Share

61

Author: Disi77
last update Last Updated: 2025-01-22 22:44:35

Lisa hanya bisa terpaku, diam seribu bahasa. Satu sisi, dia merasa bersyukur Ryan begitu peduli dan memperhatikannya. Namun, sisi lainnya merasa terbebani. Lisa merasa dia bukanlah wanita yang pantas untuk Ryan.

“Tak perlu buru-buru, Lisa. Aku tahu kamu butuh waktu,” ucap Ryan seolah mengerti kegelisahan hatinya saat ini. “Kau perlu kedamaian agar luka di hatimu sembuh.”

Tatapan Ryan menunjukkan kesungguhan dan keseriusan ucapannya. Rasanya Lisa tak tega membuatnya kecewa setelah apa yang sudah diperbuat Ryan untuknya. Perlahan Lisa menyunggingkan senyuman tulus, tanpa paksaan.

“Aku akan mencobanya, Ryan,” kata Lisa mempertahankan senyumannya.

“Aku akan mencobanya, Ryan,” kata Lisa mempertahankan senyumannya.

Kemudian Lisa melanjutkan kalimatnya dalam hati. "Tapi, aku tak bisa berjanji banyak, Ryan. Sebab waktuku tak banyak dan kamu layak mendapatkan wanita yang lebih baik. Maaf, jika di sisa waktuku justru membuatmu merasa terbebani.”

Tentu saja Ryan langsung tersenyum lebar. Kemudia
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Ketika Istri Billionaire Pergi   62

    “Lisa, kamu sudah sadar?” suara Ryan terdengar cemas. Akan tetapi, ada rasa lega yang tak bisa disembunyikan saat dia melihat kelopak mata Lisa bergerak perlahan. Lisa mengerjapkan matanya beberapa kali, merasakan silau cahaya yang menyentuh wajahnya. Pencahayaan yang begitu terang membuat indera penglihatannya harus menyesuaikan diri. Perlahan, dia memindai sekeliling, menyadari bahwa ini bukan rumahnya, bukan tempat yang biasa dia kenal. Lalu pandangannya tertuju pada sosok pria yang duduk di sampingnya. “Ryan? Di mana ini?” Suara Lisa serak dan cemas.“Kamu di rumah sakit, Lisa,” jawab Ryan, suaranya bergetar, tapi ada rona lega yang jelas terlihat di wajahnya. “Kamu pingsan setelah— setelah...” Ryan tampak bingung, seolah berusaha mencari kata-kata yang tak bisa keluar.“Rumah sakit?” Lisa terkejut. Tubuhnya refleks bergerak dan berusaha bangkit dari pembaringannya. Dia mencoba melawan rasa pusing yang menyerang.Namun Ryan segera meraih tubuhnya dengan lembut, menahannya denga

    Last Updated : 2025-01-23
  • Ketika Istri Billionaire Pergi   63

    “Tidak, ini bukanlah hukuman. Mungkin, Tuhan ingin memberikan kamu kesempatan untuk merasakan hidup dan kali ini kamu akan dibutuhkan,” ucap Ryan meyakinkan Lisa. “Bukankah itu yang selama ini kamu inginkan, Lisa? Setelah anakmu lahir, dia pasti akan sangat membutuhanmu.”Lisa terdiam. Air matanya langsung mengalir deras. Ucapan Ryan begitu menyentuh hatinya.“Kamu harus kuat, Lisa dan lawan penyakitmu! Kamu tak boleh kalah! Sekarang ada yang jauh membutuhkanmu, yaitu anakmu!” Ryan terus memberikan dukungan penuh semangat.Perlahan Lisa mengangguk. Dia menerima semua ucapan dukungan dari Ryan. “Terima kasih, Ryan. Terima kasih banyak.”Ryan tersenyum lega. Dia menghapus air mata Lisa yang terus mengalir deras. Sungguh, dia merasa lega dan terharu.“Aku yang berterima kasih, kamu mau mendengarkanku, Lisa,” kata Ryan haru. Dia bahkan menangis haru. Kemudian Ryan menggenggam kedua tangan Lisa. “Kamu tak perlu cemas! Aku akan selalu ada untukmu dan aku akan menjadi orang terdepan untuk m

    Last Updated : 2025-01-23
  • Ketika Istri Billionaire Pergi   64

    Persiapan untuk operasi pengangkatan sel kanker Lisa telah berjalan dengan lancar. Lisa menatap langit-langit ruangan dengan pandangan kosong, terperangkap dalam kecemasan yang tak bisa diungkapkan. Jantungnya berdebar kencang, dan pikirannya berputar-putar tak menentu.Ryan berdiri di sampingnya menggenggam tangan Lisa dengan lembut, berusaha memberikan ketenangan. “Kamu harus bisa berjuang, Lisa! Ini demi anak yang ada dalam kandunganmu,” ucap Ryan, mencoba menenangkan, meski sesungguhnya dia sendiri hampir tak bisa menenangkan diri. “Aku takut, Ryan... takut kalau aku tidak bisa melewati ini. Takut jika nantinya aku membahayakan anakku,” ungap Lisa menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya."Itu tidak akan terjadi, Lisa. Kamu harus bisa melalui semua ini ... demi dirimu, demi anakmu. Aku di sini, selalu di sini, untuk menemanimu."Ryan sadar, dia tak akan bisa mengatakan kalau semuanya demi dirinya. Walaupun Lisa sudah terbuka, tetapi hatinya belum terbuka untuknya. Lisa

    Last Updated : 2025-01-23
  • Ketika Istri Billionaire Pergi   65

    Ryan segera berdiri dari kursinya saat pintu ruang operasi terbuka. Napasnya yang sejak tadi terasa sesak perlahan menjadi lebih ringan ketika melihat dokter keluar dengan langkah mantap. Wajah dokter yang terlihat tenang dan senyuman tersungging di balik masker yang baru saja dilepaskannya menjadi tanda baik yang selama ini dinantikan."Operasinya berjalan dengan lancar," jelas dokter dengan nada menenangkan. "Nyonya Lisa sudah melewati masa kritis. Kami akan segera memindahkannya ke ruang rawat."Ryan menghela napas panjang, dadanya terasa lebih lapang. Bibirnya mengucapkan syukur pada Tuhan, lalu menatap dokter di hadapannya."Terima kasih, Dokter," ucapnya dengan suara yang hampir bergetar. Matanya memancarkan rasa syukur yang mendalam. "Benar-benar terima kasih untuk semuanya."Dokter tersenyum hangat sebelum melanjutkan penjelasannya. "Namun, Anda perlu memperhatikan kemungkinan efek sampingnya. Pascaoperasi seperti ini, pasien kadang mengalami halusinasi sementara. Tapi Anda ti

    Last Updated : 2025-01-25
  • Ketika Istri Billionaire Pergi   66

    Lisa pulih dengan cepat. Dia sudah diperbolehkan untuk pulang. Ryan tetap setia menjaga dan menemaninya.Perhatian Ryan semakin terlihat jelas dan Lisa kini banyak tersenyum padanya. Bahkan kini Lisa tak sungkan meminta banyak tolong pada lelaki itu. Semua kebutuhan dan keperluan Lisa dipenuhi dengan baik.Beberapa hari, minggu, hingga bulan dilewatinya tanpa ada keluhan. Tak ada perselisihan atau perdebatan, mereka terlihat baik-baik saja. Namun, hal itu terasa sangat tak biasa.Lisa sangat berhati-hati menjaga hati Ryan agar tak menyakitinya. Tentu saja, Ryan merasakannya dan itu membuatnya terasa sesak. Justru membuat jelas, jika Lisa belum sepenuhnya terbuka.“Ryan!” panggil Lisa di saat malam hari, setelah Ryan pulan bekerja.“Ada apa, Lisa. Kamu membutuhkan sesuatu?” tanya Ryan penuh perhatian.Wanita itu menggeleng. Lisa lantas menepuk sofa di sebelahnya, isyarat agar Ryan mendekat. Dengan perutnya yang kini sudah membesar, Lisa pasti kesulitan untuk mendekat pada Ryan.Tentu s

    Last Updated : 2025-01-25
  • Ketika Istri Billionaire Pergi   67

    Sean, nama bayi Lisa. Memiliki arti diberkati Tuhan, dengan harapan agar putranya selalu hidup penuh berkat. Ia tumbuh dengan penuh baik. Lisa merawatnya penuh kasih sayang, tentu saja Ryan selalu mensuport dan menjaga mereka dengan baik.Kehadiran Sean, bisa menepis rasa canggung Lisa. Sesuai janjinya, Sean menggunakan nama belakang Ryan. Tentu saja itu yang diinginkan Ryan, melalui anaknya Lisa, dia bisa lebih dekat.Hingga tak terasa Sean sudah berusia 5 tahun, mereka masih menetap di kota halaman Ryan. Sejujurnya Lisa mulai merindukan kota kelahirannya, hanya saja bingung mengungkapkannya. Untunglah Ryan adalah pria yang peka akan kegelisahan hati Lisa.“Ada apa, Lisa? Katakan saja jika kamu menginginkan sesuatu? Kenapa kamu selalu terlihat sungkan padaku?” tanya Ryan mendekati Lisa yang tengah menemani Sean bermain.“Tidak ada. Hanya, tiba-tiba saja aku merindukan Bibi Maria dan hangatnya suasana di panti asuhan. Sudah lama aku tak mendengar kabarnya. Apa lagi kita pergi tanpa be

    Last Updated : 2025-01-25
  • Ketika Istri Billionaire Pergi   68

    Lisa terdiam. Sean memang benar-benar mewarisi wajah Jason, bahkan sifatnya pun. Bentuk wajah, hidung, alis, hingga warna rambutnya, semuanya sama dengan Jason. Hanya iris matanya yang memiliki kesamaan dengan Lisa. Sifatnya pun juga, Sean memiliki jiwa pemberani, pintar dan tegas seperti Jason, tetapi kepribadian yang lembut seperti Lisa. Hal itu yang membuat Lisa semakin tak berdaya.Setiap melihat Sean, dia pasti akan teringat dengan Jason. Bibirnya bergetar, bingung menjawab pertanyaan putranya, tetapi Sean harus diberikan pengertian dan jawaban yang memuaskan. Tatapan putranya menuntut tanya.“Temanku Nick, wajahnya sama dengan ayah dan ibunya. Aku tak tahu harus bagaimana, Bu,” ucap Sean mengungkapkan isi hatinya.Hati Lisa teriris. Ia tak tega melihat air mata Sean. Kemudian Lisa tersenyum, mencoba membangun kekuatan dalam dirinya dan memberikan dukungan pada putranya. Dia tak boleh terlihat rapuh dan ragu di hadapan putranya.“Sayang, dengarkan Ibu!” kata Lisa seraya menyapu

    Last Updated : 2025-01-26
  • Ketika Istri Billionaire Pergi   69

    “Aku menerimamu, Ryan,” ucap Lisa pelan sekali.Ryan tersenyum. Kemudian dia kembali mencium bibir Lisa seolah takut dia akan berubah pikiran. Hati Lisa menolak, tetapi dia sungguh tak ingin membuat Ryan kecewa.Lisa hanya mengikuti permainan Ryan. Mengizinkannya mencium dan melumat bibirnya hingga puas, termasuk memasrahkan tubuhnya. Dia pun membalas ciuman itu, beberapa kali, hingga Ryan semakin bernafsu.Bibir Ryan mulai menjelajah ke tubuh Lisa menciumnya penuh gairah. Lisa tetap mengizinkannya untuk saat ini. Tentu saja, Ryan tak akan menyia-nyiakannya dan membawa tubuh Lisa ke atas ranjang megahnya.Hujan turun dan langsung deras seolah mendukung suasana menjadi semakin menggairahkan. Akan tetapi saat keduanya hendak menyatu, hal tak terduga menghentikan semangat Ryan. Suara ponselnya terus berdering hingga beberapa kali.“Ryan, ponsenya terus berbunyi,” ucap Lisa mencoba mempertahankan kesadarannya. “Masih banyak waktu, kamu bisa melakukannya di lain waktu,” katanya lagi.Lelak

    Last Updated : 2025-01-26

Latest chapter

  • Ketika Istri Billionaire Pergi   78.

    “Paman baik!” Suara anak lelaki memanggil Jason dan langsung membuatnya menolah. Dia adalah salah satu anak panti asuhan yang sering bermain dengan Jason. “Paman kembali lagi? Ayo kita main lagi,” ajaknya.“Oh, maaf, Sayang. Aku harus segera pergi. Aku kembali untuk memberikan ini.” Jason berkata seraya memberikan dua box donat yang masih dipegangnya.Jason sangat dekat sekali dengan mereka. Anak itu pun tersenyum girang menerima pemeriannya. “Bagikan dengan teman-temanmu yang adil, ya!” pesannya.“Terima kasih, Paman baik,” jawabnya girang.Jason mengangguk tersenyum pada anak tersebut sebelum dia kembali masuk ke dalam. Sejujurnya dia penasaran dengan anaknya Lisa, tetapi ini bukan waktu yang tepat, menurutnya. Dia cemas jika Ryan akan bangun dan akan menimbulkan kesalahpahaman dengan Lisa.Setidaknya Jason sudah cukup tenang dan lega melihat Lisa jauh lebih baik. Ya, Jason bisa melihat Lisa kini banyak tersenyum, tak lagi banyak diam dan murung seperti dulu.Lebih baik dia bergega

  • Ketika Istri Billionaire Pergi   77.

    “Aku tahu, kalau penyesalanku ini terlambat. Sudah terlalu banyak luka yang kuberikan padamu, Lisa. Mungkin saja aku tak pantas untuk mendapatkan maaf darimu,” ucap Nania dengan air mata yang mengalir deras.Dia sungguh menunjukkan rasa penyesalan yang paling dalamnya. “Tapi, aku harap kamu mau memaafkanku, Lisa,” katanya lagi.“Setiap hari aku selalu berdoa agar Tuhan memberikanku kesempatan untuk memperbaiki kesalahanku dan menebus dosaku padamu. Aku menunggumu di sini dan aku berharap Tuhan mengabulkan doaku.” Suara Nania penuh harap dan ketulusan.Lisa terdiam. Dia melihat kesungguhan ibunya, hingga air matanya pun ikut menetes. Namun, ia merasa bingung harus bagaimana.“Ibu, dia siapa?” Sean bertanya seraya menarik lengannya dan langsung mengalihkan fokusnya.Sebelum Lisa menjawab, Nania sudah bertanya. “Lisa apakah dia?” Namun, Nania langsung terdiam. Dia menahan rasa penasarannya. Sadar, Lisa belum memberikan jawabannya. Nania menunduk, tak berani menebak jawaban Lisa. Air ma

  • Ketika Istri Billionaire Pergi   76.

    “Ada apa, Ryan? Sepertinya kamu mencemaskan sesuatu?” Pertanyaan Lisa langsung menyadarkan Ryan dari rasa cemasnya. Tampaknya dia terlalu berlebihan memikirkan rasa takutnya. Dia lantas tersenyum mencoba mencoba terlihat tenang.“Tidak ada. Mungkin aku merasa lelah saja. Sudah lama ku tak melakukan perjalan jauh,” jawab Ryan berbohong.“Oh, aku kira kamu sedang menghadapi masalah serius,” kata Lisa terdengar lega. “Kalau begitu, istirahatlah dulu. Perjalanan kita masih jauh, cukup untukmu beristirahat.”Ryan tertegun sejenak. Dia menatap Sean yang masih tertidur pulas dalam pangkuan Lisa. “Jangan cemaskan aku dan Sean. Kamu juga perlu beristirahat,” kata Lisa lagi memastikan.“Tapi, bagaimana denganmu?” tanya Ryan menjadi cemas dan sungkan.“Aku baik-baik saja, Ryan!” jawab Lisa langsung.Sejujurnya, Ryan ingin protes. Namun, dia memilih menyandarkan tubuhnya dan pura-pura tertidur. Dengan begini, dia bisa menenangkan diri dan memikirkan apa yang harus dilakukannya selanjutnya.Yang

  • Ketika Istri Billionaire Pergi   75

    Handphone milik Raymond berdering. Hampir saja Tina berteriak dan menjatuhkan karena terkejut. Matanya menyipit melihat nama pemanggil di sana.Hanya sebuah inisial saja. Tampaknya Raymond tetap menjaga rahasia tersebut. Itu adalah nomor yang memberinya perintah. Jantung Tina berdebar semakin cepat, dia bahkan lupa jika tujuannya hendak membuang tubuh Raymond.“Aku harus mencari tahu siapa yang menelpon Raymond dan yang memberinya perintah.”Tina lantas menjawab panggilan telepon itu. Namun, Tina tak bersuara. Dia menunggu si penelepon bersuara agar bisa menebak siapa pelakunya.Sayangnya hingga 30 detik berlalu, tak ada suara dari seberang sana. Tina menyimpulkan jika si penelepon tahu kalau ponsel itu tak lagi di tangan Raymond. Dia pasti sangat berhati-hati, pikir Tina yakin.Panggilan telepon berakhir. Tina tertegun dan terdiam dengan pikiran banyak tanya. Kemudian handphone itu berbunyi lagi, pesan masuk.Segera saja Tina membuka dan membacanya. “Siapa kamu? Bagaimana handphone i

  • Ketika Istri Billionaire Pergi   74

    “Apa maksudmu?” tanya Tina pura-pura tak mengerti.Raymond tersenyum sinis. Dia lantas melirik gelas berisi jus di tangannya. Tina pun menghela napas panjang dengan wajah seolah mengerti isi pikiran lelaki di hadapannya.“Kamu pikir, aku menaruh racun pada minumanmu?” “Siapa yang tahu?”Tina lantas meraih gelas di tangan Raymond. Dia lantas meminumnya tanpa jeda dan tak menyisakan sedikit pun. Kemudian Tina menunjukkan gelas kosongnya, seolah membuktikan dirinya tak seperti yang dituduhkan.“Puas?” tanyanya sengaja memasang wajah kesal.Raymond tercengang. Tentu saja itu adalah rencana Tina. Wanita itu tahu, Raymond tak bisa langsung ditipu.“Apa yang ada dalam pikiranmu, Ray? Kamu masih meragukanku? Padahal selama ini aku menurut padamu, walaupun kamu memperbudakku,” ucap Tina lagi dengan wajah kesal.“Maaf, Tina. Aku tak bermaksud,” sahut Raymond dengan wajah penuh sesal.Reaksi Raymond saat ini pun sudah Tina duga. Dalam hati, dia bersorak riang. Tina sudah hafal benar bagaimana ta

  • Ketika Istri Billionaire Pergi   73

    Setelah Lisa pulang, Ryan kembali menemui Jenifer Molley. Wajah wanita itu kini tak seketus sebelumnya. Ryan sudah mengumpulkan beberapa bukti tentang kejahatan Tina pada Lisa.“Ini adalah video di restoran tempat Lisa bekerja dulu. Di sana Tina merundungnya, hingga Lisa akhirnya dipecat dari pekerjaannya,” ucap Ryan seraya menyerahkan tab miliknya.Untungnya dia masih menyimpan rekaman tersebut. Bukan hanya itu saja, dengan bantuan Raymond—lelaki yang diutusnya untuk mengendalikan Tina. Semua bukti tentang Tina yang selalu merundung Lisa semuanya sangat kuat.Bahkan, Ryan terpaksa memberikan beberapa bukti kalau Tina merusak rumah tangga Lisa dan Jason. Jenifer tampak terkejut dengan semua bukti yang dibawa oleh Ryan. Perlahan wajahnya menunjukkan rasa bersalah pada Lisa.“Akhir bulan ini, Lisa membawaku pulang ke kotanya. Sejujurnya aku mencemaskannya, khawatir jika Tina masih terus mencoba menyakiti Lisa,” ungkap Ryan diakhir embusan napas berat.“Sebenarnya, kamu tak perlu membala

  • Ketika Istri Billionaire Pergi   72

    Lisa menggelengkan kepalanya, air matanya mulai menggenang. Dia merasa tak diperlakukan tak adil."Aku tidak ada hubungannya dengan apa yang Tina lakukan! Kenapa kamu membenciku?!" ucap Lisa pilu."Karena aku ingin Tina merasakan apa yang aku rasakan. Dan kamu adalah jalan tercepat untuk membuatnya menderita." Jenifer memandang Lisa dengan tajam.Ryan tersentak. Dia menatap Jenifer dengan tatapan penuh amarah. "Kamu pikir meneror Lisa akan menyelesaikan dendammu? Aku akan memastikan hukum menangani ini, Nona Molley!" "Silahkan, Tuan Ryan. Tapi ingat, aku tidak akan menyerah sebelum Tina membayar semuanya." Jenifer seolah menantang.“Nona Molley, aku minta maaf atas apa yang terjadi. Tapi, harus kamu tahu ... aku pun tak memiliki hubungan baik dengan Tina. Kenapa aku berada di sini? Karena aku menghindarinya ... dia juga membuat hidupku hancur.”Suara Lisa bergetar. Tatapan sakit hatinya terlihat jelas, tetapi Jenifer mendesis sinis. Jenifer bahkan tersenyum mengejek.“Siapa yang t

  • Ketika Istri Billionaire Pergi   71

    “Melisa Anderson? Siapa itu?” tanya polisi itu ikut membaca catatan dalam paket teror itu.“Namaku yang sebenarnya,” jawab Lisa dengan tatapan cemas. Ryan melangkah maju dan meraih paket itu. Kemudian dia merangkul Lisa, mencoba menenangkannya, tetapi wanita itu tetap menatap cemas. “Ryan, tak ada yang tahu namaku. Pengirimnya pasti mengenalku,” tebaknya.“Kamu harus tenang, Lisa! Biarkan aku dan mereka yang menangani semua ini.” Ryan berkata dengan suara menenangkan, seraya menunjuk para petugas yang ada di sana.Ya, di sana mereka mengenalnya sebagai Gia Gorley, identitas yang diberikan Ryan untuknya. Namun, Lisa memilih mengangguk dan menyerahkan semuanya pada Ryan. Wanita lebih baik menunggu seraya menjaga Sean.“Ada apa, Bu? Siapa yang menerormu?” tanya Sean setelah berada di dalam rumah.“Aku juga tidak tahu, Sayang. Mungkin dia orang yang tak suka denganku atau mungkin pernah punya masalah denganku,” jawab Lisa bingung. Dia tak mungkin berbohong pada putranya.Sean sudah tahu

  • Ketika Istri Billionaire Pergi   70

    “Argh!”Lisa berteriak keras. Lisa ketakutan, hingga tubuhnya gemetar. Kotak paket yang dilihatnya terlempar. Ryan bahkan langsung berlari keluar dari kamarnya, menghampiri Lisa.“Apa yang terjadi, Lisa?” tanya Ryan cemas dan panik.Bibir Lisa terasa terkunci karena rasa takut yang meninggi. Dia menunjuk isi paket yang terjatuh di bawah kakinya. Bangkai burung dara yang mengerikan dengan sayap dipatahkan dan darah yang masih segar. Sepertinya burung itu baru saja dibunuh.“Siapa yang berani melakukan ini?” geram Ryan terkejut. “Ibu, apa yang terjadi?” Suara Sean muncul dan langsung membuat keduanya menolah.“Sean, bisa bawa ibumu masuk ke dalam! Ada sesuatu yang tidak beres dan ibumu ketakutan.” Ryan memberi perintah.Sean hanya mengangguk dan tak banyak bertanya. Dia bisa melihat tubuh ibunya gemetar. Tangan Ryan bahkan menuntun Lisa hingga duduk di sofa ruang tengah, lalu memberikan segelas air.“Tidak apa-apa, Ibu. Semuanya baik-baik saja,” kata Sean menangkan ibunya.Sementara, R

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status