tampan saja. Dia benar-benar cucu kebanggaan keluarga Harjono,”Nina yang duduk di sebelah Bima hanya tersenyum tipis sambil melirik ke arah Sulastri.“Tentu saja,” sahut Harjono sambil menyantap makanan. “Abi adalah penerus keluarga ini,”“Ibu, bagaimana kabar toko?” Vina berusaha mengalihkan pembicaraan.Sulastri tersenyum dan mulai berbicara panjang lebar tentang tokonya. Dia memutuskan untuk membuka toko sembako beberapa bulan lalu, untuk mengisi waktu luang.D

    Last Updated : 2025-02-05

Latest chapter

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 115 Ikut Campur

    Raka tampak semakin gelisah. Sejenak dia mengelus tengkuk, seakan mencoba untuk menata hati sebelum bicara."Maya, aku butuh perlindunganmu," ujar Raka.Maya mengernyit. "Perlindungan?"Raka mengangguk, ekspresinya tegang. "Aku akan mengungkap sebuah rahasia. Rahasia yang bisa membuatku dalam bahaya,"Jantung Maya berdegup lebih cepat. "Apa maksudmu? Rahasia apa?"Raka menatapnya dalam-dalam. Lalu menunduk sesaat seolah sedang mempertimbangkan kata-katanya. "Ini soal Nina… dan sesuatu yang lebih besar dari itu,"Maya bisa merasakan ketakutan dalam suara Raka. Dia bukan pria yang mudah takut. Tetapi kali ini, wajahnya menunjukkan kecemasan."Aku akan memberitahumu semuanya sekarang. Aku tahu sesuatu yang akan mengubah segalanya," lanjut Raka. "Dan aku butuh tempat yang aman. Aku tidak bisa pulang ke rumah. Femil sudah mengancam akan membunuh istri dan anakku jika aku buka mulut,"Maya mengepalkan tangannya di atas meja. “Apa yang kamu tahu?”Raka menarik napas dalam-dalam sebelum menja

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 114 Membuka Percakapan

    Femil berdiri dengan santai. Senyum tipis penuh kemenangan terukir di wajahnya. Sementara Nina menyilangkan tangan di dada, memandang Maya dengan tatapan penuh kebencian.“Pergilah. Jika kau masih sayang nyawamu,” ancam Femil sekali lagi.Maya menatap keduanya dengan tajam sebelum menghembuskan napas panjang. Dia melangkah mundur, lalu berbalik menuju pintu keluar.Saat tangan Maya menyentuh kenop pintu, dia berhenti sejenak dan berkata tanpa menoleh. “Aku akan mendapatkan rumahku kembali, entah bagaimana caranya. Nikmati kemenangan sementara kalian,”Setelah itu, Maya membuka pintu dan melangkah keluar tanpa menoleh lagi.Begitu Maya benar-benar pergi, Nina berbalik dan langsung meraih tubuh Femil. Melingkarkan lengannya di leher pria itu. Senyum kemenangan terukir di wajahnya.“Kita berhasil menyingkirkannya,” pekik Nina, tubuhnya menempel erat pada Femil.Femil terkekeh, tangannya otomatis melingkari pinggang Nina. Menariknya lebih dekat. “Tentu saja. Aku akan melakukan apapun untu

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 113 Mengganggu Nina

    Maya menekan bel. Butuh beberapa saat sebelum pintu terbuka, dan sosok yang muncul di hadapannya adalah seseorang yang sudah tidak asing lagi—Nina.“Maya?” Nina terdengar terkejut, alisnya berkerut. Jelas, dia tidak menyangka Maya akan datang.Maya menatap Nina tanpa gentar. “Aku datang untuk mengambil kembali rumahku,”Nina tertawa sinis, menyandarkan tubuhnya ke kusen pintu dengan tangan terlipat di dada. “Rumahmu? Rumah ini milik Bima sekarang. Kau tidak punya hak lagi di sini,”Maya menarik napas dalam-dalam, berusaha menahan amarahnya. “Rumah ini masih atas orang tuaku. Aku tidak pernah menyerahkannya secara legal pada siapa pun. Jadi, aku akan mengambilnya kembali,”Mata Nina membulat. “Kau pikir semudah itu? Bima yang tinggal di sini, aku istrinya, jadi—”“Tidak ada hubungannya,” potong Maya tajam. Nina terdiam, rahangnya menegang. Sejenak ekspresi panik terlihat di wajahnya. Sebelum dia kembali memasang senyum liciknya.“Dengar, Maya. Aku tidak peduli. Yang jelas, rumah ini s

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 112 Diam Saja

    “Saya ingin bertemu dengan Ibu Maya Anindita. Tolong sampaikan bahwa ini terkait dengan Pak Bima,” Arman menyebutkan nama dan tujuannya.Resepsionis itu mengangguk, lalu menghubungi seseorang melalui telepon internal. Tak lama, seorang asisten menghampiri Arman. Dan mempersilakannya masuk ke ruangan Maya.Ketika pintu terbuka, Arman melihat Maya yang sedang duduk di balik meja. Mengenakan blus putih dan blazer krem, tampak anggun seperti biasa.Maya mendongak, sedikit terkejut melihat kedatangan Arman. “Arman? Ada apa?”Arman melangkah masuk dan menutup pintu sebelum duduk di kursi di hadapan Maya. Dia menatap wanita itu dengan serius, lalu meletakkan map di atas meja.“Aku datang atas permintaan Bima,” kata Arman tanpa basa-basi.Maya menghela napas, menyandarkan punggungnya ke kursi. “Bima… bagaimana keadaannya?”“Dia sudah lebih baik. Tapi dia masih dalam pemulihan,” jawab Arman. “Dan salah satu hal pertama yang dia ingin selesaikan adalah soal rumah ini,”Maya mengerutkan kening.

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 111 Tak Punya Hak

    Siang itu, ketika Bima sedang beristirahat di ruang keluarga, bel rumah berbunyi. Nina yang kebetulan sedang di ruang tamu segera bangkit dan membuka pintu. "Arman!" seru Nina, matanya melebar. “Bima pasti senang melihatmu datang. Ayo masuk!”Arman mengangguk. "Aku dengar dia sudah pulang,"Nina mempersilakan Arman masuk. Dan pria itu segera melangkah ke dalam ruang keluarga. Begitu melihat Bima yang duduk bersandar di sofa dengan wajah masih pucat, sorot matanya langsung berubah serius.“Akhirnya kau pulang juga,” tukas Arman, tersenyum lega.Bima tersenyum tipis, mencoba duduk lebih tegak. "Aku belum sepenuhnya pulih, tapi setidaknya aku sudah di rumah,"Arman mendekat dan duduk di kursi di dekat Bima. “Jangan khawatir, semuanya masih aman," ucapnya. “Kau tidak perlu mencemaskan kantor,”Bima mengangguk, tetapi ada kegelisahan di matanya. "Aku perlu bicara denganmu nanti, soal keuangan dan … hal lainnya," ucapnya, lebih pelan dari sebelumnya.Arman menangkap nada serius dalam suara

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 110 Mengancam Raka

    “Sayang … !” Nina berseru dengan suara gemetar yang dibuat-buat. “Akhirnya kamu sadar! Aku begitu khawatir … ”Tanpa memberi kesempatan bagi Bima untuk bereaksi, Nina langsung duduk di tepi ranjang dan menggenggam tangannya erat. Mata wanita itu berkaca-kaca, menatap suaminya.“Aku setiap hari berdoa untuk kesembuhanmu,” lanjutnya. “Aku tidak tahu harus bagaimana kalau sesuatu terjadi padamu … ”Bima menatap Nina dengan tatapan kosong. Wajahnya masih pucat, tapi sorot matanya jelas-jelas penuh dengan kelelahan. Dia tidak langsung membalas genggaman Nina, membiarkan begitu saja tanpa benar-benar merespons.Nina mengusap lengan Bima lembut. “Aku rindu sekali … ” bisiknya. “Kamu tidak tahu betapa aku tersiksa selama ini. Aku selalu ada di rumah sakit untukmu … ”Bima masih diam. Ada sesuatu di dalam hatinya yang menolak kata-kata Nina. Ingatan samar saat dia koma perlahan kembali. Tentang suara Maya yang selalu ada di sampingnya, bukan Nina.“Mana Abi?” tanya Bima tiba-tiba.Nina terkesi

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 109 Kehilangan Segalanya

    Bima duduk bersandar di tempat tidur, tubuhnya masih lemah setelah sekian lama koma. Sudah beberapa hari sejak dia siuman, tetapi ada sesuatu yang berbeda. Maya tidak datang lagi.Awalnya dia berharap Maya hanya terlambat atau sedang sibuk dengan sesuatu. Namun, Maya tetap tidak muncul. Tidak ada sosok lembut yang duduk di samping ranjangnya, tidak ada senyuman hangat yang menyambut saat dia membuka mata."Maya tidak akan datang lagi, Bima," ucap Sulastri lembut. Seakan tahu kegelisahan Bima.Bima menegang. Hatinya seakan ditikam sesuatu yang tajam dan menyakitkan. “Oh iya?” sahut Bima dengan suara parau.Sulastri menarik napas panjang. “Dia sudah memilih jalan hidupnya. Dia akan menikah dengan Reza,"Bima terdiam. Matanya menatap lurus ke arah ibunya. Tetapi pikiran Bima melayang jauh. Ada sesuatu yang mencengkeram dadanya begitu erat, membuatnya sulit bernapas."Aku tidak percaya," Bima menggeleng pelan, suaranya bergetar. "Maya tidak akan meninggalkanku begitu saja … Tidak setelah

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 108 Tidak Tahu Diri

    Nina membuka pintu rumah dengan kasar. Dia masih dipenuhi amarah setelah apa yang terjadi di rumah sakit. Dadanya naik turun, emosinya masih menggelegak. Maya mengambil tempatnya. Bahkan Bima yang baru sadar pun menyebut nama Maya lebih dulu.Saat Nina melangkah masuk, suasana rumah tampak sunyi. Lampu-lampu temaram, menyorot ruangan dengan cahaya lembut. Namun begitu dia masuk lebih dalam, Nina langsung mendapati seseorang sudah menunggunya di sofa.Femil duduk dengan santai, salah satu kakinya bertumpu di atas meja. Sebatang rokok terselip di jari, asapnya melayang tipis di udara. Matanya menatap Nina dengan senyum licik."Akhirnya pulang juga," tukas Femil.Nina menggeram, melempar tasnya ke atas meja. Dia berjalan mendekat dengan wajah yang masih penuh kemarahan."Aku muak dengan semuanya!" pekik Nina. "Bima sadar, tapi yang pertama dia panggil adalah Maya! Dan semua orang berpihak padanya!"Femil menyeringai, lalu berdiri perlahan. Menghampiri Nina dengan langkah santai. "Bukanka

  • Ketika Istriku Balik Melawan    Bab 107 Air Mata Mengalir

    Maya berdiri di sudut ruangan, meremas kedua tangan. Seolah ingin menenangkan gejolak perasaannya sendiri. Sejak beberapa hari terakhir, dia nyaris tidak pernah meninggalkan rumah sakit. Hatinya terus dipenuhi kekhawatiran akan kondisi Bima. Namun kini, melihat perubahan yang terjadi, dadanya terasa sedikit lebih ringan.Matanya menatap sosok Bima yang masih terbaring di tempat tidur. Wajah Bima memang masih pucat, tapi napasnya jauh lebih stabil. Dan elektrokardiograf menunjukkan tanda-tanda yang lebih baik. Itu sudah cukup bagi Maya. Itu lebih dari cukup.Maya melangkah lebih dekat, berdiri di sisi ranjang Bima. Dia menatap wajah pria itu, mengingat bagaimana kondisinya saat pertama kali masuk rumah sakit. Saat itu, dia tidak tahu apakah Bima akan bertahan.Reza yang berdiri tak jauh darinya, memperhatikan ekspresi Maya. “Syukurlah, dia sudah membaik,” kata Reza lembut, tanpa nada cemburu.Maya menoleh. Dia mengangguk pelan. "Dia menyelamatkanku. Aku tidak mungkin bisa tenang kalau

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status