Home / Pernikahan / Ketika Hati Mulai Lelah / Menghargai Diri Sendiri

Share

Menghargai Diri Sendiri

Author: YuRa
last update Last Updated: 2024-12-03 19:30:34

Sudah satu bulan lebih Novi tinggal di rumah orang tuanya. Kegiatan Novi menunggu warung, dan warung yang dikelola Novi sudah memperlihatkan kemajuan yang cukup berarti. Warungnya sekarang sudah cukup lengkap dan tentu saja harganya miring.

"Alhamdulillah ya Mbak, usaha Mbak Novi cukup maju," kata Pak Tomo pada Novi.

Tadi Novi menelpon Pak Tomo untuk datang ke rumah, mengambil uang angsuran kavlingan. Novi sekarang semakin giat menabung, demi masa depan anak-anaknya.

"Alhamdulillah, Pak," kata Novi sambil menyerahkan uang untuk membayar angsuran tanah kaplingan.

"Assalamualaikum," sapa seseorang.

"Waalaikumsalam, eh Bapak. Silahkan masuk, Pak," jawab Novi ketika melihat mertuanya datang.

Pak Harno pun masuk ke dalam rumah.

"Lho ada Pak Tomo disini ya?" sahut Pak Harno.

"Iya, Pak." Pak Tomo menjawab sambil menulis di buku catatannya.

Novi pun masuk ke dalam untuk membuatkan minuman. Tak lama kemudian ia membawa dua minuman.

"Mari Pak diminum," kata Novi.

"Lho saya juga dibikinin minum
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ayue Sekartaji
semangat wanita tangguh memang bner selain mikirkan anak2 meng apresiasi diri sendiri juga perlu,,pastikan ahmad akan menyesal d spanjang sisa hidupnya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Mengambil Uang

    "Mas yang mengambil uang di laci ya?" tanya Novi dengan pelan. Novi mendekati Ahmad yang sudah selesai makan malam. Ia tampak asyik merokok sambil mata menatap di layar ponselnya."Iya, besok aku ganti," jawab Ahmad dengan ketus, tapi mata masih tetap fokus pada ponsel. "Besok kapan?" tanya Novi lagi."Kalau sudah dapat uang, pelit amat sih! Sama suami sendiri kok perhitungan sekali." Ahmad menjawab dengan kesal, kemudian menatap tajam pada Novi."Bukannya pelit, Mas? Uang itu mau dipakai untuk bayar sales rokok besok! Terus besok aku harus membayar pakai apa?" kata Novi dengan nada kesal juga."Kebiasaan sekali Mas Ahmad ini, mengambil uang hasil penjualan di warung untuk kepentingannya sendiri. Mending kalau mengambil uang terus ngomong. Ini, nggak pakai ngomong! Jadi kesannya seperti mencuri uang di warung." Tentu saja Novi hanya berani berkata dalam hati.Selesai salat dan makan malam tadi Novi masuk ke warung untuk mengecek uang yang ada di laci. Novi kaget, ternyata uangnya ti

    Last Updated : 2024-10-29
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Cerita Burung

    Usia kandungan Novi sudah memasuki bulan kedelapan. Gerakan bayi pun sangat aktif. Novi sering sekali merasa cepat lelah. Novi juga selalu rajin kontrol ke bidan Wiwik yang dekat dengan rumah. Sore ini setelah pulang dari kontrol bersama Dina, ia pergi ke rumah orang tuanya. Hanya beda desa saja, kurang lebih lima belas menit naik motor.Sampai juga ia di rumah orang tuanya. Rumah yang masih tampak seperti dulu. Rumah sederhana tempat Ia dan Septi kakaknya, dibesarkan dengan penuh kasih sayang. Walaupun hidup dengan penuh kesederhanaan, tapi ia merasa sangat bersyukur. Setidaknya untuk makan sehari-hari tidak kesusahan.Rumah orang tua Novi tampak asri dan sejuk, karena banyak sekali tanaman sayuran dalam polybag yang ditanam ibunya. Jadi untuk makan sehari-hari tidak mengeluarkan biaya banyak. Apalagi ibunya Novi rajin ikut kelompok wanita tani (KWT), sering mendapatkan bantuan bibit sayuran dan polybag."Assalamu'alaikum." Novi mengucapkan salam. Tidak ada jawaban."Assalamu'alai

    Last Updated : 2024-10-29
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Serba Salah

    "Bukannya Edi itu temannya Mas Ahmad, ya kan Mbak Novi?" tanya Bu Hardi."Iya, Bu." Novi menjawab dengan pelan.Sudah menjadi rahasia umum, kalau Ahmad suaminya Novi sering berjudi hingga pagi. Mereka biasanya mangkal berjudi di warung tuak di pinggir desa mereka. Jangan tanya kenapa nggak diberantas polisi. Karena ada beberapa anggota yang juga suka ikut berjudi. Warung tuak itu memiliki beking seorang polisi, jadi selalu aman-aman saja."Kasihan istrinya Pak Tejo ya?" Asih menimpali."Uangnya Pak Tejo kan banyak." "Hutangnya juga banyak. Rata-rata bos ikan kan kayak gitu. Usahanya lancar, hutang bank juga melimpah, haha."Di daerah sini yang disebut bos ikan itu adalah orang yang memiliki usaha kolam perikanan. Biasanya memang usaha kolamnya dalam skala besar."Betul itu. Kayaknya para bos ikan itu selalu bersaing membeli barang-barang. Coba perhatikan, bos ikan di desa kita, mobilnya Fortuner semua, terus punya motor KLX dan Nmax. Belum lagi para istri bos ikan yang memakai emas s

    Last Updated : 2024-10-29
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Tidak Berguna

    Novi hanya terdiam. Ia sudah tahu arah pembicaraan mertuanya. Pasti akan membicarakan Vera istrinya Alif. Memang Bu Wulan tidak sepaham dengan Vera. Menurutnya Vera itu tipe istri yang mau menang sendiri. Maklumlah Vera berasal dari keluarga berada, terbiasa hidup enak.Bu Wulan menarik nafas panjang."Kemarin sore, waktu Ibu dan Bapak ke rumah Alif, hanya ada Irvin dan Elisa bersama dengan pembantunya. Alif masih di bengkel. Vera pergi arisan dari pagi sampai sore belum pulang. Arisan apa yang memakan waktu seharian? Nggak mikirin anak-anaknya.""Sesibuk-sibuknya seorang ibu, harus tetap memperhatikan anak-anaknya. Sebenarnya Vera itu sibuk apa, sih. Dia kan hanya menganggur di rumah. Terkadang kasihan melihat Alif, memiliki istri seperti itu. Untung Alif itu orangnya penyabar. Tapi Ibu kadang-kadang tidak suka dengan sifat Alif yang selalu mengalah pada Vera. Jadi kesannya tidak tegas dengan Vera."Novi masih terdiam, ia tampak sangat menyimak ucapan mertuanya. Karena ia bingung ma

    Last Updated : 2024-10-29
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Arisan

    "Untuk dua kali angsuran, ya Pak," kata Novi sambil menyerahkan uang pada Pak Tomo."Iya, Mbak. Jadi sudah lima kali angsuran ya?" kata Pak Tomo sambil membuka-buka bukunya. Pak Tomo pun menerima uang dari Novi dan menuliskan di buku, juga di kwitansi."Ini Mbak, kwitansinya." Pak Tomo menyerahkan kwitansi pada Novi."Terima kasih, Pak."Pak Tomo mengangguk. Kemudian membereskan buku dan kwitansi dan memasukkannya ke dalam tas. "Saya pulang, Mbak." Pak Tomo pun beranjak dari duduknya dan melangkah pergi dari rumah Novi.Pak Tomo merupakan orang kaya di desa ini. Memiliki banyak tanah. Pak Tomo mengkaplingkan tanahnya dan menjualnya secara cash atau kredit. Novi sudah membeli satu kapling tanah yang dibelinya secara kredit, dan yang ini adalah yang kedua. Tentu saja ia tidak menceritakan semua ini pada Ahmad, ia juga meminta Pak Tomo untuk tidak menceritakan pada Ahmad. Pak Tomo paham, karena beliau juga tahu kebiasaan Ahmad yang suka berjudi dan tentu saja menghabiskan banyak uang.K

    Last Updated : 2024-10-29
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Jangan Jadi Duri

    "Enggak kok, Mbak. Ini memang beli gula dan kopi untuk di rumah." Ekta menjawab dengan pelan."Heran aku sama Ardi, kenapa dia menikah denganmu. Masih mending sama Weni, orangnya baik, nggak suka keluyuran, pintar cari uang juga. Nggak kayak kamu yang hanya bisa menghabiskan uang Ardi. Cepat pulang, dicari sama Ibu." Asih berkata kemudian pergi meninggalkan Ekta yang masih terdiam.Novi melihat Ekta menghapus air matanya."Begitulah watak orang, Ekta. Kalau sudah tidak senang dengan kita, apa yang kita lakukan selalu salah. Tidak ada yang benar.""Iya, Mbak," kata Ekta dengan tersedu-sedu."Sekarang kamu pulang dulu, nanti malah semakin rumit urusannya. Kamu harus sabar dan kuat demi anakmu."Ekta mengangguk kemudian pamit pulang. Novi merasa sedih melihat Ekta. Semoga Ekta kuat dan sabar menghadapi mertua dan ipar. Tak berapa lama, muncul lagi Weni di warung Novi."Mbak, Ekta tadi ngomongin apa?" tanya Weni."Maksudnya?" Novi mengernyitkan dahinya."Apa saja yang diomongin Ekta tadi.

    Last Updated : 2024-10-29
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Tamu

    "Kalau suami biasanya tidak romantis, terus tahu-tahu jadi romantis perlu dicurigai, Bu. Siapa tahu ia menutupi kelakuannya. Jadi istri merasa diperhatikan dan disayang, padahal hanya kedok suami saja." Bu Wanto menimpali."Bu Wanto kok ngomong gitu, sih. Kasihan Mbak Novi, nanti malah kepikiran. Apalagi ia sedang hamil," sahut seorang pembeli."Saya kan bukan mengatakan tentang Ahmad. Kalau Ahmad biasa romantis ya nggak perlu dicurigai." Bu Wanto tampak kesal. Beberapa orang yang di warung itu tampak terdiam, suasana menjadi kaku."Berapa semuanya belanjaan saya," kata Bu Wanto memecahkan suasana."Empat puluh tujuh ribu," sahut Novi."Ya, sudah, dicatat dulu ya. Saya lupa bawa uang," kata Bu Wanto sambil ngeloyor pergi. Novi hanya bisa mengelus dada."Bu Wanto itu aneh, mau ke warung kok nggak bawa uang. Ngomong saja mau ngutang," celetuk Wak Tini."Ya kayak gitu kalau orang sok kaya alias kaya tanggung. Dibilang miskin, bukan. Dibilang kaya kok jauh ya?" Pembeli yang lain menyahuti

    Last Updated : 2024-10-29
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Salah Sebut Nama

    "Mas pikir tamu laki-laki itu selingkuhanku, begitu ya? Jadi Mas mencurigaiku?" Novi berkata dengan penuh emosi.Ahmad pura-pura tidak mendengar, malah sibuk dengan ponselnya. "Dina!" Novi pun memanggil Dina."Iya, Bu. Ada apa?" Dina mendekati Novi."Yang tadi datang kesini siapa ya? Yang ngasih uang dua puluh ribu untuk Dina?" tanya Novi. Memang Alif tadi memberi uang dua puluh ribu untuk Dina. Tapi uang yang diberikan pada Novi, tentu saja tidak disebutkan di depan Ahmad. Bisa berbahaya, nanti pasti Ahmad akan meminjamnya. Dengan berbagai alasan, padahal hanya untuk berjudi."Oh, Pakde Alif tadi kesini lho, Yah. Ngasih Dina uang untuk ditabung di sekolah," kata Dina bersemangat bercerita pada ayahnya."O ya?""Iya, terus motor Pakde Alif juga baru, tadi Dina diajak jalan-jalan sebentar." Dina sibuk berceloteh. Novi hanya terdiam, ia sangat kesal dengan Ahmad yang seolah-olah menyudutkannya. "Benar yang Dina katakan itu?" tanya Ahmad."Benar, Ayah. Dina tidak berbohong, kata Bu gu

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Menghargai Diri Sendiri

    Sudah satu bulan lebih Novi tinggal di rumah orang tuanya. Kegiatan Novi menunggu warung, dan warung yang dikelola Novi sudah memperlihatkan kemajuan yang cukup berarti. Warungnya sekarang sudah cukup lengkap dan tentu saja harganya miring. "Alhamdulillah ya Mbak, usaha Mbak Novi cukup maju," kata Pak Tomo pada Novi.Tadi Novi menelpon Pak Tomo untuk datang ke rumah, mengambil uang angsuran kavlingan. Novi sekarang semakin giat menabung, demi masa depan anak-anaknya."Alhamdulillah, Pak," kata Novi sambil menyerahkan uang untuk membayar angsuran tanah kaplingan."Assalamualaikum," sapa seseorang."Waalaikumsalam, eh Bapak. Silahkan masuk, Pak," jawab Novi ketika melihat mertuanya datang.Pak Harno pun masuk ke dalam rumah."Lho ada Pak Tomo disini ya?" sahut Pak Harno."Iya, Pak." Pak Tomo menjawab sambil menulis di buku catatannya.Novi pun masuk ke dalam untuk membuatkan minuman. Tak lama kemudian ia membawa dua minuman."Mari Pak diminum," kata Novi."Lho saya juga dibikinin minum

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Biang Kerok

    "Bu, kok ada disini?" tanya Iwan pada Neneng."Mengingatkan Novi biar tidak menggodamu lagi, Mas," sahut Neneng masih dengan emosi."Maksudnya apa?" tanya Iwan."Nggak usah pura-pura deh, Mas. Kamu selingkuh dengan Novi kan? Beberapa malam selalu pergi bersama Novi," teriak Neneng."Jangan sembarangan berbicara kamu." Iwan tampak marah."Jangan emosi. Kita bicarakan baik-baik. Ini ada apa sebenarnya?" tanya Pak RT.Bu Murni menceritakan kejadiannya, Neneng tetap dengan pendiriannya, kalau Novi itu menggoda Iwan. Pak Budi hanya bisa terdiam melihat Novi yang dahinya ada darah dan rambut yang berantakan. "Mbak Neneng, tahu dari mana kalau Mas Iwan sering kesini dan pergi bersama Novi? Sedangkan Novi tidak pernah keluar dari rumah." Pak RT bertanya pada Neneng yang masih saja emosi."Mana mungkin Novi ngaku kalau pergi dengan Mas Iwan, Pak?" sahut Neneng."Kalau menuduh orang itu harus ada bukti dan saksi. Mana buktinya dan mana saksinya?" tanya Pak RT.Neneng hanya terdiam."Jangan han

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Menggoda Suami Orang

    "Bu, ada Novi?" tanya Neneng, tetangga Novi pada Bu Murni yang sedang melayani pembeli di warung."Oh ada, masih mandi. Ada apa ya?" tanya Bu Murni."Ya sudah deh, saya ngomong sama Ibu saja. Bu, saya minta, Ibu menjaga anak Ibu yang bernama Novi itu. Jangan suka menggoda suami orang," kata Neneng."Maksudnya apa ya?" tanya Bu Murni."Sejak ada Novi disini, kami semua resah. Takut kalau Novi mengganggu suami kami. Eh, ternyata benar ya? Sudah beberapa malam ini, Mas Iwan sering kesini, kan? Pulang sampai larut malam. Ngapain coba kalau bukan ngecengin Novi. Nanti saya laporkan pada pak Kades, biar Novi diusir dari sini. Bikin resah para istri," kata Neneng dengan bersemangat."Betul itu, Bu. Terus terang saya juga takut kalau suami saya digoda oleh Novi." Ada seorang Ibu yang menimpali."Maaf, Mbak Neneng. Mas Iwan tidak pernah kesini. Memangnya kapan ia kesini?" tanya Bu Murni."Beberapa malam ini ia pergi terus. Ada yang melihat kalau dia kesini," lanjut Neneng."Ada apa ini?" tanya

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Harus Tebal Telinga

    "Kamu nggak salah, kok, Nov. Semua masalah ini berasal dari Ahmad. Ia tidak bisa bersyukur atas apa yang sudah dimilikinya. Istri yang cantik dan baik, juga bisa menghasilkan uang sendiri, sepasang anak yang sehat, apalagi yang kurang?" sahut Alif."Terus keadaan Mas Ahmad bagaimana?" tanya Novi."Untuk sementara masih jadi anak baik, nurut dengan Bapak. Ya mungkin karena ia takut diusir dari rumah.""Indah?" lanjut Novi."Kemarin sudah dipulangkan ke rumah orang tuanya. Semoga saja ia tidak kesini lagi dan membuat masalah yang lebih besar. Apalagi Indah dan suaminya belum resmi bercerai.""Ooo.""Dari dulu Indah memang sudah genit dan ganjen. Aku juga nggak nyangka kalau mereka pernah berpacaran. Ah sudahlah nggak usah dibahas tentang mereka. Sekarang kamu fokus ke masa depan kamu dan anak-anak. Kalau ada yang kamu butuhkan, bisa telpon Bapak dan Ibu, atau kalau kamu merasa nggak enak dengan Bapak dan Ibu, kamu bisa menelponku. Sampai kapanpun kamu tetap adik perempuanku dan bagian d

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Mantap Bercerai

    "Nov, kamu sudah mantap untuk berpisah dengan Ahmad?" tanya Pak Budi pagi ini, ketika Novi sedang menunggu Dina sarapan. Dina sudah tampak rapi, siap untuk berangkat sekolah. Ia masih sarapan, nanti akan diantar oleh Mbah Kung."Sudah mantap, Pak." Novi menjawab dengan tegas."Kamu sudah siap dengan segala konsekuensinya?" tanya Pak Budi lagi."Siap, Pak. Aku ingin memulai semuanya dari awal bersama anak-anakku. Tidak mau terpuruk terus.""Kamu siap dengan status janda?" kata Bu Murni yang ikut menimpali."Siap tidak siap, ya harus siap, Bu.""Bapak dan Ibu hanya ingin memastikan saja. Kamu tahu kan, kalau status janda itu, apalagi janda karena bercerai, masih suka dipandang sebelah mata oleh masyarakat kita. Kamu harus menyiapkan mental. Kami akan tetap mendukung semua keputusanmu. Karena nanti yang menjalaninya ya kamu sendiri." Pak Budi menjelaskan."Iya, Pak.""Siapa yang akan mengurus perceraianmu?" tanya Pak Budi lagi."Kemarin kakeknya Dina sudah meminta Mas Alif untuk mengurus

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Mati Kutu

    Pak Harno dan anak-anaknya sudah sampai lagi di rumah. Mulai hari ini Ahmad akan tinggal di rumah bapaknya. Ketika masuk, Ahmad sudah celingukan kesana kemari. Pak Harno paham siapa yang dicari oleh Ahmad. Tapi pura-pura tidak tahu."Alif, besok kamu urus perceraian Ahmad. Usahakan cepat, nggak bertele-tele. Kasihan Novi, ia pun ingin bebas. Siapa tahu nanti ada laki-laki baik yang tertarik dengannya dan bersedia menikahinya." Pak Harno berkata sambil melirik ke arah Ahmad."Anak Bapak itu sebenarnya siapa sih? Aku atau Novi? Dari kemarin keputusan yang diambil selalu menguntungkan Novi. Aku juga tidak mau bercerai." Ahmad berkata dengan kesal."Kamu itu nggak ngaca, Novi menderita karena kamu? Lagipula Novi membawa anak-anakmu, tentu saja keputusan harus berpihak padanya. Kamu tidak bisa menghalangi perceraian ini. Kamu itu yang serakah, tidak mau bercerai tetapi selalu membuat ulah. Sudah berapa kali Novi memberimu kesempatan untuk berubah. Tapi nyatanya kamu itu berubah hanya sekej

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Aman Dan Terjamin

    Mereka pulang kembali ke rumah Ahmad. Pak Harno sudah menelpon Wawan untuk membawa mobil ke rumah Ahmad."Kamu bawa semua bajumu, mulai hari ini kamu tinggal di rumah Bapak." Pak Harno berkata dengan sangat tegas."Kenapa aku nggak disini saja?" protes Ahmad."Kalau kamu disini, kamu akan sangat bebas, sebebas-bebasnya. Kamu akan mengajak perempuan manapun untuk menginap disini. Bapak nggak mau mendengar tentang kelakuan burukmu," kata Pak Harno dengan menahan emosi.Tak lama kemudian datang Wawan bersama satu orang lagi, dengan menggunakan mobil. Pak Harno meminta mereka untuk mengangkat barang-barang yang ada di warung Novi."Wan, antar barang ini ke rumah Pak Budi, orang tua Novi. Nanti sampai sana, kamu turunkan semuanya," perintah Pak Harno."Iya, Pak." Wawan langsung mengerjakan tugas dari Pak Harno."Kunci rumah ini nanti tolong kasihkan sama Novi. Siapa tahu ia akan mengambil barang disini," kata Pak Harno lagi.Wawan pun mengangguk. Sementara di tempat lain, Novi menangis sam

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Mengembalikan Novi

    Keponakan Pak Harno, ia mengaku kalau sudah bercerai padahal waktu Bapak tadi malam menelpon orang tua Indah, ternyata mereka belum resmi bercerai. Kupikir akhir-akhir ini ia sering ke rumah Bapak karena memang ingin bertemu dengan Bapak dan Ibu, ternyata malah bertemu dengan Indah." Mata Novi tampak berkaca-kaca."Jadi Indah tinggal di rumah pak Harno?" "Iya. Pak Harno dan Ibu malah nggak tahu kalau Mas Ahmad sering ketemuan dengan Indah."Lastri menggeleng-gelengkan kepala mendengar jawaban dari Novi. Semua sangat mengherankan. "Bagaimana ketahuannya kalau Ahmad berselingkuh lagi?” Lastri semakin penasaran."Beberapa hari ini memang ia sering sibuk dengan ponselnya. Pas tadi malam ia menerima telepon di teras, aku penasaran, makanya aku mendengarkan dari belakang pintu. Saking asyiknya menelpon, sampai Mas Ahmad tidak sadar kalau aku sudah lama berdiri di belakangnya. Akhirnya aku rebut ponsel Mas Ahmad. Ternyata banyak bukti perselingkuhannya." "Apa mertuamu setuju dengan keputu

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Tenaga Ekstra

    Sampai di rumah ada Lastri dan Evi anaknya."Terima kasih ya, Mbak, sudah menunggu cucu-cucu saya," kata Bu Wulan pada Lastri."Sama-sama, Bu. Saya juga senang dengan bisa membantu.""Tadi Haikal bangun nggak?" tanya Novi."Alhamdulillah, enggak. Dia pulas sekali tidurnya. Dina pun tadi mengantuk, terus ditunggui Evi di kamar, malah langsung tidur," kata Lastri."Sekali lagi terima kasih, ya Mbak?" kata Novi."Kalau begitu saya pamit pulang," kata Lastri.Tak berapa lama, Ahmad dan Alif datang. Ahmad hanya diam dan menunduk ketika masuk ke dalam rumah. Pak Harno, Bu Wulan dan Novi sedang duduk di ruang keluarga."Ahmad, lihatlah kehancuran rumah tanggamu. Karena ulahmu sendiri. Kamu berkali-kali diberi maaf dan kesempatan oleh Novi, tapi kamu malah semakin menjadi-jadi. Apa sih yang ada dipikiranmu? Apa kamu nggak ingat, bagaimana Novi bertaruh nyawa melahirkan Haikal, kamu malah sibuk main. Bapak benar-benar malu dengan kelakuanmu. Rasanya Bapak nggak punya muka lagi di depan orang t

DMCA.com Protection Status