Share

Bukan Cinta

Penulis: YuRa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-26 21:06:16

"Ibu? Ada apa?" tanya Alif dengan penuh kebingungan.

"Ibu nggak nyangka kalau kamu seperti ini lagi, Ahmad. Kamu pernah berjanji tidak akan mengulangi kembali kelakuan bejatmu! Nyatanya sekarang kamu malah berulah lagi." Bu Wulan berkata dengan penuh emosi, ia benar-benar marah.

"Ada apa, Bu?" tanya Pak Harno yg tampak kebingungan.

"Ahmad berselingkuh dengan keponakan Bapak, Indah!" teriak Bu Wulan. Bu Wulan pun memberikan ponsel Ahmad pada Pak Harno. Pak Harno melihat ponsel itu, wajahnya tampak marah, ia langsung naik pitam.

Plak! Plak!

Pak Harno menampar Ahmad.

"Jadi selama ini kamu sering kesini, bukan karena ingin menemui Ibu? Tapi menemui Indah?" tanya Bu Wulan.

"Ada apa ini? Kok ribut-ribut seperti ini?" tanya seorang perempuan muda yang baru muncul dari kamar.

"Indah! Kenapa kamu tega menghancurkan rumah tangga Ahmad? Jadi tujuanmu kemari karena mencari Ahmad?" tanya Bu Wulan.

Indah hanya terdiam.

"Jawab!" teriak Bu Wulan.

"Iya, Bude. Dulu sebelum aku menikah dengan Mas Dika
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ayue Sekartaji
dengan tegas tinggalkan ahmad kputusan yg tepat ,,ahmad akan d rundung penyesalan telah memilih jalang,,,jangan pernah terima kalau ahmat menyesal dan ingin kembali
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Tenaga Ekstra

    Sampai di rumah ada Lastri dan Evi anaknya."Terima kasih ya, Mbak, sudah menunggu cucu-cucu saya," kata Bu Wulan pada Lastri."Sama-sama, Bu. Saya juga senang dengan bisa membantu.""Tadi Haikal bangun nggak?" tanya Novi."Alhamdulillah, enggak. Dia pulas sekali tidurnya. Dina pun tadi mengantuk, terus ditunggui Evi di kamar, malah langsung tidur," kata Lastri."Sekali lagi terima kasih, ya Mbak?" kata Novi."Kalau begitu saya pamit pulang," kata Lastri.Tak berapa lama, Ahmad dan Alif datang. Ahmad hanya diam dan menunduk ketika masuk ke dalam rumah. Pak Harno, Bu Wulan dan Novi sedang duduk di ruang keluarga."Ahmad, lihatlah kehancuran rumah tanggamu. Karena ulahmu sendiri. Kamu berkali-kali diberi maaf dan kesempatan oleh Novi, tapi kamu malah semakin menjadi-jadi. Apa sih yang ada dipikiranmu? Apa kamu nggak ingat, bagaimana Novi bertaruh nyawa melahirkan Haikal, kamu malah sibuk main. Bapak benar-benar malu dengan kelakuanmu. Rasanya Bapak nggak punya muka lagi di depan orang t

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Mengembalikan Novi

    Keponakan Pak Harno, ia mengaku kalau sudah bercerai padahal waktu Bapak tadi malam menelpon orang tua Indah, ternyata mereka belum resmi bercerai. Kupikir akhir-akhir ini ia sering ke rumah Bapak karena memang ingin bertemu dengan Bapak dan Ibu, ternyata malah bertemu dengan Indah." Mata Novi tampak berkaca-kaca."Jadi Indah tinggal di rumah pak Harno?" "Iya. Pak Harno dan Ibu malah nggak tahu kalau Mas Ahmad sering ketemuan dengan Indah."Lastri menggeleng-gelengkan kepala mendengar jawaban dari Novi. Semua sangat mengherankan. "Bagaimana ketahuannya kalau Ahmad berselingkuh lagi?” Lastri semakin penasaran."Beberapa hari ini memang ia sering sibuk dengan ponselnya. Pas tadi malam ia menerima telepon di teras, aku penasaran, makanya aku mendengarkan dari belakang pintu. Saking asyiknya menelpon, sampai Mas Ahmad tidak sadar kalau aku sudah lama berdiri di belakangnya. Akhirnya aku rebut ponsel Mas Ahmad. Ternyata banyak bukti perselingkuhannya." "Apa mertuamu setuju dengan keputu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Aman Dan Terjamin

    Mereka pulang kembali ke rumah Ahmad. Pak Harno sudah menelpon Wawan untuk membawa mobil ke rumah Ahmad."Kamu bawa semua bajumu, mulai hari ini kamu tinggal di rumah Bapak." Pak Harno berkata dengan sangat tegas."Kenapa aku nggak disini saja?" protes Ahmad."Kalau kamu disini, kamu akan sangat bebas, sebebas-bebasnya. Kamu akan mengajak perempuan manapun untuk menginap disini. Bapak nggak mau mendengar tentang kelakuan burukmu," kata Pak Harno dengan menahan emosi.Tak lama kemudian datang Wawan bersama satu orang lagi, dengan menggunakan mobil. Pak Harno meminta mereka untuk mengangkat barang-barang yang ada di warung Novi."Wan, antar barang ini ke rumah Pak Budi, orang tua Novi. Nanti sampai sana, kamu turunkan semuanya," perintah Pak Harno."Iya, Pak." Wawan langsung mengerjakan tugas dari Pak Harno."Kunci rumah ini nanti tolong kasihkan sama Novi. Siapa tahu ia akan mengambil barang disini," kata Pak Harno lagi.Wawan pun mengangguk. Sementara di tempat lain, Novi menangis sam

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Mati Kutu

    Pak Harno dan anak-anaknya sudah sampai lagi di rumah. Mulai hari ini Ahmad akan tinggal di rumah bapaknya. Ketika masuk, Ahmad sudah celingukan kesana kemari. Pak Harno paham siapa yang dicari oleh Ahmad. Tapi pura-pura tidak tahu."Alif, besok kamu urus perceraian Ahmad. Usahakan cepat, nggak bertele-tele. Kasihan Novi, ia pun ingin bebas. Siapa tahu nanti ada laki-laki baik yang tertarik dengannya dan bersedia menikahinya." Pak Harno berkata sambil melirik ke arah Ahmad."Anak Bapak itu sebenarnya siapa sih? Aku atau Novi? Dari kemarin keputusan yang diambil selalu menguntungkan Novi. Aku juga tidak mau bercerai." Ahmad berkata dengan kesal."Kamu itu nggak ngaca, Novi menderita karena kamu? Lagipula Novi membawa anak-anakmu, tentu saja keputusan harus berpihak padanya. Kamu tidak bisa menghalangi perceraian ini. Kamu itu yang serakah, tidak mau bercerai tetapi selalu membuat ulah. Sudah berapa kali Novi memberimu kesempatan untuk berubah. Tapi nyatanya kamu itu berubah hanya sekej

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Mantap Bercerai

    "Nov, kamu sudah mantap untuk berpisah dengan Ahmad?" tanya Pak Budi pagi ini, ketika Novi sedang menunggu Dina sarapan. Dina sudah tampak rapi, siap untuk berangkat sekolah. Ia masih sarapan, nanti akan diantar oleh Mbah Kung."Sudah mantap, Pak." Novi menjawab dengan tegas."Kamu sudah siap dengan segala konsekuensinya?" tanya Pak Budi lagi."Siap, Pak. Aku ingin memulai semuanya dari awal bersama anak-anakku. Tidak mau terpuruk terus.""Kamu siap dengan status janda?" kata Bu Murni yang ikut menimpali."Siap tidak siap, ya harus siap, Bu.""Bapak dan Ibu hanya ingin memastikan saja. Kamu tahu kan, kalau status janda itu, apalagi janda karena bercerai, masih suka dipandang sebelah mata oleh masyarakat kita. Kamu harus menyiapkan mental. Kami akan tetap mendukung semua keputusanmu. Karena nanti yang menjalaninya ya kamu sendiri." Pak Budi menjelaskan."Iya, Pak.""Siapa yang akan mengurus perceraianmu?" tanya Pak Budi lagi."Kemarin kakeknya Dina sudah meminta Mas Alif untuk mengurus

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Harus Tebal Telinga

    "Kamu nggak salah, kok, Nov. Semua masalah ini berasal dari Ahmad. Ia tidak bisa bersyukur atas apa yang sudah dimilikinya. Istri yang cantik dan baik, juga bisa menghasilkan uang sendiri, sepasang anak yang sehat, apalagi yang kurang?" sahut Alif."Terus keadaan Mas Ahmad bagaimana?" tanya Novi."Untuk sementara masih jadi anak baik, nurut dengan Bapak. Ya mungkin karena ia takut diusir dari rumah.""Indah?" lanjut Novi."Kemarin sudah dipulangkan ke rumah orang tuanya. Semoga saja ia tidak kesini lagi dan membuat masalah yang lebih besar. Apalagi Indah dan suaminya belum resmi bercerai.""Ooo.""Dari dulu Indah memang sudah genit dan ganjen. Aku juga nggak nyangka kalau mereka pernah berpacaran. Ah sudahlah nggak usah dibahas tentang mereka. Sekarang kamu fokus ke masa depan kamu dan anak-anak. Kalau ada yang kamu butuhkan, bisa telpon Bapak dan Ibu, atau kalau kamu merasa nggak enak dengan Bapak dan Ibu, kamu bisa menelponku. Sampai kapanpun kamu tetap adik perempuanku dan bagian d

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Menggoda Suami Orang

    "Bu, ada Novi?" tanya Neneng, tetangga Novi pada Bu Murni yang sedang melayani pembeli di warung."Oh ada, masih mandi. Ada apa ya?" tanya Bu Murni."Ya sudah deh, saya ngomong sama Ibu saja. Bu, saya minta, Ibu menjaga anak Ibu yang bernama Novi itu. Jangan suka menggoda suami orang," kata Neneng."Maksudnya apa ya?" tanya Bu Murni."Sejak ada Novi disini, kami semua resah. Takut kalau Novi mengganggu suami kami. Eh, ternyata benar ya? Sudah beberapa malam ini, Mas Iwan sering kesini, kan? Pulang sampai larut malam. Ngapain coba kalau bukan ngecengin Novi. Nanti saya laporkan pada pak Kades, biar Novi diusir dari sini. Bikin resah para istri," kata Neneng dengan bersemangat."Betul itu, Bu. Terus terang saya juga takut kalau suami saya digoda oleh Novi." Ada seorang Ibu yang menimpali."Maaf, Mbak Neneng. Mas Iwan tidak pernah kesini. Memangnya kapan ia kesini?" tanya Bu Murni."Beberapa malam ini ia pergi terus. Ada yang melihat kalau dia kesini," lanjut Neneng."Ada apa ini?" tanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Ketika Hati Mulai Lelah   Biang Kerok

    "Bu, kok ada disini?" tanya Iwan pada Neneng."Mengingatkan Novi biar tidak menggodamu lagi, Mas," sahut Neneng masih dengan emosi."Maksudnya apa?" tanya Iwan."Nggak usah pura-pura deh, Mas. Kamu selingkuh dengan Novi kan? Beberapa malam selalu pergi bersama Novi," teriak Neneng."Jangan sembarangan berbicara kamu." Iwan tampak marah."Jangan emosi. Kita bicarakan baik-baik. Ini ada apa sebenarnya?" tanya Pak RT.Bu Murni menceritakan kejadiannya, Neneng tetap dengan pendiriannya, kalau Novi itu menggoda Iwan. Pak Budi hanya bisa terdiam melihat Novi yang dahinya ada darah dan rambut yang berantakan. "Mbak Neneng, tahu dari mana kalau Mas Iwan sering kesini dan pergi bersama Novi? Sedangkan Novi tidak pernah keluar dari rumah." Pak RT bertanya pada Neneng yang masih saja emosi."Mana mungkin Novi ngaku kalau pergi dengan Mas Iwan, Pak?" sahut Neneng."Kalau menuduh orang itu harus ada bukti dan saksi. Mana buktinya dan mana saksinya?" tanya Pak RT.Neneng hanya terdiam."Jangan han

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03

Bab terbaru

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Menemui Richard

    "Kamu bisa nggak berpikir positif? Kenapa kamu malah menyalahkan Novi? Tadi Bapak menemui Dina, Novi sedang pergi ke pasar. Jadi Dina bercerita sesuai kemauannya sendiri. Baru kemudian Novi pulang. Tahu kamu, apa yang dikatakan Dina? Katanya ayahnya sudah melupakan Dina, ketemu di minimarket, disapa tidak mau membalas. Bapak yang mendengarkan itu sangat sedih dan kecewa. Kalau kamu membenci Novi, itu hakmu. Tapi Dina itu kan anakmu, darah dagingmu. Kamu kok tega sekali sih? Kalau suatu saat, Dina sukses, bisa-bisa ia tidak akan mau mengakuimu sebagai ayah." Pak Harno berkata dengan kesal.Ahmad hanya diam saja. Pikirannya sekarang memang sedang kacau, memikirkan kehamilan Indah."Kamu sudah menikah dengan Indah?" tanya Pak Harno.Dhuar! Serasa petir menyambar tubuhnya, jantungnya berdetak dengan kencang. Pak Harno mengamati perubahan ekspresi wajah Ahmad.Ahmad menggelengkan kepala."Kok Indah bisa sampai disini lagi? Apa kamu menghubunginya dan memintanya kesini?" tanya Pak Harno."I

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Menyalahkan Novi

    Pagi ini Novi pergi ke pasar bersama dengan Septi. Novi ingin memasak rendang, karena itu ia ke pasar untuk membeli daging. Sebenarnya Novi malas ke pasar, karena ia suka bingung mau membeli apa. Ia lebih senang berbelanja di tukang sayur keliling. Tapi karena Septi yang mengajak atau lebih tepatnya memaksa, akhirnya Novi pun ikut pergi ke pasar.Ketika sedang membeli daging, Novi mendengar orang berbisik-bisik."Nggak punya malu ya? Hamil tanpa suami tapi cuek saja. Malah keluyuran ke pasar. Apa ia sengaja memamerkan kehamilannya ya?""Jadi nggak ada yang mau bertanggung jawab ya?""Mana ada laki-laki mau bertanggung jawab, kalau perempuan itu main dengan banyak laki-laki.""Katanya setelah bayi lahir mau tes DNA.""Terus yang membiayai tes DNA siapa? Tes DNA itu mahal.""Siapa sih yang dibicarakan," kata Novi dalam hati."Bang, dagingnya setengah kilo ya?" kata seseorang yang berada di sebelah Novi. Novi menoleh."Ngapain lihat-lihat!" bentak orang itu, yang ternyata adalah Weni. Or

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Rela Bercerai

    Akhirnya Ahmad pun pulang, Indah tetap terdiam. Setelah mengunci pintu, ia pun merebahkan diri di kasur yang ada. Dipandanginya langit-langit kamarnya, pikirannya menerawang jauh. Indah pergi dari rumah orang tuanya, pamitnya ia mau merantau di kota. Tentu saja ia tidak bilang kalau mau mencari Ahmad. Dari kemarin Indah merasa tidak enak badan, ia juga tidak ingat kapan terakhir menstruasi. Karena itu, tadi pagi ia sengaja ke apotek untuk membeli tespek. Pulang dari apotek, ia segera melakukan tes dan hasilnya positif. Ia senang melihat garis dua di tespek itu. Ia sudah membayangkan hal-hal yang indah tentang masa depannya bersama Ahmad. Ternyata kenyataan tak seindah harapan. Ahmad bukannya senang dan antusias, malah menyalahkan Indah. Itulah yang membuat Indah sangat kesal.Sementara di tempat lain, Vera tampak tidak bisa tidur. Ia masih teringat akan kedatangan Shifa. "Apa benar kata Shifa tadi ya, kalau Richard membohongiku dengan berkata kalau pernikahan Richard tidak bahagia.

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Bukan Cinta

    "O, iya. Ada apa ya?" tanya Vera berusaha menguasai keadaan dirinya sendiri."Begini, Mbak Vera yang saya hormati. Saya ingin berbicara sebagai sesama perempuan. Pasti Mbak Vera tahu maksud saya. Saya sudah lama mendengar selentingan hubungan antara Mbak Vera dengan suami saya. Awalnya saya tidak mempercayainya. Saya benar-benar percaya dengan suami saya. Tapi ternyata kepercayaan saya dikhianati. Saya tidak menyalahkan Mbak Vera sepenuhnya, karena Mas Richard yang punya andil besar dalam hal ini. Sebenarnya apa sih yang Mbak cari sampai mau berhubungan dengan Mas Richard? Padahal Mas Richard sudah beristri. Apakah suami Mbak Vera tidak mampu membuat Mbak bahagia? Sehingga Mbak butuh pelampiasan? Ataukah Mbak hanya mencari sensasi, ingin merasakan bagaimana sensasinya berselingkuh dengan suami orang?" Shifa berkata panjang lebar."Saya nggak ada hubungan dengan Richard," kilah Vera."Sudahlah Mbak, nggak usah mengelak. Saya punya banyak bukti. Apa perlu bukti itu saya berikan pada sua

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Tidak Fokus

    Halo!" kata Ahmad dengan keras."Halo, Mas dimana?" tanya Indah."Lagi nganter barang, kenapa?""Nanti pulang dari toko kesini nggak?" tanya Indah."Belum tahu, lihat situasi dulu. Memangnya kenapa?""Aku jenuh, Mas, disini sendirian. Nanti malam menginap disini ya?" kata Indah."Nggak bisa! Aku kalau malam pulang ke rumah," kata Ahmad."Sebenarnya aku ini pacaran dengan duda atau anak mami sih? Mau pergi keluar saja takut dengan orang tua. Umur Mas tuh sudah berapa? Nggak perlu lah apa-apa harus dengan persetujuan orang tua," kata Indah dengan kesal."Sayang, aku kan tinggal dengan orang tua, ya harus nurut dengan orang tua. Kalau nggak nurut, nanti aku bisa diusir." Ahmad berkata dengan kesal. Panggilan langsung dimatikan sepihak oleh Indah, ia juga tampak kesal."Huh! Nggak pengertian banget sih," gerutu Ahmad."Dasar laki-laki buaya, baru bercerai dengan istrinya, sekarang sudah sayang-sayangan dengan orang lain. Pantas saja kalau Mbak Novi meminta cerai. Memang kelakuan Ahmad ini

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Mencari Kontrakan

    Bedengan ini kayaknya cocok untuk tempat tinggal kamu," kata Ahmad pada Indah. Mereka sedang melihat-lihat kontrakan untuk tempat tinggal Indah. Sebelum waktu istirahat tadi Ahmad sudah pergi dari toko. Tanpa berpamitan pada bapaknya atau teman yang lain.Indah tampaknya kurang menyukai kontrakan yang dimaksud Ahmad ini. Bedeng yang mereka lihat terdiri dari tiga ruangan. Ruang tamu, kamar dan dapur yang bersebelahan dengan kamar mandi. Tidak ada pilihan lain karena memang segitu kemampuan keuangan Ahmad. Ada sekitar delapan bedengan disini."Kecil sekali, Mas," keluh Indah. "Namanya juga bedengan, tentu saja kecil. Kalau mau besar ya rumah," kata Ahmad dalam hati. Ia tidak berani mau berkata seperti itu, nanti Indah akan semakin merajuk."Nanti kalau kita sudah menikah, kita cari kontrakan yang satu rumah. Sekarang yang sederhana dulu," kata Ahmad dengan hati-hati untuk meyakinkan Indah supaya setuju tinggal disini."Bukannya kalau menikah nanti kita tinggal sama Bapak dan Ibu?" tan

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Bermain Cantik

    "Kenapa Mbak? Kaget ya? Mbakku yang cantik ternyata juga agak bego!" Ahmad berkata sambil tertawa."Enak saja kamu bilang bego! Kamu tuh yang bego!" teriak Vera."Mbak, Mas Alif memang gaptek! Ia nggak bakal buka-buka storymu. Tapi kamunya nggak nyadar, kalau apa yang kamu buat story' itu dilihat banyak orang. Memang kamu tidak menampakkan wajah selingkuhanmu itu. Tapi aku sangat paham Mas Alif itu seperti apa. Pernah kamu buat story' pegangan tangan dengan laki-laki. Aku tahu kalau itu bukan tangan Mas Alif. Tangan Mas Alif nggak seperti itu. Kamu memang konyol, Mbak. Kamu sengaja membangunkan macan tidur. Kalau Bapak tahu, habislah kamu." Ahmad menjelaskan panjang lebar."Jadi kamu mengancamku?" tantang Vera."Aku nggak mengancam, aku hanya minta tolong pinjamkan uang. Kalau Mbak nggak mau menolongku, ya nggak apa-apa. Aku bisa mendapatkan uang dengan cara lain. Aku sebarkan foto ini pada istri selingkuhanmu, bagaimana? Pasti ia akan memberiku uang," ejek Ahmad.Vera hanya terdiam.

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Meminjam Uang

    "Novi itu kesayangan Bapak dan Ibu. Lagi pula rumah itu kan haknya anak-anak.""Makanya kita segera menikah, nanti kalau kita punya anak, pasti kan anak kita punya hak yang sama dengan anak-anak Novi." Indah membujuk dan merayu Ahmad untuk menikahinya."Jangan sekarang ya? Situasi belum memungkinkan. Nanti kalau sudah pas waktunya, pasti kita akan menikah." Ahmad pun mulai bergerilya lagi. Entah berapa kali mereka melakukannya, setan pun bersorak gembira, bisa menggoda anak manusia yang tidak memiliki iman.Jam sembilan malam, Ahmad baru sampai di rumah."Dari mana kamu?" tanya Pak Harno."Dari rumah teman," sahut Ahmad, kemudian masuk ke kamarnya. Entah ia mandi atau tidak, yang jelas ia sudah tertidur dengan mimpi yang sangat indah.Tengah malam ia terbangun dari tidurnya memikirkan Indah dan mencarikan Indah tempat tinggal. Ia sendiri bingung, darimana mendapatkan uang untuk mengontrak rumah? Belum lagi membeli isinya. Setidaknya kasur, lemari pakaian dan peralatan dapur. Ahmad men

  • Ketika Hati Mulai Lelah   Indah Datang

    "Nggak tahu, Bu. Yang jelas aku merasa lega. Sekarang fokusku hanya pada anak-anak saja." Novi berkata sambil sesenggukan. Pak Budi yang baru pulang dari sawah terheran-heran melihat Novi mengeluarkan air mata. Bu Murni pun menjelaskan apa yang terjadi. Ekspresi wajah Pak Budi sulit untuk ditebak. Apakah ia senang ataupun sedih."Apapun yang terjadi padamu, apapun keputusanmu, Bapak dan Ibu tetap mendukungmu. Asalkan kamu berada di jalur yang benar. Sekarang statusmu itu akan dipandang sebelah mata oleh kebanyakan orang. Tetap jaga perilaku, karena apapun yang kamu kerjakan pasti menjadi sorotan banyak orang." Pak Budi memberikan nasihat pada Novi.Novi hanya mengangguk saja. Terdengar suara Haikal menangis, Novi segera masuk ke kamar, tak lupa ia membawa masuk akta cerai tadi untuk disimpan. Haikal terbangun dari tidurnya, Novi pun menyusul Haikal. Mungkin karena terlalu lelah, akhirnya ia pun tertidur."Nov, bangun! Ada yang nyariin tuh," panggil Bu Murni.Novi membuka matanya dan

DMCA.com Protection Status