Tak tega, Arka pun langsung merengkuh tubuh istrinya ke dalam dekapan."Jangan diamin aku. Kamu tahu jika aku tak bisa tanpamu, aku enggak bisa ngejalani rumah tangga seperti ini. Aku enggak bisa, Lun. Aku sayang kamu, jadi tolong jangan diamin aku," pinta Arka dengan suara berat. Ia kira saat tidur berpelukan tadi malam kemarahan istrinya sudah reda, nyatanya ia salah."Aku tipikal istri pecemburu, Mas. Aku tidak suka kamu dipeluk maupun memeluk orang lain, kamu tahu itu. Tapi kenapa kamu lakukan? Walaupun hal itu terjadi pada Alfi, nyatanya jika kalian di nikahkan itu sah-sah saja.""Aku reflek karena dia menangis. Maaf jika aku telah melakukan itu, jujur, aku menyesal telah melakukannya," lirih Arka."Kamu tahu gak sih kalau aku tu sayang banget sama kamu, teramat sayang malah, tapi kenapa semakin aku sayang sama kamu, kamu malah sering nyakiti aku?" tanya Luna sambil mengerucutkan bibir."Aku minta maaf, Sayang.""Terkadang aku incure sendiri dengan diriku, kamu tampan, mapan, sem
"Mohon maaf, Pak, parkirnya jangan di sini. Bapak menghalangi jalan," ucap orang itu yang tak lain adalah penjaga parkir di rumah sakit tersebut."Iya, Pak," jawab Arka lalu memarkirkan mobilnya dengan benar.Keduanya tidak langsung turun karena ada penjahat itu di sana. Karena tak mau terjadi sesuatu, lantas Arka pun menelfon polisi, tapi sayangnya saat hendak menelfon polisi, para penjahat itu sudah lebih dulu hilang. Entah ke mana perginya sampai mereka berdua tidak sempat melihatnya."Bagaimana ini, Mas?" tanya Luna panik. Ia takut jika para penjahat itu masih berada di sana. Ingin kembali pulang tapi ia belum sempat melihat keadaan Oliv dan ibunya di dalam."Kita masuk saja, aku pastikan semuanya baik-baik saja," jawab Arka.Selepas ia membantu istrinya mencopot sabuk pengaman, lantas ia pun mengambil alih sang anak dan turun dari dalam mobil."Kamu masuk saja dulu, aku tunggu di sini sama Arsya," ucap Arka."Gak apa-apa?""Enggak. Udah ya, kamu lihat saja di dalam," ucap Arka da
"Kita rumah sakit sekarang," ucap Arka setelah membangunkan sang istri. Raut wajahnya tergambar kecemasan."Ada apa, Mas?" tanya Luna antara sadar dan setengah sadar karena baru saja terbangun. Mana Arsya masih tertidur pulas dalam dekapannya."Bibi," jawabnya dan tak bisa melanjutkan ucapannya.Sedangkan Luna yang seolah paham dan masih dengan dugaan buruknya, kini lebih memilih diam. Setelahnya Arka pun melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Berulang kali Luna mengatakan untuk pelan-pelan saja, tetapi suaminya itu masih tak mengindai ucapannya.Sampai pada akhirnya mereka berdua terjebak macet karena baru saja terjadi kecelakaan beruntun di depan."Siap!" umpat Arka. Luna yang tak suka ketika suaminya mengumpat kini pun menegurnya dengan cubitan agak keras sampai suaminya itu meringis kesakitan."Berulang kali kukatakan jika jadi orang itu harus punya sifat sabar," ketus Luna."Bibi semakin drop, aku gak bisa berpikir apapun," jawabnya. Terlihat wajah kepanikan di sana."Kamu n
"Arka, bagaimana keadaan bibimu?" tanya mertua Dara.Wanita itu sudah mendengar keadaan besannya seperti apa, bahkan ia pun juga sudah memaafkan kesalahan menantunya."Aku juga belum tahu, Bi. Ini saja aku sama Luna baru saja sampai," jawab Arka sambil menerima ponsel yang baru saja disodorkan oleh istrinya itu."Kamu mau ke sana?" tanya suami Dara.Arka mengangguk cepat. Kini tanpa berpamitan pada Luna, ia pun melesat meninggalkan istrinya.Adapun dengan Abi, lelaki itu hanya menyapanya saja tadi dan tak mengobrol seperti biasa.Abi mengatakan jika banyak urusan setelah ini, jadi gak ada waktu untuk ngobrol banyak dengannya."Mama, pulang,"rengek Arsya yang mulai terbangun. Bocah kecil itu lantas menangis dan tak mau diam.Karena tak ada pilihan kecuali membawanya pulang, Luna pun kini mengambil ponsel suaminya dan berniat menghubungi Arka.Tuuutt... tuuutt. Panggilan terhubung tetapi tak juga diangkat. Karena Arsya semakin tak terkendali, akhirnya Luna pun menyimpan ponselnya ke dal
"Arsya sudah tidur rupanya," ucap Arka sambil merebahkan tubuhnya ke atas kasur. Ia sama sekali tak peduli dengan tatapan istrinya yang terlihat aneh. Baginya, malam ini ia hanya ingin tidur bersama anak dan istrinya."Kamu kenapa ke sini? Aku malam ini ingin tidur sendiri," ketus Luna. Ia masih berdiri di tempat yang sama dan enggan untuk mendekat ke arah suaminya.Sedangkan Arka sendiri terlihat cuek, lalu beralih memeluk anaknya yang tertidur di samping dan mulai memejamkan mata.Tak ada gunanya ia meladeni kemarahan istrinya yang dirasa tak masuk akal."Mas!" panggil Luna. Arka pun membuka matanya lalu menatap sang istri."Kenapa kamu sembunyi? Bahkan nomor teleponmu saja kamu non aktifkan," ucap Arka."Aku hanya ingin sendiri dulu."Arka menggeleng lemah. Tak tahukah istrinya itu jika dirinya kebingungan mencarinya. Bahkan rasa takut yang pernah ada, kini muncul kembali saat ia tak bisa menemukan istrinya."Kamu kenapa marah?" tanya Arka lembut, bahkan tatapan sendu ia perlihatk
"Ada apa, Lun?" tanya Arka yang melihat wajah istrinya pucat pasi."Bibi sudah gak ada," jawab Luna begitu saja. Bahkan tak terasa air mata lolos dengan sangat deras di pelupuk matanya."Bibi?" Kini ganti Arka yang merasa tak percaya."Innalilahi wa innailaihi rojiun," lirih Arka dan seketika merasa lemas."Kita langsung ke rumah sakit saja, Mas. Kamu kuat kan?" tanya Luna."Aku kuat kok," jawab Arka.Tanpa merasakan kepalanya yang terasa pusing dan juga kondisinya yang terbilang tidak terlalu vit, kini Arka pun segera bangkit dan bersiap menuju ke rumah sakit."Biar aku saja yang mengemudikan, Mas," ucap Luna tetapi langsung ditahan oleh Arka.Walau begini, dirinya tidak ingin menyusahkan sang istri."Tidak. Kamu cukup duduk di sampingku," ucap Arka.Air mata terus saja membanjiri wajahnya, tetapi walau begitu, dirinya tetap harus kuat demi melihat sang Bibi untuk terakhir kalinya.Setelahnya, Arka pun langsung melajukan mobilnya menuju ke rumah sakit. sedangkan anaknya mereka titipk
Sementara Luna langsung pergi untuk mengurus kepulangan bibi suaminya.Arka sendiri segera keluar untuk mendatangi istrinya tetapi ia tak menemukan siapapun di sana.Dara terlihat di dalam sedangkan Luna tak berada di sana. Segera Arka mencari, dan dadanya bergemuruh hebat. Ia mengira jika istrinya sedang marah karena melihatnya sedang membopong tubuh Alfi.Dalam benaknya ngomel-ngomel, apa istrinya itu tidak tahu kalau saat ini keadaan sedang berduka.Kenapa cemburu buta yang harus di depankan. Karena masih kacau, Arka mengusap wajahnya dengan kasar. Lantas ia pun mencari keberadaan sang istri, dan tak lama kemudian ditemukan kalau istrinya sedang bersama suster.Di sana ia melihat istrinya menandatangani beberapa berkas, dan tak lama kemudian memberikan sejumlah uang yang pada akhirnya ia ketahui jika itu uang untuk membayar bibinya selama di rumah sakit ini."Sayang, rupanya kamu ada di sini," ucap Arka saat istrinya hendak membalikkan badan."Aku sedang mengurus pemulangan jenazah
"Tolong pijitin aku, ya," ucap Arka ketika ia membaringkan tubuhnya ke atas kasur.Setelah beberapa bulan tak menginap di sini, hari ini ia harus berada di sini dalam keadaan berbeda.Biasanya rumah ini akan riuh dengan canda tawa, sekarang rumah ini pun sepi karena hati penuh dengan duka."Aku lihat kamu dari tadi belum makan, mau aku ambilin makanan?" tanya Luna."Aku tidak nafsu makan. Aku ingin tidur saja hari ini," jawab Arka."Ya sudah kalau begitu," ucap Luna yang paham bagaimana perasaan suaminya saat ini. Ia tak mau memaksa jika pada akhirnya akan menimbulkan pertengkaran.Sementara itu, anak-anak bibinya tak ada yang bisa memejamkan mata malam ini. Suasana rumah yang dulu indah, kini menjadi sunyi.Semuanya terasa sangat aneh, setelah pemakaman ibunya seperti ada sesuatu yang tak hidup di rumah ini.Tak terkecuali Alfi yang sedari tadi tak bisa menghentikan tangisannya. Ia begitu sangat kehilangan sang ibu.Ingin sekali mengulangi waktu di mana saat itu ibunya masih sehat da
Karena merasa tidak mengenal dan merasa asing terhadap laki-laki itu, ibunya Oliv pun enggan membuka pintu.Ia takut jika orang itu berniat jahat terhadap keluarganya, sebab yang dirinya tahu kalau para penjahat tersebut masih tersisa satu orang yang belum tertangkap."Buka pintunya!" Suara laki-laki tersebut terdengar sangat jelas sambil terus menggedor pintu."Cepat buka!" teriak laki-laki itu kembali.Sedangkan ibunya Oliv masih tertahan di dalam. Lantas Ia pun segera menelpon bu RT untuk membawa beberapa warga ke sini karena dirasa jika orang yang bertamu ke rumahnya saat ini bukanlah orang baik-baik.Berulang kali panggilan itu terhubung tetapi sama sekali tidak diangkat oleh bu RT.Pikiran ibunya Oliv saat ini sudah buntu. Dirinya tidak tahu harus meminta bantuan kepada siapa lagi.Kepada polisi rasanya juga percuma saja, karena Dirinya belum bisa memastikan apakah orang yang berada di luar itu memang punya jahat atau tidak.Setidaknya kalau dirinya memanggil RT, RT bisa menyele
Setelah beberapa hari dari peristiwa itu, kehidupan Arka dan juga Luna mulai membaik.Mereka tidak lagi ketakutan untuk menyongsong hari. Ada banyak rencana-rencana indah yang telah mereka buat setelah hari ini. Tentunya mereka memastikan dulu kalau perusahaan dalam keadaan bagus dari segi keuangan dan yang lain.Beruntung sekali perusahaan Arka tidak jadi bangkrut, dan itu semua berkat bantuan dari istrinya."Ibu katanya mau menginap di sini malam ini, Mas," ucap Luna saat melayani suaminya makan.Arka terlihat sangat lahap sekali setelah beberapa waktu dirinya tidak bisa bernafas lega setelah rentetan peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan."Sama Dio juga?""Ya. Katanya ada sesuatu yang ingin dia bicarakan sama kita. Mungkin tentang masalah pernikahan Dio," jawab Luna yang hanya menduga-duga saja.Sebab selama ini ibunya jarang sekali menginap Kalau tidak ada sesuatu yang penting, ataupun saat dirinya sedang sakit.Itu saja bisa dihitung dengan jari. Bahkan saat Arka masuk rumah
"Singkirkan tubuh kotormu dari kakiku! Rasanya aku sudah tidak sudi lagi dekat-dekat dengan kalian," ucap Arka dengan sangat Ketus."Aku mohon, Jangan sakiti keluargaku karena mereka tidak tahu perbuatanku. Jangan apa-apa kan mereka, cukup aku saja yang kamu hukum. Jangan kedua orang tuaku," ucap Eva yang masih belum mau beranjak dan tetap memegang kaki Arka."Sembahlah Tuhanmu! Kau tidak perlu bersujud seperti ini kepadamu.""Ka! Kita adalah sahabat. Tolong jangan tega sama aku," ucap Eva dan langsung mendapatkan tatapan tajam dari Arka."Sahabat? Lalu kamu mengatakan Aku tega sama kamu. Sekarang aku tanya sama kamu, di sini yang tega itu kamu atau aku. Kamu sendiri yang merusak kepercayaanku sebagai seorang sahabat. Kamu yang pura-pura baik di depanku tetapi menusukku dari belakang. Jangan mengira aku tidak tahu kebusukanmu selama ini. Dan apa yang telah kamu lakukan kepada keluarga kecilku! Jadi tidak usah merasa sok tersakiti Sedangkan kamu sendiri adalah penjahat sesungguhnya!" b
Andi dan juga Eva saling bertatap muka sebentar. Rasanya mereka berdua ingin segera kabur dari sini, tetapi hal itu tidak mungkin mereka lakukan.Saat ini mereka berdua sudah dikepung. Tidak ada celah bagi mereka untuk pergi dari sini Apalagi pistol tersebut sudah mengarah ke arah mereka, yang artinya jika sampai mereka berani kabur maka yang ada para polisi itu akan menembaknya."Tangkap mereka berdua!" perintah salah satu polisi yang kemungkinan besar adalah atasannya.Baik Andi dan juga Eva sama-sama tidak bisa melawan dan hanya pasrah saat polisi itu memborgol tangannya.Kejadian ini pun juga tak luput dari perhatian warga yang memang kebetulan mereka masih berada di rumah dan belum berangkat ke sawah.Mereka menjadi tontonan orang-orang yang berada di sana. Malu? Sudah tentu.Lalu sesaat kemudian mereka pun dibawa oleh polisi.Sementara di tempat lain Arka mendapatkan kabar jika dua orang sahabatnya itu sudah berhasil ditangkap.Tetapi saat ini Dirinya belum merasa puas Kalau bel
"Suara apa itu?" tanya Andi, suami Eva."Mas! Apa jangan-jangan polisi sudah menemukan keberadaan kita?" tanya Eva yang begitu sangat panik karena merasa hidupnya sudah terancam."Kita lewat pintu belakang," ucap Andi yang langsung disetujui oleh Eva.Setelah berhasil keluar dari rumah, lantas Ia pun menoleh ke sana kemari untuk memastikan kalau keadaan aman."Tidak ada polisi. Lalu tadi itu suara apa?" tanya Eva.Dirinya tidak menemukan siapa pun di sana dan keadaan pun juga masih sunyi. "Mungkin tikus atau kucing." Andi menjawab sekenanya saja."Mana kunci mobilnya?" tanya Andi.Eva pun langsung memberikan kunci mobil tersebut kepada suaminya. Lalu setelahnya Mereka pun segera pergi meninggalkan tempat ini.Tetapi tanpa mereka sadari ada seseorang yang melihat kepergiannya dan membuntutinya dari belakang sambil menelpon seseorang.Entah apa tujuan orang tersebut, tetapi yang pasti Andi merasa jika saat ini dirinya memang ada yang mengikuti.Ia pun mengemudikan mobil dengan kecepata
Arka yang baru saja masuk ke ruangan itu pun juga tak kalah kagetnya saat mendengar ungkapan dari Oliv.Laki-laki itu tertahan di sana sambil menatap tajam ke arah Oliv. Rahangnya mengeras dan tangannya mengepal. Ia begitu sangat marah terhadap Oliv.Sungguh tidak menyangka jika wanita yang selama ini selalu ditolong oleh istrinya dan katanya dekat berani meminta sesuatu yang tidak pantas diminta."Bicara apa kamu, Liv?" tanya Luna."Tidak ada laki-laki yang nantinya mau sama aku! Wanita kotor dan telah dijamah oleh beberapa laki-laki. Siapa lagi yang mau sama aku? Gak ada, Lun! Nggak ada laki-laki yang mau sama aku!" ucap Oliv."Tetapi tidak harus meminta suamiku kan? Kamu pasti dapat laki-laki yang baik, tetapi bukan mas Arka," ucap Luna dan Oliv menjawab dengan gelengan kepala."Sudah cukup drama ini! Sayang, ayo kita pulang dan kamu biarkan saja temanmu yang tidak tahu diri ini," ketus Arka lalu menarik paksa istrinya."Nak Arka, tolong maafin Oliv ya," ucap wanita paruh baya itu,
Seketika mata Arka membulat sempurna saat mendapati pesan seperti itu dari Alfi.Segera ia menelpon kembali sepupunya itu."Siapa yang telah mengancammu?" tanya Arka."Keluarganya mas Aldo.""Seharusnya kamu tidak perlu panik dan juga takut. Sebab kamu bisa melaporkan ancaman itu kepada polisi, biar nanti polisi yang akan menindak lanjutinya," ucap Arka.Sebenarnya ia ingin sekali membantu sepupunya itu, tetapi dirinya sadar jika itu bukanlah ranahnya. Masalah Alfi dengan keluarga suaminya, adapun untuk ancaman itu biar nanti Alfi sendiri yang melaporkannya kepada polisi.Dirinya yang sebagai orang luar tidak berani terlalu masuk karena takut dipersalahkan.Apalagi saat ini dirinya banyak sekali masalah-masalah yang belum kunjung menemukan titik terang.Selain ancaman, juga terdapat teror yang membuat istrinya sendiri sampai tidak tenang dan saat ke kantor saja harus ikut."Mas Arka, tolong bantu aku, Mas," ucap Alfi lagi."Fi, bukannya aku nggak mau membantu kamu. Tetapi aku sendiri
"Eva." Arka benar-benar terkejut atas kedatangan temannya itu."Ka, kok kamu ada di sini?" Kini ganti Eva yang bertanya."Aku sedang ada urusan. Lalu kamu sendiri?""Sama halnya denganmu. Aku juga ada perlu di sini," jawab Eva.Sementara kedua laki-laki tadi nampak takut dan sama sekali tidak bisa memandang ke arah Arka."Cepat katakan sekarang juga!" ucap Arka dengan tegas.Dirinya tak ada waktu bermain-main. Siapapun orang yang telah berani mengusik kehidupan istrinya, maka dia harus mendapatkan balasan yang setimpal atas apa yang telah dia lakukan."Tidak ada, Pak," ucap laki-laki tersebut dan membuat Arka semakin geram."Kamu jangan bermain-main dengan saya! Kamu belum mengenal saya seperti apa, saya bisa menjadi singa bagi orang yang berani menantang saya!" ucap Arka dengan mata melotot.Tetapi kedua orang itu sama sekali tidak menggubris ucapan Arka dan memilih untuk menundukkan kepala saja, sampai pada akhirnya salah satu polisi yang melihat Arka tidak bisa mengontrol emosinya
Arka terlihat memanggil suster karena sepertinya Oliv membutuhkan penanganan ekstra karena ketika dilihat-lihat, Oliv terkena gangguan mental.Tak lama suster itu pun datang bersama dengan dokter, dan saat melihat keadaan Oliv Mereka pun langsung memberikan suntikan penenang.Lambat laun mata Oliv mulai terpejam seiring dengan reaksinya obat itu."Dia seperti itu selama di rumah. Dia mengatakan kalau dirinya kotor," ucap ibunya Oliv dengan mata yang sudah basah dengan air mata.Sungguh dirinya tidak menyangka Jika kehidupan anaknya akan malang seperti ini."Luna turut prihatin, Tante. Tetapi data tidak perlu khawatir karena Luna akan selalu ada untuk tante dan Luna akan menjadi orang pertama yang selalu mensuport Oliv," ucapnya.Arka sendiri menatap iba ke arah wanita itu. Tetapi dirinya benar-benar tidak bisa melakukan apa pun saat ini."Tolong bantu Tante. Tante bingung harus berbuat apa," ucapnya dengan tatapan mengiba."Luna akan bantu Oliv semampu Luna, Tante. Kita akan bersama-s