Leonel masih terlihat kurus. Kondisinya setelah menjalani kemoterapi sangat buruk. Dia selalu memakai topi rajut.Ketika Floella datang, Leonel sedang berjemur di balkon.Floella tanpa sadar teringat penampilannya setelah dirinya mulai menjalani kemoterapi. Dia melamun sejenak sebelum menyerahkan dua hadiah di tangannya. Katanya, "Paman, selamat ulang tahun. Ini hadiah yang aku dan Alvaro siapkan untukmu."Hadiah yang Floella siapkan untuk Leonel adalah buku-buku fisika yang cukup langka. Dia menghabiskan waktu yang sangat lama untuk menemukannya.Leonel adalah profesor fisika. Dia pernah menjadi tokoh yang sangat berpengaruh di dunia pendidikan dan telah mendidik banyak murid hebat. Dia mencintai fisika sepanjang hidupnya. Jika bukan karena kejadian dulu, mungkin sekarang dia sudah setara dengan Enrico.Sementara itu, hadiah dari Alvaro yang Floella bantu siapkan adalah sebuah pulpen mewah bermerek. Pulpen seharga 20-an juta cukup berguna untuk pamannya. Ini juga sesuai dengan gaya Al
"Maaf, Bu Floella. Kamu telah melewatkan waktu terbaik untuk operasi ...."Floella Oksana memegang hasil diagnosa kanker rahim, berdiri kaku cukup lama di tempat, sebelum akhirnya menelepon Kayden, sekretaris Alvaro.Setelah menunggu cukup lama, panggilan akhirnya diangkat. Suara di seberang terdengar datar seperti biasa. "Halo, Bu. Ada urusan apa?"Floella mengepalkan jari-jarinya yang kaku. "Di mana Alvaro? Aku perlu bicara dengannya."Kayden menjawab, "Pak Alvaro lagi sibuk sekarang.""Bisa tolong sambungkan telepon padanya ...."Sebelum Kayden sempat menjawab, Floella sudah mendengar suara lembut dari seberang."Alvaro, kejutan apa sih? Kenapa misterius banget?""Lihat ke atas."Floella mendengar suara berat yang begitu familier dan kelembutan yang tak pernah ditujukan padanya.Detik berikutnya, Kayden tanpa ragu memutuskan sambungan. Di saat yang sama, duar!Suara ledakan terdengar dari seberang pelabuhan. Dengan wajah pucat, Floella mendongak.Kembang api yang indah meluncur ting
Jantung Floella seolah-olah diremas kuat, wajahnya semakin pucat. Meskipun penghangat ruangan menyala, dia merasa seperti berada di dalam gua es.Melihat Floella terdiam, Alvaro menatapnya beberapa saat sebelum mengalihkan pandangannya dari wajahnya."Kesehatan ibu Ririn semakin memburuk. Satu-satunya keinginannya adalah melihat putrinya punya sandaran. Dia butuh ditemani. Jangan cari masalah. Jalani saja peranmu sebagai Nyonya Sagara dengan baik. Aku nggak akan menyentuhmu."Alvaro menyampaikan perselingkuhannya dengan nada seolah-olah itu adalah sesuatu yang benar.Tidak akan menyentuhnya? Floella tertegun beberapa saat, lalu tiba-tiba tertawa. Sambil menahan rasa sakit di hatinya, dia berkata, "Kalau dia butuh ditemani, kamu nggak seharusnya di sini."Setelah berkata demikian, Floella langsung naik ke lantai atas, menutup pintu dengan tegas.Beberapa menit kemudian, suara mesin mobil terdengar dari bawah. Pria itu pergi. Tanpa perlu menebak, dia pasti pergi ke tempat Rinoa.Floella
"Joel!"Suara riang seorang wanita memecah lamunan Floella. Tubuh wanita itu nyaris menyenggol Floella saat berlari masuk memeluk Joel yang bertubuh tegap. Joel dengan refleks menahan tubuh wanita itu, membiarkannya menempel erat."Kamu tahu nggak aku sudah nunggu kamu berapa lama? Kalau kamu nggak keluar juga, aku pasti sudah dipaksa nikah sama cowok pilihan ayahku!"Joel menatap wajah wanita itu, membalas ciuman hangat yang wanita itu berikan kepadanya. Dia tersenyum nakal. "Buru-buru sekali? Kalau begitu, suruh sopirmu turun sebentar. Aku mau kirim hadiah besar buat ayahmu ...."Wanita itu merengek manja, tetapi masih menempel di tubuh Joel dan enggan turun. "Kamu jahat ya! Ayah suruh aku ajak kamu ke rumah, katanya mau ketemu dan nyambut kamu."Langkah kaki Floella terhenti. Dia terpaku, menatap adegan di depannya dengan linglung. Perasaan malu dan canggung seketika menerpanya.Sosok Joel yang dulu selalu lembut, penuh perhatian, bahkan selalu mementingkan dirinya, terasa seperti m
Floella tertegun. Dia menggigit bibir bawahnya yang mulai memucat. "Ini perintah Alvaro?""Benar," jawab Kayden.Sebenarnya Kayden memang tidak pernah menyukai Floella. Meskipun wanita itu telaten dan cukup kompeten, di matanya, Floella adalah wanita yang dulu naik ke ranjang bos demi pernikahan. Wanita seperti ini membuatnya merasa jijik."Pak Alvaro bilang hari ini kamu nggak boleh ke mana-mana sampai isu di media sosial reda. Kalau kamu nggak bisa, Bluford nggak butuh orang yang kerjanya nggak becus!"Floella tahu dirinya tidak memiliki posisi di hati Alvaro. Namun, dia tidak menyangka dirinya masih diberikan tugas seperti ini saat mereka hendak bercerai. Menyuruh istri sah membersihkan reputasi pelakor di depan publik, padahal semua gosip itu adalah kenyataan.Amarah membara di dalam dada, sakit di perutnya kembali terasa. Dia menopang diri ke meja, berusaha menahan sakitnya, lalu memandang sinis ke arah tanda pengenal yang ada di mejanya. Setelah meraihnya, dia melingkarkan tali g
Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Floella menerima telepon dari Kayden. Kayden pun menyampaikan ulang pesan dari Alvaro.Begitu mendengarnya, Floella langsung paham maksud Alvaro. Rinoa memang pelakor karena berhubungan dengan Alvaro saat pria itu masih terikat pernikahan.Alvaro memintanya menangani masalah ini bukan karena Floella adalah satu-satunya yang bisa. Namun, supaya kalau suatu hari nanti ada yang menggali masa lalu, semua orang akan tahu bahwa istri sah sendiri yang membersihkan nama baik Rinoa. Dengan begitu, Rinoa tidak lagi dianggap sebagai pelakor.Demi Rinoa, Alvaro benar-benar menguras otaknya!Adapun kalimat "dipertimbangkan baik-baik" dari Alvaro, Floella tahu itu adalah ancaman halus. Kalau dia menolak menyelesaikan masalah ini, Alvaro bisa saja membuat tidak ada satu perusahaan pun yang mau menerimanya setelah dia keluar dari Bluford. Pria ini akan menghancurkan jalan hidupnya.Selama 3 tahun ini, Floella telah berusaha keras menjalankan perannya sebagai istri.
Floella menatap balik Joel. Pria itu memandanginya dengan senyuman tipis, seperti seorang penonton yang mencoba memperhatikan kegugupannya.Floella mengepalkan tangannya dengan erat, harapan terakhir di dalam hatinya pun lenyap.Dia tak menghindar, hanya menatap mata Joel. Sesuai keinginan pria itu, dia pun memanggil, "Halo, Kakak Ipar."Janet tersenyum semakin lebar, lalu memeluk pinggang Joel dengan manja.Joel terdiam sejenak, menatap Floella sesaat sebelum menunduk dan merangkul Janet untuk membawanya masuk ke ruang tamu."Sok murah hati." Tifanny mendekat dan mengejek, "Kakakku nggak mungkin tertarik sama wanita bersuami!""Lagian, Bu Rinoa yang kemarin dirayain ulang tahunnya sama Pak Alvaro itu sekarang lagi jadi rebutan di dunia bisnis, dia lulusan doktor teknik kedirgantaraan! Kamu itu cuma ibu rumah tangga yang kerjaannya masak dan hangatin ranjang, mau saingan sama dia?""Takutnya kamu bakal diusir tanpa dapat apa-apa. Makanya, sekarang kamu balik lagi ke rumah ini buat cari
Keesokan harinya, pembantu datang membawa adiknya Alvaro yang bernama Valina. Saat ini, Valina baru berusia 17 tahun. Dia sangat cantik.Begitu masuk, Valina langsung melempar tasnya ke sofa. Dia memandang Alvaro dan bertanya sembari mengerjap, "Mana Floella?"Alvaro yang sudah selesai memakai dasi melirik Valina dan bertanya balik, "Kenapa kamu langsung memanggil namanya?"Valina menjawab seraya mencebik, "Kakak nggak suka dia. Untuk apa aku memanggilnya 'kakak ipar'?"Ibunya Valina mengatakan Floella beruntung bisa menjadi menantu Keluarga Sagara yang berstatus tinggi. Seharusnya Floella bekerja keras demi Keluarga Sagara. Jadi, Floella cocok disebut sebagai pembantu tingkat tinggi.Alvaro sangat memahami adiknya. Dia bertanya lagi dengan dingin, "Cepat bilang, kamu punya ide apa lagi?"Aura Alvaro sangat mengintimidasi. Valina berpikir sejenak sebelum bertanya, "Kak, apa hari ini kamu sangat sibuk?""Kenapa?" tanya Alvaro.Valina menyahut, "Ibu menonton acara peragaan busana, Ayah p
Leonel masih terlihat kurus. Kondisinya setelah menjalani kemoterapi sangat buruk. Dia selalu memakai topi rajut.Ketika Floella datang, Leonel sedang berjemur di balkon.Floella tanpa sadar teringat penampilannya setelah dirinya mulai menjalani kemoterapi. Dia melamun sejenak sebelum menyerahkan dua hadiah di tangannya. Katanya, "Paman, selamat ulang tahun. Ini hadiah yang aku dan Alvaro siapkan untukmu."Hadiah yang Floella siapkan untuk Leonel adalah buku-buku fisika yang cukup langka. Dia menghabiskan waktu yang sangat lama untuk menemukannya.Leonel adalah profesor fisika. Dia pernah menjadi tokoh yang sangat berpengaruh di dunia pendidikan dan telah mendidik banyak murid hebat. Dia mencintai fisika sepanjang hidupnya. Jika bukan karena kejadian dulu, mungkin sekarang dia sudah setara dengan Enrico.Sementara itu, hadiah dari Alvaro yang Floella bantu siapkan adalah sebuah pulpen mewah bermerek. Pulpen seharga 20-an juta cukup berguna untuk pamannya. Ini juga sesuai dengan gaya Al
Floella tidak bisa mengungkapkan perasaannya. Tidak bisa disebut kecewa, tetapi rasanya ironis. Jika dipikir-pikir, benar juga. Bagaimana mungkin Alvaro tega tidak memberikan status kepada wanita yang dicintainya?Joel menarik Floella ke tempat parkir pintu masuk.Floella melepaskan tangannya dari genggaman Joel terlebih dulu, lalu bertanya dengan datar, "Apa ada yang mau kamu katakan?"Joel bersandar di pintu mobil. Dia sebenarnya tahu Floella sedang sangat marah. Orang yang menusuknya dari belakang ada ayahnya, suaminya, adiknya, bahkan ... termasuk dirinya?Namun, Joel tahu posisinya di dalam hati Floella lebih tinggi dari mereka. Floella pasti akan mendengar perkataannya."Kamu jelas-jelas tahu Alvaro nggak mungkin ada hubungan dengan Tifanny," tutur Joel. Dia menyalakan sebatang rokok sebelum melanjutkan, "Dia sangat peduli pada Rinoa. Siapa pun bisa melihatnya."Floella tertegun. Semua orang berpikir seperti itu."Mengenai Tifanny, bagaimanapun dia juga adikku. Aku nggak bisa dia
Ucapan Tifanny membuat Sabrina mengernyit dengan marah. Dia hendak mengatakan sesuatu, tetapi Floella menahannya sambil menggeleng.Pada saat ini, Floella menyadari bahwa tatapan Rinoa sedang tertuju padanya. Jelas sekali Rinoa sudah mendengar ucapan Tifanny barusan.Rinoa mengangkat alisnya dan tersenyum tipis. Kemudian, dia berbicara kepada Alvaro dan Mario yang ada di sampingnya. Katanya, "Aku masuk dulu."Sikap Rinoa yang anggun dan tenang membuat Floella tampak sangat malu dan serba salah. Floella bisa menebak apa yang sedang dipikirkan Rinoa. Namun, itu sudah tidak penting. Lagi pula, dia sudah tidak menginginkan Alvaro. Bertarung dengan pikiran sendiri juga tidak akan menyelesaikan masalah.Suasana hati Adrian sedang buruk. Floella datang dan terus membuat keributan. Apa yang akan dipikirkan oleh Alvaro?Bagaimana Adrian bisa melanjutkan pembicaraan? Dia menggeleng seolah-olah hatinya terluka karena Floella, lalu berbicara pada Alvaro. Katanya, "Pak Alvaro, kita berkumpul lagi d
Floella buru-buru tiba di restoran privat bergaya rumah tradisional. Restoran ini hanya menerima reservasi harian. Begitu masuk, Floella langsung melihat Sabrina yang ekspresinya tampak marah dan Tifanny dengan rambut acak-acakan di hadapannya."Apa yang terjadi?" tanya Floella dengan ekspresi dingin. Dia menghampiri dan memeriksa apakah Sabrina terluka atau tidak, lalu menemukan bekas cakaran merah di lehernya.Tifanny berteriak, "Kalian sama saja! Kayak ibu-ibu cerewet yang nggak bisa bicara pakai logika!"Sabrina berdiri seraya menimpali, "Kamu punya logika?"Sabrina menggertakkan gigi sebelum menambahkan, "Kalau nggak makan di sini, aku nggak akan tahu ternyata ayahmu bawa anak haram ini untuk bertemu Alvaro! Dia mau menjadikan kakak ipar sebagai kekasih! Cih! Nggak tahu malu!"Ketika datang ke sini, Sabrina kebetulan mendengar pembicaraan di dalam ruang privat. Adrian memperkenalkan putri tidak sahnya kepada Alvaro dan ingin membiarkan Tifanny belajar dengan Alvaro. Belajar apa? B
Sebenarnya, Alvaro menyadari bahwa Floella tidak nyaman saat duduk di sampingnya. Floella terus melihatnya. Alvaro melirik pelan ke arah Floella, lalu tiba-tiba bertanya, "Apa kamu sudah bisa menyesuaikan diri di perusahaan baru?"Floella menggigit bibir dan menjawab, "Lumayan. Aku suka pekerjaanku yang sekarang.""Tampaknya, bekerja di Bluford membuatmu cukup menderita," timpal Alvaro.Floella mengernyit. Sebenarnya, pekerjaan humas di Bluford bukan keahliannya. Dia bekerja di sana demi bisa dekat dengan Alvaro dan menumbuhkan perasaan. Sayangnya, Alvaro tidak pernah peduli apa yang dia inginkan.Alvaro juga tidak peduli dengan jawaban Floella. Ada notifikasi pesan WhatsApp yang muncul di iPad yang sedang dia pegang.Alvaro sepertinya juga berwaspada terhadap Floella. Dia membalikkan layar iPad ke arah meja. Floella yang paham maksudnya langsung mengalihkan pandangan.Alvaro bertanya, "Aku ada urusan penting. Apa kamu bisa naik taksi ke perusahaan?" Meskipun terdengar seperti bertan
Selesai berbicara, Alvaro melepaskan dasi dan bersiap untuk mandi. Ketika melewati Floella, pandangannya hampir tidak tertuju pada Floella sedikit pun. Seakan-akan menatap Floella cukup lama adalah bentuk ketidaksetiaan pada Rinoa.Setiap kali melihat Floella, Alvaro akan menyadari wajah Floella yang pucat dan tampak sakit.Floella yang baru sadar langsung mengerti maksud Alvaro. Wajahnya seketika memerah dan terasa panas. Di balik ekspresinya yang malu, ada rasa canggung dan keterkejutan yang tidak bisa diungkapkan. Alvaro mengira Floella mau berhubungan badan dengannya?"Kamu sudah berpikir terlalu jauh," tutur Floella. Dia menarik napas dalam-dalam sebelum menegaskan, "Malam ini, aku tidur di kamar tamu."Begitu mendengar ucapan Floella, Alvaro menoleh. Wajahnya yang tampan dan menawan tidak menunjukkan ekspresi.Floella sudah pergi tanpa berbasa-basi. Jika dipikir-dipikir, dia pasti akan merasa canggung setelah ditolak.Alvaro tersenyum tipis sejenak, lalu berjalan masuk ke kamar m
Ketika tiba di rumah pengantin, waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Jam sibuk di malam hari membuat Floella tertunda cukup lama.Begitu melihat Floella kembali, Ratna sangat terkejut. Dia bertanya, "Nyonya sudah pulang? Sudah makan belum? Saya siapkan sesuatu, ya?"Floella membalas dengan sopan, "Nggak perlu repot-repot. Aku sebentar lagi pergi."Ratna bertanya dengan cemas, "Kenapa baru pulang malah mau pergi lagi? Apa ... Nyonya dan Tuan bertengkar?"Floella membuka rak sepatu dan mencari sandal sekali pakai sembari menyahut, "Nggak."Mereka memang tidak bertengkar. Alvaro terbiasa mengabaikan Floella. Yang lebih menyakitkan dibandingkan tidak cinta adalah sikap cueknya. Selain beberapa hari yang sudah ditetapkan, mereka hampir tidak berkomunikasi, apalagi bertengkar.Mereka memang tidak pernah bertengkar dan hanya mau bercerai saja.Ratna bertanggung jawab membersihkan rumah ini sejak Alvaro dan Floella menikah. Dia tahu watak Floella. Menurutnya, Floella keras kepala.Ratna tak
Rafael sedikit terkejut melihat Floella menerima permintaan pertemanannya. Dia juga tidak tahu mengapa dirinya menambahkan Floella. Dia bahkan tidak tahu harus bagaimana menyapa wanita itu. Rasanya sedikit aneh.Pada akhirnya, Rafael tidak menyapa Floella, melainkan melihat-lihat media sosial wanita itu. Posting di media sosial Floella tidak banyak, sepertinya dia atur agar semuanya bisa terlihat. Posting terakhir yang Floella unggah sudah sekitar dua minggu yang lalu. Itu adalah foto sebuah gedung rumah sakit dengan keterangan.[ Nggak mengejutkan. Aku datang sendiri. Semoga hasilnya bagus .... ]Rafael membayangkan wajah Floella yang tenang saat itu. Jelas sekali Floella pergi menemui dokter sendirian.Kemudian, Rafael menggeser layar ponselnya ke bawah. Sebagian besar berisi tentang kehidupan sehari-hari. Bisa dilihat bahwa Floella sangat mencintai hidup. Dia suka mengunggah kue dan masakan yang dibuatnya, bunga yang dibelinya, dan rumahnya yang dibereskan dengan rapi.Terasa hanga
Floella terkejut bukan main dan segera menghindar.Seorang gadis berseru dari belakangnya, "Maaf, Kak! Drone-ku sepertinya bermasalah dan kehilangan kontrol. Apa Kakak terluka?"Floella menoleh. Gadis itu berusia belasan tahun dan mengenakan gaun rumah sakit. Wajahnya yang cantik seperti boneka dipenuhi rasa bersalah.Floella menggeleng dan berucap, "Nggak apa-apa."Gadis itu menghela napas lega dan berkata, "Syukurlah. Aku nggak tahu apa yang terjadi, tiba-tiba saja drone ini hilang kendali."Floella menatap drone di depannya, lalu menitipkan kotak biskuit di tangannya pada gadis itu. Dia bertanya, "Kamu keberatan kalau aku memeriksanya untukmu?"Gadis itu terkejut, tetapi segera menjawab, "Nggak, kok!" Saat menerima kotak biskuit Floella, matanya berbinar melihat biskuit-biskuit kecil di dalamnya.Floella mematikan drone itu. Setelah memeriksanya sebentar, dia berkata, "Seharusnya ada malafungsi pada sistem penerbangannya, makanya bisa melenceng dari rute yang ditetapkan. Harus dicek