Alvaro benar-benar mengganti kamar. Dia keluar bersama Rinoa pagi-pagi. Seharusnya semalam mereka berdua ... bermalam di kamar yang sama.Tiba-tiba Floella merasa mual. Dia menghindari kedua orang itu dan kembali ke kamar. Floella buru-buru pergi ke kamar mandi untuk muntah. Alhasil, dia tidak memuntahkan apa pun.Belakangan ini, Floella tidak selera makan. Apa mungkin kondisinya jauh lebih buruk dari bayangannya? Dia memandangi dirinya yang tampak lesu di cermin. Floella bergidik, dia terlalu lemah.Floella hanya bisa bersyukur dia sadar sebelum semuanya terlambat. Dia masih mempunyai waktu untuk kembali menjadi dirinya sendiri.Floella langsung merias wajahnya lagi agar dia terlihat lebih bersemangat. Saat menyuruh pihak penginapan mengurus mobil untuk turun gunung, Floella ditelepon neneknya.Nenek Floella jarang tersenyum. Kakeknya mati muda sehingga neneknya harus fokus untuk membesarkan anak. Sejak ibu Floella meninggal, neneknya makin pendiam. Dia hanya mengkhawatirkan masalah F
Floella mengepalkan tangannya dan berkata dengan tenang, "Sekadar informasi, nggak ada yang mau bintitan."Floella tidak ingin menjelaskan karena merasa tidak perlu. Alvaro menatap Floella lekat-lekat. Ekspresi Alvaro terlihat datar.Valina menyalahkan Floella, "Omong kosong! Kalau bukan karena tertangkap basah olehku, kamu pasti nggak mau mengakuinya. Menyebalkan sekali! Ini penginapan yang fasilitasnya sangat lengkap. Untuk apa kamu ikut? Kami nggak membutuhkanmu!"Selama 3 tahun, Valina sering pergi ke rumah kakaknya untuk menghindari omelan ibunya saat akhir pekan atau hari libur. Floella yang menjaga Valina seperti ibunya.Valina sudah terbiasa dengan perlakuan Floella. Jadi, dia langsung mengira Floella sengaja mencari masalah dengan dalih ingin menjaga mereka."Ada apa ini?" tanya Joel. Dia dan Janet keluar secara bergantian. Joel melirik sekilas Floella yang dikucilkan, lalu menambahkan sembari tersenyum, "Pak Alvaro, kenapa suasananya begitu tegang?"Valina masih muda, tetapi
Ternyata ini adalah tujuan utama Joel. Dia mengkhawatirkan Floella bukan karena hubungan mereka dulu, melainkan karena dia akan bekerja sama dengan Bluford.Bagaimanapun, Floella adalah istrinya Alvaro. Bagi Joel, jika Floella tidak tahu diri dan membuat Alvaro marah, kerja sama Joel dengan Bluford akan terpengaruh.Floella memandangi Joel dan bertanya, "Kamu cuma ingin membicarakan hal ini denganku?""Bukan," sahut Joel. Dia mematikan rokoknya, lalu melihat Floella dan berpesan, "Janet nggak tahu masalah kita. Jangan berbuat macam-macam waktu bersama dia."Joel bermaksud menyuruh Floella jangan bicara sembarangan? Floella tiba-tiba ingin tertawa. Semua masalah yang terjadi hari ini membuat Floella sedih."Kak," panggil Floella dengan tenang. Dia melanjutkan, "Kalau dia penasaran bagaimana kamu menjadi kakakku, mungkin aku bisa bicara dengannya. Tapi, apa kita punya masalah lain?"Joel mengernyit, lalu tersenyum dan mengomentari, "Kamu memang sudah dewasa. Dulu semua orang tahu perasaa
Floella yang gugup tanpa sadar menggenggam sendoknya dengan erat. Dia berkata, "Nggak, aku sehat-sehat saja. Mungkin karena terlalu sibuk, aku sering telat makan."Floella makin kurus setelah sakit. Dia tidak selera makan dan tubuhnya tidak bisa menyerap makanan dengan baik. Alvaro dan Joel tidak menyadarinya.Hanya Glenda yang mencintai Floella langsung menyadari ada yang tidak beres dengan Floella. Namun, Floella tidak bisa mengungkap kebenarannya.Glenda sudah tua. Dia tidak bisa menghadapi tekanan lagi setelah ibunya Floella meninggal. Paman Floella yang bernama Leonel dirawat di sanatorium karena mengidap kanker hati. Jika Floella tumbang, mereka pasti tidak bisa terima.Glenda merasa kondisi Floella tidak baik. Dia yang khawatir bertanya, "Flo, apa kamu nggak senang? Kamu bertengkar dengan Alvaro?"Kalau tidak, kenapa Alvaro tidak menemani Floella datang? Floella meletakkan sendoknya, lalu memeluk Glenda dan menjawab, "Nggak, kami baik-baik saja. Kamu nggak usah khawatir, lain ka
Melihat orang yang datang, ekspresi Sabrina menjadi muram. Dia membentak, "Feric, kamu gila ya?"Feric mengernyit. Dia menatap Sabrina seraya memperingatkan, "Bu Rinoa datang dengan niat baik. Kalian benar-benar nggak sopan menolak untuk bertemu dengannya!"Tatapan Feric tertuju pada Floella. Dia terkejut. Floella tinggi dan ramping, lehernya jenjang. Posturnya sangat bagus, sudah jelas dia mendapatkan didikan yang bagus sejak kecil.Rambut hitam Floella yang keriting diselipkan ke belakang telinga. Kulitnya putih dan mulus. Riasannya yang tipis tidak mengurangi kecantikan wajahnya yang menonjol. Bentuk matanya yang indah membuatnya terlihat elegan.Kecantikan Floella terlalu mencolok. Feric yang terkejut tertawa dan mengomentari, "Jangan-jangan, dia ini tamu penting kalian? Dia itu ibu rumah tangga yang cuma bisa bersih-bersih. Apa pantas kalian menolak bertemu Bu Rinoa demi dia?"Tentu saja Feric mengenal Floella. Bagaimanapun, Floella adalah sahabat adiknya. Feric tahu Floella sudah
Kayden yang tersadar menyahut, "Pak Alvaro, hari ini Bu Floella nggak naik."Itu berarti Floella tidak mengantar makan siang. Alvaro menyipitkan matanya seraya merenung.Kayden menjelaskan, "Aku sudah tanya humas, mereka bilang Bu Floella nggak datang kerja. Dia sudah resmi mengundurkan diri. Pak Alvaro, apa Bu Floella merajuk denganmu?"Dulu, Floella datang untuk mengantar makanan setiap hari. Biasanya Alvaro tidak pernah menyentuh makanan yang disiapkan Floella. Terkadang dia menyuruh Kayden membuangnya.Floella sudah mengundurkan diri? Sebenarnya Alvaro tidak menganggap serius masalah pengunduran diri Floella. Dia tahu Floella membutuhkan pekerjaan bergengsi dan bergaji tinggi ini. Namun, sekarang ....Tak lama lagi, Floella yang sudah menenangkan dirinya pasti kembali. Alvaro hanya tersenyum sinis, lalu membuka ponselnya. Dia mencari WhatsApp Floella.Terakhir kali Floella mengirim pesan kepada Alvaro 1 minggu yang lalu. Dia bertanya Alvaro pulang makan atau tidak.Sejak Alvaro tid
Floella dan Carlo berdiri berdampingan. Entah apa yang mereka bicarakan. Namun, semua orang tahu keduanya memakai syal kopel. Pria dan wanita dewasa yang memakai syal kopel pasti mempunyai hubungan spesial.Alvaro memandang ke arah Floella dan Carlo. Kebetulan Floella sedang menepuk punggung Carlo. Mereka berdua terlihat mesra.Mario mencibir dan berkomentar, "Kita terlalu meremehkannya. Dia nggak punya kemampuan apa pun, tapi pintar menggaet pria."Rafael juga mengernyit. Dia melihat Floella lagi. Sebelumnya Floella melihatnya dengan tatapan dingin. Dibandingkan dengan tatapan Floella pada Carlo, sudah jelas perlakuan Floella pada Carlo berbeda.Mario yang bingung bertanya, "Aneh, bagaimana dia bisa kenal dengan Carlo?"Sekarang Aerosoul milik Carlo memang baru berkembang dengan stabil, tetapi latar belakang Carlo sangat hebat. Kemampuan Carlo membuatnya masuk dalam jajaran eselon satu di dalam negeri. Seharusnya orang seperti Floella tidak bisa berhubungan dengan Carlo."Alvaro?" pan
Keesokan siangnya, Valina yang pulang dari sekolah datang ke rumah Alvaro dan Floella seperti biasanya. Valina kelaparan. Dia langsung memanggil begitu masuk ke rumah, "Floella?"Orang yang menyambut Valina adalah pelayan. Dia mengambil tas sekolah Valina dan berucap, "Nona, Nyonya nggak ada di rumah."Valina terkejut. Dia bertanya sembari mengernyit, "Bukannya biasanya dia sudah selesai masak di jam-jam begini?"Valina juga tahu Floella mengantar makan siang untuk kakaknya. Rumah ini sangat dekat dengan Bluford. Setiap hari, Floella akan menyiapkan bahan makanan terlebih dahulu sebelum pergi kerja. Saat jam istirahat makan siang, dia akan bergegas pulang untuk memasak.Kemudian, Floella akan meminta Kayden mengantar makanan untuk Alvaro. Biarpun Alvaro tidak ingin bertemu dengannya, Floella tetap tidak menyerah.Hari ini, Valina datang karena ingin makan masakan Floella. Biarpun tidak memiliki keahlian apa pun, Floella bisa menguasai sesuatu yang dipelajarinya dalam waktu singkat. Mas
Leonel masih terlihat kurus. Kondisinya setelah menjalani kemoterapi sangat buruk. Dia selalu memakai topi rajut.Ketika Floella datang, Leonel sedang berjemur di balkon.Floella tanpa sadar teringat penampilannya setelah dirinya mulai menjalani kemoterapi. Dia melamun sejenak sebelum menyerahkan dua hadiah di tangannya. Katanya, "Paman, selamat ulang tahun. Ini hadiah yang aku dan Alvaro siapkan untukmu."Hadiah yang Floella siapkan untuk Leonel adalah buku-buku fisika yang cukup langka. Dia menghabiskan waktu yang sangat lama untuk menemukannya.Leonel adalah profesor fisika. Dia pernah menjadi tokoh yang sangat berpengaruh di dunia pendidikan dan telah mendidik banyak murid hebat. Dia mencintai fisika sepanjang hidupnya. Jika bukan karena kejadian dulu, mungkin sekarang dia sudah setara dengan Enrico.Sementara itu, hadiah dari Alvaro yang Floella bantu siapkan adalah sebuah pulpen mewah bermerek. Pulpen seharga 20-an juta cukup berguna untuk pamannya. Ini juga sesuai dengan gaya Al
Floella tidak bisa mengungkapkan perasaannya. Tidak bisa disebut kecewa, tetapi rasanya ironis. Jika dipikir-pikir, benar juga. Bagaimana mungkin Alvaro tega tidak memberikan status kepada wanita yang dicintainya?Joel menarik Floella ke tempat parkir pintu masuk.Floella melepaskan tangannya dari genggaman Joel terlebih dulu, lalu bertanya dengan datar, "Apa ada yang mau kamu katakan?"Joel bersandar di pintu mobil. Dia sebenarnya tahu Floella sedang sangat marah. Orang yang menusuknya dari belakang ada ayahnya, suaminya, adiknya, bahkan ... termasuk dirinya?Namun, Joel tahu posisinya di dalam hati Floella lebih tinggi dari mereka. Floella pasti akan mendengar perkataannya."Kamu jelas-jelas tahu Alvaro nggak mungkin ada hubungan dengan Tifanny," tutur Joel. Dia menyalakan sebatang rokok sebelum melanjutkan, "Dia sangat peduli pada Rinoa. Siapa pun bisa melihatnya."Floella tertegun. Semua orang berpikir seperti itu."Mengenai Tifanny, bagaimanapun dia juga adikku. Aku nggak bisa dia
Ucapan Tifanny membuat Sabrina mengernyit dengan marah. Dia hendak mengatakan sesuatu, tetapi Floella menahannya sambil menggeleng.Pada saat ini, Floella menyadari bahwa tatapan Rinoa sedang tertuju padanya. Jelas sekali Rinoa sudah mendengar ucapan Tifanny barusan.Rinoa mengangkat alisnya dan tersenyum tipis. Kemudian, dia berbicara kepada Alvaro dan Mario yang ada di sampingnya. Katanya, "Aku masuk dulu."Sikap Rinoa yang anggun dan tenang membuat Floella tampak sangat malu dan serba salah. Floella bisa menebak apa yang sedang dipikirkan Rinoa. Namun, itu sudah tidak penting. Lagi pula, dia sudah tidak menginginkan Alvaro. Bertarung dengan pikiran sendiri juga tidak akan menyelesaikan masalah.Suasana hati Adrian sedang buruk. Floella datang dan terus membuat keributan. Apa yang akan dipikirkan oleh Alvaro?Bagaimana Adrian bisa melanjutkan pembicaraan? Dia menggeleng seolah-olah hatinya terluka karena Floella, lalu berbicara pada Alvaro. Katanya, "Pak Alvaro, kita berkumpul lagi d
Floella buru-buru tiba di restoran privat bergaya rumah tradisional. Restoran ini hanya menerima reservasi harian. Begitu masuk, Floella langsung melihat Sabrina yang ekspresinya tampak marah dan Tifanny dengan rambut acak-acakan di hadapannya."Apa yang terjadi?" tanya Floella dengan ekspresi dingin. Dia menghampiri dan memeriksa apakah Sabrina terluka atau tidak, lalu menemukan bekas cakaran merah di lehernya.Tifanny berteriak, "Kalian sama saja! Kayak ibu-ibu cerewet yang nggak bisa bicara pakai logika!"Sabrina berdiri seraya menimpali, "Kamu punya logika?"Sabrina menggertakkan gigi sebelum menambahkan, "Kalau nggak makan di sini, aku nggak akan tahu ternyata ayahmu bawa anak haram ini untuk bertemu Alvaro! Dia mau menjadikan kakak ipar sebagai kekasih! Cih! Nggak tahu malu!"Ketika datang ke sini, Sabrina kebetulan mendengar pembicaraan di dalam ruang privat. Adrian memperkenalkan putri tidak sahnya kepada Alvaro dan ingin membiarkan Tifanny belajar dengan Alvaro. Belajar apa? B
Sebenarnya, Alvaro menyadari bahwa Floella tidak nyaman saat duduk di sampingnya. Floella terus melihatnya. Alvaro melirik pelan ke arah Floella, lalu tiba-tiba bertanya, "Apa kamu sudah bisa menyesuaikan diri di perusahaan baru?"Floella menggigit bibir dan menjawab, "Lumayan. Aku suka pekerjaanku yang sekarang.""Tampaknya, bekerja di Bluford membuatmu cukup menderita," timpal Alvaro.Floella mengernyit. Sebenarnya, pekerjaan humas di Bluford bukan keahliannya. Dia bekerja di sana demi bisa dekat dengan Alvaro dan menumbuhkan perasaan. Sayangnya, Alvaro tidak pernah peduli apa yang dia inginkan.Alvaro juga tidak peduli dengan jawaban Floella. Ada notifikasi pesan WhatsApp yang muncul di iPad yang sedang dia pegang.Alvaro sepertinya juga berwaspada terhadap Floella. Dia membalikkan layar iPad ke arah meja. Floella yang paham maksudnya langsung mengalihkan pandangan.Alvaro bertanya, "Aku ada urusan penting. Apa kamu bisa naik taksi ke perusahaan?" Meskipun terdengar seperti bertan
Selesai berbicara, Alvaro melepaskan dasi dan bersiap untuk mandi. Ketika melewati Floella, pandangannya hampir tidak tertuju pada Floella sedikit pun. Seakan-akan menatap Floella cukup lama adalah bentuk ketidaksetiaan pada Rinoa.Setiap kali melihat Floella, Alvaro akan menyadari wajah Floella yang pucat dan tampak sakit.Floella yang baru sadar langsung mengerti maksud Alvaro. Wajahnya seketika memerah dan terasa panas. Di balik ekspresinya yang malu, ada rasa canggung dan keterkejutan yang tidak bisa diungkapkan. Alvaro mengira Floella mau berhubungan badan dengannya?"Kamu sudah berpikir terlalu jauh," tutur Floella. Dia menarik napas dalam-dalam sebelum menegaskan, "Malam ini, aku tidur di kamar tamu."Begitu mendengar ucapan Floella, Alvaro menoleh. Wajahnya yang tampan dan menawan tidak menunjukkan ekspresi.Floella sudah pergi tanpa berbasa-basi. Jika dipikir-dipikir, dia pasti akan merasa canggung setelah ditolak.Alvaro tersenyum tipis sejenak, lalu berjalan masuk ke kamar m
Ketika tiba di rumah pengantin, waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Jam sibuk di malam hari membuat Floella tertunda cukup lama.Begitu melihat Floella kembali, Ratna sangat terkejut. Dia bertanya, "Nyonya sudah pulang? Sudah makan belum? Saya siapkan sesuatu, ya?"Floella membalas dengan sopan, "Nggak perlu repot-repot. Aku sebentar lagi pergi."Ratna bertanya dengan cemas, "Kenapa baru pulang malah mau pergi lagi? Apa ... Nyonya dan Tuan bertengkar?"Floella membuka rak sepatu dan mencari sandal sekali pakai sembari menyahut, "Nggak."Mereka memang tidak bertengkar. Alvaro terbiasa mengabaikan Floella. Yang lebih menyakitkan dibandingkan tidak cinta adalah sikap cueknya. Selain beberapa hari yang sudah ditetapkan, mereka hampir tidak berkomunikasi, apalagi bertengkar.Mereka memang tidak pernah bertengkar dan hanya mau bercerai saja.Ratna bertanggung jawab membersihkan rumah ini sejak Alvaro dan Floella menikah. Dia tahu watak Floella. Menurutnya, Floella keras kepala.Ratna tak
Rafael sedikit terkejut melihat Floella menerima permintaan pertemanannya. Dia juga tidak tahu mengapa dirinya menambahkan Floella. Dia bahkan tidak tahu harus bagaimana menyapa wanita itu. Rasanya sedikit aneh.Pada akhirnya, Rafael tidak menyapa Floella, melainkan melihat-lihat media sosial wanita itu. Posting di media sosial Floella tidak banyak, sepertinya dia atur agar semuanya bisa terlihat. Posting terakhir yang Floella unggah sudah sekitar dua minggu yang lalu. Itu adalah foto sebuah gedung rumah sakit dengan keterangan.[ Nggak mengejutkan. Aku datang sendiri. Semoga hasilnya bagus .... ]Rafael membayangkan wajah Floella yang tenang saat itu. Jelas sekali Floella pergi menemui dokter sendirian.Kemudian, Rafael menggeser layar ponselnya ke bawah. Sebagian besar berisi tentang kehidupan sehari-hari. Bisa dilihat bahwa Floella sangat mencintai hidup. Dia suka mengunggah kue dan masakan yang dibuatnya, bunga yang dibelinya, dan rumahnya yang dibereskan dengan rapi.Terasa hanga
Floella terkejut bukan main dan segera menghindar.Seorang gadis berseru dari belakangnya, "Maaf, Kak! Drone-ku sepertinya bermasalah dan kehilangan kontrol. Apa Kakak terluka?"Floella menoleh. Gadis itu berusia belasan tahun dan mengenakan gaun rumah sakit. Wajahnya yang cantik seperti boneka dipenuhi rasa bersalah.Floella menggeleng dan berucap, "Nggak apa-apa."Gadis itu menghela napas lega dan berkata, "Syukurlah. Aku nggak tahu apa yang terjadi, tiba-tiba saja drone ini hilang kendali."Floella menatap drone di depannya, lalu menitipkan kotak biskuit di tangannya pada gadis itu. Dia bertanya, "Kamu keberatan kalau aku memeriksanya untukmu?"Gadis itu terkejut, tetapi segera menjawab, "Nggak, kok!" Saat menerima kotak biskuit Floella, matanya berbinar melihat biskuit-biskuit kecil di dalamnya.Floella mematikan drone itu. Setelah memeriksanya sebentar, dia berkata, "Seharusnya ada malafungsi pada sistem penerbangannya, makanya bisa melenceng dari rute yang ditetapkan. Harus dicek