Share

Memulai yang baru

Author: Purwa ningsih
last update Last Updated: 2022-03-22 23:02:08

Memulai yang baru

"Non ditunggu, Den Reindra di depan."

"Hah serius, Mbok." Eliana tak percaya apa kata Mbok Siti. 

"Iya, dia bilang mau ajak Non ke salon apa," ucap si Mbok membuat mata Eliana terbelalak kaget. 

"A ... apa salon Mbok?"

"Iya, Non. Biar Daffa di rumah sama Mbok ya, kan  semenjak ada Non Eliana pekerjaan Mbok jadi berkurang, dari pada mbok ngantuk di rumah sendirian."

"Iya boleh, Mbok."

Bibir itu merekah, tersenyum lega. Kemudian wanita sederhana itu mengangguk patuh oleh perintah Reindra. Dan melangkah menuju kamar mandi. 

"Cepat sedikit, Non," suruh si Mbok sambil menggendong Daffa keluar. 

"Iya, Mbok."

Mobil meluncur keluar halaman, akhirnya Eliana duduk di samping Reindra membelah jalan raya diatas aspal yang begitu panas membara. Eliana terlihat gugup ia mengalihkan pandangan keluar kaca mobil milik Reindra. 

Reindra berusaha memulai pembicaraan dengan Eliana. 

"Aku sudah ajukan gugatanmu. Masih sekitar satu bulan lagi sidang ceraimu."

"Sudah di ajukan? Apa ini bisa diurus di kota ini?"

"Bisa tenang saja, El."

Eliana minum air mineral yang ia bawa dari rumah, lalu menegukknya beberapa kali gugup menyerang hati Eliana. 

"Nggak usah goyah Eliana. Kau harus berjuang demi masa depanmu juga Daffa."

Reindra begitu semangat dan Eliana hanya tersenyum getir pernikahanya harus kandas akan segera berakhir. 

"Iya. Bismillah, Bang Rein." Senyum mengembang dari bibir Eliana. Kadang dengan senyuman sudah mewakili perasaan.

Sesaat mereka hening. Ada rasa bersalah dari diri Reindra melihat ekspresi ketakutannya Eliana saat ini. Eliana adalah sosok wanita terlalu baik, dia mampu membuat Reindra terus memikirkannya. 

Mobil terparkir di depan salon Ayila mereka turun dari mobil dan berjalan  menuju perawatan wanita itu. Mereka berjalan beriringan melewati paving yang tertata rapi di depan salon, mata Eliana tak berkedip melihat bangunan-bangunan yang begitu indah. Salah satunya Salon Ayla. 

"Ayo masuk?"

"Eliana gugup, Bang."

Reindra tersenyum sambil menggandeng mesra Eliana masuk ke dalam. Sesaat kemudian, sapaan dari wanita cantik itu datang menghampiri Reindra. Eliana baru menyadari kedatangannya disambut  dengan begitu ramah. Mempersilahkan mereka untuk duduk, salah satu karyawan memberikan dia dua cangkir teh hangat untuk Eliana juga Reindra. 

"Ada yang bisa kami bantu, Pak Rein?"

"Tolong make over, semua yang ada dalam diri wanita ini Ayla? Saya mau ia terlihat cantik dan modis."

Ayla tersenyum menatap Eliana. "Baiklah Reindra akan aku buat dia jauh lebih cantik lagi."

"Berapa lama kira-kira, Ayla? akan saya tinggal sebentar ke kampus."

"Dua jam cukup kali ya," ucap Alyla. 

Rein menggangguk. "Eliana aku tinggal dulu ya? kamu belanja sepuasnya biar Ayla yang bantu."

Eliana menggangguk. "Terima kasih banyak Bang Rein."

Ada semburat malu di pipinya Eliana, saat menyadari tatapan Eliana terarah ke baju-baju yang begitu indah dan cantik. 

Reindra melirik jam tangan. 

"Aku pergi dulu," ucap Rein. 

Lagi, Eliana mengangguk. Dan Reindra segera melangkah keluar. 

Eliana hanya mengangguk saja mengiyakan. Entah bagaimana nanti untuk membalas ini semua nanti pada sahabatnya Rein. Yang jelas Eliana hanya ingin membalas semua perbuatan suaminya. Bayangkan saja ia harus pergi dari keluarganya, bagitu banyak pengorbanan yang ia berikan pada Satria namun seenaknya saja ia menghianatinya. 

"Mari ikut saya Mbak Eliana, kita mulai dari facial wajah dulu ya?"

Eliana menggangguk dan mengikuti arahan karyawan salon. 

Usia yang masih muda. Tidak heran kalau nanti suaminya akan mulai terpesona lagi. Sejenak Eliana menikmati manjanya di salon.

*

Reindra menatap jauh menerawang di sudut kampus, setelah sekian lama ia menemukannya tanpa sengaja, kala itu ia lagi mengemudikan mobilnya hujan terlihat deras dari luar mobilnya. Sesaat wajahnya melihat di halte ada anak yang menagis dengan cepat ia melangkah dan menggedong anak kecil itu saat melihat seorang wanita tergeletak dan ternyata wanita yang sangat ia kenal Eliana. 

Halte sepi tak ada seorang pun disana, Reindra menaruh sikecil ke dalam mobil, kemudian mengangkat tubuh Eliana masuk ke dalam mobilnya. Mobil meluncur di rumah mewah miliknya. 

"Mbok tolong, ajak anak kecil itu di dalam."

"Baik, Den."

Dengan cepat ia masuk membawa tubuh Eliana. 

"Astaga Eliana kenapa kamu bisa seprti ini. " Lirih Rein menatap melas pada perempuan sahabatnya dulu. 

"Mbok tolong dijaga ya? Aku akan ke Jogjakarta malam ini juga biarkan dia istirahat, berikan badannya minyak kayu putih, jika ia siuman berikanlah makan. Aku harus berangkat sekarang, Mbok."

"Baik, Den."

"Belikan susu untuk anaknya." Reindra memberi beberapa lembar uang merah. 

"Njih, Den."

Wajah yang dulu ceria kenapa bisa seperti ini, karena keluarga Reindra pindah ke Jogjakarta membuat Reindra dan Safana kehilangan jejak tentang Eliana. Rein menatap lekat foto bertiga dirinya Eliana juga Fana yang telah usang hampir gambarnya sedikit menghilang namun, ia terus saja menyimpannya dalam dompet. 

Pekerjaan selesai ia kembali menjemput Eliana di salon, perasaan entah namun sepertinya itu tak wajar. Rasa sayangnya buat sahabatnya mungkin sekarang sudah berubah namun Reindra menolaknya, ia tak mau menodai persahabatannya. 

Mobil terparkir di depan salon. Ia berjalan menuju ruangan salon tempat tadi ia meninggalkan Eliana. Dengan pelan Reindra duduk di sofa suguhan kedua, satu teh hangat tersaji di depannya. 

"Hey Pak Reindra, Eliana sudah siap tinggal mengganti baju."

"Baiklah Ayla, terima kasih ya."

"Sama-sama, Pak."

Seketika Reindra dibuat terkejut dengan penampilan baru Eliana, begitu cantik dan elegan. Rambut dipotong sebahu dengan riasan natural, memakai higl heels baju mahal. Terlihat tampak sempurna di mata Rein. 

"Eliana ini senirus ... wao kau terlihat perfect." Sejenak Rein dibuat kagum oleh make over Ayla. 

"Bagaimana, Pak puas?"

"Ya saya suka Ayla, masukkan yang Eliana butuhkan di tagihanku ya," jawab Rein sambil menyerahkan kartu kredit miliknya. 

"Bagaimana Bang... Apa ini bagus?" Eliana membawa beberapa peper bag berisi baju baru yang dipilih oleh Ayla. 

"Iya, kau terlihat cantik sekali."

"Terima kasih  Bang."

Reindra menggangguk, kali ini dadanya berpacu hebat. 

"Pak ini kartunya dan terima kasih sudah mampir. Lain kali jangan sungkan langsung datang ke sini jika perlu."

"Baik kami permisi Ayla, kerja yang bagus."

Eliana hanya menggangguk dan melangkah pergi meninggalkan salon, menggandeng pria yang bertubuh tinggi kekar menuju mobil. Eliana tak menyangka jika janji yang Rein ucapkan dulu ditepati saat ini. 

"Hey ... lepaskan Eliana, " dengan beringas ia memukul seorang lelaki yang menyeret tangan Eliana. 

Bukk.

"Dengar ya, baik itu laki-laki atau wanita, aku tak akan segan untuk membalas berpuluh kali lipat. Dengarkan itu, jika kau menyentuh Eliana maka kau berurusan denganku," ucap Reindra kala itu. 

"Iya... Iya maaf." Laki-laki itu kabur entah. Kemana. 

"Sakit El...?"

"Maaf ya bila selalu menyusahkan," ucap Eliana. 

 

Reindra menggeleng. "Bilang pada lelaki itu untuk tak menyentuhmu lagi, aku tak sesabar yang mereka kira, Eliana jika kau terluka." ujar Reindra datar saat itu. 

"Iya ... mereka meminta uang jajanku," ucap Eliana sedih. 

Reindra menatap sahabatnya lekat. "Apa tadi sakit? Berkali ia mendorongmu dan menarik tanganmu tadi." 

Eliana menggangguk cepat. 

"Aku berjanji akan menjagamu dari laki-laki yang menyakitimu Eliana."

"Iya, terima kasih."

Eliana menarik napas lega, ada manusia berhati malaikat yang menjaganya kini. 

"El ayo masuk." Reindra membukakan pintu mobil, dan membuyarkan lamunan Eliana. 

"Eh, iya Bang Rein"

*

Sebulan sudah hidup tanpa Eliana, meskipun hidupnya hambar namun hubunganya dan Yolanda makin mendekat. Sekarang, gadis itu bahkan menunjukan wajah riang tiap tatap mereka bertemu. Masih sering mendapatinya mencuri pandang, tapi sebenarnya entah kenapa hatinya Satria seperti enggan untuk menyapa.

Ting... 

Bel pintu Satria berbunyi, dengan langkah gontai Satria membukan pintu. Matanya terbelalak melihat Yolanda tiba-tiba menerobos masuk rumahnya dengan pakaian yang begitu minim dan seksi. 

"Ini sudah malam ada apa?" tanya Satria pada Yola. 

"Aku merindukanmu Sat...!"

"Kau gila, Yolanda."

"Ya, aku memang tergila-gila padamu."

Malam semakin larut, hawa dingin menyeruap di celah-celah ventilasi jendela. Suara embusan angin membuat Satria terbuai dalam indahnya hubungan terlarang dan hubungan dosa dengan atasannya. 

Yolanda tertidur pulas, Satria tak bisa memejamkan matanya. Ia teringat dari hubungannya yang baru saja ia lakukan. Kopi panas menemaninya dalam malam. Jam sudah menunjukkan pukul 02:15 namun mata Satria tak dapat terpejam. 

Semenjak Eliana pergi dari hidupnya, hidupnya kini semakin hari semakin meenggila merindukan  sosok istrinya. Rokok ditangan ia mengembuskan asap keatas pikirannya kalut, entah apa yang berkecamuk dalam batinnya. Ada sesuatu yang sangat sakit di dalam sana. 

Pagi menyapa Yolanda bersiap untuk pulang, ia melihat Satria tertidur meringkuk di sofa dengan batang rokok bertebaran di lantai. Namun Yolanda tak menghiraukan dan melangkah pergi. 

"Kau pemuasku Sat, apapun akan aku lakukan untuk mendapatkan hatimu," Lirih Yolanda mencium kening Satria yang masih tertidur dan melangkah pergi. 

*

Terasa ada yang hilang sebenarnya. Mendapati orang yang selalu ada sekarang menjauh begitu saja. Lucunya, Satria sering rindu suaranya yang dulu di anggap mengganggu bagi Satria. 

"Sat, aku bawakan nasi kotak untukmu, ada ayam geprek kesukaan kamu kan?" Yolanda salah satu gadis yang bikin rusak hubungannya dengan Eliana, terdengar bertanya saat jam istirahat.

"Oh, ya!" Satria jawab lemas. 

"Kok, gitu? Ayolah mumpung masih hangat?"

Satria sempat meliriknya sekilas. Penasaran dengan reaksi Yolanda saat merengek mengajak makan siang. 

"Iya," jawabannya masih sedikit malas. 

Mereka makan siang bersama ditemani nasi kotak juga es jeruk, sesaat Satria merasa jika dia merasa perhatian Yolanda membuatnya sedikit nyaman. 

Hening.

Satria tiba-tiba diam. Tatapannya sedikit menengadah ke depan. Pelan, ia menoleh untuk tau kemana arahnya. Eliana berjalan menyapu di depannya, Satria menggeleng ini yang kesekian kalinya ia masih berhalusinasi. 

Mereka akan mengadakan meeting, disebuah kafe. Satria melajukan mobilnya dan selang beberapa menit mereka sudah berada di kafe dengan ke empat temannya. 

       

Lagi sibuk memainkan laotop, sebuah suara memanggil dari arah belakang. Dari pintu.

"Satria, aku mau minta tolong, nih. Bisa, ya?" tanyanya saat Yolanda menghampiri.

"Apa? 

"File nya kamu yang bawa ya? Buat presentasi sebaik mungkin, aku masih ada sedikit urusan dengan Pak Wira. 

"Iya"

"Kalo gitu, Semoga berhasil ya kalian." 

"Siap, Bu Boss."

Meeting dimulai, semua konsen soal presentasi memang Satria jagonya, namun kali ini tatapan Satria mulai kosong dan Anton yang satu tim mengingatkan Satria. 

"Sat ... gokus!"

"Iya."

Meeting selesai kali ini mereka pun berhasil. Mereka menikmati teh hangat juga cemilan di atas meja mereka. 

"Satria!" Sebuah suara memanggil dari Anton timnya. 

Satria menoleh, lalu mengangkat satu alisnya ke arah Anton. 

"Lihatlah, siapa itu cantik sekali, Sat gila?" Anton berdiri memastikan cewek dengan pemuda tampan bertubuh kekar. 

"Mana...?"

"Itu cewek baju pink yang bersama pria itu, wih coba ya bisa bersama dia pasti akan bahagia hidupku, tapi tunggu ... sekilas mirip istri lo dulu Satria."

Deg ...

Jantung Satria naik turun. 

Dengan cepat Satria menatap lekat gadis di ujung kafe yang terlihat sangat cantik dan begitu elegan ... memang mirip namun Satria tak percaya. 

"Sumpah ya cantik banget tuh cewek!"

Satria terlihat bingung, antara benar dan tidak itu Eliana.  Satria berbalik ke arah wanita yang terlihat begitu mirip apa ini hanya halusinasi nya saja. 

"Eliana...?" Namun segera ditepis olehnya, kenapa bisa Eliana secantik itu. 

Related chapters

  • Ketika Istri Berubah cantik   Mencoba Iklas

    Mencoba Iklas"Tidak itu bukan Eliana ...." lirih Satria dalam hatinya.Satria terlihat gundah gulana, bagaimana bisa jika itu istrinya secepat itu ia berubah. Lalu di mana Daffa anak mereka."Tapi sayang ya, dia sudah punya gandengan," gerutu Anton membuat Satria geram.Satria menelan ludah yang terasa begitu pahit."Ya, mungkin saja itu bukan suaminya," ucap Satria emosi."Mesra begitu, paling tidak itu pasti kekasihnya, Satria.""Bodo ah.""Yee."Sekilas Satria menatap wajah wanita itu yang tak jauh darinya, memang begitu mirip. Satria berusaha untuk membuktikannya apakah itu Eliana atau bukan. Namun bukan dengan cara kasar seperti kemarin, bisa-bisa ia diseret keluar dari sini oleh satpam."Aku ke toilet dulu ya.""Ok."Selesai ke toilet Satria mengatur nafasnya dan berjalan mendekati meja paling ujung kebetulan dilewati oleh Satria saat mau ke toilet.Iya benar tu

    Last Updated : 2022-03-22
  • Ketika Istri Berubah cantik   Sesal tak berujung

    Sesal Tak berujungMungkin inilah cobaan Eliana, Allah mungkin sedang rindu akan air matanya. Air mata yang entah kapan terakir kali menetes, ia selalu bahagia, hari ini di mana rumah tangganya sedang diuji haruskah ia bertahan apakah harus melepaskannya?"Non El, pangkling aku kirain siapa tambah cantik saja," ucap si Mbok."Iya, Mbok. Do'ain ya. Biar El kuat jalaninnya.""Iya, Non tenang saja, pasti Mbok dukung terus kok!""Makasih, Mbok."Sejenak Eliana menghilangkan penat di dalam dadanya, ia begitu grogi jika harus menghadapi sidang perceraiannya. Apa pernikahannya benar-benar akan hancur. Eliana menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang hingga ruhnya berjalan ke alam mimpi.Udara malam masih begitu dingin, Eliana menarik selimut hingga menutupi tubuhnya hingga azan menggema dari sudut ruangannya. Eliana turun ke bawah membantu si Mbok untuk menyiapkan sarapan pagi juga bersih-bersih rumah.Terdengar lan

    Last Updated : 2022-03-25
  • Ketika Istri Berubah cantik   Sweet Momen

    Sweet Momen"El besok temani aku di acara pertunangan rekan dosenku ya.""El malu, Bang.""Ada aku kan, yang menjagamu," ucap Reindra meyakinkan Eliana.Eliana menggangguk."Baiklah sekalian kita cari bajumu buat besok ya?"Eliana tersenyum. "Iya."Reindra yang memilih model gaun yang walau didesain sederhana namun sangat mewah sepadan dengan harganya. Perpaduan gaun berwarna dusty pink serta aksesoris tas dan sepatu high heel yang sama.Reindra menyuruh Eliana mencoba gaun yang telah ia pilih, dengan langkah berat Eliana masuk ke kamar ganti. Awalnya Eliana menolak karena harganya bisa buat ia makan sekitar tiga bulan, namun ia tak ingin menolak, hingga membuat Eliana malu saat acaranya besok.Sesaat Reindra cukup memukau ketika melihat penampilan Eliana. Dengan gaun yang begitu pas. Melekat di tubuh Eliana yang tampak sangat elegan di tubuhnya. Reindra mengangguk bertanda ia cocok dengan pilihan

    Last Updated : 2022-04-16
  • Ketika Istri Berubah cantik   Menghadiri pesta

    Menghadiri pestaPesta pernikahan mulai ramai, dengan piring beradu dengan sendok dan garpu dan obrolan para undangan yang hadir di pernikahan putri Pak Setiyawan. Begitu meriah, terlihat dari kalangan menengah keatas yang datang, terdengar riuh orang bicara yang kadang diselingi gelak tawa. Meski nyanyian mencintaimu mengalun dengan diiringi musik band.Reindra melirik arloji yang melingkar di pergelangan. Pukul 19:30 WIB. Pantas saja, masih begitu ramai para tamu undangan."Selamat malam, Pak Reindra," ujar beberapa mahasiswa dan mahasiswinya, membuat Eliana tersenyum."Malam juga." Renindra sambil mengulurkan tangan dan berjabat tangan, begitupun dengan Eliana."Istrinya ya Pak, cantik sekali?"Reindra tersenyum dan menatap wajah Eliana yang semua memerah. "Kenapa... Cantik kan?""Cantik sekali Pak Reindra. Kami permisi Pak.""Ya silahkan."Reindra menyempitkan jarak, meraih kedua tangan Eliana

    Last Updated : 2022-04-16
  • Ketika Istri Berubah cantik   Sidang perdana

    Sidang perdanaAir mata akan bicara saat mulut tak mampu lagi menjelaskan rasa sakit, sangat menyakitkan dari apapun, Eliana menatap lekat wajah anaknya. Sungguh malang nasibnya dari kecil tak pernah mendapat kasih sayang dari Sang Ayah.Rembulan mulai bersinar di waktu malam, hanya terdengar suara bising pabrik dan suara lalu lalang kendaraan. Eliana duduk di balkon atas, memandangi bintang. Eliana berharap ingin selalu menjadi sinar untuk buah hatinya. Eliana beranjak memasuki kamar dan berbaring di atas ranjang rasa ngantuk menyerang hingga ia tertidur larut dalam mimpi.Pagi tiba suara riuh kicau burung terdengar begitu merdu, pemandangan sejuk. Matahari mulai bersinar menampakkan sinarnya setelah bersembunyi di balik awan, pagi hari aktivitas di mulai. Dengan semangat pagi, senyum pagi dan jiwa yang baru."Maafin, Mama. Harusnya kamu bahagia seperti anak yang lain. Bisa berkumpul bersama Ayahmu, tapi Mama tidak bisa berbuat apa-ap

    Last Updated : 2022-04-26
  • Ketika Istri Berubah cantik   Jalan Mediasi

    Eliana melangkah masuk bersama seorang pengacaranya, rasa was-was menghantuinya. Degup jantungnya berpacu lebih cepat, dia duduk di bangku bersebelahan dengan Satria di depan Hakim. Entah perasaannya saat ini begitu terpukul akhirnya kisahnya akan segera berakhir.Hakim menanyakan tentang identitas juga pekerjaan masing-masing, semua pertanyaan Hakim dijawab oleh Eliana juga Satria. satu persatu pertanyaan selesai hingga Hakim merasa sangat disayangkan pasangan muda harus berpisah apalagi sudah memiliki seorang anak. Dan Hakim memutuskan untuk jalanni agenda mediasi.Eliana dan pengacaranya Pak Surya berjalan menuju ruang kecil, juga Satria mengikuti berjalan dengan pengacaranya Ibu Wati. Mereka bersama berjalan keruangan yang sudah disediakan. Eliana merasa begitu takut bagaiman jika Satria menghambat sidangnya."Pak, bagaimana jika Satria menolak ingin bercerai?" tanya Eliana dengan nada gugup."Tenang

    Last Updated : 2022-04-26
  • Ketika Istri Berubah cantik   Kisah Eliana dan Reindra

    Eliana membiarkan semikir angin membelai lembut wajahnya. Desirannya sungguh merdu terdengar, ditambah deburan ombak yang memecah pantai. Perpaduan keduanya bak alulan musik yang menentramkan jiwa. Menghadirkan simpang yang begitu syahdu.Senja mulai menguning suasana pantai terlihat begitu indah ketika sunset terlihat dari tepian pantai. melihat laut terbentang luas juga udara yang begitu menyejukkan hati, kebersamaan Eliana juga Reindra adalah momen yang sangat indah, Rein mengabadikan kebersamaan dengan foto berdua."Seru Mas, ini indah sekali, lama aku tak seprti ini. Terima kasih buat semuanya.""Sama-sama, kau harus berjuang El?"Eliana terdiam. "Aamiin, semoga ya, aku bisa melawannya."Eliana menggangguk. "Iya."Mereka masih duduk memandang sunset, rasa nyaman dan hangat kembali hadir. Eliana merasakan kenyamanan yang luar biasa."Bagaimana, kita pulang kasian Sonya seharian jagain Daffa."

    Last Updated : 2022-04-26
  • Ketika Istri Berubah cantik   Putusan pengadilan

    Putusan pengadilanLangit cerah, tetapi tidak terik. Awan putih terlihat tertengger jauh di atas sana. Dedaunan nyiur melambai-lambai tertiup angin. Semua menjadi satu padu menciptakan kedamaian untuk Rendra. Sejenak, suasana tentram ini membuat Reindra melupakan kesedihan yang mendera jiwanya.Reindra kembali berjalan mendekati ruang kerjanya. Ia menarik kursi mendekati meja, menatap layar laptopnya jari jemarinya bermain cantik di atas keyboard laptopnya. Sesaat mengalihkan pandangan dari layar di depannya, kemudian sedikit mendorong kursi menjauh dari meja saat salah satu mahasiswanya masuk berada tepat di depannya.Sonya, salah satu mahasiswi tempat Reindra mengajar berdiri di depan mejanya dan menatap Reindra dosennya."Iya, Sonya ada apa?""Pak Reindra di panggil ke ruangan, Pak Setiyawan," ucap Sonya"Baiklah, Sonya.""Oh ya, Pak ... terima kasih oleh-olehnya banyak sekali semalam."Reindra

    Last Updated : 2022-04-26

Latest chapter

  • Ketika Istri Berubah cantik   Ending Menua bersamamu

    Pov ElianaYa Allah, di pagi yang syahdu ini semoga Engkau memberikan kesehatan untukku juga keluargaku. Seperti biasa hari ini aku dan Bibi masak sambal goreng kentang dan juga ayam semur, makanan sudah siap di atas meja makan. Aku memanggil semua untuk sarapan. Rutinitas pagi memang selalu begitu, berkumpul untuk sarapan pagi."Mas, jadi gimana rencana hari ini?" tanyaku pada suamiku sambil menyuapi Azka yang lagi manja padaku."Kita pergi sendiri sayang, karena Mang Usep izin dan meminjam mobil kita buat lamaran keponakannya, jadi kita pakai mobil satunya ya," ucap Mas Haris padaku."Oh gitu baiklah, Mas," jawabku padanya."Ayah, ga capek jadi supir jauh lo, Ayah?" tanya Dimas pada Ayahnya."Kan ada Dimas yang gantiin Ayah ... lagian sudah besar begitu harusnya kan.""Tuh dengerin dek apa kata, Ayah," ucap Jingga pada Dimas, dan Dimas hanya nyengir kuda.Aku begitu bahagia, melihat putra putriku tumbuh dewasa dan menjadi anak yang soleh juga soleha."Bagaimana setuju kan semua kalau

  • Ketika Istri Berubah cantik   Ulah Sekar

    "Mas, perasaan, Lintang kok ga enak ya?" tanyaku pada suamiku sambil aku duduk bersender dibahunya."Sama sayang, Mas juga sangat cemas, dada Mas enggak tenang ada apa ini." Sesaat aku terdiam ucapan Mas Haris membuatku takut."Kita doakan saja semoga tidak terjadi apa apa pada keluarga kita, Mas.""Aamiin ... iya sayang."Rasa cemas itu kembali datang, aku berharap kami semua baik baik saja. Ya Allah berikanlah perlindunganmu untuk suami dan putra-putri kami dan hambaMu ini. Jauhkanlah orang orang yang berbuat jahat kepada keluarga hamba."Ma, Azka nagis jatuh dari sepeda." Nisa bicara membuat kami terkejut."Ya Allah, Azka kok bisa? Luka ga sayang adiknya?" tanyaku pada Nisa dan berlari turun tangga dan menghampiri Hilmy. "Mana yang sakit sayang, ga papa kan Azka?" tanyaku membuat aku kaget namun alhamdulillah hanya tergores sedikit. "Perih, Ma. sakit hik ... hik.""Sudah anak laki-laki harus jadi jagoan ga boleh cengeng sayang.""Bener sayang kata, Mama. Harus kuat lagian juga cu

  • Ketika Istri Berubah cantik   jatuh cinta

    Sayub-sayub terdengar suara adzan berkumandang menggema hingga ke rumah. Aku bergegas ke kamar mandi dan mengambil air wudhu, tanpa aku sadari suamiku itu sudah berada dalam musholla kecil keluarga kami. Terlihat punggungnya dengan cepat aku mengikuti dari belakang sebagai makmum, bersama putra putri kami, ini sudah menjadi rutinitas kami setiap hari.Memang aku akui, bahwa wajah suamiku makin hari semakin begitu tampan. Mas Haris lelaki dewasa yang begitu mempesona, aku mendengarkan lantunan ayat-ayat Allah dibacanya dengan sangat fasih, itu hampir tiap hari, dan seketika itu pula jantungku berdetak tak karuan melihat suara indah Mas Haris menggema Musholla kecil kami. Asli aku jatuh cinta dengan suaranya saat melantunkan ayat-ayat Allah. Mereka bergantian mencium takzim punggung tangan Mas Haris dengan sangat sopan. Mas Haris menyuruh putra putrinya untuk membaca Al Quran kadang Mas Haris membenarkan jika ada tajwid yang masih salah, Mas Haris lalu mencontohkan bagaimana membaca yan

  • Ketika Istri Berubah cantik   Bahagia

    Beberapa puluh purnama berlalu, kami sudah menjadi keluarga yang sangat bahagia. Meski selalu mendapat ancaman dari Sekar namun, kami sangat ketat menjaga putra-putri kami sehingga Sekar tidak mendapatkan celah untuk menyerang kami. Papa dan Mama juga sehat sampai hari ini, mereka selalu menjagaku.Azka anak lelaki kami yang sekarang usianya sudah tujuh tahun, Jingga yang sudah menggantikanku di butik. Nisa yang sudah kuliah, dan sudah magang bersama Ayahnya di sekolah, dan Dimas yang sudah berada dibangku SMA serta Azka yang masih duduk kelas satu SD, hari-hari kami lalui dengan begitu bahagia, melihat putra putri kami yang tumbuh menjadi anak yang soleh juga sholeha.Mas Haris mendidik mereka, dibentengi agama yang kuat agar kelak mereka memaknai apa arti kehidupan dan rasa syukur kita terhadap Sang pencipta. Semakin hari rasa sayangku buat Mas Haris makin bertambah, bagaimana tidak ia selalu menjadikanku wanita yang sangat berharga."Mama, Mas Dimas mana?" "Mas Dimas, masih keluar

  • Ketika Istri Berubah cantik   Malam Perjamuan

    Aku merasa jika Mas Haris selalu menjagaku dan menjadikanku wanita yang begitu berharga. Sesaat bulir bening jatuh ke pipiku segera aku mengelapnya. Aku merasa di manja oleh seorang suami. Aku melihat sekilas wajah yang begitu bahagia dengan senyum mengembang di dalam wajah suamiku. Saat fotografer mengambil gambar kami. Mungkin aku sedang tersenyum ke arah Ma Haris. Asyik bukan. "Aku tinggal sebentar gapapa ya, sayang."Aku mengangguk. "Iya, Mas gapapa kok.""Lintang ...."Aku bergeming sesaat beku, astaga kenapa ada Sekar segala. Kekecewaan yang teramat dalam membuat bibirku seakan kelu. "Wah, hebat ya kau bisa disini, dikalangan orang berduit. Oh ini wanita lusuh yang bertansformasi menjadi wanita berkelas," ejeknya padaku. Aku terdiam, menatap Mas Haris yang sibuk bicara dengan Pak Kepsek. "Oh, sudah mulai sombong rupanya," ucap Sekar diriingi getaran pada suaranya. Aku menarik napas pelan, mengurai sakit yang membelit di dalam dadaku. Aku kembali memalingkan wajah, bersama

  • Ketika Istri Berubah cantik   Mengharu biru

    Sampai di rumah. Aku sedikit lelah dan berbaring di atas ranjang, mungkin Mas Haris cemas dengan kandunganku. Mas Haris izin untuk menjemput Jingga di butik. Jika Sekar terus saja menggangguku maka kehamilanku pun akan terganggu. "Ma, Mama sakit ya?" tanya Nisa kepadaku."Maaf sayang, Mama hanya sedikit capek, sudah pulang sekolah. Ayo Mama temani makan." "Dimas, juga ayo makan sayang?""Iya, Ma."Kegiatan di meja makan berlanjut tanpa banyak percakapan. Semua lebih banyak bungkam dan menikmati hidangan. Setelahnya terdengar suara mobil digarasi depan rumah. Mas Haris sudah pulang menjemput Jingga, mereka masuk dan kami berkumpul di ruangan santai dekat televisi, Mas Haris duduk di sampingku. "Sayang, dengarkan, Ayah. Mau bicara sebentar lagi kalian akan punya adik baru, dan saat ini, Mama kalian hamil." Jelas Mas Haris pada kami. "Alhamdulillah ... selamat ya, Mama." Mereka mendekatiku lalu mencium pipiku."Iya, sayang. Makasih sudah mendukung Mama."Aku bahagia sekali, punya ke

  • Ketika Istri Berubah cantik   Positif hamil

    Aku menggeleng tak percaya. "Papa, astaga papa.""Kenapa, Papa keren, kan?"Aku terdiam menatap Papa merapikan kemejanya. "Papa hebat.""Dua kali lipat, Papa tak akan terima jika ada yang menyakitimu, Lintang."Aku terkejut. Bahkan mengembalikan posisi ekspresi wakahku yang begitu syok. Di butuhkan waktu untuk aku percaya baru saja yang aku lihat. Aku merekamnya dalam ingatanku. Sebagai seorang anak yang kagum akan penjagaan dari seorang Papa kepada anaknya. "Entah jika tak ada, Papa nasib, Lintang. Akan seperti apa? Padahal Papa Dosen lo ko bisa sih berkelahi.""Jangan salah, Lintang. Aku tak suka jika ada orang bermain-main dengan, Papa."Aku menghamburkan pelukan ke dada bidang, Papa. "Jadi. Kenapa, Sayang ketakutan?""Keluarga Lintang diteror, Pa.""Apa? Sama siapa? Kenapa baru bilang sayang.""Takut, Papa dan Mama cemas.""Lintang gak boleh begitu."Aku menceritakan semuanya. Papa lalu bergegas mengantarku dan menemui Mas Haris di sekolah. Aku minta sama Papa agar merahasiakan h

  • Ketika Istri Berubah cantik   Penjagaan Ayah

    Kalau saja aku tak menyaksikan sendiri bagaimana lembutnya sikap Papa dan Mama, pasti aku tak percaya jika orang lain yang mengatakannya. Aku merasa Papa dan Mama memiliki kepribadian yang luar biasa. Bersikap lembut, segitunya Mama dan Papa perhatian denganku. Mana mungkin aku tega bercerita jika ada seseorang yang mengancam kami. Aku menyuapi dengan telaten Mama dengan rendang. Beliau tertawa lepas sekarang. Duduk dan berbicara kesana kemari. Papa duduk di bibir sofa tempatku bekerja di bawah kaki Mama. Memijatnya dengan lembut, sembari bercerita mengenai banyak hal. Tidak terkecuali menceritakan sikap Bian yang kadang membuat Mama tertawa lirih. Sedangkan aku dan Ayah hanya menjadi pendengar. Setelahnya mereka pamit pulang. -Matahari mulai tenggelam pertanda petang telah tiba, aku dan Mas Haris mampir ke mall untuk membeli sembako juga bahan masak lainnya, Mas Haris yang membawa troli dan membeli beberapa sayuran juga berbagai sembako. Tak lupa membeli peralatan sabun juga shamp

  • Ketika Istri Berubah cantik   Berulah lagi

    Aku menggunakan waktu untuk beristirahat. Sebuah mobil yang sangat aku kenal datang di depan butik, aku tersenyum meliahat Ayah dan Mama datang mengunjungiku, aku memeluk mereka lalu mencium punggung tangan Mama dan Ayah. "Lintang, Mama sampai ... rindu.""Padahal baru dua hari kan Lintang ke rumah, Mama?" "Entahlah, Mamamu itu dari pagi ngomel-ngomel minta kesini, Nak."Aku menghela napas dalam. Aku tahu Mama begitu cemas padaku. "Masih sibuk, sayang. Mama bawakan makanan kesukaan kamu lo.""Apa, Ma?""Mama masak rendang kesukaan kamu juga Nak Haris.""Mama, kenapa jadi repot begini, sih. Nanti Mama capek gimana?"Aku lagi-lagi tak percaya, Mama memperlakukan aku seprti anaknya yang masih kecil. Aku memeluknya lalu mencium pipinya.""Ayah ... jangan biarkan Mama kecapekan."Terdengar Ayah menghela napas berat. "Tadi malah, Ayah yang ikut masak.""Serius, Ayah?" tanyaku tak percaya. Ayah mengangguk pelan. "Ya itu. Karena Ayah tak mau, Mama kamu kecapean.""Ya ampun Ayah. Makasih y

DMCA.com Protection Status