Share

Bab 18

Penulis: Sinda
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-05 13:12:39

"Sarapan telur tiap hari, bisa bisulan aku." 

Kia berusaha tak membalas. Sesuap demi sesuap sarapan di hadapan ia lahap, walau tidak berselera. 

Evan terlihat mengeluarkan kunyahan nasi dan telur dari mulut. Pria itu taruh di pinggir piring. Wajahnya keruh, jecut dan kesal. "Kamu kalau enggak niat masak, jangan masak, Ki. Telur digoreng sama kulit-kulitnya juga?" 

Sendok di tangan Kia taruh kasar. Suara denting karena besi membentur piring keramik menghentikan acara sarapan pagi itu. 

"Menurut kamu aku enggak boleh salah, gitu? Kamu sengaja mau ngajak ribut pagi, ini? Ayok, ribut sekalian, Van." 

Si lelaki ikut-ikutan melepas sendok dari tangan. "Kok jadi kamu yang marah? Yang salah kamu, Ki." 

"Apa? Apa salah aku?" 

Kia mengaben sendiri apa-apa saja yang menjadi kesalahannya pagi ini. Pertama, kembali menghidangkan telur dadar sebagai sarapan, setelah kemarin-kemarin juga menyajikan menu yang sama.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ketika Istri Kedua Jatuh Cinta   Bab 19

    Kiandra pikir Damar hanya membual tadi pagi, saat berkata akan menjemput. Pria itu sudah dua kali membuat Kia salah menerka."Mau langsung pulang?" Damar menarik cepat sodoran helm ke arah Kia. Senyum pria itu mekar."Memang mau ke mana lagi?" Kiandra menarik gelang di tangan kanan. Menjadikan benda itu pengikat rambut, lalu ingat sesuatu. "Aku belum pulangkan gelang kamu."Damar memberitahu. Di rumah sedang tidak ada orang. Lidia dan Evan sedang pergi jalan-jalan. Jadi, tidak msalah seandainya mereka juga berkeliling sebentar."Ke mall aja, yuk? Sekalian cari ikat rambut."Pada ajakan itu, Damar mengangguk. Mereka berangkat.Kia memang sedikit tidak berselera pulang tadi. Masih kesal dengan Evan. Karena itu ide Damar disanggupi.Mereka sempat berkeliling mal sebentar. Melihat-lihat. Di toko pakaian, sepatu, kosmetik, lalu berhenti di salah satu stand aksesori.Toko itu lumayan be

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-06
  • Ketika Istri Kedua Jatuh Cinta   Bab 20

    "Ini istri Bapak, ya?"Kiandra menoleh sedikit. Dilihatnya Evan mengangguk, sembari membuat Lidia berdiri di sampingnya."Istri saya. Lidia."Entah apa yang Kiandra tunggu. Entah apa juga yang ia harapakan hingga terus-terusan menatapi Evan yang tengah berbasa-basi dengan perempuan asing tadi."Sampai ketemu lagi, ya, Pak. Semoga mesra terus sama istrinya."Kembali menghadap ke arah si penjaga toko, Kiandra tersenyum getir. Apa yang ia tunggu? Dikenalkan Evan sebagai istri kedua? Yang benar saja.Kenapa tidak? Banyak pria yang terang-terangan memiliki istri lebih dari satu sekarang ini. Selagi mereka bisa mencukupi nafkah lahir atau batin, tidak akan ada orang yang melarang. Harusnya, Evan tak perlu malu, 'kan?Namun, pria itu memilih hanya memperkenalkan Lidia. Menyembunyikan Kiandra, menganggapnya tak ada di sana.Masalahnya, mungkin, bagi Evan pernikahannya dengan Kiandra itu m

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-06
  • Ketika Istri Kedua Jatuh Cinta   Bab 21

    Rumah sepupunya Damar terasa sedikit lebih riuh hari ini, setelah dari pagi hingga sore tadi tentram damai. Penyebabnya adalah Kiandra yang sakit.Sejak pagi, Damar melihat bagaimana Lidia berusaha mengurusi Kiandra yang bersikeras tak ingin makan atau diajak ke dokter. Sepupunya itu baru pergi untuk melayat salah satu teman, setelah Evan pulang dari rumah makan.Kiandra mengaku sakit kepala tadi pagi. Namun, barusan, gadis itu terlihat menggigil. Damar sendiri sudah memberi saran untuk meminum obat demam saja. Namun, ditolak. Kiandra lebih memilih terus berbaring di sofa ruang tengah."Irna!"Damar menyipitkan mata saat mendengar Evan berteriak memanggil sang asisten rumah tangga."Panggilkan dokter."Pada titah sang bos, Irna mengangguk patuh.Dari tempatnya duduk--sofa single--Damar melihat Evan pergi ke lantai dua. Tak lama kemudian kembali, membawa sepasang kaus kaki."Kayak

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-06
  • Ketika Istri Kedua Jatuh Cinta   Bab 22

    18+Di kamar, saat terbangun pagi ini, Kia merasa tidak sendiri. Ada Evan juga yang berbaring di kasur bersamanya. Kondisi tubuh sudah lumayan baik daripada kemarin."Kamu ngapain di sini?" tanya Kia serak. "Ini, kan hari Selasa." Perempuan itu menjauhkan tangan Evan yang mampir di kening."Setidaknya, kalau kamu mati, ada yang tahu." Evan menautkan alis pada ekspresi kesal di wajah pucat istrinya. Sakit saja, masih bisa memancing pertengkaran.Kiandra berusaha melepas rangkulan lengan Evan di pinggang. "Lepas.""Kamu mau kerja? Aku udah kasih tahu bos kamu kalau kamu masih sakit."Si perempuan berhenti bergerak. Ia merasakan sesuatu yang mengganjal di belakang. Tiba-tiba saja napas jadi pendek-pendek. Jantung juga berdentam-dentam."Kata Lidia, kamu itu bakal sakit kepala kalau lagi mikirin sesuatu. Kamu mikirin apa?"Bibir si istri mengerucut. Lidia yang tahu? Bukan Evan? Sial.

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-06
  • Ketika Istri Kedua Jatuh Cinta   Bab 23

    Kiandra berjengit, sedikit menunduk saat seseorang tiba-tiba saja membantunya mengambil mangkuk dari rak di atas wastafel.Perempuan itu seolah tahu bahwa orang itu bukan Evan, karenanya sampai harus membungkuk dan berdiri rapat dengan bak cuci piring, demi menghindari punggung benar-benar menempeli dada orang tadi."Mau masak apa?" Damar menaruh mangkuk besar yang diambil tadi di meja dekat kompor.Mengusap kepala belakang, Kiandra menoleh. "Aku bisa ambil sendiri tadi."Alis tebal Damar menukik. "Kamu enggak suka dibantuin?"Tergantung, jawab Kia dalam hati. Jika Damar membantunya dalam situasi wajar dan dengan sikap yang normal, mungkin Kia tak akan protes.Pertama, mengikatkan tali sepatu. Kedua, mengikatkan rambut. Kemarin membantu menggendongnya untuk mengambil kaus yang tersangkut di pohon mangga belakang. Kemudian, menemaninya ke toilet saat listrik padam. Dan sekarang ini.Entah

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-06
  • Ketika Istri Kedua Jatuh Cinta   Bab 24

    Kiandra yang bersandar pada salah satu pohon di depan toko berdiri tegak saat melihat seseorang dengan sepeda motor mendekat. Wajahnya langsung terlihat kesal."Evan enggak bisa jemput." Damar mengangsurkan helm pada perempuan di depannya.Kiandra menepis benda itu. Ia mulai melangkah. "Aku bisa pulang sendiri."Damar tak membiarkan itu. Pria itu mengejar Kiandra. Meraih lengan, hingga Kia berhenti berjalan. "Udah malam, Ki. Bahaya pulang sendiri. Sama aku aja."Kiandra mengempas tangan itu, tetapi agaknya pegangan Damar lebih kuat. "Aku bisa pulang sendiri."Kejadian beberapa hari lalu masih membekas di benak Kia. Ia masih kesal karena itu. Karenanya, belakangan berusaha menghindari Damar di rumah. Apa dia harus ikut pria itu pulang sekarang? Sia-sia sekali usaha kemarin. Ke mana pula Evan yang berjanji ingin menjemput?Sibuk dengan pikirannya, Kiandra tak sadar langkahny

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-06
  • Ketika Istri Kedua Jatuh Cinta   Bab 25

    "Evan. Makan. "Tidak disahut. Kiandra bahkan tak melihat pria di atas tempat tidur bergerak? Apa mati?"Evan. Makan."Tidak disahut, Kia mendapati suaminya menoleh sesaat hanya untuk melempar pelototan. Belum mati ternyata."Evan. Ma--"Tidak disahut. Wajah Kia terkena lemparan bantal dari Evan. Agaknya, pria itu ingin mati dicekik Kia."Kalau kamu mau berisik, keluar sana. Aku mau tidur, istirahat." Evan menaikkan selimut, membelakangi Kiandra. "Ini kamarku, Suami Jahat." Kia bicara dengan gigi rapat."Ini rumahku," balas Evan. "Diam, Ki. Kamu enggak punya simpati sama orang sakit?"Sakit kata Evan? Kalau Kiandra tak melihat sendiri angka di termometer yang digunakan Evan, perempuan itu tak akan percaya bila suaminya sungguh tidak sehat.Mana ada orang sakit yang masih bisa keras kepala? Menolak makan apa pun sejak pagi dan berkata hanya harus berbaring, tidur, ma

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-06
  • Ketika Istri Kedua Jatuh Cinta   Bab 26

    "Ngapain aku keluar? Ini kamarku. Cepat makan. Habiskan." Mangkuk itu Kia berikan pada Evan. "Makan sendiri. Aku balik dari kamar mandi dan buburnya belum habis, kucukur bulu kakimu!""Kia!"Pada teriakan Evan itu Kiandra hanya tersenyum. Perempuan itu pergi ke toliet di kamar dengan perasaan menang. Akhirnya, ia punya senjata untuk melawan si keras kepala.Selesai dari toilet, Kia mendapati mangkuk bubur kosong. Air di gelas juga sama. Evan sendiri sudah duduk, kakinya menjulur ke bawah ranjang."Bantuin aku ke kamar mandi." Tangan Evan meraih lengan Kia."Obat kamu udah?"Evan berdiri, sebelah lengannya mengalung ke bahu Kia. "Kamar mandi."Kalau bukan karena kasihan, Kia tak akan mau membantu. Terpaksa, perempuan itu memapah sang suami ke kamar mandi."Kamu mau ngapain?" Sudah di dekat toilet duduk, Kia berusaha melepaskan rangkulan lengan Evan di leher. Namun, pria itu tak mau

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-06

Bab terbaru

  • Ketika Istri Kedua Jatuh Cinta   Bab 88

    Sudah akan pulang, sudah duduk di atas jok sepeda motornya, Kai menemukan Samara menghampiri. Lelaki ini yakin benar-benar didatangi, sebab setahunya, sepeda motor karwayan lepas ibunya itu ada di sebelah kanan. Sekarang pukul satu siang, Kai dan Samara baru saja pulang mengajar. Kebetulan aneh, Kai dan gadis yang bekerja sampingan sebagai pengantar nastar Kia itu diterima menjadi guru honor di SD yang sama. Bertemu di rumah, bertemu lagi di tempat kerja. Kai mulai terbiasa, tetapi tetap merasa risih saat gadis dengan iris mata sewarna madu itu mendatangi dan muncul di hadapan muka seperti sekarang. Menurut Kai, Samara itu tidak tegak akalnya. Agak miring. Bayangkan, di hari pertama masuk kerja dan mereka bertemu, si gadis dengan rambut hitam sepunggung itu mengaku menyukai Kai. Di depan Kiandra pula. "Apa?" tanya Kai ketus saat Samara hanya diam saja di samping sepeda motornya. Kai menjadi sedikit jengkel saat gadis yang ada di depannya memasang ekspresi wajah santai, menuju da

  • Ketika Istri Kedua Jatuh Cinta   Bab 87

    Hening. Sepi. Ketenangan yang ada di kediaman Evan terasa hampa kali ini. Rumah berlantai dua yang menjadi saksi lika-liku cinta Evan dan Kia itu tidaklah kosong. Bangunan itu berpenghuni, hanya saja masing-masing penghuninya tengah diselimuti kehampaan. Ada peristiwa jelek beberapa waktu lalu. Di kamar yang berada di lantai satu, yang beberapa tahun belakangan ditempati oleh sulung Wijaya. Di sana, Evan memergoki Vano hendak menyayat nadi. Kehebohan terjadi. Evan yang biasanya tenang menjerit histeris dan berusaha mencegah anaknya melanjutkan tindakan mengerikan itu. Dibantu istri dan putrinya, Evan akhirnya berhasil menjauhkan Vano dari pisau terkutuk tadi. Memang, Vano tak baik-baik saja setahun belakangan. Sejak kecelakaan tragis yang menyebabkan kaki kanannya pincang, Vano mengalami masa-masa sulit untuk beradaptasi dengan keadaan barunya. Mengasingkan diri, menarik diri, menjauhi semua orang, bahkan menunda pengerjaan tugas akhir kuliah. Evan tahu semua itu tidak mudah. Na

  • Ketika Istri Kedua Jatuh Cinta   Bab 86

    "Papa enggak sayang Vian!" Kalimat keramat, batin Evan. Di depan putrinya yang masih mengenakan seragam putih abu-abu, lelaki itu mengepalkan tangan. "Apa salahnya, Pa? Vian udah gede! Udah tujuh belas! Pacaran aja enggak boleh?" Pipi Vian merah. Ia mengingat bagaimana ayahnya memarahi Glen di muka umum tadi. Kekasihnya itu pasti malu. Tahu sendiri kalau ayahnya sudah murka, mulutnya lebih pedas dari sambal rawit buatan nenek. Mengusap wajah, Evan menarik napas. "Pacaran? Untuk apa? Dengan siapa? Kamu bahkan enggak mengenalkan dia ke Papa, Vian. Kamu sehat?" Rahangnya yang tirus mengetat, mata si gadis memerah. "Papa udah enggak sayang Vian!" tuduhnya dengan wajah terluka. Kemudian, remaja itu berbalik, menaiki tangga dengan tergesa. "Vian?" Evan memanggil. "Navian Kaiandra Wijaya!" Suaranya menggelegar ke seluruh penjuru rumah. Langkah Vian berhenti. Ia berbalik, menoleh dengan sorot marah pada ayahnya. "Papa udah enggak sayang Vian! Vian kesal! Vian enggak mau ngomong dulu sa

  • Ketika Istri Kedua Jatuh Cinta   Bab 85

    "Abang, kok, kita dilihatin mereka?" Gadis kecil dengan kaus kuning itu bergeser ke kanan agar semakin dekat dengan sang kakak. Kai melirik pada beberapa pegawai di rumah makan itu. Anak lelaki itu tahu apa yang adiknya maksud. Memang, mereka sedang jadi bahan tontonan sekarang. Bukan hanya pegawai bagian dapur yang ada di sini, pekerja yang biasanya siap siaga di depan pun sudah silih berganti muncul. Sekadar pura-pura lewat, demi bisa melihat mereka. "Abang?" Si gadis kecil menyenggol bahu kakaknya. Tangannya yang kecil itu terus berusaha mencuci kentang dalam ember yang penuh air. "Enggak apa, Vian. Mereka itu teman Papa. Vian takut?" Kai melempar senyum tulus pada sang adik. Gadis kecil berambut hitam sepundak itu mengangguk. Matanya yang sedikit bengkak mulai berkaca-kaca lagi. "Salah Vian. Maafin Vian, ya, Bang?" Ia membersit hidung. Kai mengangguk. Tangannya basah, anak itu menyentuh kepala sang adik dengan lengan. "Abang juga salah." Kai dan Vian sedang dihukum. Oleh ay

  • Ketika Istri Kedua Jatuh Cinta   Bab 84

    Menemukan Evan sedang duduk sendirian di ruang makan, Kiandra terkekeh pelan. Memasang raut datar setelahnya, perempuan itu duduk di pangkuan sang suami. "Nungguin siapa? Enggak dikasih jatah, kamu mau beneran selingkuh sama Nona Daster Putih?" Tidak dijawab, Kiandra mengalihkan tatap karena Evan malah memandangi. Dari jarak sedekat ini, dengan sorot mata dalam dan teduh pria itu, Kiandra sudah berdebar saja. "Lihat mataku," Evan meraih dagu Kia, membuat perempuan itu kembali menatapi. Evan suka saat melihat pantulan dirinya di beningnya netra coklat sang istri. Mengendalikan detak jantung, Kiandra tak bisa untuk tak memeluk lelakinya itu. "Kenapa duduk sendirian di sini?" "Pengin mi instan goreng. Buat, gih." Ah. Kia tak bisa tak tersenyum. Perempuan itu menjungkitkkan ujung bibir. Ia kecup pipi Evan lama. "Tumben," ejeknya sengaja. Evan menggeleng. Ia juga tak paham. Tadi itu sudah makan. Ikan goreng yang Kia siapkan, sungguh enak. Namun, entah k

  • Ketika Istri Kedua Jatuh Cinta   Bab 83

    Kiandra itu gila. Evan tidak akan meralat ucapan itu. Ia juga tak akan mau meminta maaf kalau pun istrinya itu mendengar apa yang barusan ia suarakan dalam hati."Kamu apa enggak bisa ambil libur satu hari aja?" Begitu rengek ibunya Kai di pagi saat Evan sudah akan berangkat bekerja. Tidak ada angin, hujan atau badai, Kiandra atau Vano juga tidak sakit. Evan menolak permintaan itu. Jelas. Untuk apa ia libur mendadak, sementara sudah ada jatah libur? Lagipula untuk apa? Kia mau apa? Tadi pagi itu, Evan sudah akan berangkat. Lalu apa? Kiandra yang berusia kepala tiga itu menangis dengan segelas air di tangan kanan dan kunci mobil Evan di tangan kiri. "Kalau kamu tetap berangkat, aku telan ini kunci mobilmu." Kia mengancam tepat di dekat tangga rumah, sedangkan suaminya di anak tangga. Reaksi Evan kala itu, hanya tertawa. "Telan, coba. Bisa memangnya?" Kia benar-benar menaruh ujung kunci mobil Evan di lidah

  • Ketika Istri Kedua Jatuh Cinta   Bab 82

    Menggandeng Kai dengan tangan kanan, Kiandra terlihat berjalan tergopoh memasuki rumah. Di balik helm yang masih terpasang, pipi wanita itu basah. "Evan!" panggilnya kencang. Sampai di ruang tamu, Kiandra langsung memeluk Evan yang terduduk di sofa. Tangisnya pecah. "Kenapa bisa? Mana yang sakit? Kamu geger otak?" Kiandra menyentuh perban kecil di dahi kiri Evan. Tadi, tepat setelah jam sekolah Kai usai, Kiandra dihubungi Evan. Lelaki itu mengabari jika dirinya ada di rumah, habis mengalami kecelakaan kecil. Sejak mendengar itu hingga di perjalanan menuju rumah, Kiandra tak berhenti menangis. Ia sungguh cemas dan sedih. Kenapa bisa Evan kecelakaan? Pria itu adalah orang yang selalu berhati-hati. Perasaannya makin tak tentu tadi, karena Evan menolak menjelaskan detail luka yang didapat. Saat melihat keadaan pria itu saat ini, Kiandra jadi makin ketakutan. Ada memar di pipi Evan. Atas pelipis kirinya ditempeli perba

  • Ketika Istri Kedua Jatuh Cinta   Bab 81

    "Jadi, kenapa waktu itu kamu cuma ngakuin Lidia?" Kiandra bertanya pada suaminya. Pukul satu dini hari. Kiandra tengah berbaring di pelukan Evan. Mereka berdua berbagi selimut. Evan menarik bibir Kia. "Hobi banget ngungkit masa lalu. Untuk apa?" "Jawab," desak Kia. Bibirnya yang barusan dicubit terasa sedikt sakit. "Ya biar enggak ribet. Kalau aku kasih tahu kamu juga istriku, kenalanku itu pasti banyak tanya. Atau, kalau dia enggak tanya langsung, dia pasti mikir aneh-aneh." Kiandra berbaring telungkup. Evan melirik sewot. Perempuan itu sepertinya sengaja pamer-pamer. Dari tempatnya, Evan bisa melihat dua benda cantik itu menggantung bebas. "Mikir aneh apa?" Kiandra bertanya seraya menarik Evan yang hendak tidur menyamping. "Pikir aja sendiri!" Evan menarik selimut, menyelimuti dirinya hingga ujung kepala. Pria itu mengulum senyum. "Evan! Jawab dulu! Mikir aneh apa?" Wah! Jebakan berhasil. Saat selimut di atas wajah Evan ditarik Kia

  • Ketika Istri Kedua Jatuh Cinta   Bab 80

    Membuka mata, bangun dari tidur, pagi ini Evan heran apa dirinya sedang ada di surga atau masih di Bumi. Sebab, pemandangan di depan pria itu sungguh bagus. Lebih indah dari apa pun. Ada Kia dan Vano. Mereka di dekat lemari pakaian, si istri sedang membantu anak mereka mengenakan seragam sekolah. Ditambah senyum indah yang di wajah dua orang itu, Evan sungguh merasa dirinya sudah di surga. "Papa! Papa udah bangun!" Vano berlari, menghampiri dan naik ke tempat tidur. Anak itu memeluk ayahnya yang baru saja duduk. "Ibuk ikut antar Kai ke sekolah hari ini." Anak itu kegirangan. "Beneran Ibuk tinggal di sini dan enggak pulang-pulang lagi?" Evan mengangguk. Mengecup pipi Vano. "Tadi pagi Vano lihat sendiri, 'kan? Ibuk boboknya sama kita." Kai mengangguk. Ia turun dari pangkuan Evan dan mendatangi Kia. Membiarkan ibunya itu mengancingkan kembali seragam sekolah. Senyumnya tak pudar dari wajah. "Oke. Seragam selesai. Turun, biar sarap

DMCA.com Protection Status