Share

02. Perjanjian Pra Nikah

'Sutra?' ucap Anita pelan, sembari mengangkat benda itu.

"Untuk apa, Mas Marwan menggunakan ini? Dan dia menggunakan ini bersama siapa?" gumam Anita, bertanya pada dirinya sendiri.

Waktu sudah menunjukkan jam sebelas malam, namun Marwan belum juga kembali. Anita mencoba menghubungi nomornya namun tidak ada satu panggilan pun di jawab olehnya,

"Kemana kamu Mas? Kenapa belum kembali juga?" batin Anita merasa sedih. Dirinya merasa terhina dengan sikap suaminya, apalagi kepergian Marwan yang tanpa pamit setelah pertengkaran mereka.

Anita yang lemah, menumpahkan semua isi hatinya kepada Tuhannya. Dalam sujudnya Anita memohon dikuatkan menjalani ujian ini, apa pun yang terjadi dia meminta diutuhkan rumah tangganya.

Setelah lama Anita merenungkan diri di atas sajadah, tiba-tiba suara motor masuk ke halaman rumahnya, segera Anita merapihkan alat sholatnya, membukakan pintu untuk suaminya.

"Akhirnya kamu pulang, Mas. Kamu dari mana saja?" tanya Anita, ia merasa cemas karena suaminya sudah larut malam belum juga pulang.

"Awas Nita, aku ngantuk," ketus Marwan, mendorong Anita yang menghalangi langkahnya.

Namun ada yang aneh, Anita mencium bau alkohol dari mulut Marwan.

"Kamu mabuk, Mas?" tanya Anita dengan nada kecewa.

"Bawel banget sih kamu sekarang." sentaknya berlalu masuk ke dalam rumah,

"Nita .. Nita ....!" teriak Marwan dari arah kamar,

"Ada apa, Mas?" jawab Anita segera menemui Marwan di dalam kamar.

Begitu sampai di kamar, Anita melihat Marwan sudah melepaskan semua bajunya hanya meninggalkan kolornya saja.

Belum sempat Anita bertanya, tiba-tiba tangannya ditarik dengan kasar.

Dengan kasarnya Marwan mencumbui Anita, bahkan dia juga memaksa Anita untuk melayani nafsunya dalam keadaan mabuk.

"Mas, stop! Sakit, Mas." ucap Anita berusaha melepaskan diri dari kukungan Marwan.

Namun Marwan sama sekali tidak menggubris ucapan, Anita.

Anita hanya bisa menangis, menahan rasa sakit di bagian intinya, bercinta tanpa aba-aba menimbulkan rasa sakit luar biasa.

Anita merasa dirinya dilecehkan oleh Marwan meski pun ia adalah suaminya sendiri.

''Benar-benar jahat kamu, Mas," lirih Anita dalam isak tangisnya.

Setelah Marwan mendapatkan pelepasannya, dia langsung ambruk disebelah Anita, dan tak lama terdengar dengkuran halus.

'Apa aku cuma pelampiasan nafsumu saja, Mas?' gumam Anita dalam hati.

Anita Sangat kecewa dengan sikap suaminya, dia memutuskan untuk tidur di kamar sebelah, ia tidak ingin tidur bersama orang yang tidak punya hati seperti Marwan.

Sebelum subuh Anita sudah bangun dan membersihkan diri, kemudian ia membuatkan sarapan untuk suaminya.

"Nita, siang ini aku berangkat lagi," ucap Marwan pada saat ia tengah menikmati secangkir kopi, dengan senyumanan merkah menatap layar ponsel.

"Baru sehari di rumah, masa sudah berangkat lagi, Mas?" protes Anita yang merasa keberatan dengan ucapan Marwan.

"Lagi banyak proyek Anita," Marwan beralasan,

"Proyek kerja apa proyek hati, Mas?" cibir Anita dengan nada gurauan.

"Kamu kenapa, Anita? Kamu nuduh aku selingkuh gitu? Apa kamu yang selingkuh? Anak siapa yang kamu kandung itu?" bentak Marwan menyangkal ucapan Anita, dirinya tidak terima dengan tuduhan Anita.

Anita sudah tidak tahan lagi dengan semua tuduhan suaminya yang jelas-jelas tidak ia lakukan, Anita berlalu menuju kamarnya dan kembali lagi kehadapan Marwan dan menyerahkan kalender yang biasa ia beri tanda hari pertama dan terakhir ia datang bulan.

"Ini, Mas. Kamu liat sendiri tanggal berapa aku datang bulan dan tanggal berapa aku selesai datang bulan, bahkan tanggal kamu pulang saja aku catet, Mas." ujar Anita menyerahkan benda itu pada Marwan,

"dan kamu harus ingat, Mas. Bagaimana aku memasukan lelaki lain ke rumah ini, saat tidak ada kamu? Apa kamu lupa dengan tugasku yang setiap hari harus mengurus ibu yang sedang sakit, bahkan hampir setiap malam aku tidur di rumah ibu karena takut terjadi hal buruk pada ibu. Apa kamu melupakan itu?" papar Anita lagi, sedangkan Marwan hanya diam tanpa sepatah kata.

Dalam hatinya Marwan membenarkan semua yang Anita ucapkan, selama ini memang tidak ada yang perduli sama ibunya, mungkin jika tidak ada Anita entah bagaimana nasib ibunya sekarang ini.

"Dek, Sayang. Maafkan, Mas yang sudah menuduhmu keterlaluan. Mas percaya sekali jika itu anak, Mas. Maafkan Mas khilaf, sampai tega melukai hatimu." ucap Marwan dengan suara lemah,

Anita mengucapkan rasa syukur dalam hatinya,

'Akhirnya satu usahaku membuatmu percaya terwujud Mas. Sekarang aku harus memikirkan bagaimana caranya agar cintamu kembali padaku,' lirih Anita dalam hati.

"Jadi sekarang mau jadi ke rumah sakit periksa anak kita kan, Dek?" tanya Marwan pada Anita,

"Iya, Mas. Sebentar aku siap-siap dulu." jawab Anita yang berlalu menuju kamarnya,

"Mas tunggu diluar ya, Dek." teriak Marwan, sambil berlalu keluar rumah untuk memanaskan mobilnya,

Anita hanya mengacungkan jempolnya sebagai jawaban.

'Allhamdulilah. Sekarang kamu tidak perlu takut lagi tidak diakui, Sayang. Karena Ayah sudah kembali lagi pada kita.' ucap Anita yang mengusap perut ratanya.

Lima belas menit berlalu Anita selesai berganti baju, senyum yang mengembang terus terpancar dari wajah cantiknya.

Anita sangat bahagia dengan momen ini, karena ini adalah momen pertama kali, Anita akan memeriksa anak dalam kandungannya bersama suami tercinta.

"Sudah siap, Dek?" tanya Marwan sebelum melanjutkan mobilnya,

"Sudah, Mas." jawab Anita singkat, namun senyuman indah tidak pernah luntur dari bibir tipisnya.

Satu jam berlalu mereka habiskan di rumah sakit, dokter menjelaskan jika kondisi anak dan ibunya sehat dan berkembang dengan baik.

Namun dokter tetap memberikan sedikit wejangan, agar sang suami lebih menjaga lagi mood istrinya, karena di trimester pertama kandungan sangat rentan keguguran.

Setelah menembus obat di apotek, pasangan suami istri itu besiap untuk pulang. Namun Anita tiba-tiba kepikiran sahabatnya,

"Mas, kamu tahu enggak sahabatku Amel?" tanya Anita tiba-tiba,

"Iya kenapa memangnya?" jawab Marwan, yang sibuk dengan kemudinya,

"Itu lho, Mas. Suaminya Amel selingkuh, mana selingkuhannya sudah punya dua anak lagi. Sedangkan Amel, masih muda cantik, untung Amel belum punya anak." ujar Anita bercerita menggebu-gebu.

"Terus urusannya sama aku apa?" tanya Marwan, yang seperti orang ketakutan beberapa kali ia mengusap wajahnya dengan kasar, dan berusaha fokus kembali pada kemudinya,

"Ya tidak ada, Mas. Aku hanya bercerita saja sama kamu, aku percaya kok jika suami aku sangat setia, meski pun kita selalu menjalani hubungan jarak jauh." ucap Anita dengan nada manja,

"Nah itu kamu tahu," jawab Marwan, dengan mata berbinar.

"Ya tahu lah, kitakan sudah membuat perjanjian pra nikah. Siapa pun diantara kita yang selingkuh, maka semua aset rumah mobil dan tanah akan menjadi milik orang yang di selingkuhi. Kamu ingatkan, Mas?" tanya Anita sembari mengedipkan sebelah matanya.

Mendengar kalimat itu, Marwan langsung mengerem mendadak.

Comments (43)
goodnovel comment avatar
Dessy Chandra
ya ampun laki laki selingkuh harus di hajar ya bagus nya
goodnovel comment avatar
Tri Hesti
rasain tuh kamu diingetin dengan perjanjian pra nikah,siap2 saja kehilangan asetmu Marwan...
goodnovel comment avatar
Mood Die
marwan merasa kesindir dgn cerita nita
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status