Saat melihat Alvaro kembali dengan menunjukkan ekspresi dingin di wajah tampannya, Rinoa langsung tahu bahwa pembicaraan antara dia dan Floella tidak berjalan baik. Pria itu sama sekali tidak menyembunyikan rasa muaknya terhadap Floella.Sementara itu, Valina terlihat agak tidak fokus. Dia justru bertanya, "Kak Alvaro, dia bilang apa ke kamu? Misalnya menjelek-jelekkanku ...."Alvaro menatapnya, lalu menyela, "Memangnya kamu melakukan apa sampai dia perlu marah?"Valina mengangkat gelas jus dan membalas sambil manyun, "Nggak ada kok. Aku nggak segabut itu!"Rafael berjalan masuk. Dia melirik sekilas ke arah Alvaro, tetapi tidak mengatakan apa-apa soal kejadian di luar barusan. Dia khawatir bahwa Rinoa akan merasa tidak nyaman. Bagaimanapun, kekasihnya dipeluk oleh wanita lain di depan umum. Siapa yang tidak akan merasa kesal?Mario malah tertawa sinis sebelum bertanya, "Untuk apa kamu sampai bertanya ke adikmu segala? Yang keterlaluan itu Floella. Dia bisa-bisanya menguntit sampai ke t
Rinoa keluar dari ruangan kantor Alvaro. Sekretaris lain di perusahaan menghampiri Rinoa dan memberi hormat. Dia membantu Rinoa memegang tasnya sambil berucap, "Bu Rinoa, Pak Alvaro tunggu kamu makan siang bersama di restoran. Dia suruh orang antar kamu ke sana setelah kamu selesai istirahat."Sekretaris menambahkan, "Ini kopi yang disiapkan Pak Alvaro untukmu. Kamu bisa minum di perjalanan."Rinoa hanya tersenyum tipis. Dia menghadapi sanjungan dari para karyawan dengan santai. Rinoa sangat percaya diri dan tenang. Dia memang pantas menerima semua perhatian ini.Semua orang menganggap Rinoa sebagai istri bos. Floella terkejut. Ruangan kantor Alvaro adalah wilayah pribadinya yang dipenuhi dokumen rahasia. Dia malah membiarkan Rinoa menjadikannya tempat istirahat.Alvaro benar-benar perhatian kepada Rinoa. Sementara itu, Floella tidak berhak masuk ke ruang kerja Alvaro di rumah selama 3 tahun ini. Terkadang, apa perlu memastikan berulang kali seseorang mencintaimu atau tidak?Kayden mer
"Maaf," ucap Floella. Dia tiba-tiba ingin menangis.Carlo merasa kesal, tetapi dia tidak tega melihat Floella sedih. Carlo menanggapi, "Nggak usah minta maaf. Penyesalan selalu datang di akhir. Kalau di awal, itu namanya pendaftaran."Floella ingin menangis dan juga tertawa. Sebenarnya Carlo tahu Floella akan datang. Sabrina yang tidak bisa menjaga rahasia sudah memberi tahu Carlo semuanya.Carlo mendongak, lalu menghela napas dan berujar, "Belum terlambat. Asalkan kamu sudah menyadari kesalahanmu, masih sempat untuk memulai hidup baru. Orang yang punya kemampuan hebat sepertimu pasti diterima di perusahaan mana pun. Aerosoul akan makin berjaya dengan bantuanmu."Floella memiliki kemampuan yang menonjol. Dulu dia khusus direkrut oleh lembaga penelitian. Seharusnya bakat Floella tidak terkubur.Selama ini, semua orang mengira drone UN2 yang mereka kagumi itu adalah hasil penelitian Carlo. Banyak orang ingin menyanjung Aerosoul karena drone UN2.Sebenarnya drone UN2 adalah prestasi gemil
Rinoa sudah mendapatkan sertifikat pilot drone. Dia sangat menguasai cara untuk mengendalikan drone.Semua orang di tempat bersorak. Rinoa sangat hebat dan percaya diri. Pantas saja, Alvaro bisa jatuh cinta pada pandangan pertama.Wanita seperti Rinoa memang memiliki modal untuk menarik perhatian pria. Floella juga mengakui Rinoa memang memesona. Sifatnya lembut dan auranya elegan.Sejak kecil, Rinoa sudah dididik dengan baik. Dia pintar dan tekun, bahkan dia mempunyai paras yang cantik. Rinoa selalu menjadi pusat perhatian di mana pun.Namun, Rinoa mendapatkan semuanya dengan mencuri. Dulu, ibunya Rinoa dan ibunya Floella adalah teman baik. Latar belakang ibunya Rinoa tidak bagus, jadi ibunya Floella membantu ibunya Rinoa untuk membayar uang sekolah dan menyokongnya untuk mendapatkan gelar sarjana.Akhirnya, ibunya Rinoa malah memplagiat makalah akademik yang dibuat ibunya Floella dengan susah payah selama 2 tahun. Ibunya Rinoa merebut kerja keras ibunya Floella dan menjadikan makalah
"Kamu nggak tahu?" balas Lareina. Dia merasa ada yang tidak beres. Lareina mengomel, "Beberapa hari yang lalu aku memesan tiket liburan 2 hari di Gunung Corrado untuk kalian. Semalam waktu aku tanya Alvaro, dia bilang sudah memberikan tiketnya padamu."Floella terkejut. Alvaro tidak mengabarinya. Sudah jelas Alvaro tidak ingin liburan bersama Floella. Jadi, dia sengaja membohongi Lareina.Floella berujar, "Nenek, aku ada urusan mendadak. Jadi ...."Lareina menyergah, "Hari ini akhir pekan! Memangnya kamu ada urusan apa? Kamu nggak usah bantu anak sialan itu tutupi kebenarannya. Begini saja, kamu pergi ke sana sekarang. Aku sudah siapkan semuanya untuk kalian, biar aku yang desak anak sialan itu!"Floella ingin menghentikan, "Nenek, sebenarnya kami sudah ....""Kalian kenapa?" tanya Lareina. Nada bicaranya menjadi lembut kembali saat memperhatikan Floella.Tentu saja, Lareina tidak tahu Floella dan Alvaro akan bercerai. Ternyata Alvaro belum memberi tahu anggota Keluarga Sagara. Kalau t
"Nggak usah, aku turun gunung sekarang," sahut Floella. Dia tidak berminat untuk mengganggu mereka.Begitu Floella bergerak, tangannya digenggam oleh tangan Alvaro yang hangat. Dia bertatapan dengan Alvaro yang tetap terlihat tenang. Alvaro berkata, "Kamu tetap di sini, aku yang ganti kamar."Floella mengernyit. Dia hendak melepaskan tangan Alvaro, tetapi Alvaro sudah melepaskannya terlebih dahulu. Dia ingin menjaga jarak dengan Floella.Alvaro berucap, "Kalau kamu pergi sekarang, aku kesulitan memberi Nenek penjelasan."Floella memahami maksud Alvaro. Dia bertanya dengan ekspresi heran, "Kamu mau aku membantumu dan Rinoa menutupi kebenarannya?"Jadi, Alvaro bisa lebih mudah memberi penjelasan kepada Lareina. Sebenarnya Alvaro menganggap Floella sebagai apa?Alvaro menatap Floella sambil merapikan lengan bajunya. Dia menyahut, "Kalau kamu nggak datang, masalahnya nggak akan begitu repot."Seketika Floella merasa geram. Jadi, Alvaro menganggap Floella yang mencari masalah sendiri?Floel
Alvaro benar-benar mengganti kamar. Dia keluar bersama Rinoa pagi-pagi. Seharusnya semalam mereka berdua ... bermalam di kamar yang sama.Tiba-tiba Floella merasa mual. Dia menghindari kedua orang itu dan kembali ke kamar. Floella buru-buru pergi ke kamar mandi untuk muntah. Alhasil, dia tidak memuntahkan apa pun.Belakangan ini, Floella tidak selera makan. Apa mungkin kondisinya jauh lebih buruk dari bayangannya? Dia memandangi dirinya yang tampak lesu di cermin. Floella bergidik, dia terlalu lemah.Floella hanya bisa bersyukur dia sadar sebelum semuanya terlambat. Dia masih mempunyai waktu untuk kembali menjadi dirinya sendiri.Floella langsung merias wajahnya lagi agar dia terlihat lebih bersemangat. Saat menyuruh pihak penginapan mengurus mobil untuk turun gunung, Floella ditelepon neneknya.Nenek Floella jarang tersenyum. Kakeknya mati muda sehingga neneknya harus fokus untuk membesarkan anak. Sejak ibu Floella meninggal, neneknya makin pendiam. Dia hanya mengkhawatirkan masalah F
Floella mengepalkan tangannya dan berkata dengan tenang, "Sekadar informasi, nggak ada yang mau bintitan."Floella tidak ingin menjelaskan karena merasa tidak perlu. Alvaro menatap Floella lekat-lekat. Ekspresi Alvaro terlihat datar.Valina menyalahkan Floella, "Omong kosong! Kalau bukan karena tertangkap basah olehku, kamu pasti nggak mau mengakuinya. Menyebalkan sekali! Ini penginapan yang fasilitasnya sangat lengkap. Untuk apa kamu ikut? Kami nggak membutuhkanmu!"Selama 3 tahun, Valina sering pergi ke rumah kakaknya untuk menghindari omelan ibunya saat akhir pekan atau hari libur. Floella yang menjaga Valina seperti ibunya.Valina sudah terbiasa dengan perlakuan Floella. Jadi, dia langsung mengira Floella sengaja mencari masalah dengan dalih ingin menjaga mereka."Ada apa ini?" tanya Joel. Dia dan Janet keluar secara bergantian. Joel melirik sekilas Floella yang dikucilkan, lalu menambahkan sembari tersenyum, "Pak Alvaro, kenapa suasananya begitu tegang?"Valina masih muda, tetapi
Leonel masih terlihat kurus. Kondisinya setelah menjalani kemoterapi sangat buruk. Dia selalu memakai topi rajut.Ketika Floella datang, Leonel sedang berjemur di balkon.Floella tanpa sadar teringat penampilannya setelah dirinya mulai menjalani kemoterapi. Dia melamun sejenak sebelum menyerahkan dua hadiah di tangannya. Katanya, "Paman, selamat ulang tahun. Ini hadiah yang aku dan Alvaro siapkan untukmu."Hadiah yang Floella siapkan untuk Leonel adalah buku-buku fisika yang cukup langka. Dia menghabiskan waktu yang sangat lama untuk menemukannya.Leonel adalah profesor fisika. Dia pernah menjadi tokoh yang sangat berpengaruh di dunia pendidikan dan telah mendidik banyak murid hebat. Dia mencintai fisika sepanjang hidupnya. Jika bukan karena kejadian dulu, mungkin sekarang dia sudah setara dengan Enrico.Sementara itu, hadiah dari Alvaro yang Floella bantu siapkan adalah sebuah pulpen mewah bermerek. Pulpen seharga 20-an juta cukup berguna untuk pamannya. Ini juga sesuai dengan gaya Al
Floella tidak bisa mengungkapkan perasaannya. Tidak bisa disebut kecewa, tetapi rasanya ironis. Jika dipikir-pikir, benar juga. Bagaimana mungkin Alvaro tega tidak memberikan status kepada wanita yang dicintainya?Joel menarik Floella ke tempat parkir pintu masuk.Floella melepaskan tangannya dari genggaman Joel terlebih dulu, lalu bertanya dengan datar, "Apa ada yang mau kamu katakan?"Joel bersandar di pintu mobil. Dia sebenarnya tahu Floella sedang sangat marah. Orang yang menusuknya dari belakang ada ayahnya, suaminya, adiknya, bahkan ... termasuk dirinya?Namun, Joel tahu posisinya di dalam hati Floella lebih tinggi dari mereka. Floella pasti akan mendengar perkataannya."Kamu jelas-jelas tahu Alvaro nggak mungkin ada hubungan dengan Tifanny," tutur Joel. Dia menyalakan sebatang rokok sebelum melanjutkan, "Dia sangat peduli pada Rinoa. Siapa pun bisa melihatnya."Floella tertegun. Semua orang berpikir seperti itu."Mengenai Tifanny, bagaimanapun dia juga adikku. Aku nggak bisa dia
Ucapan Tifanny membuat Sabrina mengernyit dengan marah. Dia hendak mengatakan sesuatu, tetapi Floella menahannya sambil menggeleng.Pada saat ini, Floella menyadari bahwa tatapan Rinoa sedang tertuju padanya. Jelas sekali Rinoa sudah mendengar ucapan Tifanny barusan.Rinoa mengangkat alisnya dan tersenyum tipis. Kemudian, dia berbicara kepada Alvaro dan Mario yang ada di sampingnya. Katanya, "Aku masuk dulu."Sikap Rinoa yang anggun dan tenang membuat Floella tampak sangat malu dan serba salah. Floella bisa menebak apa yang sedang dipikirkan Rinoa. Namun, itu sudah tidak penting. Lagi pula, dia sudah tidak menginginkan Alvaro. Bertarung dengan pikiran sendiri juga tidak akan menyelesaikan masalah.Suasana hati Adrian sedang buruk. Floella datang dan terus membuat keributan. Apa yang akan dipikirkan oleh Alvaro?Bagaimana Adrian bisa melanjutkan pembicaraan? Dia menggeleng seolah-olah hatinya terluka karena Floella, lalu berbicara pada Alvaro. Katanya, "Pak Alvaro, kita berkumpul lagi d
Floella buru-buru tiba di restoran privat bergaya rumah tradisional. Restoran ini hanya menerima reservasi harian. Begitu masuk, Floella langsung melihat Sabrina yang ekspresinya tampak marah dan Tifanny dengan rambut acak-acakan di hadapannya."Apa yang terjadi?" tanya Floella dengan ekspresi dingin. Dia menghampiri dan memeriksa apakah Sabrina terluka atau tidak, lalu menemukan bekas cakaran merah di lehernya.Tifanny berteriak, "Kalian sama saja! Kayak ibu-ibu cerewet yang nggak bisa bicara pakai logika!"Sabrina berdiri seraya menimpali, "Kamu punya logika?"Sabrina menggertakkan gigi sebelum menambahkan, "Kalau nggak makan di sini, aku nggak akan tahu ternyata ayahmu bawa anak haram ini untuk bertemu Alvaro! Dia mau menjadikan kakak ipar sebagai kekasih! Cih! Nggak tahu malu!"Ketika datang ke sini, Sabrina kebetulan mendengar pembicaraan di dalam ruang privat. Adrian memperkenalkan putri tidak sahnya kepada Alvaro dan ingin membiarkan Tifanny belajar dengan Alvaro. Belajar apa? B
Sebenarnya, Alvaro menyadari bahwa Floella tidak nyaman saat duduk di sampingnya. Floella terus melihatnya. Alvaro melirik pelan ke arah Floella, lalu tiba-tiba bertanya, "Apa kamu sudah bisa menyesuaikan diri di perusahaan baru?"Floella menggigit bibir dan menjawab, "Lumayan. Aku suka pekerjaanku yang sekarang.""Tampaknya, bekerja di Bluford membuatmu cukup menderita," timpal Alvaro.Floella mengernyit. Sebenarnya, pekerjaan humas di Bluford bukan keahliannya. Dia bekerja di sana demi bisa dekat dengan Alvaro dan menumbuhkan perasaan. Sayangnya, Alvaro tidak pernah peduli apa yang dia inginkan.Alvaro juga tidak peduli dengan jawaban Floella. Ada notifikasi pesan WhatsApp yang muncul di iPad yang sedang dia pegang.Alvaro sepertinya juga berwaspada terhadap Floella. Dia membalikkan layar iPad ke arah meja. Floella yang paham maksudnya langsung mengalihkan pandangan.Alvaro bertanya, "Aku ada urusan penting. Apa kamu bisa naik taksi ke perusahaan?" Meskipun terdengar seperti bertan
Selesai berbicara, Alvaro melepaskan dasi dan bersiap untuk mandi. Ketika melewati Floella, pandangannya hampir tidak tertuju pada Floella sedikit pun. Seakan-akan menatap Floella cukup lama adalah bentuk ketidaksetiaan pada Rinoa.Setiap kali melihat Floella, Alvaro akan menyadari wajah Floella yang pucat dan tampak sakit.Floella yang baru sadar langsung mengerti maksud Alvaro. Wajahnya seketika memerah dan terasa panas. Di balik ekspresinya yang malu, ada rasa canggung dan keterkejutan yang tidak bisa diungkapkan. Alvaro mengira Floella mau berhubungan badan dengannya?"Kamu sudah berpikir terlalu jauh," tutur Floella. Dia menarik napas dalam-dalam sebelum menegaskan, "Malam ini, aku tidur di kamar tamu."Begitu mendengar ucapan Floella, Alvaro menoleh. Wajahnya yang tampan dan menawan tidak menunjukkan ekspresi.Floella sudah pergi tanpa berbasa-basi. Jika dipikir-dipikir, dia pasti akan merasa canggung setelah ditolak.Alvaro tersenyum tipis sejenak, lalu berjalan masuk ke kamar m
Ketika tiba di rumah pengantin, waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Jam sibuk di malam hari membuat Floella tertunda cukup lama.Begitu melihat Floella kembali, Ratna sangat terkejut. Dia bertanya, "Nyonya sudah pulang? Sudah makan belum? Saya siapkan sesuatu, ya?"Floella membalas dengan sopan, "Nggak perlu repot-repot. Aku sebentar lagi pergi."Ratna bertanya dengan cemas, "Kenapa baru pulang malah mau pergi lagi? Apa ... Nyonya dan Tuan bertengkar?"Floella membuka rak sepatu dan mencari sandal sekali pakai sembari menyahut, "Nggak."Mereka memang tidak bertengkar. Alvaro terbiasa mengabaikan Floella. Yang lebih menyakitkan dibandingkan tidak cinta adalah sikap cueknya. Selain beberapa hari yang sudah ditetapkan, mereka hampir tidak berkomunikasi, apalagi bertengkar.Mereka memang tidak pernah bertengkar dan hanya mau bercerai saja.Ratna bertanggung jawab membersihkan rumah ini sejak Alvaro dan Floella menikah. Dia tahu watak Floella. Menurutnya, Floella keras kepala.Ratna tak
Rafael sedikit terkejut melihat Floella menerima permintaan pertemanannya. Dia juga tidak tahu mengapa dirinya menambahkan Floella. Dia bahkan tidak tahu harus bagaimana menyapa wanita itu. Rasanya sedikit aneh.Pada akhirnya, Rafael tidak menyapa Floella, melainkan melihat-lihat media sosial wanita itu. Posting di media sosial Floella tidak banyak, sepertinya dia atur agar semuanya bisa terlihat. Posting terakhir yang Floella unggah sudah sekitar dua minggu yang lalu. Itu adalah foto sebuah gedung rumah sakit dengan keterangan.[ Nggak mengejutkan. Aku datang sendiri. Semoga hasilnya bagus .... ]Rafael membayangkan wajah Floella yang tenang saat itu. Jelas sekali Floella pergi menemui dokter sendirian.Kemudian, Rafael menggeser layar ponselnya ke bawah. Sebagian besar berisi tentang kehidupan sehari-hari. Bisa dilihat bahwa Floella sangat mencintai hidup. Dia suka mengunggah kue dan masakan yang dibuatnya, bunga yang dibelinya, dan rumahnya yang dibereskan dengan rapi.Terasa hanga
Floella terkejut bukan main dan segera menghindar.Seorang gadis berseru dari belakangnya, "Maaf, Kak! Drone-ku sepertinya bermasalah dan kehilangan kontrol. Apa Kakak terluka?"Floella menoleh. Gadis itu berusia belasan tahun dan mengenakan gaun rumah sakit. Wajahnya yang cantik seperti boneka dipenuhi rasa bersalah.Floella menggeleng dan berucap, "Nggak apa-apa."Gadis itu menghela napas lega dan berkata, "Syukurlah. Aku nggak tahu apa yang terjadi, tiba-tiba saja drone ini hilang kendali."Floella menatap drone di depannya, lalu menitipkan kotak biskuit di tangannya pada gadis itu. Dia bertanya, "Kamu keberatan kalau aku memeriksanya untukmu?"Gadis itu terkejut, tetapi segera menjawab, "Nggak, kok!" Saat menerima kotak biskuit Floella, matanya berbinar melihat biskuit-biskuit kecil di dalamnya.Floella mematikan drone itu. Setelah memeriksanya sebentar, dia berkata, "Seharusnya ada malafungsi pada sistem penerbangannya, makanya bisa melenceng dari rute yang ditetapkan. Harus dicek