"Bisa diam enggak!" bentak Alfi yang merasa pusing mendengar anaknya menangis terus menerus."Jangan bentak seperti itu. Dia juga merasakan perih di kaki dan tangannya!" bentak Nina saat melihat kaki keponakannya diperban. Luka yang didapat anaknya Alfi memang terbilang cukup dalam, maka dari itu, anak tersebut harus dirawat walaupun cuma satu malam."Dari tadi rewel terus, Mbak! Aku lelah, aku pusing, aku ingin istirahat sejenak. Apalagi Ibu yang belum kunjung sadar," jawabnya."Tapi tidak dengan membentaknya. coba kamu pikir, apa anakmu akan mengerti ucapanmu? Dia masih kecil, ketika kamu bentak dia tak akan mengerti, yang ada psikisnya akan semakin terganggu. Ini si Dara juga gitu, dari tadi ditelepon enggak diangkat. Sebenarnya ke mana itu anak."Nina pun nampak tak bisa menyembunyikan kekesalannya.***Keesokan harinya, Dara sendiri lebih banyak uring-uringan saat di rumah. Apa yang dilakukan suaminya selalu salah di matanya.Beruntung Dara mempunyai suami yang sabar dan mengerti
"Kamu tenang dulu, Mas. Semua pasti akan baik-baik saja," ucap Luna sesaat setelah mereka bertemu dengan para investor tersebut. Saat ini keduanya sedang menuju ke rumah sakit. Terlihat sekali genggaman tangan Arka yang terasa berkeringat juga dingin, menandakan jika lelaki di sampingnya tersebut tengah merasakan cemas."Aku takut kalau terjadi apa-apa dengan bibiku. Apalagi semenjak beliau sakit, aku belum pernah menjenguknya sama sekali," jawab Arka."Iya, tapi kamu tenang dulu, Mas. Jangan seperti ini.""Iya, Sayang."Tak menunggu lama, keduanya pun sampai di rumah sakit. Kini dengan pelan, Arka melangkahkan kakinya menuju ke ruangan dimana bibinya berada."Pelan-pelan, Mas," ucap Luna sambil membimbing suaminya berjalan karena Arka sendiri tidak mau pakai kursi roda. Ia ingin melatih kakinya agar tidak kaku supaya bisa cepat berjalan."Maaf, ya, jika aku menyusahkanmu terus," ucap Arka.Mendengar ucapan suaminya, seketika Luna langsung menatapnya dengan tajam. Luna sama sekali tak
"Waw, anak menantu sedang bertengkar. Ini akan menjadi gosip terpanas di komplek kita.""Kamu jangan macam-macam, ya!" ucap mertua Alfi dengan ketus. Ia sama sekali tak menyangka jika akan bertemu wanita iblis di sini, apalagi pertemuan ini bukan pada kondisi yang pas."Memang aku melakukan apa? Aku tidak melakukan apapun loh," jawab wanita itu dengan santai."Alfi, kamu kasihan sekali. Sudah hamil di luar nikah, lalu punya suami tukang selingkuh dan yang terakhir punya mertua toxic, ish, malang benar nasibmu," ucapnya dengan senyum mengejek."Siapa yang kamu katakan toxic? Kamu itu wanita murahan, kamu wanita jahat. Dasar iblis betina!" sungut mertua Alfi.Wanita itu langsung meradang ketika mendengar ucapan dari mertua Alfi. Seketika tangannya mengepal keras, lalu ia mendorong tubuh mertua Alfi sampai wanita itu terjengkang ke belakang.Insiden ini tak lepas dari perhatian orang yang berada di sana karena keadaan rumah sakit memang cukup rame mengingat saat ini adalah waktunya jam b
"Kenapa dikasih minum air mineral? Anakku tidak tawar minum itu. Kamu mau membunuh anakku?!" bentak Alfi."Buka matamu dengan lebar, ini air matang. Lagian, siapa yang ingin membunuh? Pikiran picikmu harus segera dihilangkan!" tekan Luna. Tangannya mengepal keras karena tak terima dengan ucapan Alfi, nafasnya memburu, ia benar-benar marah saat ini."Kamu darimana? Anakmu dari tadi nangis cari kamu, tapi kamu tidak cepat kembali," ucap Arka yang baru saja keluar dari toilet."Ini, bawa anakmu sendiri. Menyesal, kenapa tadi tak kubiarkan saja menangis," ketus Luna sambil memberikan bocah kecil itu pada Alfi. Padahal ucapan itu tidak dari hatinya, tetapi karena saking kesalnya, maka tanpa sadar ucapan itu terlontar begitu saja.Lagian mana ada orang yang tega melihat bocah sekecil itu menangis, apalagi posisi dia juga seorang Ibu."Bi, kami pamit pulang dulu, ya. InsyaAllah kapan-kapan kami akan jenguk Bibi lagi," ucap Luna. Sedangkan Arka mengangguk setuju dengan ucapan istrinya."Kenap
Luna menoleh, melihat siapa yang sudah berbicara seperti itu, tetapi karena cahayanya remang-remang, jadi ia tak bisa melihat siapa yang telah berbicara."Dara?" panggil Luna dengan menebak, ia sangat yakin jika orang yang telah membicarakannya itu Dara."Luna?" Dara seolah tak percaya jika orang yang dibicarakan telah ada di sampingnya."Jadi ini? Kamu baik di depanku, sedangkan di belakangku kamu mau membicarakanku? Sungguh aku tak mengira jika bantuan yang kamu berikan itu tidak ikhlas, tau begitu aku tidak akan menerima bantuanmu," ketus Luna."Mas, sepertinya kita tidak usah meluruskan kesalahpahaman kemarin, dari sini aku tahu siapa mereka sebenarnya," ucap Luna pada suaminya."Asal kalian tahu, istriku tidak pernah ada di pihak manapun. Urusan kalian, tak ada sangkut pautnya dengan Luna. Ingat ini baik-baik," ucap Arka. Sebelum Dara dan suaminya menjawab, Arka dan Luna keburu pergi dari tempat itu."Lain kali enggak usah main kabur-kaburan," ucap Arka saat keduanya sudah sampai
Hari ini di komplek tempat tinggal mertuanya Alfi terlihat geger, bukan karena ada maling, tetapi ada gosip terpanas."Sudah menghamili anak orang, kini selingkuh lagi. Benar-benar buaya anak si Ira," ucap seorang wanita."Iya, mana kemarin aku lihat pakai mata kepalaku sendiri, dia bertengkar dengan menantunya di rumah sakit. Ih, kalau jadi aku, sudah tak tabok pakai sandal," jawab Bu Nurul, wanita yang tempo haru bertemu dengan Alfi dan juga mertuanya."Hati-hati, loh. Si Ira suka genit sama laki orang, takutnya suami kalian digoda sama dia," ucap Bu Nurul lagi."Hush, orangnya lewat tuh," timpal yang lain sambil melihat ke arah Bu Ira, Ibu mertuanya Alfi.Seketika mereka diam sambil melihat mertua Alfi dengan tatapan sinis.***"Sayang, jemput Arsya yuk! Kangen banget sama dia," ucap Arka saat mereka menikmati sarapan pagi."Kita harus ke kantor kan, Mas?" tanya Luna sambil memasukkan secentong nasi ke dalam piringnya.Luna memang membiasakan suaminya dan juga anaknya untuk sarapan
Arka dan Luna pun langsung berdiskusi tentang masalah ini. Walaupun ada bukti yang kuat, tetapi setelah banyak pertimbangan, Arka memutuskan untuk menyelidiki lebih lanjut.Sedangkan Luna sendiri, ia merasa jika orang yang dimaksud adalah korban untuk menutupi tersangka sesungguhnya.Tok tok tok... Pintu diketuk dengan pelan dan tak lama kemudian terlihat seorang wanita masuk yang tak lain adalah Eva."Surat pemecatan sudah saya siapkan, ini apa langsung diberikan pada Indah?" tanya Eva."Langsung kamu berikan saja, Va," ucap LunaArka menatap tak percaya ke arah istrinya, padahal baru beberapa menit yang lalu ia dan Luna sepakat untuk menyelidiki lebih lanjut kasus ini, tetapi kenapa istrinya menyuruh Eva untuk memberikan surat pemecatan itu?"Baiklah," jawab Eva dan beranjak untuk pergi."Tunggu sebentar, Va," tahan Luna Seketika wanita itu menoleh. "Ada apa, Lun?""Biar aku sendiri yang memberikannya," jawab Luna"Oh, baiklah," ucap Eva sambil memberikan berkas itu pada istri bosn
Luna mengambil ponsel yang hampir jatuh dari genggaman ibunya Oliv, lalu ia pun melihat isi pesan tersebut.Seketika matanya membulat sempurna saat melihat sebuah foto terpampang di sana, ia membekap mulutnya seolah tak percaya jika itu adalah Oliv.Tak menunggu lama, Ia pun mencoba menghubungi nomor tersebut tetapi sepertinya nomor itu sudah diganti kalau tidak, ya diblokir karena setiap dihubungi sudah tidak tersambung lagi, bahkan pakai nomor berbeda pun tetap tak bisa dihubungi."Kita akan menebusnya Tan. Tante Jangan khawatir, kita akan membawa Oliv kembali," ucap Luna sambil memeluk tubuh wanita di sampingnya itu."Siapa yang berani berbuat ini sepada anakku? Kenapa mereka setega itu? Apa yang sudah Oliv lakukan?" tanyanya sambil terisak. Saat ini ia benar-benar kacau dai tahu harus bagaimana.Sedangkan Luna hanya diam, Ia pun juga tak tahu apa-apa sebab selama ia mengenal Olive, wanita itu nyaris tak pernah mempunyai musuh."Kita harus lapor polisi, Tan. Kita tidak mungkin mel
Karena merasa tidak mengenal dan merasa asing terhadap laki-laki itu, ibunya Oliv pun enggan membuka pintu.Ia takut jika orang itu berniat jahat terhadap keluarganya, sebab yang dirinya tahu kalau para penjahat tersebut masih tersisa satu orang yang belum tertangkap."Buka pintunya!" Suara laki-laki tersebut terdengar sangat jelas sambil terus menggedor pintu."Cepat buka!" teriak laki-laki itu kembali.Sedangkan ibunya Oliv masih tertahan di dalam. Lantas Ia pun segera menelpon bu RT untuk membawa beberapa warga ke sini karena dirasa jika orang yang bertamu ke rumahnya saat ini bukanlah orang baik-baik.Berulang kali panggilan itu terhubung tetapi sama sekali tidak diangkat oleh bu RT.Pikiran ibunya Oliv saat ini sudah buntu. Dirinya tidak tahu harus meminta bantuan kepada siapa lagi.Kepada polisi rasanya juga percuma saja, karena Dirinya belum bisa memastikan apakah orang yang berada di luar itu memang punya jahat atau tidak.Setidaknya kalau dirinya memanggil RT, RT bisa menyele
Setelah beberapa hari dari peristiwa itu, kehidupan Arka dan juga Luna mulai membaik.Mereka tidak lagi ketakutan untuk menyongsong hari. Ada banyak rencana-rencana indah yang telah mereka buat setelah hari ini. Tentunya mereka memastikan dulu kalau perusahaan dalam keadaan bagus dari segi keuangan dan yang lain.Beruntung sekali perusahaan Arka tidak jadi bangkrut, dan itu semua berkat bantuan dari istrinya."Ibu katanya mau menginap di sini malam ini, Mas," ucap Luna saat melayani suaminya makan.Arka terlihat sangat lahap sekali setelah beberapa waktu dirinya tidak bisa bernafas lega setelah rentetan peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan."Sama Dio juga?""Ya. Katanya ada sesuatu yang ingin dia bicarakan sama kita. Mungkin tentang masalah pernikahan Dio," jawab Luna yang hanya menduga-duga saja.Sebab selama ini ibunya jarang sekali menginap Kalau tidak ada sesuatu yang penting, ataupun saat dirinya sedang sakit.Itu saja bisa dihitung dengan jari. Bahkan saat Arka masuk rumah
"Singkirkan tubuh kotormu dari kakiku! Rasanya aku sudah tidak sudi lagi dekat-dekat dengan kalian," ucap Arka dengan sangat Ketus."Aku mohon, Jangan sakiti keluargaku karena mereka tidak tahu perbuatanku. Jangan apa-apa kan mereka, cukup aku saja yang kamu hukum. Jangan kedua orang tuaku," ucap Eva yang masih belum mau beranjak dan tetap memegang kaki Arka."Sembahlah Tuhanmu! Kau tidak perlu bersujud seperti ini kepadamu.""Ka! Kita adalah sahabat. Tolong jangan tega sama aku," ucap Eva dan langsung mendapatkan tatapan tajam dari Arka."Sahabat? Lalu kamu mengatakan Aku tega sama kamu. Sekarang aku tanya sama kamu, di sini yang tega itu kamu atau aku. Kamu sendiri yang merusak kepercayaanku sebagai seorang sahabat. Kamu yang pura-pura baik di depanku tetapi menusukku dari belakang. Jangan mengira aku tidak tahu kebusukanmu selama ini. Dan apa yang telah kamu lakukan kepada keluarga kecilku! Jadi tidak usah merasa sok tersakiti Sedangkan kamu sendiri adalah penjahat sesungguhnya!" b
Andi dan juga Eva saling bertatap muka sebentar. Rasanya mereka berdua ingin segera kabur dari sini, tetapi hal itu tidak mungkin mereka lakukan.Saat ini mereka berdua sudah dikepung. Tidak ada celah bagi mereka untuk pergi dari sini Apalagi pistol tersebut sudah mengarah ke arah mereka, yang artinya jika sampai mereka berani kabur maka yang ada para polisi itu akan menembaknya."Tangkap mereka berdua!" perintah salah satu polisi yang kemungkinan besar adalah atasannya.Baik Andi dan juga Eva sama-sama tidak bisa melawan dan hanya pasrah saat polisi itu memborgol tangannya.Kejadian ini pun juga tak luput dari perhatian warga yang memang kebetulan mereka masih berada di rumah dan belum berangkat ke sawah.Mereka menjadi tontonan orang-orang yang berada di sana. Malu? Sudah tentu.Lalu sesaat kemudian mereka pun dibawa oleh polisi.Sementara di tempat lain Arka mendapatkan kabar jika dua orang sahabatnya itu sudah berhasil ditangkap.Tetapi saat ini Dirinya belum merasa puas Kalau bel
"Suara apa itu?" tanya Andi, suami Eva."Mas! Apa jangan-jangan polisi sudah menemukan keberadaan kita?" tanya Eva yang begitu sangat panik karena merasa hidupnya sudah terancam."Kita lewat pintu belakang," ucap Andi yang langsung disetujui oleh Eva.Setelah berhasil keluar dari rumah, lantas Ia pun menoleh ke sana kemari untuk memastikan kalau keadaan aman."Tidak ada polisi. Lalu tadi itu suara apa?" tanya Eva.Dirinya tidak menemukan siapa pun di sana dan keadaan pun juga masih sunyi. "Mungkin tikus atau kucing." Andi menjawab sekenanya saja."Mana kunci mobilnya?" tanya Andi.Eva pun langsung memberikan kunci mobil tersebut kepada suaminya. Lalu setelahnya Mereka pun segera pergi meninggalkan tempat ini.Tetapi tanpa mereka sadari ada seseorang yang melihat kepergiannya dan membuntutinya dari belakang sambil menelpon seseorang.Entah apa tujuan orang tersebut, tetapi yang pasti Andi merasa jika saat ini dirinya memang ada yang mengikuti.Ia pun mengemudikan mobil dengan kecepata
Arka yang baru saja masuk ke ruangan itu pun juga tak kalah kagetnya saat mendengar ungkapan dari Oliv.Laki-laki itu tertahan di sana sambil menatap tajam ke arah Oliv. Rahangnya mengeras dan tangannya mengepal. Ia begitu sangat marah terhadap Oliv.Sungguh tidak menyangka jika wanita yang selama ini selalu ditolong oleh istrinya dan katanya dekat berani meminta sesuatu yang tidak pantas diminta."Bicara apa kamu, Liv?" tanya Luna."Tidak ada laki-laki yang nantinya mau sama aku! Wanita kotor dan telah dijamah oleh beberapa laki-laki. Siapa lagi yang mau sama aku? Gak ada, Lun! Nggak ada laki-laki yang mau sama aku!" ucap Oliv."Tetapi tidak harus meminta suamiku kan? Kamu pasti dapat laki-laki yang baik, tetapi bukan mas Arka," ucap Luna dan Oliv menjawab dengan gelengan kepala."Sudah cukup drama ini! Sayang, ayo kita pulang dan kamu biarkan saja temanmu yang tidak tahu diri ini," ketus Arka lalu menarik paksa istrinya."Nak Arka, tolong maafin Oliv ya," ucap wanita paruh baya itu,
Seketika mata Arka membulat sempurna saat mendapati pesan seperti itu dari Alfi.Segera ia menelpon kembali sepupunya itu."Siapa yang telah mengancammu?" tanya Arka."Keluarganya mas Aldo.""Seharusnya kamu tidak perlu panik dan juga takut. Sebab kamu bisa melaporkan ancaman itu kepada polisi, biar nanti polisi yang akan menindak lanjutinya," ucap Arka.Sebenarnya ia ingin sekali membantu sepupunya itu, tetapi dirinya sadar jika itu bukanlah ranahnya. Masalah Alfi dengan keluarga suaminya, adapun untuk ancaman itu biar nanti Alfi sendiri yang melaporkannya kepada polisi.Dirinya yang sebagai orang luar tidak berani terlalu masuk karena takut dipersalahkan.Apalagi saat ini dirinya banyak sekali masalah-masalah yang belum kunjung menemukan titik terang.Selain ancaman, juga terdapat teror yang membuat istrinya sendiri sampai tidak tenang dan saat ke kantor saja harus ikut."Mas Arka, tolong bantu aku, Mas," ucap Alfi lagi."Fi, bukannya aku nggak mau membantu kamu. Tetapi aku sendiri
"Eva." Arka benar-benar terkejut atas kedatangan temannya itu."Ka, kok kamu ada di sini?" Kini ganti Eva yang bertanya."Aku sedang ada urusan. Lalu kamu sendiri?""Sama halnya denganmu. Aku juga ada perlu di sini," jawab Eva.Sementara kedua laki-laki tadi nampak takut dan sama sekali tidak bisa memandang ke arah Arka."Cepat katakan sekarang juga!" ucap Arka dengan tegas.Dirinya tak ada waktu bermain-main. Siapapun orang yang telah berani mengusik kehidupan istrinya, maka dia harus mendapatkan balasan yang setimpal atas apa yang telah dia lakukan."Tidak ada, Pak," ucap laki-laki tersebut dan membuat Arka semakin geram."Kamu jangan bermain-main dengan saya! Kamu belum mengenal saya seperti apa, saya bisa menjadi singa bagi orang yang berani menantang saya!" ucap Arka dengan mata melotot.Tetapi kedua orang itu sama sekali tidak menggubris ucapan Arka dan memilih untuk menundukkan kepala saja, sampai pada akhirnya salah satu polisi yang melihat Arka tidak bisa mengontrol emosinya
Arka terlihat memanggil suster karena sepertinya Oliv membutuhkan penanganan ekstra karena ketika dilihat-lihat, Oliv terkena gangguan mental.Tak lama suster itu pun datang bersama dengan dokter, dan saat melihat keadaan Oliv Mereka pun langsung memberikan suntikan penenang.Lambat laun mata Oliv mulai terpejam seiring dengan reaksinya obat itu."Dia seperti itu selama di rumah. Dia mengatakan kalau dirinya kotor," ucap ibunya Oliv dengan mata yang sudah basah dengan air mata.Sungguh dirinya tidak menyangka Jika kehidupan anaknya akan malang seperti ini."Luna turut prihatin, Tante. Tetapi data tidak perlu khawatir karena Luna akan selalu ada untuk tante dan Luna akan menjadi orang pertama yang selalu mensuport Oliv," ucapnya.Arka sendiri menatap iba ke arah wanita itu. Tetapi dirinya benar-benar tidak bisa melakukan apa pun saat ini."Tolong bantu Tante. Tante bingung harus berbuat apa," ucapnya dengan tatapan mengiba."Luna akan bantu Oliv semampu Luna, Tante. Kita akan bersama-s