Arka menunggu istrinya di luar UGD, di sana Luna tengah ditangani oleh Dokter. Ia mondar mandir dengan perasaan yang tak bisa dijelaskan, rasa takut akan sebuah kehilangan begitu menjalar di hatinya. Tangannya terasa dingin dan berkeringat, sedangkan di dalam istrinya tengah berjuang. Ia berharap semoga istrinya tidak kenapa-napa dan anaknya masih bisa dipertahankan.Menunggu beberapa waktu, Dokter yang menangani istrinya pun keluar. Segera Arka menghampiri Dokter tersebut."Bagaimana, Dok?" tanya Arka dengan wajah pucat, ia begitu panik akan keadaan istri dan anak yang dikandung istrinya."Hampir saja keguguran, Pak. Tapi beruntung anak yang dikandung Bu Luna masih bisa bertahan."Mendengar kabar ini seketika membuat Arka bernafas lega."Lain kali tolong dijaga kandungannya, Pak. Kemungkinan besar Bu Luna mengalami stress dan juga kelelahan," ucap Dokter tersebut.Arka langsung teringat jika beberapa waktu ini istrinya sangatlah kurang tidur. Bahkan dengan beberapa masalah yang ada
Tak mau lebih panas lagi, ia pun langsung menutup pintu dengan sedikit keras sampai istrinya terlonjak kaget.Begitupun dengan Abi dan juga Lea yang berada di luar.Mereka tak menyangka jika pembicaraan mereka akan terdengar dari dalam.Sedangkan Arka langsung bejalan ke arah istrinya dan duduk di samping Luna. Nafasnya memburu, ia begitu marah mendengar ada orang yang masih mencintai istrinya, ia tak rela jika istrinya dicintai lelaki lain, walaupun istrinya itu tidak menanggapi."Kamu kenapa, Mas?" tanya Luna."Enggak." Kalau sedang enggak mood, maka Arka akan menjawab satu kata saja."Lalu kenapa muka ditekuk kaya gitu?""Biasa aja."Sedangkan Luna yang melihat suaminya bersikap seperti ini tak bisa menahan kesalnya. lalu ia pun membalas sikap suaminya dengan diam dan cuek.Kehamilan ini memang membuatnya lebih sensitif dan apa-apa harus dituruti. Apalagi ia tak bisa dicuekin begitu saja. Memang, bawaan bayi berbeda-beda, dan itu yang dialami Luna pas kehamilan kedua dan ketiga, se
"Apa kamu serius dengan apa yang kamu ucapkan?" tanya Arka dengan menatap tajam ke arah istrinya. Sungguh, jika benar apa yang diucapkan Luna, maka dalam hatinya merasa tak terima dan terhianati."Kamu percaya?" tanya Luna sambil tertawa terbahak-bahak. Wajah suaminya yang awalnya masam kini berubah lebih masam lagi."Aku tidak suka bercanda seperti ini," ketus Arka."Ya lagian, udah tahu aku cintanya sama kamu, masih saja bertanya tentang perasaan. Memangnya apa yang membuat kamu ragu dengan hatiku? Apa selama ini aku kurang perhatian sama kamu? Apa perasaan yang aku tunjukkan belum bisa menembus hati kamu? Apa pelayanan yang aku berikan terasa kurang sampai kamu bertanya hal sekonyol ini?" "Poin yang ke tiga yang kurang. Kamu jarang mau ketika aku ajak itu-itu," ucap Arka."Kamu ngajaknya enggak kira-kira, lebih tepatnya ketika pada waktu yang tidak pas," jawab Luna.Arka pun hanya nyengir kuda.Keesokan harinya, Luna sudah diperbolehkan pulang karena kondisi yang semakin membaik.
"Mas Arka!" Luna yang memang paham karakter suaminya seperti apa ketika marah, kini tak akan tinggal diam. Ia takut jika suaminya itu akan berbuat keributan di rumah orang. Walaupun tak bisa dipungkiri jika ia merasa kecewa dengan sikap Dara."Kamu di sini saja, Sayang. Kamu belum sepenuhnya sehat," ucap Arka sambil memegang tangan istrinya yang sedang mencoba menahan kepergiannya."Biarkan saja Dara, biarkan itu menjadi urusan mereka. Kamu tak seharusnya ikut campur dalam hal ini, ingat kamu itu siapa," ucap Luna.Mendengar hal ini tentu Arka merasa tak terima, bukankah istrinya itu sudah tahu apa posisi dirinya dan siapa dirinya bagi sang bibi. Selain bibinya menganggap ia sebagai anak, Ia pun juga menganggap bibinya sebagai pengganti sang ibu yang telah lama tiada."Dia itu bibiku, dia juga ibuku. Posisi dia sama seperti ibu di hatiku, walaupun dia tak bisa menggeser kamu, tetapi aku sayang sama dia seperti halnya sayang sama ibuku."Luna mengangguk paham. Tapi saat ini yang lebih
"Mau apa kalian ke sini!" bentak seseorang. Tak hanya itu, lelaki tersebut juga menarik paksa Luna untuk menjauh sampai Luna meringis kesakitan.Arka yang melihat kejadian ini tak tinggal diam, lantas ia melayangkan bogem mentah pada lelaki tersebut, ia tak suka jika ada satu orang yang berani menyakiti istrinya.Sempat terjadi perkelahian sampai pada akhirnya Luna memukul lelaki tersebut dengan kayu yang berada tak jauh darinya.Lelaki itu terlihat tersungkur dengan darah yang menetes di kepalanya. Segera Luna cepat-cepat datang menghampiri Oliv dan juga ibunya, dengan sedikit kepayahan, Luna membawa mereka masuk ke dalam mobil, sedangkan Arka memberi kode supirnya untuk segera melajukan kendaraan.Adapun lelaki tadi, entah ke mana perginya, tapi kata Arka, lelaki tersebut lari, sepertinya sudah kabur. Tapi dugaan mereka salah, saat mobil mulai menjauh, dari belakang terdapat rombongan lelaki tadi. Tidak hanya satu, lebih dari lima orang yang mencoba mengepung mobil yang ia tumpangi.
Luna dan Arka seharian menunggu di rumah sakit. Mereka hanya berdua karena Alfi belum kembali juga."Hallo, Bi," ucap Luna saat asistennya itu menelpon. Di sana dia mengabari jika Arsya rewel dan terus mencari mamanya."Ya sudah, sebentar lagi aku akan segera pulang." Luna pun menutup teleponnya dan kini ia segera beranjak."Arsya rewel, Mas. Aku pulang dulu, kamu di sini saja, kasihan Bibi tidak ada yang menjaga," ucap LunaDi sisi lain ia juga merasa lelah, apalagi hari sudah menjelang malam dan ia meninggalkan anaknya hampir satu hari."Sebenarnya aku juga lelah, apalagi akibat perkelahian tadi, badanku rasanya masih remuk. Tapi anak-anak Bibi belum ada yang datang," jawab Arka."Tunggu mereka datang lalu kamu pulang, Mas. Kalau aku lebih baik pulang sekarang, kasihan Arsya.""Ya, kamu pulang saja dengan diantar supir, nanti setelah itu suruh jemput aku," ucap Arka."Iya, Mas."Setelahnya Luna pun beranjak pergi, tak lupa ia memastikan kondisi Oliv dan juga ibunya tetapi ia tak bis
"Anak Alfi diculik orang," ucap Arka yang penjelasan walau tak diminta oleh istrinya. Ia tak mau jika istrinya itu salah paham, Ia melakukan semua itu untuk menenangkan Alfi yang terlihat histeris."Kalau anak diculik itu lapornya bukan kamu tapi polisi. Lagian kalau anak diculik kenapa dia tidak mencari? kenapa malah nangis, dan Kamu seolah jadi pahlawan di sini," ketus Luna.Padahal Ia dan suaminya sudah berjanji untuk menjaga hati pasangannya masing-masing. Tapi sepertinya Arka merupakan janji itu, walaupun pelukan itu diberikan pada sepupu tetapi tetap saja mereka tidak mahram dan bisa saja menimbulkan syahwat. Andaikan mereka dinikahkan pun juga sah-sah saja, tapi kenapa suaminya seolah tidak tahu hukum, tidak bisa menjaga hati istrinya."Alfi belum bisa berpikir saat ini, ia begitu syok."Luna hanya diam saja lantas ia mendekat pada Dara dan menyuruh sepupunya itu untuk masuk."Aku pulang dulu, temui ibumu dan minta maaflah padanya. Tidak akan ada yang kurang jika kamu mau minta
"Tidak. Hal itu aku pastikan tidak akan terjadi, kamu jangan buat aku cemburu, Yang. Kamu tahu sendiri, aku paling tidak bisa melihat kamu berbincang dengan lelaki lain, apalagi jika sampai dipeluk, aku enggak mau.""Kalau gitu biarkan aku tidur. Kamu terlalu menggangguku saat ini," ucap Luna."Aku peluk, ya?""Tidak usah.""Yang....""Mas, aku ngantuk, aku capek. Besok aku harus ke rumah sakit, lagian kita juga belum ke kantor polisi untuk mengurus kasus Oliv dan ibunya. Jadi aku mohon, biarkan aku tidur malam ini."Seketika Arka terdiam, tetapi bukan sebenarnya diam, saat istrinya itu mulai berbaring, ia pun ikut berbaring lalu memeluk tubuh istrinya dari samping. Sempat terjadi penolakan tetapi ia tak peduli dan tetap merekatkan pelukan itu sampai pada akhirnya mereka berdua tidur sambil memeluk. Saat Arka menyadari, ia pun menyunggingkan senyum tipis."Aku tahu kamu sangat mencintaiku, Lun, begitupun aku yang juga mencintaimu, tetapi kamu lebih pintar menahan cemburu daripada aku,
Karena merasa tidak mengenal dan merasa asing terhadap laki-laki itu, ibunya Oliv pun enggan membuka pintu.Ia takut jika orang itu berniat jahat terhadap keluarganya, sebab yang dirinya tahu kalau para penjahat tersebut masih tersisa satu orang yang belum tertangkap."Buka pintunya!" Suara laki-laki tersebut terdengar sangat jelas sambil terus menggedor pintu."Cepat buka!" teriak laki-laki itu kembali.Sedangkan ibunya Oliv masih tertahan di dalam. Lantas Ia pun segera menelpon bu RT untuk membawa beberapa warga ke sini karena dirasa jika orang yang bertamu ke rumahnya saat ini bukanlah orang baik-baik.Berulang kali panggilan itu terhubung tetapi sama sekali tidak diangkat oleh bu RT.Pikiran ibunya Oliv saat ini sudah buntu. Dirinya tidak tahu harus meminta bantuan kepada siapa lagi.Kepada polisi rasanya juga percuma saja, karena Dirinya belum bisa memastikan apakah orang yang berada di luar itu memang punya jahat atau tidak.Setidaknya kalau dirinya memanggil RT, RT bisa menyele
Setelah beberapa hari dari peristiwa itu, kehidupan Arka dan juga Luna mulai membaik.Mereka tidak lagi ketakutan untuk menyongsong hari. Ada banyak rencana-rencana indah yang telah mereka buat setelah hari ini. Tentunya mereka memastikan dulu kalau perusahaan dalam keadaan bagus dari segi keuangan dan yang lain.Beruntung sekali perusahaan Arka tidak jadi bangkrut, dan itu semua berkat bantuan dari istrinya."Ibu katanya mau menginap di sini malam ini, Mas," ucap Luna saat melayani suaminya makan.Arka terlihat sangat lahap sekali setelah beberapa waktu dirinya tidak bisa bernafas lega setelah rentetan peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan."Sama Dio juga?""Ya. Katanya ada sesuatu yang ingin dia bicarakan sama kita. Mungkin tentang masalah pernikahan Dio," jawab Luna yang hanya menduga-duga saja.Sebab selama ini ibunya jarang sekali menginap Kalau tidak ada sesuatu yang penting, ataupun saat dirinya sedang sakit.Itu saja bisa dihitung dengan jari. Bahkan saat Arka masuk rumah
"Singkirkan tubuh kotormu dari kakiku! Rasanya aku sudah tidak sudi lagi dekat-dekat dengan kalian," ucap Arka dengan sangat Ketus."Aku mohon, Jangan sakiti keluargaku karena mereka tidak tahu perbuatanku. Jangan apa-apa kan mereka, cukup aku saja yang kamu hukum. Jangan kedua orang tuaku," ucap Eva yang masih belum mau beranjak dan tetap memegang kaki Arka."Sembahlah Tuhanmu! Kau tidak perlu bersujud seperti ini kepadamu.""Ka! Kita adalah sahabat. Tolong jangan tega sama aku," ucap Eva dan langsung mendapatkan tatapan tajam dari Arka."Sahabat? Lalu kamu mengatakan Aku tega sama kamu. Sekarang aku tanya sama kamu, di sini yang tega itu kamu atau aku. Kamu sendiri yang merusak kepercayaanku sebagai seorang sahabat. Kamu yang pura-pura baik di depanku tetapi menusukku dari belakang. Jangan mengira aku tidak tahu kebusukanmu selama ini. Dan apa yang telah kamu lakukan kepada keluarga kecilku! Jadi tidak usah merasa sok tersakiti Sedangkan kamu sendiri adalah penjahat sesungguhnya!" b
Andi dan juga Eva saling bertatap muka sebentar. Rasanya mereka berdua ingin segera kabur dari sini, tetapi hal itu tidak mungkin mereka lakukan.Saat ini mereka berdua sudah dikepung. Tidak ada celah bagi mereka untuk pergi dari sini Apalagi pistol tersebut sudah mengarah ke arah mereka, yang artinya jika sampai mereka berani kabur maka yang ada para polisi itu akan menembaknya."Tangkap mereka berdua!" perintah salah satu polisi yang kemungkinan besar adalah atasannya.Baik Andi dan juga Eva sama-sama tidak bisa melawan dan hanya pasrah saat polisi itu memborgol tangannya.Kejadian ini pun juga tak luput dari perhatian warga yang memang kebetulan mereka masih berada di rumah dan belum berangkat ke sawah.Mereka menjadi tontonan orang-orang yang berada di sana. Malu? Sudah tentu.Lalu sesaat kemudian mereka pun dibawa oleh polisi.Sementara di tempat lain Arka mendapatkan kabar jika dua orang sahabatnya itu sudah berhasil ditangkap.Tetapi saat ini Dirinya belum merasa puas Kalau bel
"Suara apa itu?" tanya Andi, suami Eva."Mas! Apa jangan-jangan polisi sudah menemukan keberadaan kita?" tanya Eva yang begitu sangat panik karena merasa hidupnya sudah terancam."Kita lewat pintu belakang," ucap Andi yang langsung disetujui oleh Eva.Setelah berhasil keluar dari rumah, lantas Ia pun menoleh ke sana kemari untuk memastikan kalau keadaan aman."Tidak ada polisi. Lalu tadi itu suara apa?" tanya Eva.Dirinya tidak menemukan siapa pun di sana dan keadaan pun juga masih sunyi. "Mungkin tikus atau kucing." Andi menjawab sekenanya saja."Mana kunci mobilnya?" tanya Andi.Eva pun langsung memberikan kunci mobil tersebut kepada suaminya. Lalu setelahnya Mereka pun segera pergi meninggalkan tempat ini.Tetapi tanpa mereka sadari ada seseorang yang melihat kepergiannya dan membuntutinya dari belakang sambil menelpon seseorang.Entah apa tujuan orang tersebut, tetapi yang pasti Andi merasa jika saat ini dirinya memang ada yang mengikuti.Ia pun mengemudikan mobil dengan kecepata
Arka yang baru saja masuk ke ruangan itu pun juga tak kalah kagetnya saat mendengar ungkapan dari Oliv.Laki-laki itu tertahan di sana sambil menatap tajam ke arah Oliv. Rahangnya mengeras dan tangannya mengepal. Ia begitu sangat marah terhadap Oliv.Sungguh tidak menyangka jika wanita yang selama ini selalu ditolong oleh istrinya dan katanya dekat berani meminta sesuatu yang tidak pantas diminta."Bicara apa kamu, Liv?" tanya Luna."Tidak ada laki-laki yang nantinya mau sama aku! Wanita kotor dan telah dijamah oleh beberapa laki-laki. Siapa lagi yang mau sama aku? Gak ada, Lun! Nggak ada laki-laki yang mau sama aku!" ucap Oliv."Tetapi tidak harus meminta suamiku kan? Kamu pasti dapat laki-laki yang baik, tetapi bukan mas Arka," ucap Luna dan Oliv menjawab dengan gelengan kepala."Sudah cukup drama ini! Sayang, ayo kita pulang dan kamu biarkan saja temanmu yang tidak tahu diri ini," ketus Arka lalu menarik paksa istrinya."Nak Arka, tolong maafin Oliv ya," ucap wanita paruh baya itu,
Seketika mata Arka membulat sempurna saat mendapati pesan seperti itu dari Alfi.Segera ia menelpon kembali sepupunya itu."Siapa yang telah mengancammu?" tanya Arka."Keluarganya mas Aldo.""Seharusnya kamu tidak perlu panik dan juga takut. Sebab kamu bisa melaporkan ancaman itu kepada polisi, biar nanti polisi yang akan menindak lanjutinya," ucap Arka.Sebenarnya ia ingin sekali membantu sepupunya itu, tetapi dirinya sadar jika itu bukanlah ranahnya. Masalah Alfi dengan keluarga suaminya, adapun untuk ancaman itu biar nanti Alfi sendiri yang melaporkannya kepada polisi.Dirinya yang sebagai orang luar tidak berani terlalu masuk karena takut dipersalahkan.Apalagi saat ini dirinya banyak sekali masalah-masalah yang belum kunjung menemukan titik terang.Selain ancaman, juga terdapat teror yang membuat istrinya sendiri sampai tidak tenang dan saat ke kantor saja harus ikut."Mas Arka, tolong bantu aku, Mas," ucap Alfi lagi."Fi, bukannya aku nggak mau membantu kamu. Tetapi aku sendiri
"Eva." Arka benar-benar terkejut atas kedatangan temannya itu."Ka, kok kamu ada di sini?" Kini ganti Eva yang bertanya."Aku sedang ada urusan. Lalu kamu sendiri?""Sama halnya denganmu. Aku juga ada perlu di sini," jawab Eva.Sementara kedua laki-laki tadi nampak takut dan sama sekali tidak bisa memandang ke arah Arka."Cepat katakan sekarang juga!" ucap Arka dengan tegas.Dirinya tak ada waktu bermain-main. Siapapun orang yang telah berani mengusik kehidupan istrinya, maka dia harus mendapatkan balasan yang setimpal atas apa yang telah dia lakukan."Tidak ada, Pak," ucap laki-laki tersebut dan membuat Arka semakin geram."Kamu jangan bermain-main dengan saya! Kamu belum mengenal saya seperti apa, saya bisa menjadi singa bagi orang yang berani menantang saya!" ucap Arka dengan mata melotot.Tetapi kedua orang itu sama sekali tidak menggubris ucapan Arka dan memilih untuk menundukkan kepala saja, sampai pada akhirnya salah satu polisi yang melihat Arka tidak bisa mengontrol emosinya
Arka terlihat memanggil suster karena sepertinya Oliv membutuhkan penanganan ekstra karena ketika dilihat-lihat, Oliv terkena gangguan mental.Tak lama suster itu pun datang bersama dengan dokter, dan saat melihat keadaan Oliv Mereka pun langsung memberikan suntikan penenang.Lambat laun mata Oliv mulai terpejam seiring dengan reaksinya obat itu."Dia seperti itu selama di rumah. Dia mengatakan kalau dirinya kotor," ucap ibunya Oliv dengan mata yang sudah basah dengan air mata.Sungguh dirinya tidak menyangka Jika kehidupan anaknya akan malang seperti ini."Luna turut prihatin, Tante. Tetapi data tidak perlu khawatir karena Luna akan selalu ada untuk tante dan Luna akan menjadi orang pertama yang selalu mensuport Oliv," ucapnya.Arka sendiri menatap iba ke arah wanita itu. Tetapi dirinya benar-benar tidak bisa melakukan apa pun saat ini."Tolong bantu Tante. Tante bingung harus berbuat apa," ucapnya dengan tatapan mengiba."Luna akan bantu Oliv semampu Luna, Tante. Kita akan bersama-s