Saat itu juga Anita membawa Sella ke rumah sakit terdekat, tak henti-hentinya Anita menangis melihat keadaan Sella yang terkujur lemah di pangkuannya. "Mbak, kamu harus bertahan ya. Aku tahu kamu adalah wanita yang kuat," lirih Anita. "Sayang bawa mobilnya cepetan dong," keluh Anita pada Lucas. "Ini juga sudah, Honey. Sabar ya sebentar lagi kita akan segera sampai.""Mbak kamu kenapa ada disini? Dan kenapa Mbak bisa sampai sini?" berbagai pertanyaan terus memenuhi pikiran Anita. Tiga puluh menit kemudian, mobil yang di bawa Lucas akhirnya sampai di rumah sakit Cipta Medika. Sella langsung di bawa ke IGD, untuk di berikan penanganan. "Dengan saudara pasien?" tanya seorang perawat menghampiri Anita dan Lucas. "Iya Sus. Bagaimana keadaan kakak saya?" tanya Anita cemas. "Maaf, Bu. Sepertinya pasien harus segera di operasi karena ada benturan di bagian kepala yang cukup parah. Sekarang mohon lakukan administrasinya secepatnya," jelas perawat itu. "Astaghfirullahalazim, bagaimana in
"Yuni?" tanya Damian tak percaya. "Damian?" "Damian tolong aku!" ucap Yuni dengan suara terisak-isak."Yuni apa yang terjadi sama kamu? Kenapa kamu ada di kamar bersama Leon?" cecar Damian. Sedangkan Leon mematung, tak menyangka dengan pemandangan yang ia lihat. "Damian tolong aku, selamatkan aku dari dia!" tunjuk Yuni pada Leon. "Maksud kamu apa? Kamu kenapa Yuni?" tanya Leon sangat heran. Bugh .. Bogem mentah di layangkan Damian kepada Leon. "Kamu apakah perempuan saya, sialan?" sentak Damian. "Saya tidak tahu Yuni kenapa?" jelas Leon. "Tidak usah pura-pura bego di hadapan saya!""Yuni cepat kenakan baju kamu, sekarang juga kita akan segera ke rumah sakit!" titah Damian pada Yuni. Damian segera mencekal ke dua tangan, Leon. Dan menyeretnya keluar dari kamar itu. "Bos lepaskan saya! Bos salah paham! Ini tidak seperti yang bos lihat!" berontak Leon. "Diam!" bentak Damian yang masih menggiring Leon ke tempat security. "Tapi saya tidak mengerti, kenapa Yuni bisa seperti itu?
Sudah seperti bintang film terkenal, Yuni pandai sekali memainkan perannya dengan sangat baik. Dia menyakinkan dokter Sasty jika dirinya benar-benar korban. Padahal nyatanya dia adalah pelaku handal. Sebenarnya dokter Sasty sangat tahu, jika Yuni bukanlah korban tapi dia hanya menutupi sesuatu yang membuatnya terancam. Namun dokter Sasty tak ingin membuat Yuni tertekan dengan pertanyaan darinya, sehingga dokter itu pun memberikan penjelasan pada pengacara Hery sesuai penjelasan Yuni tadi. Flashback on ... Di dalam kamar, Yuni menangis tersedu-sedu seolah dirinya adalah korban yang di lecehkan. Yuni juga memberikan pengakuan jika dirinya di jebak dan di ancam oleh Leon, untuk tidak mendekati Damian lagi. Jika Yuni masih berani mendekati Damian, maka Leon tak segan-segan akan membongkar kebusukan Yuni pada Thalia istri sah nya Damian. Karena itu selama ini Yuni menjauh dari Damian, Yuni tak ingin jika nasib Damian menjadi berantakan karena ulahnya. Yuni juga bercerita, jika selam
Anita menceritakan kegelisahannya pada Lucas, Anita bingung harus berbuat apa. Jika posisi Sella tak mengingat siapa pun. "Itu hal mudah, Honey. Dia kan punya keluarga, tinggal kasih tahu saja, selesai." Lucas memberikan pendapat yang menurutnya bukan masalah besar. "Masalahnya, Sayang. Dua hari kita di rumah sakit, tak ada satu pun keluarga Mbak Sella yang menghubungi dia.""Ya kalau begitu, tinggal kita saja yang menghubungi mereka, bagaimana?""Tapi aku tidak tahu kontak mereka semua, Honey."Lucas sangat mengerti kecemasan yang dirasakan Anita, "begini saja, bagaimana kalau aku meminta bantuan seseorang untuk datang ke rumah, Mbak kamu, dan memberikan kabar ini pada keluarganya." Lucas memberikan usulan. "Boleh juga itu, Honey. Lebih cepat lebih baik ya," balas Anita dengan girang. "Tentu, Sayang. Kamu masih ingat kan alamat rumahnya?""Masih, kok.""Kalau begitu tunggu sebentar." Lucas segera menghubungi seseorang, ia memerintahkan orang itu untuk datang ke alamat yang sudah
Hari itu juga Sella di rujuk ke dokter saraf, untuk mengatahui lebih lanjut penyebab kelumpuhan yang ia derita. Anita selaku keluarga pasien dengan setia menemani Sella selama Sella melakukan pemeriksaan. "Apa, Bu Anita bisa masuk ke ruangan Dokter Ghery sebentar?" tanya seorang perawat menghampiri Anita. "Bisa, Sus." jawab Anita pelan. "Kalau begitu, saya duluan untuk mengantar Bu Sella ke ruangan perawatan.""Silakan, Sus. Terima kasih."Anita melirik Lucas, "Honey, apa kamu mau ikut?" tanya Anita pada Lucas. "Sebenarnya mau, tapi aku ada urusan sebentar mau cek emil masuk dulu, Sayang.""Ya sudah tidak masalah. Kalau begitu aku ke dalam sendiri saja ya.""Kamu beneran tidak apa-apa?" Lucas memastikan. "Tidak, Honey. Kalau begitu aku masuk dulu ya.""Aku tunggu disini ya."Anita tersenyum sebagai jawaban. Dengan langkah lebar ia memasuki ruangan dokter Ghery. "Dengan keluarga pasien, Bu Sella?" tanya dokter itu. "Iya, Dokter.""Silakan duduk.""Terima kasih," balas Anita, "
Dua hari berlalu, akhirnya Anita memutuskan untuk membawa Sella pulang ke rumahnya. "Loh kok kalian pulang enggak ngabarin, Bunda dulu?" tanya Bunda Clara yang menyambut kedatangan mantu tersayangnya. "Maafin kita ya, Bun. Ini darurat soalnya, dan maaf juga Anita mengajak Mbak Sella ke rumah ini karena," Anita menceritakan duduk masalah, kenapa dirinya membawa Sella ke rumah itu pada mertuanya. "Jadi dia lupa ingatan dan?" Bunda Clara menggantung kalimatnya. Anita hanya tersenyum sebagai jawaban. "Memangnya kamu tidak sakit hati atau dendam gitu sama dia, Nak?""Sakit hati? Dendam? Untuk apa, Bunda?""Untuk semua hal yang pernah dia lakukan padamu di masa lalu.""Anita sudah melupakan itu, Bunda.""Kamu memang orang yang memiliki hati bersih, Nak. Tapi ngomong-ngomong dia kan punya saudara, sudah kamu hubungi dia?"Anita terdiam. Ia tak memiliki alasan yang kuat untuk menjawab pertanyaan sang mertua, karena yang dikatakan mertuanya itu benar. Namun hal yang membuat Anita memutusk
"Maksud lo, Yuni? Memiliki suami? Apa bisa lo sebutkan ciri-cirinya?" tanya Marvel semakin penasaran. Leon menceritakan semua detail tentang Yuni, pada Marvel yang membuat Marvel semakin yang jika yang diceritakan Leon adalah Yuni yang sama dengan orang yang ia tiduri juga. "Apa dia memiliki tahi lalat di bagian perutnya?" tanya Marvel dengan suara yang semakin bergetar. "Ya, betul sekali. Meski aku baru satu kali tidur dengannya, tentu saja hal itu tak luput dari perhatian aku juga!" balas Leon dengan mantap. "Brengsek!" geram Marvel dengan suara tertahan. "Maksud lo apa, Bro. Kenapa muka lo tiba-tiba berubah menjadi merah?""Dia adalah Yuni yang gua maksud!" ucap Marvel penuh penekan. "Bro, stop! Bercanda lo garing banget," balas Leon tak percaya. Kini giliran Marvel menceritakan dengan pasti, dari mulai nama alamat sampai lekuk tubuh yang dimiliki Yuni. "Jadi?" ucap Leon menggantung. "Kita di tipu oleh orang yang sama!" jelas Marvel. "Astaga! Bejat sekali kelakuan wanita
Dengan tangan gemetar, Yuni meremas kuat-kuat ponsel miliknya. "Kalau dia masih hidup, siapa yang menyelamatkannya? Dan dimana dia sekarang?" ucap Yuni dengan dada yang bergemuruh. "Aku tak akan membiarkan dia menghancurkan keluarga ku. Tidak akan!" "Dia harus mati! Dan dia sudah mati!" gumam Yuni dalam hati. Yuni sangat ketakutan semua kebohongannya akan terbongkar dalam waktu dekat, baru saja dirinya merasakan bernafas lega. Karena telah berhasil keluar dari jeratan tangan Leon, dan kini tiba-tiba hadir kembali Sella mengusik ketenangan hidupnya. "Ma! Mama baik-baik saja kan?" tanya Marwan yang sedari tadi memperhatikan Yuni sepertinya tidak fokus diajak bicara. "Emh, ya, kenapa, Pa?" tanya Yuni gugup. "Mama ada masalah? Papa perhatikan kok akhir-akhir ini Mama banyak melamun?" "Tidak Pa. Mama tidak melamun dan Mama baik-baik saja," jawab Yuni memastikan. "Tapi kok?" "Ah mungkin itu hanya perasaan Papa saja," Yuni memotong ucapan Marwan. "Mungkin!" jawab Marwan. "O ya, M
"Zaki antarkan saya pulang ke apartemen.""Sekarang?" tanya Zaki spontan. "Tahun depan, Zaki. Lagi pula kamu kenapa menatap saya seperti itu?""Ah tidak ada, Bos. Memangnya kenapa kok tumben mau pulang ke apartemen?""Kamu mulai kepo lagi?" Akhirnya Zaki terdiam. Ia tak lagi bertanya pada Lucas dan segera mengantarkan Lucas ke apartemennya. Begitu sampai di lobby, "apa kamu menempati apartemen pemberian saya?""Tentu dong, Bos. Dikasih fasilitas enak masa di sia-siakan.""Hmmm!" gumam Lucas. Kemudian dirinya segera berjalan lebih dulu. "Si Bos kenapa ya? Penampilannya kucel, kaya tidak memiliki semangat hidup saja. Dan tumben sekali berjauhan dengan Nyonya muda?" heran Zaki. Berbagai pertanyaan memenuhi pikiran Zaki, tapi dirinya tak mau ambil pusing. Ia lebih suka menghabiskan seluruh waktunya dengan wanita yang sudah menjadi istrinya saat ini. Sebelum masuk ke dalam kamar unitnya, Zaki melihat seorang pelayan membawakan banyak sekali jenis minuman beralkohol di depan pintu kam
Cekrek. Cekrek. Beberapa kali Sella mengabadikan momen Yuni dengan lelaki itu. "Akan aku pastikan adikku melihat dengan mata kepalanya sendiri, baca kelakuan istrinya itu."Yuni tersenyum bahagia, karena sebentar lagi dirinya akan sukses membuat dua orang yang pernah melukai hatinya akan segera hancur. Aku harus menghubungi Marwan," ucap Sella. Ia segera melakukan panggilan pada adiknya. "Hallo," sapa Sella setelah panggilan itu terhubung. "Hallo, Mbak. Apa benar ini kamu?" "Kamu pikir siapa?""Ya Allah Mbak selama ini dirimu kemana aja? Aku sudah mencari kamu kemana-mana tapi tak pernah ketemu."Sella sedikit terharu mendengar kekhawatiran sang adik, "terima kasih. Mbak hanya sedang sibuk akhir-akhir ini. Maafkan Mbak sudah membuatmu cemas.""Mbak dimana sekarang?""Aku baru kembali ke ibu kota. Apa bisa kita ketemuan?""Kenapa Mbak tidak datang langsung saja ke tempat aku?""Mungkin lain kali.""Yasudah tidak masalah. Mau ketemu dimana Mbak?"Sella segera menyebutkan alamatny
Hotel Kencana nomor 112 adalah kamar yang di tempati Sella saat ini, tapi rupanya di hotel yang sama juga seseorang sedang memandu kasih penuh kenikmatan. "Sayang bagaimana kalau kita jalan-jalan sebentar," ajak Yuni pada Damian. "Berikan servis terbaikmu dahulu. Apa pun yang kamu inginkan akan aku turutkan."Tanpa membantah lagi Yuni segera melancarkan aksinya. Sejak Leon dan Marvel masuk penjara, teman kencan Yuni satu-satunya hanya Damian. Terlebih sekarang Damian memiliki waktu lebih untuk bertemu Al meski tanpa sepenuhnya Marwan. Rasa sayang Damian pada Al begitu besar, tapi dirinya juga tak bisa meninggalkan Thalia karena semua aset kekayaan yang ia miliki berasal dari keluarga Thalia. Pria beristri dan perempuan memiliki suami, menjalani hubungan rumit sampai memiliki anak. Sungguh kisah cinta yang sangat di luar nalar. "Ahhhhh Yuniku! Kamu memang selalu memberikan servis terbaik," erang Damian di sela-sela Yuni menelan habis larva putih kental itu ke dalam mulutnya. "Ap
Tak ada pilihan untuk meredakan kemarahan Sella, Lucas milih untuk menuruti kemauan Sella dengan membawa kembali dirinya ke rumah yang ditinggali Anita. Sepanjang perjalanan jantung Lucas berdetak tak karuan. Meski dirinya marah pada Anita. Namun, untuk membawa gadis lain secara terang-terangan ia juga menjadi ketar ketir. "Babe," ucap Sella tiba-tiba. "Hmmm.""Sepertinya aku berubah pikiran.""Maksud kamu bagaimana?" Lucas menoleh ke samping. "Bagaimana kalau kamu belikan saja aku apartemen mewah?" Sella memberikan usul. "Kenapa begitu?" Lucas heran dengan permintaan Sella yang mendadak. "Hm! Setelah aku pikir-pikir kayanya bermain di belakang Anita lebih menyenangkan, dari pada bermain secara langsung.""Usul yang cerdas!" balas Lucas cepat. Sedetik kemudian jantungnya berpacu dengan normal kembali, ia lega dengan permintaan Sella. Lucas segera menghubungi Zaki untuk mempersiapkan satu unit apartemen mewah yang akan digunakan Sella. "Sedang di urus. Bagaimana kalau sementa
"Apa kamu ingin kita melakukannya lagi, Babe?" dengan lancang Sella membelai pipi Lucas. "Hentikan! Hapus video itu atau kamu akan menyesal.""Uhhh takut! Bagaimana kalau vidio itu sampai ke tangan Anita ya?""Itu tidak akan pernah terjadi!" Lucas mencekal dagu Sella. "Kamu takut, Babe? Bukan kan semalam kamu memaki-maki Anita pada saat dirimu mabuk?""Stop!""Kenapa? Atau kamu mau semua client kamu tahu skandal kamu?" ancam Sella tidak main-main. Dengan kasar Lucas menghempaskan cekalan itu. "Kamu mau apa? Uang? Sebutkan berapa jumlahnya?""Aku ingin kamu. Dan aku ingin memilikimu, Babe," balas Sella. Ia langsung menyerang Lucas dengan ciuman panasnya. Awalnya Lucas memberontak, tapi semakin Sella berbuat liar semakin Lucas tak berdaya. Dirinya lelaki normal meski Sella baru sekali bermain gila dengannya tapi sepertinya Sella telah berhasil menemukan titik kelemahan Lucas. "Ahhhhh!" akhirnya erangan tertahan itu keluar juga dari bibir seksi Lucas. Dengan lihai Sella telah mengu
Sepanjang malam Anita terjaga, berkali-kali dirinya menghubungi Lucas. Namun tak ada satu pun panggilan yang di jawab hingga sering telpon itu terjawab oleh oprator pertanda ponsel Lucas telah kehabisan batrei. "Kamu ada dimana Abang?" ucap Anita dengan lirih. Luka bekas operasi saja belum sembuh, tapi sekarang ada yang lebih sakit dari luka itu. Yaitu hilangnya kepercayaan Lucas pada dirinya. "Aku bukan orang yang menyebabkan Bunda meninggal, Bang. Kenapa kamu tega menuduh aku seperti ini?""Aku kehilangan anak-anakku, mertuaku dan sekarang aku juga kehilangan kepercayaan kamu Bang."Beberapa kali pelayanan mengetuk pintu kamar Anita, tapi tak ada satu pun yang dihiraukan Anita. Ia larut dalam kesedihan yang mendalam. "Nyonya muda, anda harus makan. Dari pagi anda tidak makan apa pun, kalau Nyonya seperti ini Bunda Clara pasti akan sedih," ucap Bi Sum. Wanita berusia lanjut itu tidak pernah lelah membujuk Anita sedari tadi. Mendengar kata-kata Bunda Clara, seketika Anita bangki
Kekecewaan akibat kehilangan ternyata membuat Lucas benar-benar kehilangan arah hidupnya. Dari arah beberapa meter. Sella melihat Lucas berjalan memasuki Bar ternama di ibu kota. "Ini adalah kesempatan emas untuk aku memanfaatkan keadaan," gumam Sella. Dengan penuh semangat Sella keluar dari mobilnya, sebelum itu tak lupa dirinya membenarkan riasan pada wajahnya juga menyemprotkan parfum di area tertentu. Sella mengambil duduk sedikit berjarak dengan Lucas. Agar dirinya leluasa memperhatikan objek fantasinya selama ini. Dari kejauhan Sella melihat Lucas terus menuangkan minuman beralkohol kedalam gelasnya. Sudah lima botol minuman itu ia habiskan dan sepertinya Lucas sudah mabuk berat. "Ini adalah saatnya." Sella berjalan mendekat ke arah Lucas."Stop jangan tuangkan lagi! Kamu sudah mabuk berat," cegah Sella mengambil botol itu. "Kembalikan," desah Lucas dengan suara berat. "Tidak! Kamu sudah mabuk berat.""Kembalikan!"Lucas mencoba merebut botol itu. Namun, Sella dengan s
"Masuk!" ucap Lucas dengan datar. Yang langsung berlalu. Dengan perasaan heran, pak Anang membuka pintu lebar mempersilakan Marwan untuk memasuki rumah mewah itu. Setelah diantarkan oleh pak Anang, akhirnya Marwan menginjakkan kaki juga di rumah mewah milik suami baru Anita. Ekor mat Marwan tidak berhenti memindai sekitar. Ia begitu mengagumi interior rumah bergaya modern itu. "Beruntung sekali hidup Anita sekarang," gumam Marwan. "Silakan duduk," ucap Lucas yang baru saja kembali diikuti dengan Anita di belakang. "Terima kasih." Marwan segera menjatuhkan badannya di kursi empuk. "Sekarang jelaskan kebusukan apa yang sudah kalian lakukan di belakang saya?""Bang stop menuduh seperti itu!" Anita berucap dengan lirih. "Katakan sekarang atau mau polisi yang langsung menginterogasi kalian?""Ma-ksud anda apa?" tanya Marwan terbata. "Seorang suami yang pergi meninggalkan istrinya demi perempuan lain, dan tiba-tiba menyusun rencana dengan mantan istrinya untuk mengamankan masa depa
"Auhhh!" Marwan memegangi dadanya yang terasa sesak. Seakan ada beban besar yang menghimpit bagian dalam hatinya. "Kenapa Pa?" tanya Yuni. "Dadaku sesak, Ma."Yuni melirik sekilas, "loh kok Papa nangis sih? Ada apa?"Bukannya menjawab Marwan malah semakin terisak, hatinya bagaikan diiris sangat sakit. Namun ia juga tak paham kenapa bisa seperti itu. "Anakku," lirih Marwan pelan. "Maksud kamu apa, Pa?""Anakku. Aku kangen anakku Ma.""Makanya Pa. Jangan kamu habiskan waktumu untuk bekerja, Al juga membutuhkan kamu. Dia juga ingin bermain bersama kamu.""Bukan Al Ma. Papa kangen anak perempuan Papa."Brak! Yuni menggebrak meja dengan kasar. Ia segera berdiri. "Maksud Papa apa? Sejak kapan kamu ingat anak perempuan murahan itu Pa?""Jaga bicara kamu Ma. Kamu tidak ada hak untuk memaki Anita dan juga anakku."Yuni terkekeh mendengar pembelaan dari Marwan. "Oh jadi sekarang kamu mulai membela mereka? Sejak kapan? Kerasukan setan apa kamu Pa?" ujar Yuni dengan sinis. Bukannya menjawa