Share

Ketiban Sial

Penulis: YuRa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-15 22:24:29

Tiba-tiba perempuan itu menarik rambut Weni. Ahmad dan Novi hanya diam saja.

“Selvi, sudahlah. ayo kita pulang.” Pak Edi berusaha melerai perempatan bernama Selvi itu.

“Mas pacaran dengan perempuan itu ya?” tanya Selvi.

“Enggak. Hanya nggak sengaja bertemu disini,” ucap Pak Edi.

“Bohong! Tadi aku kesini karena diajak Pak Edi.” Weni berteriak.

Novi jadi bingung melihat situasi ini. Dua perempuan ribut untuk memperebutkan laki-laki beristri. Benar-benar tidak punya malu.

“Mas, aku ikut pulang bersama kamu, ya?” rengek Weni sambil bergelayut manja di lengan Ahmad.

Ahmad sedang membawa barang belanjaan, dan tangan satunya menggandeng tangan Dina. Sedangkan Novi menggendong Haikal.

Novi hanya menatap mereka tanpa henti. Ahmad yang merasa ditatap oleh Novi, segera menyingkirkan tangan Weni.

“Jadi benar Mas, kalau kamu mengajak perempuan ini kesini?” tanya Selvi dengan marah.

Adegan ini ditonton oleh banyak orang. Beberapa orang mulai mengabadikan mereka.

“Enggak sayang, Lia itu bohong,” jaw
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Lelah Hati

    "Sepertinya banyak hal yang Mas sembunyikan dariku. Sesudah ini akan ada banyak Lia yang bermunculan. Weni itukah yang selalu mengirim pesan padaku?" tanya Novi.Ahmad mengangguk."Pantas saja ia pernah memprovokasi aku. Apa Mas berniat ingin menikah dengannya?""Enggak, Dek. Lia itu tidak pantas dijadikan istri.""Kenapa? Bukankah dia masih muda, cantik dan tentu hebat di ranjang. Bahkan Mas menyebut namanya ketika berhubungan denganku. Berarti Mas membayangkan dia. Sakit hatiku Mas, terasa luka berdarah yang ditaburi oleh garam. Sudah berapa kali Mas melakukan dengannya? Hebat siapa antara aku dan dia ketika di ranjang?" kata Novi sambil berderai air mata. Ia sangat kecewa karena ternyata nama orang yang selama ini mengganggu pikirannya ternyata sering bertemu dengannya. Ia merasa dibodohi oleh Weni alias Lia.Ahmad menggelengkan kepala."Dek, Mas tidak pernah melakukannya. Hanya sekedar bercumbu saja, tapi tidak pernah sampai melakukan penyatuan."Novi menggeleng-gelengkan kepala

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-16
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Semoga Berubah

    Ada beberapa panggilan dan pesan dari Lia.[Mas, akan aku ceritakan semua pada Novi, tentang kita.][Mas jahat, kata Pak Edi Mas Ahmad mengizinkan Pak Edi pergi denganku.][Mas menganggapku perempuan murahan ya?][Aku sangat mencintaimu Mas. Aku akan melakukan apapun untuk mendapatkanmu.]Wajah Ahmad tampak kesal membaca pesan-pesan dari Lia. Lia benar-benar nekat. Tapi Ahmad berjanji akan melakukan apapun untuk mempertahankan rumah tangganya. Ia sangat mencintai Novi dan anak-anaknya. Cukup sudah ia membuat kecewa Novi. Tidak ingin menambahnya lagi. Akhirnya Ahmad tertidur di samping Dina.Menjelang sore, Novi terbangun dari tidurnya. Ia menjadi segar lagi, dilihatnya sudah ada Haikal yang tampak terlelap tidur. Novi beranjak dari tempat tidur, minimalis banyak hal yang akan dikerjakannya. Keluar dari kamar, dilihatnya Ahmad dan Dina masih terlelap tidur.Novi menuju ke dapur, ia melihat dapur tampak bersih. Saat keluar mau mengangkat pakaian, ternyata sudah tidak ada lagi. Akhirnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Ternyata Busuk

    “Mbak Novi,” panggil seseorang dari luar.Novi pun mendongakkan kepala untuk melihat siapa yang memanggilnya, ternyata Ekta."Beli minyak goreng dua liter, Mbak!" kata Ekta. Novi pun menyiapkan apa yang dipesan Ekta. "Mbak Nov, Maaf, apa Weni juga menggoda Mas Ahmad?" tanya Ekta."Memangnya kenapa?" Novi mengernyitkan dahinya."Ada yang bercerita, kemarin di mall melihat Weni mendekati Mas Ahmad, padahal disitu ada Mbak Novi."Novi hanya terdiam."Nasib kita sama, Mbak. Weni juga merayu Mas Ardi, aku melihat beberapa pesan dari Weni. Aku sudah mengancam Mas Ardi, kalau ia meladeni Weni, aku akan pulang ke rumah orang tuaku bersama Rafa. Walaupun dulu Mas Ardi itu pacaran dengan Weni, seharusnya Weni tahu diri, nggak menggoda suami orang." Ekta berkata dengan sedikit emosi, mengingat kelakuan Weni."Sabar, Ekta. Kita berdoa saja, semoga suami kita tidak tergoda perempuan manapun." Novi mencoba menguatkan Weni.Tak lama kemudian datang Bu Hardi, ada juga Lastri dan Surti. "Eh, ada in

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Tamu Tak Diundang

    "Mbak, ada Mas Ahmad?" tanya seorang perempuan pada Novi di warung. Novi menatap perempuan itu dengan tidak berkedip. Perempuan muda, cantik dan pakaiannya itu seksi sekali, memperlihatkan lekuk tubuh pemakainya bak gitar spanyol."Mbak Siapa?" tanya Novi."Oh, Saya Ulva." Perempuan itu memperkenalkan diri."Ada perlu apa mencari Mas Ahmad?" tanya Novi lagi."Mbak siapanya Mas Ahmad?" Ulva balik bertanya pada Novi."Saya istrinya." Gantian Ulva yang menatap Novi dari ujung rambut ke ujung kaki. "Ada perlu apa ya, Mbak?" tanya Novi."Mas Ahmadnya ada nggak?" Perempuan bernama Ulva itu mengalihkan pertanyaan Novi."Ada. Mau perlu apa?" Selidik Novi."Yang jelas saya ada perlu dengan Mas Ahmad."Novi tampak kesal dengan ucapan Ulva.Tak lama kemudian Ahmad keluar sambil menggendong Haikal."Ulva?" Ahmad kaget melihat Ulva ada di rumahnya."Mas Ahmad," panggil Ulva sambil mendekati Ahmad. Novi yang melihat kejadian itu menjadi kesal. Ia tetap membiarkan Ahmad menggendong Haikal."Masuk

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Nggak Beres

    "Halo Tante Wulan," sapa Ulva."Eh, Ulva. Sudah lama datang?" tanya Bu Wulan."Belum, Tan?""Mana suami dan anak-anakmu?" tanya Bu Wulan lagi.Ulva segera memulai sandiwara, kemudian bercerita sambil menangis tersedu-sedu. Novi merasa muak mendengarnya."Terus kamu mau kemana?" tanya Bu Wulan."Rencananya minta izin menginap disini selama satu Minggu. Tapi istri Mas Ahmad tidak mengizinkan," kata Ulva memprovokasi Bu Wulan. Novi hanya terdiam. "Kenapa nggak menginap di rumah Vera?" tanya Bu Wulan."Nggak mau merepotkan Mbak Vera.""Lha kamu disini apa nggak merepotkan Novi, apalagi Novi memiliki bayi," celetuk Pak Harno."Saya janji, nggak akan merepotkan yang disini. Izinkan saya menginap disini," pinta Ulva.Bu Wulan pun mengajak Novi ke dapur."Bu, maaf kalau saya tidak mengizinkan Ulva tinggal disini. Rumah tangga kami baru mulai bangkit lagi, setelah kemarin ada masalah lagi." Novi berkata sambil terisak-isak."Masalah apa?""Ternyata yang selama ini meneror saya itu Weni, dan M

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-19
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Tidak Punya Malu

    "Bukan urusanmu!" jawab Ulva dengan ketus. Novi langsung naik pitam, Ahmad memegang tangan Novi untuk meredam emosi Novi."Memang sih, bukan urusanku. Tapi sekarang jadi urusanku, karena kamu tinggal disini. Walaupun hanya semalam saja. Apa nggak kasihan sama anak-anak? Kalau aku nggak bisa pisah dengan anak-anak."Ulva hanya diam saja, ia malah sibuk memainkan ponselnya. "Ayo, Mas kita makan," ajak Novi pada Ahmad. Ahmad pun beranjak ke kamar Dina untuk memanggil Dina dan Bu Wulan. "Ayo, makan, Ulva," ajak Bu Wulan yang baru keluar dari kamar Dina.Mereka semua sudah di ruang makan, Novi ke kamar mandi. Ulva duduk di sebelah Ahmad karena kursi di sebelah Ahmad masih kosong. Keluar dari kamar mandi, Novi menuju ruang makan. Ia melihat Ulva sedang mengambilkan nasi untuk Ahmad."Aku ambilkan nasi, ya, Mas?" kata Ulva."Nggak usah, aku bisa ambil sendiri." Ahmad berusaha menolak tawaran dari Ulva ia tidak mau kalau sampai Novi marah melihat kejadian ini.Tapi Ulva tetap memaksa meng

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-20
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Ulat Bulu

    "Ada apa, Nov?" tanya Bu Wulan yang muncul dari kamar Dina. Ia tadi kaget mendengar Novi berteriak."Mas Ahmad tidur berdua dengan Ulva, posisi Ulva memeluk Mas Ahmad." Novi menjelaskan."Bisa Mas jelasin, Dek." Ahmad mendekati Novi."Kami tidak melakukan apa-apa," kilah Ulva."Memang tidak melakukan apa-apa. Tapi melihat kamu tidur memeluk suami orang, menandakan kamu perempuan seperti apa. Dasar perempuan murahan, sudah diizinkan menginap malah mencari kesempatan." Novi berkata dengan marah."Hei, jaga mulutmu. Kamu tidak tahu apa-apa tentangku." Ulva berkata dengan berang."Tentu saja tahu, perempuan yang lebih memilih laki-laki lain dan meninggalkan suami dan anak-anaknya yang menangis di rumah. Aku nggak tahu apa yang pernah terjadi antara kamu dan Mas Ahmad, tapi aku yakin kalau itu pasti sesuatu yang memalukan. Mas, aku sudah bilang tadi, tidurnya jangan malam-malam. Karena aku khawatir akan terjadi sesuatu, nyatanya benar kan?" tanya Novi dengan kesal."Aku mau pergi dengan la

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-21
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Merepotkan Keluarga

    "Nggak usah didengerin, Dek. Namanya rumah tangga itu saling kerjasama. Nggak masalah suami ikut membantu pekerjaan rumah. Apalagi tahu kalau istri sedang repot," kata Ahmad."Betul itu, semuanya dikerjakan bersama. Apalagi dalam hal mengasuh anak, tidak boleh hanya istri saja yang mengurusi. Membuat anak kan berdua, repotnya juga harus berdua." Bu Wulan ikut menimpali, ia baru saja masuk ke ruang keluarga.Ulva tampak diam."Jam berapa kamu pergi, Ul?" tanya Bu Wulan."Boleh saya menginap disini lagi, Tante? Saya nggak punya tempat untuk menginap," kata Ulva."Nggak boleh!" sahut Novi dengan ketus."Kamu takut ya kalau Mas Ahmad tergoda?" cibir Ulva."Iya, karena kamu itu ulat bulu. Yang membuat semua menjadi gatal.""O ya? Tadi malam Mas Ahmad yang menggodaku," kata Ulva memprovokasi."Jangan bicara sembarangan," hardik Ahmad."Ulva, Ahmad tadi malam ketiduran disini, berarti kamu memang sengaja tidur disini sambil memeluknya. Kamu kan seharusnya tidur dikamar." Bu Wulan menimpali.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-21

Bab terbaru

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Menghargai Diri Sendiri

    Sudah satu bulan lebih Novi tinggal di rumah orang tuanya. Kegiatan Novi menunggu warung, dan warung yang dikelola Novi sudah memperlihatkan kemajuan yang cukup berarti. Warungnya sekarang sudah cukup lengkap dan tentu saja harganya miring. "Alhamdulillah ya Mbak, usaha Mbak Novi cukup maju," kata Pak Tomo pada Novi.Tadi Novi menelpon Pak Tomo untuk datang ke rumah, mengambil uang angsuran kavlingan. Novi sekarang semakin giat menabung, demi masa depan anak-anaknya."Alhamdulillah, Pak," kata Novi sambil menyerahkan uang untuk membayar angsuran tanah kaplingan."Assalamualaikum," sapa seseorang."Waalaikumsalam, eh Bapak. Silahkan masuk, Pak," jawab Novi ketika melihat mertuanya datang.Pak Harno pun masuk ke dalam rumah."Lho ada Pak Tomo disini ya?" sahut Pak Harno."Iya, Pak." Pak Tomo menjawab sambil menulis di buku catatannya.Novi pun masuk ke dalam untuk membuatkan minuman. Tak lama kemudian ia membawa dua minuman."Mari Pak diminum," kata Novi."Lho saya juga dibikinin minum

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Biang Kerok

    "Bu, kok ada disini?" tanya Iwan pada Neneng."Mengingatkan Novi biar tidak menggodamu lagi, Mas," sahut Neneng masih dengan emosi."Maksudnya apa?" tanya Iwan."Nggak usah pura-pura deh, Mas. Kamu selingkuh dengan Novi kan? Beberapa malam selalu pergi bersama Novi," teriak Neneng."Jangan sembarangan berbicara kamu." Iwan tampak marah."Jangan emosi. Kita bicarakan baik-baik. Ini ada apa sebenarnya?" tanya Pak RT.Bu Murni menceritakan kejadiannya, Neneng tetap dengan pendiriannya, kalau Novi itu menggoda Iwan. Pak Budi hanya bisa terdiam melihat Novi yang dahinya ada darah dan rambut yang berantakan. "Mbak Neneng, tahu dari mana kalau Mas Iwan sering kesini dan pergi bersama Novi? Sedangkan Novi tidak pernah keluar dari rumah." Pak RT bertanya pada Neneng yang masih saja emosi."Mana mungkin Novi ngaku kalau pergi dengan Mas Iwan, Pak?" sahut Neneng."Kalau menuduh orang itu harus ada bukti dan saksi. Mana buktinya dan mana saksinya?" tanya Pak RT.Neneng hanya terdiam."Jangan han

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Menggoda Suami Orang

    "Bu, ada Novi?" tanya Neneng, tetangga Novi pada Bu Murni yang sedang melayani pembeli di warung."Oh ada, masih mandi. Ada apa ya?" tanya Bu Murni."Ya sudah deh, saya ngomong sama Ibu saja. Bu, saya minta, Ibu menjaga anak Ibu yang bernama Novi itu. Jangan suka menggoda suami orang," kata Neneng."Maksudnya apa ya?" tanya Bu Murni."Sejak ada Novi disini, kami semua resah. Takut kalau Novi mengganggu suami kami. Eh, ternyata benar ya? Sudah beberapa malam ini, Mas Iwan sering kesini, kan? Pulang sampai larut malam. Ngapain coba kalau bukan ngecengin Novi. Nanti saya laporkan pada pak Kades, biar Novi diusir dari sini. Bikin resah para istri," kata Neneng dengan bersemangat."Betul itu, Bu. Terus terang saya juga takut kalau suami saya digoda oleh Novi." Ada seorang Ibu yang menimpali."Maaf, Mbak Neneng. Mas Iwan tidak pernah kesini. Memangnya kapan ia kesini?" tanya Bu Murni."Beberapa malam ini ia pergi terus. Ada yang melihat kalau dia kesini," lanjut Neneng."Ada apa ini?" tanya

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Harus Tebal Telinga

    "Kamu nggak salah, kok, Nov. Semua masalah ini berasal dari Ahmad. Ia tidak bisa bersyukur atas apa yang sudah dimilikinya. Istri yang cantik dan baik, juga bisa menghasilkan uang sendiri, sepasang anak yang sehat, apalagi yang kurang?" sahut Alif."Terus keadaan Mas Ahmad bagaimana?" tanya Novi."Untuk sementara masih jadi anak baik, nurut dengan Bapak. Ya mungkin karena ia takut diusir dari rumah.""Indah?" lanjut Novi."Kemarin sudah dipulangkan ke rumah orang tuanya. Semoga saja ia tidak kesini lagi dan membuat masalah yang lebih besar. Apalagi Indah dan suaminya belum resmi bercerai.""Ooo.""Dari dulu Indah memang sudah genit dan ganjen. Aku juga nggak nyangka kalau mereka pernah berpacaran. Ah sudahlah nggak usah dibahas tentang mereka. Sekarang kamu fokus ke masa depan kamu dan anak-anak. Kalau ada yang kamu butuhkan, bisa telpon Bapak dan Ibu, atau kalau kamu merasa nggak enak dengan Bapak dan Ibu, kamu bisa menelponku. Sampai kapanpun kamu tetap adik perempuanku dan bagian d

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Mantap Bercerai

    "Nov, kamu sudah mantap untuk berpisah dengan Ahmad?" tanya Pak Budi pagi ini, ketika Novi sedang menunggu Dina sarapan. Dina sudah tampak rapi, siap untuk berangkat sekolah. Ia masih sarapan, nanti akan diantar oleh Mbah Kung."Sudah mantap, Pak." Novi menjawab dengan tegas."Kamu sudah siap dengan segala konsekuensinya?" tanya Pak Budi lagi."Siap, Pak. Aku ingin memulai semuanya dari awal bersama anak-anakku. Tidak mau terpuruk terus.""Kamu siap dengan status janda?" kata Bu Murni yang ikut menimpali."Siap tidak siap, ya harus siap, Bu.""Bapak dan Ibu hanya ingin memastikan saja. Kamu tahu kan, kalau status janda itu, apalagi janda karena bercerai, masih suka dipandang sebelah mata oleh masyarakat kita. Kamu harus menyiapkan mental. Kami akan tetap mendukung semua keputusanmu. Karena nanti yang menjalaninya ya kamu sendiri." Pak Budi menjelaskan."Iya, Pak.""Siapa yang akan mengurus perceraianmu?" tanya Pak Budi lagi."Kemarin kakeknya Dina sudah meminta Mas Alif untuk mengurus

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Mati Kutu

    Pak Harno dan anak-anaknya sudah sampai lagi di rumah. Mulai hari ini Ahmad akan tinggal di rumah bapaknya. Ketika masuk, Ahmad sudah celingukan kesana kemari. Pak Harno paham siapa yang dicari oleh Ahmad. Tapi pura-pura tidak tahu."Alif, besok kamu urus perceraian Ahmad. Usahakan cepat, nggak bertele-tele. Kasihan Novi, ia pun ingin bebas. Siapa tahu nanti ada laki-laki baik yang tertarik dengannya dan bersedia menikahinya." Pak Harno berkata sambil melirik ke arah Ahmad."Anak Bapak itu sebenarnya siapa sih? Aku atau Novi? Dari kemarin keputusan yang diambil selalu menguntungkan Novi. Aku juga tidak mau bercerai." Ahmad berkata dengan kesal."Kamu itu nggak ngaca, Novi menderita karena kamu? Lagipula Novi membawa anak-anakmu, tentu saja keputusan harus berpihak padanya. Kamu tidak bisa menghalangi perceraian ini. Kamu itu yang serakah, tidak mau bercerai tetapi selalu membuat ulah. Sudah berapa kali Novi memberimu kesempatan untuk berubah. Tapi nyatanya kamu itu berubah hanya sekej

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Aman Dan Terjamin

    Mereka pulang kembali ke rumah Ahmad. Pak Harno sudah menelpon Wawan untuk membawa mobil ke rumah Ahmad."Kamu bawa semua bajumu, mulai hari ini kamu tinggal di rumah Bapak." Pak Harno berkata dengan sangat tegas."Kenapa aku nggak disini saja?" protes Ahmad."Kalau kamu disini, kamu akan sangat bebas, sebebas-bebasnya. Kamu akan mengajak perempuan manapun untuk menginap disini. Bapak nggak mau mendengar tentang kelakuan burukmu," kata Pak Harno dengan menahan emosi.Tak lama kemudian datang Wawan bersama satu orang lagi, dengan menggunakan mobil. Pak Harno meminta mereka untuk mengangkat barang-barang yang ada di warung Novi."Wan, antar barang ini ke rumah Pak Budi, orang tua Novi. Nanti sampai sana, kamu turunkan semuanya," perintah Pak Harno."Iya, Pak." Wawan langsung mengerjakan tugas dari Pak Harno."Kunci rumah ini nanti tolong kasihkan sama Novi. Siapa tahu ia akan mengambil barang disini," kata Pak Harno lagi.Wawan pun mengangguk. Sementara di tempat lain, Novi menangis sam

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Mengembalikan Novi

    Keponakan Pak Harno, ia mengaku kalau sudah bercerai padahal waktu Bapak tadi malam menelpon orang tua Indah, ternyata mereka belum resmi bercerai. Kupikir akhir-akhir ini ia sering ke rumah Bapak karena memang ingin bertemu dengan Bapak dan Ibu, ternyata malah bertemu dengan Indah." Mata Novi tampak berkaca-kaca."Jadi Indah tinggal di rumah pak Harno?" "Iya. Pak Harno dan Ibu malah nggak tahu kalau Mas Ahmad sering ketemuan dengan Indah."Lastri menggeleng-gelengkan kepala mendengar jawaban dari Novi. Semua sangat mengherankan. "Bagaimana ketahuannya kalau Ahmad berselingkuh lagi?” Lastri semakin penasaran."Beberapa hari ini memang ia sering sibuk dengan ponselnya. Pas tadi malam ia menerima telepon di teras, aku penasaran, makanya aku mendengarkan dari belakang pintu. Saking asyiknya menelpon, sampai Mas Ahmad tidak sadar kalau aku sudah lama berdiri di belakangnya. Akhirnya aku rebut ponsel Mas Ahmad. Ternyata banyak bukti perselingkuhannya." "Apa mertuamu setuju dengan keputu

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Tenaga Ekstra

    Sampai di rumah ada Lastri dan Evi anaknya."Terima kasih ya, Mbak, sudah menunggu cucu-cucu saya," kata Bu Wulan pada Lastri."Sama-sama, Bu. Saya juga senang dengan bisa membantu.""Tadi Haikal bangun nggak?" tanya Novi."Alhamdulillah, enggak. Dia pulas sekali tidurnya. Dina pun tadi mengantuk, terus ditunggui Evi di kamar, malah langsung tidur," kata Lastri."Sekali lagi terima kasih, ya Mbak?" kata Novi."Kalau begitu saya pamit pulang," kata Lastri.Tak berapa lama, Ahmad dan Alif datang. Ahmad hanya diam dan menunduk ketika masuk ke dalam rumah. Pak Harno, Bu Wulan dan Novi sedang duduk di ruang keluarga."Ahmad, lihatlah kehancuran rumah tanggamu. Karena ulahmu sendiri. Kamu berkali-kali diberi maaf dan kesempatan oleh Novi, tapi kamu malah semakin menjadi-jadi. Apa sih yang ada dipikiranmu? Apa kamu nggak ingat, bagaimana Novi bertaruh nyawa melahirkan Haikal, kamu malah sibuk main. Bapak benar-benar malu dengan kelakuanmu. Rasanya Bapak nggak punya muka lagi di depan orang t

DMCA.com Protection Status