Apa! Jadi begitu anggapan Tiara terhadap istriku selama ini?Aku sungguh terkejut mendengarnya. Sial. "Kamu jangan bodoh Tiara. Tentu saja aku akan mengutamakan istriku lebih dari siapapun. Luna adalah wanita yang begitu aku cintai. Apa kamu belum juga mengerti? Harusnya kamu sadar untuk tidak bergantung pada suami orang."Wajah Tiara tampak berubah mendengar perkataanku, seperti ada amarah yang memaksa ke permukaan namun dia tahan mati-matian.Sepertinya benar dugaan Riko. Wanita ini sedang menghancurkan rumah tanggaku. Kenapa aku begitu bodoh selama ini?"Jadi ... kamu membentakku yang sudah menolongmu hanya gara-gara perempuan itu? Tega kamu, Dipta. Padahal, selama ini hubungan kita baik-baik saja, kenapa sekarang kamu berubah?" pekiknya menunjuk ke arahku.Apakah Tiara tidak sadar jika dia baru saja menunjukkan dirinya yang asli di hadapanku?"Ck, kukira selama ini kamu tulus menolongku. Rupanya ada harga yang harus kubayar. Sungguh aku tidak akan menerima setiap pertolonganmu,
Biar aku yang memperjuangkanmu kali ini. *****Setelah memastikan Tiara benar-benar keluar dari gerbang rumahku, aku memilih masuk ke kamar, kamarku dan Luna. Tak banyak yang bisa kulakukan, selain berbaring di atas ranjang sembari terus memandang foto pernikahan kami yang tergantung di dinding. Istriku begitu anggun dalam balutan gaun pengantin, sangat serasi dan pantas untuk mendampingi seorang Dipta Aditama. Sayang seribu sayang, aku telah menelantarkannya di usia pernikahan yang baru beberapa bulan, ya menelantarkan perasaannya. Mengabaikan setiap keluh kesah, padahal, akulah satu-satunya tempat Luna berbagi di rumah ini. Tapi, aku malah sibuk menjaga perasaan orang lain, hingga Luna memilih Mbok Asih sebagai tempatnya bercerita, yang notabenenya hanya orang luar.Aku terlalu tahu diri untuk tidak menyalahkan Luna, sebab secara tidak langsung aku-lah yang telah membuatnya merasa tak lagi bisa berbagi pada seorang suami. Aku tidak pernah percaya pada Luna, wanita yang kuambil d
Aku meninggalkan makanan yang baru habis setengah di piring, langsung keluar untuk bertemu dengan Riko di tempat biasa kami nongkrong. Riko si mantan playboy sejati, punya segala solusi untuk menaklukkan hati wanita. Biarpun masa lalunya lumayan kelam, tapi setidaknya dia lebih baik dariku, dalam memperlakukan seorang wanita yang bergelar istri."Hai, Bro. Kenapa lagi lo?" tanya Riko saatku menghampiri meja di mana dia berada. "Tiara udah pergi," jawabku setelah menyesap kopi yang masih terasa hangat. Sepertinya Riko belum lama memesannya. "Pergi sendiri?" "Gue usir. Sepertinya benar dugaan lo. Tiara ingin menghancurkan rumah tangga gue.""Itu baru teman gue. Setidaknya lo udah menyadari siapa Tiara. Terus sekarang gimana dengan istri lo. Udah baikan?" Aku menghirup udara dalam-dalam sembari menatap sekeliling. Kok nyesak ya."Luna pergi ... lebih dulu dari Tiara.""Apa? Maksud lo ... pergi dari rumah gitu?" Riko tampak kaget dengan ucapanku. Aku tersenyum hambar."Tentu saja. S
Lalu, istri Pak Handoko itu siapanya Tiara. Dan ada hubungan apa antara papa dengan ibunya Tiara? "Bagus, Sayang. Kamu harus membalas penderitaan Nirmala melalui Luna. Luna harus menanggung akibat dari perbuatan ayahnya. Mereka tidak boleh lolos dari kita." Aku berdiri di balik pintu dengan tubuh gemetar. Perasaanku campur aduk, ada rasa marah sekaligus penasaran. Apa yang sudah papa lakukan pada wanita bernama Nirmala hingga Pak Handoko dan Tiara ingin menyakiti istriku. "Apa papa tahu, selama aku tinggal di rumah Dipta, Luna sudah cukup menderita sebenarnya. Selain membunuh anaknya, aku juga mengadu yang tidak-tidak sama Dipta. Mereka sering bertengkar, dan Dipta lebih sering menghabiskan waktu bersamaku ketimbang istrinya. Setiap hari aku begitu menikmati raut wajah terluka Luna, haha." Dasar iblis. Dadaku naik turun. Jadi, wanita iblis itu benar-benar menyakiti istriku selama ini. Kurang ajar. Sungguh aku tidak tahan berdiri di sini lebih lama.Aku tidak peduli dengan masa l
HAPPY READING 😊💖"Bu Luna tidak mau mengadukan penyebab keguguran beliau karena takut bapak akan marah dan menuduh Bu Luna memfitnah Tiara seperti sebelum-sebelumnya."Air mata tak lagi dapat dibendung mendengar kalimat demi kalimat yang keluar dari mulut Mbok Asih. Betapa bodohnya aku selama ini. Istriku pasti sangat menderita. Sayang, maaf!Tiara. Aku bersumpah tidak akan melepaskannya begitu saja. Mereka harus bertanggung jawab atas apa yang dialami istriku. Tapi, sebelum itu aku harus bisa mencegah keluarga Luna melayangkan gugatan cerai ke pengadilan dan membawa istriku kembali ke rumah ini. Bagaimanapun caranya. "Kalau emang lo ingin memperjuangkan Luna. Lo harus cepat bertindak, sebelum gugatannya sampai pengadilan. Bisa panjang urusannya ntar. Gue yakin orang tua Luna akan menggugat lo, Dipt. Sakit banget, Bro, ngeliat anak perempuan kita disakiti. Nah, gitu juga yang orangtua Luna rasakan." Setiap ucapan Riko selalu muncul pada sikon yang tepat. Kata-kata ajibnya begit
"KAMU! pekik Papa lantang dengan rahang yang mulai memerah.Membuatku sedikit gentar. Juga mama yang terlihat panik seketika. Ekspresi papa tidak setenang saat ke rumah untuk menjemput Luna. "Pa," mama menahan lengan papa saat hendak menghampiriku. "Minggir, Ma!" BUGH Ya, tangan mama terlepas dari lengan papa dan aku ... terhuyung ke belakang.Aku mengusap sudut bibir yang terasa begitu perih. "Pa, udah Pa! Cukup!" teriak mama kembali menahan papa yang ingin menyerangku. "Lepasin, Ma! Biar papa beri laki-laki tak berguna ini pelajaran. Gara-gara dia, aku selalu mendapati anakku menangis tengah malam!" "Pa, jangan emosi! Tenangin diri papa, ya! Nanti kesehatan papa terganggu." Luna menangis? Kali ini bukan lagi sudut bibirku yang terasa nyeri, tapi juga hati. Seperti terkena palu godam, dan dihancurkan berkali-kali. "Mau ngapain kamu ke sini? Kalau mau ketemu Luna, lebih baik pulang sana! Saya tidak akan pernah mengizinkan kamu menemuinya, bahkan melihatnya," ujar papa geram
Aneh.Aku semakin yakin ada yang sedang papa sembunyikan dari kami semuanya. Tapi, apa? Apakah sesuatu yang kriminal? Tapi, setahuku papa adalah orang yang baik selama ini. Entah dengan masa lalunya. "Iya, Pa.""Kur*ng ajar. Jadi, Handoko ingin menyakiti anakku? Dan ... wanita yang kamu bawa ke rumah adalah anaknya Handoko begitu? Untuk menyakiti Luna? Lihat saja! Aku akan membuat perhitungan dengan laki-laki itu" geramnya.Rahang papa tampak mengeras setiap kali menyebut dan mendengar nama Pak Handoko. Bahkan lebih parah daripada saat pertama kali melihatku tadi."Lebih tepatnya untuk mengadudombakan aku dengan Luna dan menghancurkan rumah tangga kami," sesalku."Itu karena kamu polos. Membawa wanita lain ke rumah dan mengabaikan istrimu. Dan lebih mendengarkan orang lain ketimbang istrimu sendiri," geramnya tertahan."Iya, Pa. Dipta mengaku salah. Tapi, Dipta bersumpah tidak memiliki hubungan apapun dengan Tiara, kecuali sebagai teman waktu itu. Mungkin cara Dipta yang salah karena
Kali ini suara papa terdengar lirih dan tercekat. Membuatku merasa iba. "Tidak pa! Ini bukan sepenuhnya salah papa. Andai aku menerima tawaran papa untuk bekerja di kantor dan berhenti dari kantor Pak Handoko, pasti tidak akan seperti ini. Andai aku tidak terlalu dekat dengan Tiara, Luna pasti tidak akan menderita dan kehilangan anak kami. Kesalahanku yang paling besar di sini, Pa. Karena terlepas misi balas dendam, aku juga baru tahu jika Tiara menyukaiku dan ingin merebutku dari Luna." "Apapun yang telah terjadi, jangan ulangi lagi kedepannya. Jagalah anak papa dengan baik. Jangan menyakitinya! Aku mencintainya melebihi diriku sendiri." Papa menepuk bahuku pelan. Seketika aku merasa lega. Papa mertuaku sudah kembali. Sosok yang sangat bersahaja. "Sekali lagi terimakasih, Pa. Sudah mau memaafkan Dipta dan memberi Dipta kesempatan," ujarku terharu. Mendadak suasana sore ini berubah damai dan menenangkan. Tak lagi mencekam seperti tadi."Sama-sama. Temuilah Luna. Tapi, papa tidak b