Share

7 Dijadikan Sebagai Istri Kedua

Author: Setia_AM
last update Huling Na-update: 2024-05-30 15:30:58

Kalila yang awalnya ingin membongkar kedok Gio, seketika itu juga mengatupkan bibirnya.

“Gio sengaja mau mengambil hati ayah sama ibu,” pikir Kalila dalam hati.

“Suami kamu sudah baik dalam memperlakukan orang tua. Kamu harus setia dan berbakti sama dia, Lila.” Ayah menimpali. “Kami bersyukur karena kamu mendapatkan jodoh yang nyaris sempurna seperti Gio, jadi tolong jangan permalukan kami.”

Kalila mendadak merasakan sesak di dada ketika mendengar harapan ayahnya.

“Aku ... akan berbakti sama suami, Yah.”

“Bagus itu, surga istri terletak pada suaminya.”

Kalila diam saja, meskipun hatinya ingin berontak dan mengatakan kebenaran bahwa Gio tidaklah sebaik itu.

Sepanjang perjalanan pulang menuju rumah, Kalila terdiam dengan pikiran berkecamuk. Dia sangat penasaran dengan tujuan Gio sebenarnya, tapi apa itu?

Begitu Kalila pulang, ternyata sudah ada dua wanita paruh baya yang sedang menunggunya.

“Bu Lila?”

“Ya, saya sendiri. Ibu ini cari siapa?”

“Kami diminta Tuan Gio untuk bekerja di rumah ini, Nyonya ....”

Kalila mengangguk paham. “Kalau begitu silakan masuk.”

Kalila langsung membebaskan kedua asisten rumah tangga itu untuk bekerja di rumah.

“Nyonya mau saya masak apa?”

“Sayur sop saja, yang simpel. Jangan lupa ikan goreng dan sambalnya ya, Bik?”

Asisten rumah tangga itu mengangguk.

Hari itu Gio benar-benar menepati ucapannya, dari siang sampai hari gelap pun dia tidak menampakkan batang hidungnya.

Meskipun dijadikan sebagai istri kedua diam-diam, tetap saja Kalila memiliki rasa khawatir terhadap suaminya. Mereka menikah resmi dengan disaksikan oleh tamu undangan yang hadir, sedangkan Nia hanya istri siri yang keberadaannya harus disembunyikan rapat-rapat seperti bangkai.

“Ha ha ...” Kalila tersenyum getir, mengingat kelebihan Nia yang mendapatkan begitu banyak curahan cinta dari Gio.

“Sudah malam, Nyonya. Apakah Tuan lembur di kantor?” tanya Bik Jani.

“Sepertinya begitu, Bibik tidur dulu saja. Kunci semua pintu dan jendela ....”

“Nanti kalau Tuan pulang, bagaimana?”

“Tuan punya kunci cadangan, Bik.”

Mendengar ucapan Kalila, Bik Jani mengangguk dan segera pergi untuk mengunci pintu.

“Jam sebelas malam,” gumam Kalila sembari melirik layar ponselnya yang menyala. “Dia sudah pasti tidak akan pulang, lagipula dia memiliki rumah lain untuk dia singgahi ....”

Berusaha untuk tidak memikirkan Gio, Kalila memejamkan mata dan terlelap setelah beberapa saat.

Kalila merasa baru tertidur sebentar ketika dia mendengar suara dobrakan pintu kamar, dia tergeragap bangun dan menyalakan lampu dengan serabutan ketika sesosok bayangan gelap merangsek masuk ke dalam.

“Kenapa kamar ini jadi sempit sekali sejak kamu datang?” Gio menggerutu.

Tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, Kalila cepat-cepat bangun untuk menyambut kepulangan Gio.

“Kamu pasti capek, mau mandi atau ...?”

“Ini jam dua dini hari, kamu pikir aku mau mandi jam segitu?” tukas Gio sambil menjatuhkan dirinya di sofa yang berhadapan dengan televisi.

Kalila berusaha memaklumi sikap Gio yang kemungkinan sedang kelelahan hingga lupa melepas sepatu dan juga baju kerjanya. Dengan penuh perhatian, dia melepas sepatu dari kaki Gio satu per satu. Lalu yang terjadi ....

“Apa sih maumu?” umpat Gio disertai sentakan keras dari sebelah kakinya. “Kamu mengganggu tidurku, tahu tidak?”

“Aku hanya bantu kamu ....”

“Aku tidak butuh bantuan kamu, jangan mengusikku! Kalau bukan karena bujukan Nia, aku tidak sudi pulang ke rumah ini! Seharusnya kamu bersyukur, dasar madu tidak tahu diri!”

Gio mengucap kata-kata pedas itu dengan mata memicing karena rasa lelah dan mengantuk jadi satu.

“Astaghfirullah, dari awal aku tidak pernah tahu kalau kamu berniat menjadikan aku sebagai madu, Mas ....”

“Diam, jangan membantah saat aku sedang bicara! Kembali ke tempatmu, aku mau tidur!”

Kalila tersentak mundur karena bentakan Gio, dia tidak lagi berani untuk mengusiknya

***

Keesokan paginya, Kalila turun ke dapur untuk memantau sarapan yang dimasak asisten rumah tangganya.

“Nyonya mau minum teh?” Bik Jani menawari.

“Boleh, Bik. Menu pagi ini apa, biar saya siapkan untuk Tuan ....”

“Saya sama Nuri masak tumis brokoli, daging sapi goreng merica dan udang tepung.”

“Bibik sarapan dulu sama Bik Nuri, biar saya yang siapkan sarapannya.” Kalila meraih piring dan menyendokkan nasi untuk Gio, dia memang belum tahu apa masakan kesukaan suaminya. Namun, Kalila akan berusaha secara bertahap untuk memahami apa saja yang Gio sukai.

“Sarapan dulu, Mas!” Kalila melongok ke dalam kamar dan melihat Gio yang sedang mematut diri di depan cermin.

“Aku sarapan di tempat Nia,” sahut Gio tanpa menatap Kalila.

“Kasihan Bibik sudah capek-capek masak buat kita ....”

“Mereka masak buat kamu, aku panggil mereka biar kamu tidak repot.”

Kalila menarik napas, dia menatap ke arah tempat tidur dan mendapati bahwa baju kerja yang dia siapkan masih teronggok pasrah.

“Kamu tidak suka sama baju yang aku pilihkan?”

Saat itulah, baru Gio menoleh ke arah Kalila.

“Selera kamu payah, aku sudah tanya Nia dan dia kasih aku pilihan kemeja dan dasi yang lebih serasi.”

“Oh, oke.”

Kalila kembali ke dapur dan menatap dua piring yang sudah terisi nasi lengkap dengan lauknya.

“Tuan mana, Nyonya?” Bik Nuri celingukan saat mendapati Kalila yang duduk sendirian di dapur.

“Sudah berangkat, Bik.”

“Tidak sarapan dulu?”

“Tuan buru-buru ... Ini masih ada satu piring, Bibik bisa makan—masih utuh kok ini,” tunjuk Kalila. “Saya tidak mungkin makan semuanya.”

“Nanti Bibik makan,” angguk Bik Nuri dengan sorot mata yang menyiratkan sesuatu.

“Bagaimana semalam, Mas?” Nia menyambut kedatangan Gio di pintu rumahnya. “Habis berapa ronde kamu sama istri kedua kamu?”

“Jangan meledekku, mana mungkin aku menyentuhnya.”

Nia memeluk lengan Gio dan menggiringnya ke dapur untuk sarapan sama-sama.

“Baru saja aku pesan, masih hangat ini ....”

“Kelihatannya enak, aku lapar sekali.”

Nia meraih piring kosong untuk Gio. “Memangnya Lila tidak menyiapkan sarapan buat kamu, Mas?”

“Dia sudah menyiapkannya, tapi aku yang tidak mau.”

“Kasihan sekali sih ....”

“Sudahlah, ayo sarapan sekarang. Aku ada rapat di kantor pagi ini,” ajak Gio buru-buru.

Nia dengan penuh semangat mengambilkan nasi, sementara Gio menunggu sembari menatap istri pertamanya penuh cinta.

Kebersamaan mereka akhir-akhir ini sedikit terganggu karena pernikahan kedua Gio dengan Kalila, tapi pria itu berjanji bahwa situasi yang mereka alami tidak akan berlangsung lama.

Gio pastikan bahwa cepat atau lambat, Kalila akan tersingkir dari rumah tangganya sendiri.

“Mas, uangku menipis. Aku minta tambahan, boleh?”

Gio biasanya tidak perlu berpikir dua kali untuk memberikan sejumlah uang kepada Nia, tapi kali ini dia harus mempertimbangkannya.

“Masa uang bulanan sudah mau habis?”

“Aku kan butuh hiburan, kamu kira gampang apa membiarkan suami sendiri menikah lagi?” Nia merajuk. “Aku sudah sabar, tidak datang ke pernikahan kedua kamu demi menjaga nama baik keluarga ... salah kalau aku melampiaskannya dengan belanja?”

Gio menarik napas, hatinya langsung luluh saat Nia merajuk seperti ini. “Oke, nanti siang aku transfer.”

Bersambung—

Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Siti Khotipah
jadi Kalila itu jual mahal dikitlah ,jgn ,murahan gitu ,cuma dijadikan istri kedua aja jgn mau terlalu nurut.
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    8 Memprioritaskan Istri Pertama

    Gio menarik napas, hatinya langsung luluh saat Nia merajuk seperti ini. “Oke, nanti siang aku transfer.”Nia tersenyum dan langsung menghadiahi Gio dengan kecupan di bibir sebelum suaminya itu masuk mobil.Meski hanya dinikahi secara siri, tapi Nia merasa posisinya begitu sangat kuat dibandingkan Kalila yang hanya istri kedua.“Tunggu sampai tujuan kami selesai, maka saat itu juga kami akan membuangmu.” Nia berjanji dalam hati sembari melambaikan tangan ke arah mobil yang dikemudikan Gio.Setibanya di kantor, Gio langsung masuk ke ruangannya dan menelepon seseorang melalui ponselnya.“Halo?”“Yah, apakah kakek sudah memutuskan kapan akan pulang?”“Ayah belum tahu, Gio.”“Aku sudah menikah sama jodoh pilihan nenek, apa lagi?”Gio mengetukkan jarinya di permukaan meja seraya menunggu jawaban sang ayah.“Ya jalani saja kehidupan rumah tangga kamu seperti orang normal lainnya, punya anak, dan menyusun masa depan dengan lebih baik seperti

    Huling Na-update : 2024-05-31
  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    9 Segera Singkirkan Lila

    “Suasana malah jadi ramai,” timpal Kalila, sorot mata kehampaan tidak luput dari pandangan Arkan.Sementara itu di kantor Gio ....“Apa rencana kamu nanti malam?” Nia mengalungkan kedua lengannya ke leher Gio dengan mesra.“Apa saja, yang penting jangan minta aku untuk pulang ke rumah.”“Kenapa, Mas? Apa Lila membuat kamu kesulitan?”Gio berdecak setiap kali mendengar nama Kalila disebut, terlebih lagi jika membayangkan sosoknya.“Entahlah, pokoknya apa pun yang dia lakukan selalu membuat aku merasa terganggu.” “Kalau begitu jangan kamu pedulikan, Mas.”“Mauku begitu, tapi ... susah kalau tinggal satu atap sama dia.”“Kamu harus tahan, jangan lupa sama tujuan besar kamu. Aku saja bela-belain mendukung kamu sepenuhnya, biarpun hati aku seperti ditusuk-tusuk ....”“Maafkan aku,” ucap Gio sungguh-sungguh. “Kalau bisa memilih, aku mau kamu yang jadi istri sahku.”Nia mengangguk maklum. “Segera singkirkan Lila setelah tujuan kamu te

    Huling Na-update : 2024-06-01
  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    10 Kedudukan yang Sangat Tinggi

    “Dia kan tidak tahu kalau kamu suka menyelinap keluar untuk pergi ke rumah istri pertama kamu ....”“Kamu sudah berani banyak bicara sama aku, sadar tidak posisi kamu di mana?” potong Gio tegas, sorot matanya menghujam tajam.“Bukan begitu, Mas. Aku hanya ....”“Diam, jangan membantah kalau suami sedang bicara! Apa kamu tidak pernah dididik orang tuamu perkara sopan santun?”Kalila mengatupkan bibirnya, tidak berani membantah lagi.“Di mana-mana memang orang miskin pasti minus tata krama,” hujat Gio dengan geram. “Aku heran, apa sih yang dilihat nenekku pada dirimu? Cantik tidak, apalagi membuatku terpancing napsu.”Lelehan bening itupun akhirnya luruh dari kedua mata lentik Kalila.“Oke, cukup ... Kalau begitu, kenapa kita tidak bercerai saja?”Mendengar Kalila yang menyebut kata cerai, emosi Gio seketika naik ke ubun-ubun.“Kita sudah pernah membahas ini berkali-kali kan? Kita bercerai kalau sudah waktunya! Paham tidak sih kamu? Atau ka

    Huling Na-update : 2024-06-02
  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    11 Tidak Bisa Terpisahkan

    “Itu Lila sama pria lain, Mas. Astaga, istri kedua kamu ternyata selingkuh?”“Mana sih? Oh, itu Arka—sepupu aku!”“Kok bisa dia berduaan sama sepupu kamu?”Gio lantas menjelaskan jika Arka tinggal di rumahnya untuk sementara.“Kalau begitu, kamu bisa sering-sering bermalam sama aku.” Nia menatap Gio dengan berbinar. “Lila kan sudah ada temannya ....”“Tidak ada Arka pun, aku akan sering bermalam sama kamu.”“Kamu memang suami terbaik, Mas.”Gio tersenyum singkat. Dia menunggu Arka pergi meninggalkan rumah, baru setelah itu diarahkannya mobil mendekat.“Kamu tunggu di sini saja,” pinta Gio sebelum turun dari mobil.“Kenapa sih? Memangnya aku tidak boleh bertemu Lila?”“Aku lebih tidak mau kamu bertemu asisten rumah tangga, Nia. Untuk sementara, orang-orang tidak boleh tahu status kita yang sebenarnya.”Nia sontak cemberut, padahal tadinya dia sudah berniat untuk memanas-manasi Kalila jika mereka berdua berjumpa.“Aku tidak akan lama,” bujuk Gio lagi.“Ya sudah, aku terpaks

    Huling Na-update : 2024-06-03
  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    12 Kalian Ini Suami Istri

    “Kami sangat baik, kakek mana?” Gio celingukan mencari keberadaan suami Mutia.“Kamu tahu sendiri kakekmu seperti apa, dia seorang petualang.”“Tapi ini sudah satu bulan sejak aku menikah, Nek. Kenapa kakek tidak pulang-pulang juga?” tanya Gio gelisah. “Bukankah aku sudah memenuhi persyaratan dari kakek?Mutia melirik Kalila yang pura-pura tidak mendengar percakapan mereka.“Lila, buatkan minuman untuk suami kamu ini.”“Baik, Nek.” Kalila justru merasa senang ketika dia memiliki alasan untuk tidak ikut serta dalam pembicaraan.“Gio, apa kamu tidak punya waktu yang lebih pas untuk membahas soal itu?”“Kenyataannya kita memang perlu membahasnya, Nek.”“Tapi tidak di depan istri kamu juga kan?” tukas Mutia dengan tatapan tajam.Kalau sudah ditatap seperti itu, Gio tidak berani mendesak lagi.“Jadi ... keputusannya bagaimana, Nek?” Gio masih berharap.“Kamu ini ...” Mutia menarik napas dalam, lalu menatap cucunya. “Kakekmu kapan har

    Huling Na-update : 2024-06-04
  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    13 Nia Selalu Dinomorsatukan

    “Pilihan yang ini resikonya besar, tapi ... jauh lebih baik daripada pilihan yang pertama tadi.”Soraya mengembangkan senyumnya.“Jadi, tunggu apa lagi?”“Aku akan membicarakannya sama Nia nanti malam, Bu. Aku sendiri yakin kalau dia jauh lebih setuju dengan pilihan kedua ini,” ucap Gio optimis.“Tapi ingat, kamu tidak boleh dan harus bermain dengan rapi.”“Tentu saja, Nia akan membantuku.”Kopi yang dipesan Soraya tiba tepat setelah pembicaraan dengan putranya selesai, mereka berdua lantas minum kopi bersama untuk merayakan ide cemerlang yang baru saja mereka dapatkan.Beberapa hari kemudian ....Kalila sudah mulai terbiasa dengan kehidupannya yang hambar setelah menjadi istri Giordano, tepatnya istri kedua. Hati yang semula rapuh, kini mulai kebal setiap kali Gio berlaku seenaknya sendiri.Nia selalu dinomorsatukan di atas segalanya oleh Gio, tidak peduli meskipun di antara mereka ada Kalila yang juga berhak mendapatkan perhatian yang s

    Huling Na-update : 2024-06-05
  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    14 Belum Saatnya Diceraikan

    Dan sialnya, dia justru terjebak di ruangan yang sama dengan pasangan suami istri yang sedang memadu asmara. “Aku pergi ke kamar sebelah dulu!” pamit Nia dengan suara serak menggoda. “Silakan cari aku kalau kamu masih belum puas ....” Dia melirik Kalila yang meringkuk di atas sofa, sebelum akhirnya pergi dari kamar utama dengan hati gembira karena merasa menang. “Mas, kalau memang kamu yakin ingin fokus sama satu istri saja silakan. Ceraikan aku secepatnya,” pinta Kalila setelah semalaman itu dia tidak bisa tidur karena mimpi buruk yang Gio berikan kepadanya “Belum saatnya kamu untuk diceraikan.” “Tapi kalau kamu sudah tidak butuh aku sebagai ....” “Siapa bilang aku tidak butuh kamu? Aku bahkan sangat membutuhkan kamu,” tegas Gio seraya mematut dirinya di depan cermin. “Selamat pagi, Sayang!” Nia nyelonong masuk ke kamar utama tanpa permisi. “Eh kamu, jangan terlalu dekat sama suami orang dong!” Kalila memutar bola matanya dengan malas. “Kok berantakan begini

    Huling Na-update : 2024-06-06
  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    15 Pura-pura Hamil

    Kalila terpaku, dia tidak tahu harus menjawab apa. Sebagai keluarga besar, tentu Arka lebih tahu tentang siapa saja yang memiliki hubungan kekerabatan dengan Gio. “Aku ... aku tidak terlalu hapal namanya, Ka. Tahu sendirilah kalau aku ini pelupa,” elak Kalila, yang justru memantik rasa curiga di pikiran Arka. “Oh, aku yakin dia akan betah di sini karena kamu selalu memperlakukan tamu dengan sangat baik.” “Mungkin ...” Kalila tersenyum, lalu menelan saliva dengan getir. Arka mungkin tidak tahu jika tamu yang menginap di rumah suami Kalila adalah seorang wanita, sekaligus bergelar istri pertama. “Lil, kamu tidak apa-apa?” tanya Arka. “Apa aku salah bicara?” Kalila menggeleng. “Tidak kok, dia pasti betah di rumah ini.” Arka bisa melihat ekspresi janggal yang terlihat pada wajah Kalila, apakah ini ada hubungannya dengan ‘sepupu’ Gio yang menginap? “Sering-sering mampir ke sini, Ka.” “Oke, sayang sekali aku tidak lihat Gio dan sepupu kamu itu ....” Kalila tertegun ke

    Huling Na-update : 2024-06-07

Pinakabagong kabanata

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    162 (TAMAT) S2: Akad Nikahnya Batal?

    “Gio pasti mencariku!” Kalila agak kesulitan turun karena sudah mengenakan kebaya warna maron. “Kamu akan tetap di sini,” tegas Arka, mencekal pergelangan tangan Kalila. “Aku tidak bisa, mana ponselku? Aku harus pesan taksi!” “Aku bawa mobil, tidak usah pesan taksi.” Karena tidak ada pilihan lain, terlebih karena ponsel juga tidak dalam jangkauannya, Kalila terpaksa mengikuti saran Arka. Sebenarnya apa yang terjadi, batin Kalila saat mobil Arka mulai melaju. Dia ingat betul bahwa terakhir kalinya ada di gedung dan bersiap melangsungkan akad nikah dengan Gio, lalu saat berganti pakaian .... Sepertinya ada yang membekapku, sambung Kalila dalam hati. “Kenapa wajahmu tegang begitu?” tanya Arka memecah keheningan. “Tidak apa-apa!” Kalila buru-buru menggeleng. “Kamu ... hadir di acara Gio?” “Aku datang mewakili ayahku, tidak enak juga kalau tidak datang.” Kalila diam, ada setitik rasa curiga terhadap Arka. Namun, dia tidak ingin menampakkan rasa curiganya itu secara teran

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    161 S2: Pernikahan Tidak Bisa Terlaksana

    “Sudah terlambat, percuma saja.” “Kenapa percuma, Mas? Aku akan bujuk Lila kalau itu yang kamu inginkan!” Arka menoleh dan menatap Sofi dengan penuh benci. “Sudah ada laki-laki lain yang akan merujuk Lila, sepupuku sendiri!” Sofi tercenung. “Jadi ... kita sudah terlambat?” Arka mendengus, merasa muak dengan sikap Sofi yang terkesan lemah. “Tapi ... apakah Lila benar-benar tidak bisa dibujuk lagi?” “Bujuk saja kalau kamu bisa,” pungkas Arka datar. Sofi masih berdiri membeku dengan pakaian dinas yang melekat di tubuhnya. Sepertinya ini bukan saat yang tepat, pikir Sofi muram. Suasana hati Arka jelas sedang buruk, sehingga akan sangat egois jika dia tetap meminta keinginannya. “Arka, akhir-akhir ini ayah perhatikan kamu semakin parah saja.” Sandy berkomentar di hadapan Sania dan Sofi saat sarapan pagi. “Pergilah berlibur kalau memang kamu membutuhkannya.” Arka menatap Sandy dengan sorot mata redup. “Ayah tahu apa yang aku inginkan.” “Arka, kamu bukan anak kecil lag

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    160 S2: Arka Tidak Memiliki Hasrat?

    Ayah dan ibu Kalila saling pandang. “Kamu serius?” “Pernikahan ini tidak untuk main-main, kamu sadar?” “Aku sangat serius, dan aku sadar itu.” Gio menatap kedua orang tua Kalila bergantian. “Kamu pernah menduakan putri kami,” ungkit ayah Kalila, seolah hal itu belum lama terjadi. “Sekali lagi aku minta maaf, Yah. Tapi kali ini aku jamin, aku tidak akan mengecewakan Lila. Dia hanya jadi satu-satunya istri jika kami rujuk nanti.” Ayah Kalila menarik napas panjang dan tidak menjawab. “Lila sendiri bagaimana?” tanya ibu ingin tahu. “Kami sudah bertemu dan Lila menyerahkan sepenuhnya kepada Ayah dan Ibu.” “Kalau begitu kami juga harus membicarakannya dengan Lila terlebih dahulu,” pungkas ayah. “Kamu tidak bisa mengambil keputusan sepihak, karena nantinya Lila yang akan menjalani ini semua.” Gio mengangguk, menurutnya pertemuan ini tidaklah terlalu buruk dari yang dia bayangkan. Kalila sedang ikut mengepak pesanan reseller ketika ponselnya berdering nyaring. “Izin seb

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    159 S2: Jangan Mencari Kekuranganku

    Sesaat setelah mobil Gio melaju pergi, mobil Arka justru baru saja menepi di depan outlet Zideka. “Sepertinya Lila serius mau rujuk sama Gio,” gumam Arka nyaris putus asa. “Ya ampun, aku harus bagaimana?” Ingin rasanya Arka membuntuti mereka, tapi dia tidak kuat menyaksikan kebersamaan mantan istrinya. “Sudah kamu pertimbangkan matang-matang?” tanya Gio begitu dia dan Kalila sudah berada di dalam kafe miliknya. “Pertimbangkan apa?” “Rujuk lah!” Kalila mengerutkan keningnya. “Itu serius? Tidak, kan? Aku tahu kamu mengatakannya spontan saja karena terbatasnya waktu untuk berpikir, sekarang jadi seperti ini kan ...” Giliran Gio yang mengerutkan keningnya, dia tidak mengira jika Kalila menganggap apa yang dia katakan di media tempo hari adalah sebuah ketidaksengajaan. “Kita bisa menjadikannya benar-benar serius,” cetus Gio, tapi malah mendapat tatapan tajam dari Kalila. “Demi Noah, tentu saja!” imbuh Gio buru-buru supaya Kalila tidak salah paham. “Anak keci

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    158 S2: Laki-laki itu Sama Saja

    Kalila untuk sementara tidak mau pusing-pusing memikirkan berita yang beredar tentang dirinya dan Gio. Namun, tetap saja dia merasa kebingungan juga saat ibunya menelepon untuk mengonfirmasi kebenaran itu. “Kamu serius mau rujuk sama Gio?” Kalila menarik napas panjang, tidak tahu harus memulai dari mana untuk menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya. “Belum pasti kok, Bu ...” “Kok belum pasti, bagaimana sih? Jangan jadikan pernikahan sebagai permainan, Lil!” “Bukan maksudku begitu, tapi memang semua ini serba mendadak dan belum pasti. Aku tidak menganggap serius ucapan Gio di depan media, mungkin biar meredam kesalahpahaman saja.” “Salah paham seperti apa sampai kalian harus bicara dusta di depan orang-orang?” Kalila lagi-lagi bingung jika harus menjelaskan kejadian yang bermula di rumah kontrakannya. “Ceritanya panjang, Bu. Mungkin Ibu bisa hubungi Gio karena dia pertama kali punya ide bilang rujuk di depan orang-orang,” usul Kalila, mau tak mau harus menumbalkan Gio.

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    157 S2: Kehadiran Gio Merusak Segalanya

    “Jelaskan ini, Dan! Apa maksudnya?” Dengan suara melengking miliknya, Soraya mengintrogasi sang putra begitu mereka bertemu. “Jelaskan soal apa, Bu?” “Itu, berita yang sedang beredar! Kamu bilang kalau kamu akan rujuk dengan mantan istri kedua kamu kan?” Gio menatap Soraya sekilas. “Doakan saja, Bu.” “Maksud kamu apa? Kalian betulan mau rujuk?” “Kalau memang itu takdirku, mau bagaimana lagi?” “Kamu jangan bercanda, Dan! Kalau kamu sudah ada keinginan untuk menikah lagi, kenapa tidak cari orang lain saja?” “Memangnya kenapa, Bu? Lila kan ibu dari anakku juga ...” “Tapi ibu tidak setuju! Apa kamu tidak ingat bagaimana dia berkeras untuk cerai dari kamu, jadi buat apa sekarang kamu rujuk sama dia? Buang-buang waktu, tenaga, dan pastinya uang!” Gio menarik napas. “Entahlah, kita lihat saja nanti. Setidaknya Lila bukanlah orang lain dalam keluarga kita.” Tidak puas dengan jawaban Gio, Soraya mencebikkan bibirnya. Susah payah dia mencarikan calon yang sesuai untuk Gio

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    156 S2: Anda Berdua Akan Rujuk?

    Kalila memijat-mijat kepalanya yang terasa pening, di sebelahnya ada Bik Nuri yang sedang menyeduh secangkir teh lemon untuknya. “Jangan terlalu dipikirkan, Nyonya. Saya saksinya kalau Nyonya dan Tuan tidak berbuat seperti apa yang mereka tuduhkan ...” hibur Bik Nuri seraya menghidangkan teh buatannya. “Tapi kan masalahnya mereka lihat sendiri bagaimana Tuan ada di rumah ini, kami tidur hanya dengan Noah sebagai pembatas ... Saya malu, Bik. Orang-orang di luar sana pasti berpikiran macam-macam tentang kami ...” Bik Nuri mengusap-usap bahu Kalila untuk meredakan kegelisahannya. “Kita memang tidak bisa memaksa orang untuk percaya dengan apa yang kita jelaskan, Nyonya. Mereka cenderung mempercayai apa yang mereka lihat saja,” ujar Bik Nuri. “Mungkin butuh beberapa waktu lagi sampai kejadian ini mereka lupakan ...” Kalila menatap tehnya. Apa mungkin mereka akan lupa kejadian tadi seiring berjalannya waktu? Dia tidak yakin karena beberapa orang dari mereka bahkan secara terang-ter

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    155 S2: Kalian Kumpul Kebo?

    Noah terbangun dengan kaget dan kebingungan melihat keberadaan banyak orang di depannya. “Sebentar, sebentar ... ada apa ini?” Gio yang baru terbangun dari tidurnya, tampak bingung dengan situasi ruang tamu yang kini penuh orang. “Ada apa, ada apa, ada yang mesum di lingkungan ini!” “Mesum?” “Jangan pura-pura tidak tahu, kamu bukan warga sini kan?” Melihat Noah yang bingung sekaligus ketakutan, Kalila mengisyaratkan kepada Bik Nuri untuk memeluknya. “Saya cuci muka sebentar,” kata Kalila tegas. “Tidak bisa begitu, kamu pasti mau kabur ya?” “Kalian harus mempertanggungjawabkan perbuatan kalian!” Suara-suara ribut terus terdengar di seluruh ruangan. “Paling tidak jangan membuat anak ini takut!” seru Bik Nuri sambil mendekap Noah erat-erat. “Ini hanya salah paham, berikan kesempatan pada majikan saya untuk menjelaskan. Paling tidak biarkan nyonya saya cuci muka dulu!” “Nanti dia kabur ...” “Untuk apa saya kabur? Rugi, saya sudah membayar sewa rumah ini

  • Ketika Istri Lemahku Menunjukkan Kekuatannya    154 S2: Dikira Pasangan Mesum

    Ketika hari mulai malam, demam di tubuh Noah semakin meninggi. “Minum obat dulu, ya?” bujuk Kalila. “Habis ini Noah tidur ...” “Ayah kapan datang, Bu?” Kalila tidak segera menjawab. “Telepon ayah ...” pinta Noah pelan, wajah yang biasanya ceria itu kini terlihat sayu. Sumpah demi apapun, Kalila tidak tega melihat Noah sakit seperti ini. Apa dia betul-betul harus menelepon Gio? Tapi ini kan sudah malam, batin Kalila tidak mengizinkan. “Noah tidur dulu ya, besok baru ibu telepon ayah.” “Gak mau, aku mau ayah sekarang ...” Kalila tidak mendengarkan dan malah berbaring di samping Noah, di dekatnya sang putra dengan erat dan berharap panas itu berpindah ke tubuhnya saja. “Sama ibu dulu, nama Harus istirahat biar cepat sembuh.” “Mau ayah sekarang ... Ayah ...” Kalila terlihat bimbang, dia tentu segan jika harus menghubungi Gio malam-malam begini. Namun, melihat keadaan Noah yang sedang terbaring demam, membuatnya tidak tega untuk tetap menolak keinginannya. “Halo?

I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status