HAPPY READING ❤️😊💗Suara hati Dipta:Terlepas dari apapun yang terjadi, kamu tetap istriku. Tak ada yang berubah, kita akan menua bersama dan semoga bertemu lagi di surga.Aku tetap cinta, karena aku memang cinta. Meski terkesan berlebihan, tapi cintaku tak bersyarat. Aku akan terus berusaha membahagiakanmu kedepannya. Masa lalu adalah pengalaman berharga untukku. Agar lebih bisa membaca isi hatimu dan mencoba lebih peka. Kamu tetap akan menjadi sebuah buku yang betah aku baca, jika sudah selesai. Maka akan kembali kubuka halaman pertama, lalu tertawa mengulang diksi-diksi indah yang telah menjadi kenangan di dalamnya. Pintaku hari ini, ayolah kembali cerewet, kamu kurang cantik kalau diam-diam begitu, Luna..Ini anggukan ke empat Luna yang membuatku seperti berada di atas awan. Ini Luna yang aku rindukan. "Kamu istri Mas 'kan?" "He,em." "Sampai kapan?" "Eum ... selamanya." Jantungku ingin meledak, aku seperti mau mati. Luna mendadak imut sekali. .Aku mengajak Luna duduk
"Ma–s ... resign? Ke–napa?" Ck, kenapa? Haruskah aku menjelaskan lagi. Apa Luna mulai berubah tidak peka sepertiku dulu."Karena Mas mulai sadar kamu tersakiti. Tiara dan Pak Handoko tidak membawa dampak positif untuk keluarga kita. Maaf ya! Sekarang kamu percaya 'kan. Mas nggak ada hubungan apa-apa dengan Tiara?" Aku memaksa Luna menerima kartu di tanganku. "Ini Mas saja yang pegang. Mas pasti lebih membutuhkannya. Kan Mas udah nggak kerja.""Mas punya dua, satu kamu yang pegang, dan satu lagi Mas yang pegang oke. Adil 'kan?"Tak lagi bisa berkutik, istriku menerimanya dengan wajah lesu. Itu nafkah Sayang, buat kamu.Ya, aku memutuskan menyerah kartu ATM yang saldonya lumayan banyak pada Luna. ."Eum, Mas gimana kalau benar papa yang membunuh mamanya Tiara seperti kata Pak Handoko? Berarti aku ... anak seorang pembunuh," tanya Luna saat kami sedang duduk santai di sofa sembari menunggu papa. Membuatku gemas, pengen bunuh Pak Handoko."Sayang, jangan suudzon dan berpikir macam-ma
Pukul sembilan malam Surya datang ke apartemen Handoko untuk memberikan kontrak kerja sama antarperusahaan yang sudah ditandatangani. Seharusnya Handoko menemuni Surya siang tadi di kantornya. Namun, karena suatu hal membuatnya tidak bisa datang, dan akhirnya meminta Surya untuk ke apartemennya. Bertemu di luar jam kerja bukan masalah untuk dua kolega itu. Selain terikat kerja sama dalam urusan bisnis, mereka adalah teman akrab diluar itu semua. Ya, Handoko dan Surya berteman akrab dengan latar belakang sama-sama memiliki jabatan sebagai Direktur Utama di perusahaan mereka. Mereka teman lama yang akhirnya kembali dipertemukan dalam urusan bisnis. Tentu saja euforia bertemu teman lama membuat mereka kembali akrab setelah mengalami banyak hal dalam hidup selama terpisah satu sama lain.Bertemu di luar jadwal perjanjian atau jam kerja sering mereka lakukan, kadang untuk membahas tentang bisnis atau sekedar minum bersama, yah kurang lebih seperti itulah masa muda kedua laki-laki kaya
Suara hati Dipta:Kau tahu, Sayang! Aku sempat berpikir untuk berjuang sendiri. Meski kekalahan selalu menghantui, asal kamu tetap di sisi rasa kepercayaan diriku tetap membara. Setelah ini kita akan tetap sama-sama ya. Meski terkadang harus berselisih paham, saling marahan hingga bertengkar hebat. Jangan pernah berpikir untuk melangkah sendiri-sendiri. Itu jalan keluar yang sangat buruk.Aku nggak bisa kalau nggak ada kamu, tahu nggak?Kamu itu tercipta dari tulang rusukku, dan selamanya akan seperti itu.*****Handoko harus berurusan dengan pihak berwajib, karena wanita yang ditemukan Surya di apartemennya dalam keadaan tidak sadarkan diri terdapat banyak bekas kekerasan di tubuhnya. Serta memar di bagian perut yang diduga habis mengalami benturan keras hingga menyebabkan rusaknya plasenta dan membuat si ibu mengalami pendarahan hebat dan bayinya dalam bahaya, berdasarkan penuturan dokter setelah melakukan serangkaian tes.Kandungan memang benar-benar terlindungi oleh tulang panggu
Cup. Tindakan nekatku membuat Luna melongo sembari menyentuh bibirnya, lalu menatap ke arah papa yang belum mengangkat wajahnya. Aku bersyukur beliau tidak melihat tingkah bar-barku barusan. Ya mau gimana lagi. Ini satu-satunya cara agar aku terbebas dari pertanyaan maut Luna. "Auwh!" Aku meringis ketika Luna mencubit pinggangku dengan keras. Istriku menatap nyalang, tidak peduli dengan raut wajah kesakitan yang sengaja kubuat-buat. Aku tahu dia pasti kesal dengan tindakan nekatku tadi. Sementara papa seperti tengah sibuk dengan pikirannya. Mungkin papa merasa bersalah pada kami, meski sebenarnya tidak ada yang perlu disalahkan. "Pa, menurut Dipta apa yang papa lakukan waktu itu udah benar. Apa yang terjadi saat ini bukan kesalahan papa. Pak Handoko memang egois, dia bahkan mendukung putrinya untuk membalaskan dendam pada orang yang tidak bersalah. Pak Handoko sudah meracuni pikiran Tiara dengan mengatakan papa pembunuh ibunya. Padahal, kalau waktu itu papa nggak ada di sana d
Setelah melihat ke dalam memastikan Luna tidak melihat kami, aku menarik pintu dari luar. " Pa, sebenarnya Dipta mau ngomong sesuatu sama papa. Tentang keguguran Luna.""Kenapa dengan itu? Bukannya kalian sudah mengikhlaskan?" tanya papa dengan nada bingung."Pa, yang menyebabkan Luna keguguran itu Tiara. Wanita itu yang sengaja mengirim pesan menyuruh Luna naik ke lantai dua untuk mengambil berkas penting ke kamarnya. Dan ternyata di tangga terdapat cairan minyak yang menyebabkan istri aku terjatuh," ujarku menahan sesak.Bagaimanapun rasa bersalahku masih begitu besar pada Luna. "Apa?" geram papa sambil mengepal tangannya. Kilatan amarah begitu kentara dari kedua maniknya. "Dipta ingin membawa kasus itu ke jalur hukum. Tapi, Luna belum mau membuka suara, Pa. Mungkin dia tidak ingin mengingat kejadian itu yang membuatnya begitu sakit. Maafin Dipta, Pa!" Papa tampak membuang nafas kasar. "Buat Luna untuk bercerita pelan-pelan. Handoko dan anaknya sudah sangat keterlaluan. Papa tid
HAPPY READING ❤️💖. "Mas." Aku menoleh ragu-ragu. Ada apa dengan mata menyipit dan senyum tersungging menyeramkan itu? Ah, sebenarnya aku hanya berlagak tidak tahu. Lebih tepatnya pura-pura tidak tahu. Setidaknya sedikit lebih aman, bukan. Entahlah."Sa–yang." Hanya senyum hambar yang kupamerkan untuk menemani kata Sayang yang baru saja terucap. Untuk menghampirinya? Sungguh, aku tak berniat sama sekali, saat ini. Istriku sedang mengaktifkan mode emak-emak lagi marah. Tahu 'kan seperti apa? Ya seperti itu. Seperti wanita yang tengah berdiri di depan pintu rumahku dengan mata merah menyala. "Sayang, Sayang. Apa malam ini Mas berniat ...." Gegas aku bangkit dari kursi menghampiri Luna."Nggak. Mas nggak ada niat buat tidur di luar. Oke, Mas ngaku salah udah bohong soal Mbok Asih yang pura-pura sakit. Mas minta maaf ya. Tapi ...." "Akhirnya Mas ngaku juga ya. Padahal, ini terlalu cepat loh. Bagus deh." Luna menampilkan senyum devil. Manis."Apa? Tapi, tadi 'kan kamu yang nganc
"Hah?" wanita ini melongo."Tuh, liat!" Luna melihat ke arah tanganku yang menunjuk Pak Karni yang sedang duduk di bangku taman sambil merokok. Dan ... melihat ke arah kami. "Mas ishh." Luna memukul lenganku kesal dan langsung berlari ke dalam. Haha. *****Setelah makan malam, aku langsung ke kamar untuk solat insya. Sementara Luna sedang di dapur membantu Mbok Asih.Istriku masih belum bersih setelah keguguran. Padahal, aku sudah kangen untuk solat berjamaah bersama. Apalagi untuk menunaikan ibadah paling nikmat setelah menikah. Awalnya aku sempat khawatir dan mengajaknya check up ke dokter kandungan. Karena itu terhitung sudah hampir seminggu semenjak Luna keguguran tapi istriku masih pendarahan. Tapi, kata Luna itu wajar, kecuali jika sudah lebih dari 3-4 minggu.Membayangkan peristiwa itu, aku masih suka menahan sesak diam-diam, sendirian. Suami macam apa aku ini?Maaf Tuhan! Hamba telah lalai menjaga titipan–Mu. Untuk anakku, yang kini tak lagi berada dalam nyamannya rahim