Share

Sangat Perhatian

Penulis: YuRa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-11 19:49:23

Menjelang magrib ponsel Ahmad berbunyi, sebuah panggilan dari nomor tak dikenal. Ahmad takut mau menerima panggilan itu karena ada Novi.

"Angkatlah, Mas. Berisik sekali," kata Novi.

Ahmad pun segera mengangkat panggilan telepon tersebut. Kemudian ia keluar supaya tidak mengganggu bayinya yang sedang tidur.

"Halo," sapa Ahmad.

"Halo Mas. Aku kangen sama Mas. Kapan kita bisa bertemu. Apa Mas nggak kangen sama aku. Mentang-mentang baru punya bayi, terus sibuk. Sampai-sampai nggak pernah memberi kabar sekalipun padaku." Suara di seberang sana nyerocos tanpa henti.

"Maaf, untuk saat ini nggak usah saling menghubungi dulu. Situasi sedang tidak memungkinkan."

"Sampai kapan?"

"Belum tahu."

"Apa sekarang aku jenguk Novi saja, biar kita bisa ketemu," rengek perempuan itu.

"Jangan! Sudah ya? Nanti aku dicariin sama Novi." Ahmad pun menutup panggilan telepon itu.

Ahmad masuk ke dalam rumah. Dilihatnya Novi sedang tidur nyenyak di sebelah bayinya. Ia bernafas lega, setidaknya Novi tidak akan berta
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Ingat Perjanjian

    Pagi ini Bu Wulan datang ke rumah Novi bersama Vera, istrinya Alif. Dilihatnya Novi masih asyik berberes-beres di warung."Kamu sudah mulai buka warung, Nov?" tanya Bu Wulan. "Iya, Bu. Daripada nggak ada kegiatan. Mengasuh sambil berjualan atau berjualan sambil mengasuh ya?" canda Novi."Yang penting kamu senang melakukannya dan semuanya tidak terbengkalai.""Kamu nggak punya pembantu? Cari saja orang untuk membantumu membersihkan rumah dan berberes-beres," kata Vera."Enggak Mbak. Masih bisa ditangani sendiri. Lagi pula sayang uangnya untuk bayar pembantu, mending untuk yang lain.""Bagus itu, selagi masih bisa ya dikerjakan sendiri." Bu Wulan menimpali."Rumah Novi kan kecil, jadi bisa dikerjakan sendiri. Kalau rumahku? Bisa klenger aku," sahut Vera."Iya kamu kan banyak kegiatan, kalau Novi hanya di rumah saja." Bu Wulan menambahi, supaya Vera tidak tersinggung.Vera tersenyum bangga. "Memangnya kamu nggak pernah pergi-pergi, Nov? Jalan-jalan ke mall atau refreshing, gitu?" tanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Modal Ngangkang

    "Hai Bro! Akhirnya kamu keluar juga dari sangkar," kata Pak Edi, ketika Ahmad baru sampai di rumah Fadly. Sudah ada beberapa orang di rumah Fadly. Mereka memang sering berkumpul berpindah-pindah tempat. Ahmad yang disapa Pak Edi hanya tersenyum saja."Syukurlah, akhirnya kamu bisa ngumpul lagi." Yang lain ikut menimpali.Mereka pun ngobrol-ngobrol. Jam segini belum waktunya untuk berjudi. Citra, istri Fadly keluar membawa beberapa gelas kopi dan makanan ringan."Eh, ada Mas Ahmad ya? Apa kabar Mas?" tanya Citra."Kabar baik, Mbak," jawab Ahmad."Gimana Novi? Sudah membaik kan? Anakmu siapa namanya?" tanya Citra sambil meletakkan nampan yang berisi kopi."Namanya Haikal. Novi malah sudah buka warung, Mbak." Ahmad menjawab sambil tertawa. "Biarkan saja. Daripada bengong, nanti malah stress. Lagipula kan nggak keluar kemana-mana.""Iya, Mbak. Yang penting dia senang." Ahmad menambahi."Mbak tinggal dulu ya? Ayo kopinya diminum. Pak Edi, kopinya," kata Citra."Iya, Mbak. Terima kasih,"

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Murahan

    "Selamat, aku sampai di rumah tepat waktu," kata Ahmad dalam hati. Ahmad segera membuka pintu, dilihatnya Novi masih asyik nonton televisi."Belum tidur, Dek?" tanya Ahmad."Belum, Mas. Aku sengaja menunggu Mas pulang," sahut Novi, melihat sekilas ke arah Ahmad.Ahmad tersenyum. "Untung saja aku tidak telat pulang," kata Ahmad dalam hati.Ahmad masuk ke kamar dan berganti pakaian. Kemudian mendekati Novi dan menemaninya menonton televisi. "Nonton apa sih?" tanya Ahmad."Filmnya bagus, Mas," jawab Novi, tapi mata masih menatap layar televisi.Ahmad memandang Novi, diamati seluruh bagian tubuh Novi. Novi ini sebenarnya cantik kalau mau berdandan. Ahmad tersenyum membayangkan Novi yang dulu terlihat malu-malu saat malam pertama mereka.Merasa diperhatikan, Novi pun menoleh ke arah Ahmad."Ngapain Mas senyum-senyum kayak gitu?" tanya Novi keheranan."Kesambet dimana tadi?" lanjut Novi."Mas teringat waktu malam pertama kita, kamu tampak sangat malu-malu. Ternyata sekarang sudah bisa memb

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Ketiban Sial

    Tiba-tiba perempuan itu menarik rambut Weni. Ahmad dan Novi hanya diam saja.“Selvi, sudahlah. ayo kita pulang.” Pak Edi berusaha melerai perempatan bernama Selvi itu.“Mas pacaran dengan perempuan itu ya?” tanya Selvi.“Enggak. Hanya nggak sengaja bertemu disini,” ucap Pak Edi.“Bohong! Tadi aku kesini karena diajak Pak Edi.” Weni berteriak.Novi jadi bingung melihat situasi ini. Dua perempuan ribut untuk memperebutkan laki-laki beristri. Benar-benar tidak punya malu.“Mas, aku ikut pulang bersama kamu, ya?” rengek Weni sambil bergelayut manja di lengan Ahmad.Ahmad sedang membawa barang belanjaan, dan tangan satunya menggandeng tangan Dina. Sedangkan Novi menggendong Haikal.Novi hanya menatap mereka tanpa henti. Ahmad yang merasa ditatap oleh Novi, segera menyingkirkan tangan Weni.“Jadi benar Mas, kalau kamu mengajak perempuan ini kesini?” tanya Selvi dengan marah.Adegan ini ditonton oleh banyak orang. Beberapa orang mulai mengabadikan mereka.“Enggak sayang, Lia itu bohong,” jaw

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Lelah Hati

    "Sepertinya banyak hal yang Mas sembunyikan dariku. Sesudah ini akan ada banyak Lia yang bermunculan. Weni itukah yang selalu mengirim pesan padaku?" tanya Novi.Ahmad mengangguk."Pantas saja ia pernah memprovokasi aku. Apa Mas berniat ingin menikah dengannya?""Enggak, Dek. Lia itu tidak pantas dijadikan istri.""Kenapa? Bukankah dia masih muda, cantik dan tentu hebat di ranjang. Bahkan Mas menyebut namanya ketika berhubungan denganku. Berarti Mas membayangkan dia. Sakit hatiku Mas, terasa luka berdarah yang ditaburi oleh garam. Sudah berapa kali Mas melakukan dengannya? Hebat siapa antara aku dan dia ketika di ranjang?" kata Novi sambil berderai air mata. Ia sangat kecewa karena ternyata nama orang yang selama ini mengganggu pikirannya ternyata sering bertemu dengannya. Ia merasa dibodohi oleh Weni alias Lia.Ahmad menggelengkan kepala."Dek, Mas tidak pernah melakukannya. Hanya sekedar bercumbu saja, tapi tidak pernah sampai melakukan penyatuan."Novi menggeleng-gelengkan kepala

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-16
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Semoga Berubah

    Ada beberapa panggilan dan pesan dari Lia.[Mas, akan aku ceritakan semua pada Novi, tentang kita.][Mas jahat, kata Pak Edi Mas Ahmad mengizinkan Pak Edi pergi denganku.][Mas menganggapku perempuan murahan ya?][Aku sangat mencintaimu Mas. Aku akan melakukan apapun untuk mendapatkanmu.]Wajah Ahmad tampak kesal membaca pesan-pesan dari Lia. Lia benar-benar nekat. Tapi Ahmad berjanji akan melakukan apapun untuk mempertahankan rumah tangganya. Ia sangat mencintai Novi dan anak-anaknya. Cukup sudah ia membuat kecewa Novi. Tidak ingin menambahnya lagi. Akhirnya Ahmad tertidur di samping Dina.Menjelang sore, Novi terbangun dari tidurnya. Ia menjadi segar lagi, dilihatnya sudah ada Haikal yang tampak terlelap tidur. Novi beranjak dari tempat tidur, minimalis banyak hal yang akan dikerjakannya. Keluar dari kamar, dilihatnya Ahmad dan Dina masih terlelap tidur.Novi menuju ke dapur, ia melihat dapur tampak bersih. Saat keluar mau mengangkat pakaian, ternyata sudah tidak ada lagi. Akhirnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Ternyata Busuk

    “Mbak Novi,” panggil seseorang dari luar.Novi pun mendongakkan kepala untuk melihat siapa yang memanggilnya, ternyata Ekta."Beli minyak goreng dua liter, Mbak!" kata Ekta. Novi pun menyiapkan apa yang dipesan Ekta. "Mbak Nov, Maaf, apa Weni juga menggoda Mas Ahmad?" tanya Ekta."Memangnya kenapa?" Novi mengernyitkan dahinya."Ada yang bercerita, kemarin di mall melihat Weni mendekati Mas Ahmad, padahal disitu ada Mbak Novi."Novi hanya terdiam."Nasib kita sama, Mbak. Weni juga merayu Mas Ardi, aku melihat beberapa pesan dari Weni. Aku sudah mengancam Mas Ardi, kalau ia meladeni Weni, aku akan pulang ke rumah orang tuaku bersama Rafa. Walaupun dulu Mas Ardi itu pacaran dengan Weni, seharusnya Weni tahu diri, nggak menggoda suami orang." Ekta berkata dengan sedikit emosi, mengingat kelakuan Weni."Sabar, Ekta. Kita berdoa saja, semoga suami kita tidak tergoda perempuan manapun." Novi mencoba menguatkan Weni.Tak lama kemudian datang Bu Hardi, ada juga Lastri dan Surti. "Eh, ada in

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Tamu Tak Diundang

    "Mbak, ada Mas Ahmad?" tanya seorang perempuan pada Novi di warung. Novi menatap perempuan itu dengan tidak berkedip. Perempuan muda, cantik dan pakaiannya itu seksi sekali, memperlihatkan lekuk tubuh pemakainya bak gitar spanyol."Mbak Siapa?" tanya Novi."Oh, Saya Ulva." Perempuan itu memperkenalkan diri."Ada perlu apa mencari Mas Ahmad?" tanya Novi lagi."Mbak siapanya Mas Ahmad?" Ulva balik bertanya pada Novi."Saya istrinya." Gantian Ulva yang menatap Novi dari ujung rambut ke ujung kaki. "Ada perlu apa ya, Mbak?" tanya Novi."Mas Ahmadnya ada nggak?" Perempuan bernama Ulva itu mengalihkan pertanyaan Novi."Ada. Mau perlu apa?" Selidik Novi."Yang jelas saya ada perlu dengan Mas Ahmad."Novi tampak kesal dengan ucapan Ulva.Tak lama kemudian Ahmad keluar sambil menggendong Haikal."Ulva?" Ahmad kaget melihat Ulva ada di rumahnya."Mas Ahmad," panggil Ulva sambil mendekati Ahmad. Novi yang melihat kejadian itu menjadi kesal. Ia tetap membiarkan Ahmad menggendong Haikal."Masuk

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18

Bab terbaru

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Sah (Happy Ending)

    Hari ini Novi dan Farel mencari perlengkapan untuk mengisi rumah baru mereka. Hanya yang penting-penting dulu. Mereka berangkat dari rumah sekitar jam sembilan. Kebetulan Haikal tidak ikut, hanya mereka berdua, jadi bisa leluasa memilih furniture tanpa harus mengkhawatirkan Haikal yang bakal kecapekan. Sampailah mereka di toko furniture. Novi melihat-lihat tempat tidur untuk kamar mereka."Kasur ini bagus nggak untuk kamar Dina?" tanya Farel."Bagus, Mas. Tapi kita cari yang lain dulu," kata Novi. Sebenarnya Novi tadi sangat senang melihat kasur ini, tapi begitu melihat harganya, membuat Novi terperanjat."Kenapa?""Kita cari yang sebelah situ dulu, cari yang agak murah," bisik Novi."Tapi ini bagus." Farel tetap mempertahankan ini."Mas, kalau beli yang itu, terlalu mahal. Cari yang sederhana saja." Novi tetap pada pendiriannya.Akhirnya Farel mengalah. Mereka pun melihat-lihat lagi, mencari yang sesuai dengan keinginan dan budget."Nah kalau untuk kamar kita, yang ini saja. Ini kua

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Menjaga Hati

    "Mas, semua ini membuatku sangat terharu. Terlalu berlebihan," kata Novi."Enggak Sayang. Ini semampuku, hanya mampu membuatkan rumah yang kecil untuk keluarga kecil kita. Tapi insyaallah rumah yang kita bangun ini akan menjadi rumah yang penuh dengan kebahagiaan.""Amin.""Aku juga nggak mau kita jauh dari Bapak Ibu. Lagi pula usahamu kan disini, jadi tidak repot.""Apa Mas nggak malu punya istri penjual ayam geprek?""Nggak usah dibahas yang seperti itu. Pokoknya aku sudah siap dengan segala kelebihan dan kekuranganmu. Aku nggak mau membatasi kegiatanmu. Yang penting kamu senang, dan ingat prioritasmu adalah menjadi istri dan ibu. Bukan mencari nafkah. Mencari Nafkah itu tugasku.""Siap, Bos!" kata Novi sambil cengengesan."Alhamdulillah ya Mas, tadi malam Bu Irma ikut datang," lanjut Novi."Bukan Bu Irma, tapi Mama.""Iya, Mama.""Sebenarnya Mama itu baik. Kita harus pintar-pintar mengambil hatinya. Suatu saat nanti Mama pasti akan luluh," kata Farel dengan menatap Novi."Kamu tahu

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Rencana Masa Depan

    "Apa kalian sudah benar-benar mantap? Nanti kalian mau tinggal dimana setelah menikah?" tanya Pak Dewa."Nanti kami akan tinggal di bedengnya Novi, memulai semuanya dari nol."Novi memang memiliki bedengan untuk disewakan, kebetulan ada yang baru saja pindah, jadi ada bedeng yang kosong.Irma mencibir mendengar ucapan anaknya."Memang kamu bisa tinggal ditempat seperti itu," cemooh Irma."Insyaallah bisa, Ma. Namanya juga baru menikah dan belajar untuk memulai hidup baru, harus serba prihatin."Pak Dewa tersenyum dan manggut-manggut."Bagus! Itu namanya laki-laki sejati. Papa bangga sama kamu. Apa yang kamu butuhkan untuk menikah nanti? Bilang saja sama Papa! Mau pesta di gedung apa, biar Papa yang mengurusnya," kata Pak Dewa dengan antusias."Huh! Banyak gaya, masa mau pesta di gedung. Padahal setelah pesta tinggal di bedeng!" Irma berkata dengan sinis.Farel tersenyum dan sangat maklum dengan watak mamanya itu."Enggak usah, Pa! Acaranya hanya akad nikah saja di rumah Pak Budi. Meng

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Menemui Calon Mertua

    "Mas, aku takut," kata Novi ketika berada di dalam mobil."Takut kenapa, aku kan nggak ngapa-ngapain kamu," goda Farel sambil tersenyum."Aku serius, Mas.""Aku juga serius," sahut Farel.Novi masih saja tampak gelisah, ia takut membayangkan hal-hal yang mungkin nanti terjadi.Hari ini Farel sengaja mengajak Novi untuk menemui kedua orang tua Farel. Awalnya Novi menolak, karena belum siap untuk diejek dan dihina mamanya Farel. Tapi Farel berhasil meyakinkan Novi kalua semua akan baik-baik saja. Farel sendiri sudah bertekad tetap akan menikah dengan Novi meskipun mamanya tidak setuju.Di sepanjang perjalanan, Novi hanya terdiam. Farel yang fokus menyetir melihat ke arah Novi yang sedang melamun."Nggak usah khawatir, ada aku di sampingmu," kata Farel. Tangan kiri Farel berusaha memegang tangan Novi. Farel tersenyum walaupun hatinya deg-degan, tangan Novi terasa sangat dingin."Dingin sekali tanganmu, grogi ya?" ledek Farel.Novi hanya tersenyum samar. Akhirnya sampai juga di rumah ora

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Ikhlaskan

    "Jadi Novi akan menikah juga ya? Atau mereka sudah menikah? Syukurlah kalau begitu. Berarti Mas Ahmad tidak akan mengharapkan Novi lagi, karena Novi sudah bersuami. Dan hidupku akan damai," kata Indah dalam hati."Tapi aku heran, kenapa Novi begitu baik denganku, sampai ia rela menggendong Salsa? Apakah karena kebaikan Novi ini yang membuatnya begitu sering dipuji oleh seluruh keluarga Mas Ahmad. Sepertinya aku harus mencontoh Novi." Dari tadi Ahmad mengamati Novi, ada kerinduan di hatinya. Rindu akan omelan dan juga masakan Novi yang selalu cocok di lidahnya. "Andai waktu bisa terulang lagi, aku akan selalu menjadi suami yang baik untuk Novi. Tapi, ah sudahlah. Sekarang sepertinya Novi sedang bahagia bersama Farel," kata Ahmad dalam hati dengan pandangan mata masih menatap Novi dan Farel.Seketika Ahmad terkejut karena pandangan matanya bertatapan dengan Indah. Indah tampak tersenyum penuh kemenangan melihat Ahmad yang terlihat sendu menatap Novi. Ahmad segera mengalihkan pandangan

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Tidak Mau Bermusuhan

    Pagi ini semua sudah bersiap-siap untuk datang ke acara akad nikah Alif. Novi pun sudah menyiapkan hati untuk bertemu dengan Ahmad dan Indah. Segala kemungkinan bisa saja terjadi disana. Keluar di kamar, semua sudah siap, termasuk Farel yang sudah datang dari tadi. Entah apa yang sedang dibicarakan Farel dengan Pak Budi, mereka tampak serius. Akhirnya Farel selesai juga berbicara dengan Pak Budi."Semua sudah siap kan? Ayo kita berangkat," ajak Farel."Iya, sudah siap kok. Tadi kelamaan nunggu Ibu dandan," celetuk Dina.Farel dan orang tua Novi tersenyum, sedangkan Novi salah tingkah. Akhirnya mereka berangkat menuju ke rumah Alif. Semua tampak ceria, terutama Farel dan Novi, yang sama-sama bahagia dan hatinya berbunga-bunga.Sampai di rumah Alif, acara belum dimulai. Karena penghulu juga baru saja datang. Ia masih meneliti berkas-berkas pernikahan. Acara akad nikah Alif digelar secara sederhana, tidak ada pesta. Hanya keluarga, tetangga dan teman dekat saja yang diundang. Pak Harn

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Bukalah Hatimu

    "Mas, kita nggak mungkin bisa bersama. Perbedaan kita terlalu banyak. Aku takut nanti akan menjadi masalah besar. Aku…."Drtt…drtt…Belum selesai Novi berbicara, terdengar ponsel Farel berbunyi. Farel melihat sekilas ke arah ponselnya, tapi hanya mengacuhkan saja. Ia fokus lagi menatap Novi.Drtt…drttDrtt…drtt"Angkatlah panggilan itu, siapa tahu penting," kata Novi."Bukan hal penting kok."Drtt…drttAkhirnya Farel menonaktifkan nada deringnya."Kamu takut dengan Mama? Jangan khawatir, aku akan berusaha melunakkan hati Mama.""Kalau tidak berhasil?""Kita tetap menikah, toh aku juga sudah tidak tinggal di rumah Mama. Kita nanti akan memulai rumah tangga dari awal. Mengontrak rumah, menabung untuk membeli rumah.""Mudah sekali Mas bicara seperti itu. Begitu menjalaninya nanti banyak mengeluh.""Asalkan bersamamu, aku yakin mampu menjalani semuanya.""Gombal!""Aku bukan merayu, tapi memang aku sudah siap lahir batin hidup sederhana.""Mas, semua tak seindah dan semudah yang Mas bayan

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Masih Menunggu Jawaban

    Farel segera menggandeng tangan Novi dan mengajaknya mendekati anak-anak lagi. Dada Novi bergemuruh, hatinya berbunga-bunga. Tapi masih saja ada sedikit kekhawatiran."Nggak usah grogi kayak gitu, nanti kamu akan terbiasa dengan gandengan tanganku," ledek Farel, Novi hanya tersipu."Kok Ibu gandengan dengan Om, nggak boleh! Itu omnya adek, bukan omnya Ibu," kata Haikal mendekati Farel dan berusaha melepaskan gandengan tangan mereka.Farel semakin terkekeh melihat Haikal yang merasa cemburu dengan ibunya sendiri."Adek sayang sama Om ya?" tanya Farel."Iya! Om tidur di rumah adek ya, biar bisa ngelonin adek."Deg! Novi kaget mendengar jawaban Haikal."Om juga sayang sama adek, Ibu dan Mbak Dina." Farel menanggapi pertanyaan Haikal."Kalau sayang kok nggak mau tinggal di rumah adek?" Haikal masih penasaran dengan jawaban Farel."Nanti kalau Om sudah punya rumah sendiri, Om akan mengajak adek, Ibu dan Mbak Dina tinggal bersama.""Rumahnya bagus nggak Om?" tanya Haikal dengan antusias."

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Mencari Jodohnya Sendiri

    Novi hanya menatap mereka yang sibuk mencari permainan lain. Hatinya masih terasa sakit dengan sikap Irma. Novi memang sudah biasa dihina dan direndahkan orang, tapi yang dilakukan Irma tadi benar-benar menyakiti hatinya karena dilakukan di depan anak-anaknya. Walaupun sebenarnya Dina dan Haikal belum paham dengan apa yang terjadi, tetap saja Novi merasa dipermalukan.Novi menunduk sambil menghapus air mata yang mulai menetes. Kejadian ini tidak luput dari perhatian Farel. Walaupun ia sedang mendampingi Haikal dan Dina bermain, tapi pandangan matanya tidak lepas dari sosok yang dicintainya itu."Maafkan aku, Novi. Aku janji tidak akan membuatmu menangis lagi," kata Farel dalam hati.Sementara itu, di mobil Pak Dewa sedang terjadi perdebatan. Tentu saja perdebatan antara Pak Dewa dan Irma."Mama nggak boleh bersikap seperti itu? Kayak orang nggak berpendidikan." Pak Dewa mengomel."Enak saja Papa bilang seperti itu! Yang Mama lakukan tadi benar. Mama kecewa dengan Farel! Farel pasti di

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status