Share

Sesal

Penulis: DeealoF3
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-26 10:28:29
Hai sahabat, selamat membaca. Semoga suka ya. Ditunggu vote dan komennya, ya, makasi.

***

Juwita merasa kesal pada putra suaminya itu. Sejak tadi, sudah berkali-kali Daffi menanyakan pertanyaan tentang kampung asal Riana.

"Mama beneran gak tau, Daf! Ayahmu yang membawa wanita itu ke sini, mama gak tau asal usulnya dari mana. Ayahmu cuma bilang kalau Riana perempuan yang baik, istri yang tepat untukmu. Mama cuma tau kalau dia yatim piatu, sisanya mama gak tau! Atau coba kamu tanya Sahid. Waktu itu, kan, Sahid juga yang menikahkan kalian, " jawab Juwita jengkel.

"Lagian kamu yang tinggal serumah sama dia, masa gak tau apa-apa tentang dia? Memang dia gak pernah cerita tentang keluarganya? Kalian ga pernah ngobrol satu sama lain?"

Daffi terdiam. "Gak, Ma. Daffi gak pernah tanya juga. Ga penting. Yah, mama tau, lah, gimana buruknya hubungan kami."

"Hubungan buruk dan gak suka, tapi bisa sampai punya anak segala," cibir Juwita.

"Ma, waktu itu aku terpaksa menggauli dia karena permintaan pa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kesombonganmu Kubayar Tunai   Rayuan Maut

    "Daffi, lagi mikirin apa, si? Kok kelihatannya suntuk banget, ga kayak kamu yang biasanya. Jangan-jangan kamu lagi mikirin istri kamu yang minggat, ya?" tebak Friska saat siang itu mereka sedang berada di restoran miliknya. Daffi yang sedang melamun tersentak kaget saat tiba-tiba saja Friska menyentuh pundaknya. "Terpaksa. Karena Liana aku jadi mikirin ke mana dia pergi," jawab Daffi mencoba berusaha bersikap biasa. "Terus, kalau udah tau, Kamu mau nyusul dia?" Friska bertanya lagi dengan raut wajah yang sedikit ditekuk. "Ya, gak lah. Kamu itu ada-ada aja, Fris. Ngapain juga aku nyusulin orang yang udah kabur." Daffi tertawa getir. "Aku, tu, cuma berpikir, kalau nanti aku mengajukan cerai, surat cerainya mau dikirim ke mana? Riana di mana aja aku ga tau. Udah ah, ga usah bahas wanita itu terus. Mending kita mulai makan aja, ni makanannya udah mulai dingin," sahut Daffi lagi sambil berusaha mengalihkan pembicaraan. Friska masih menatapnya curiga. "Beneran cuma karena itu? Atau ....

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-26
  • Kesombonganmu Kubayar Tunai   Siasat Licik

    "Oke, Sayang. Aku akan urus perceraianku secepatnya," jawab Daffi pada akhirnya. Friska langsung tersenyum puas. ***"Liana, kok, belum bobo?" tanya Daffi pada putrinya sepulangnya ia dari bekerja, dia pergi ke kamar putrinya untuk melihat keadaan Liana. Rupanya anak itu masih belum tertidur padahal ini sudah cukup larut. "Kenapa? Lagi ada yang dipikirin?"Daffi mengusap lembut kepala Liana. Liana tidak langsung menjawab, kepalanya tertunduk. "Kira-kira ibu kemana ya, Pa?" Daffi sedikit memicingkan matanya, "Kenapa? Kok tumben nanyain ibu? Liana mau ketemu ibu? Bukannya Liana sendiri yang mau ibu pergi?""Iya sih, soalnya, kan, malu. Muka ibu nyeremin," jawabnya polos. "Liana cuma belum biasa aja kalau ibu ga ada. Oh ya, Pa, tadi Tante Friska bilang, dia bisa jadi mamanya Liana kalau ibu udah pergi, apa sekarang Tante Friska udah bisa jadi mamanya Liana, Pa?" "Kamu yakin mau Tante Friska jadi pengganti ibu?" "Liana sayang sama Tante Friska, Pa. Liana pengen banget punya mama kayak

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-26
  • Kesombonganmu Kubayar Tunai   Nasihat

    Sepulangnya dari bekerja, Daffi mengunjungi kantor pengacara keluarga mereka, Sahid Anwar, yang juga merupakan sahabat baik Asmoro. Ia sudah menyatakan segala maksud dan tujuannya pada Sahid tentang keinginannya untuk menceraikan Riana yang sudah pergi tanpa kabar berita."Jadi kamu ingin menceraikan Riana karena dia pergi dari rumah?" tanya Sahid yang sudah menganggap Daffi seperti anaknya sendiri. Daffi hanya menunduk diam. Sahid memperhatikan pemuda itu dengan seksama lalu dia menghela napas berat. "Om tanya sekali lagi, kamu yakin ingin menceraikan Riana?"Akhirnya Daffi mengangguk ragu. Membuat Sahid menggeleng heran karena jelas sekali jika anak muda di depannya itu tidak yakin dengan keputusannya sendiri."Kamu tau kan syarat dari Asmoro jika mau mendapatkan seluruh hak waris atas namamu?""Iya, Om, tapi kan Riana yang pergi meninggalkanku. Bukan salahku, dong. Lagi pula kata Riana, dia yang akan menggugat cerai duluan, bukan aku.""Daffi, Daffi." Sahid hanya geleng-geleng ke

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-26
  • Kesombonganmu Kubayar Tunai   Rencana Lamaran

    Hari itu Juwita memaksa Daffi untuk datang ke rumah Friska. Ia sengaja mengajak putra dan cucunya itu ke sana untuk menekan Daffi agar mau segera meresmikan hubungan putra suaminya itu dengan Friska. Indra dan Santi, kedua orang tua Friska bersikap sangat ramah pada Juwita karena memang mereka sudah saling mengenal cukup lama. Senyum di wajah Juwita tidak pernah pudar. Ia semakin yakin jika Friska memang wanita yang tepat untuk Daffi. Nampak pada sikap Santi dan Indra yang begitu menyayangi Liana seperti cucu mereka sendiri. "Jadi kapan rencana kamu mau melamar anak saya, Daf?" tanya Indra.Daffi yang ditanya mendadak salah tingkah. Ia bingung harus menjawab apa. Ia tidak menyangka bahwa kunjungannya ke sini akan langsung ditanya mengenai waktu lamarannya kepada Friska. "Semoga secepatnya ya, Om. Sekarang saya masih mengurus proses perceraian dengan Riana," jawab Daffi sekenanya. Dalam hatinya ia sebenarnya tidak tahu apa yang seharusnya ia lakukan saat itu. Beberapa hari kemarin ia

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-26
  • Kesombonganmu Kubayar Tunai   Tertipu

    Liana yang sudah keluar dari kamar mandi sejak tadi, awalnya bermaksud ingin mengejutkan Friska dan Santi saat melihat mereka sedang berada di ruang makan, tapi sebelum Liana mendekati mereka, dia tidak sengaja mendengar pembicaraan ibu dan anak itu.Wajah Liana sudah terlihat pucat dan basah oleh air mata, dia berlari ke depan dan langsung menghambur ke pelukan Daffi. Liana pikir, selama ini Friska benar-benar sayang padanya, tapi ternyata dia salah. Friska baik hanya karena ingin segera menikah dengan papanya. Bahkan dia juga sudah berencana untuk mengirim Liana ke asrama, membuatnya tinggal terpisah dari Daffi. Liana juga tidak menyangka kalau saat itu Friska sedang hamil. "Liana, Liana kenapa sayang? Kok, tiba-tiba nangis begini? Perutnya masih sakit?" tanya Daffi lembut sambil mengucap pelan rambut anak perempuannya itu. Bukannya menjawab, Liana malah semakin membenamkan kepalanya ke pelukan Daffi hingga membuat lelaki itu bingung. "Liana kenapa, Sayang?" tanya Juwita yang ikut

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-26
  • Kesombonganmu Kubayar Tunai   Lima Belas Tahun Lalu

    Selamat membaca. Semoga suka. ***"Tolonglah aku, Sahid, aku ga tau lagi harus minta tolong kepada siapa selain sama kamu. Anakku hampir mati."Lelaki paruh baya itu terlihat begitu rapuh, wajahnya pias dan gurat halus di dahinya semakin terlihat jelas. Ia berjalan mondar-mandir hingga sol sepatunya yang beradu dengan lantai keramik membuat sebuah irama yang teratur. "Tenang lah, Asmoro. Aku akan melakukan usaha semaksimal mungkin untuk menolongmu. Sekarang kita harus menemukan saksi utama yang Kahfi sebutkan tadi." Lelaki yang dipanggil Sahid itu berusaha menenangkan sosok pria di hadapan. Cerutu di tangan pengacara berusia 30 tahunan itu sudah hampir habis, tapi ia masih terus berusaha membuat bulatan asap dari mulut. "Iya tapi gimana? Tadi, kan, kau dengar sendiri Daffi bilang kalau temannya yang tau kenyataan sebenarnya itu sudah menghilang. Daffi udah ga ada harapan lagi, Hid!""Hei, kau itu kayak Tuhan saja bicara begitu. Harapan itu akan selalu ada selagi kita masih punya Tuh

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-26
  • Kesombonganmu Kubayar Tunai   Lima Belas Tahun Lalu (2)

    "Riana, kenapa, lo? Kayak lagi mikir negara, lecek banget tu, muka." Rafif teman sekolahku, menghampiri saat aku sedang duduk sendiri di perpustakaan siang itu. "Lo ga ke kantin?"Aku menggeleng pelan. "Ga laper.""Ngantin, yuk, gue traktir.""Ga usah, Fif, makasi. Gue beneran ga laper.""Ya udah, gue juga ga laper, deh."Bukannya pergi, Rafif malah ikut duduk di sebelahku. "Kasian ni bocah, baru tujuh belas tahun udah kena vonis mati."Mataku langsung mengalihkan pandangan dari buku yang sedang kubaca ke arah surat kabar yang Rafif pegang. Lalu merebutnya dari tangan Rafif. Berita yang menampilkan sebuah foto tentang kasus narkoba seorang anak pengusaha ternama bernama Asmoro Wicaksana. Ini, kan, orang yang kemarin datang ke kantor Om Sahid. "Yeh, main rebut aja, belum juga beres baca.""Dia ini anak temennya Om Sahid. Kasian ya? Padahal dia masih seumuran kita.""Yoi, tapi yang gue denger, si, dia dijebak, Ri.""Kok, lo, tau?""Gue ini kan pergaulannya luas. Jadi ya wajarlah kalau

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-26
  • Kesombonganmu Kubayar Tunai   Memberanikan Diri

    "Parah tuh, si, Dito, kebanyakan dia makenya ampe oleng gitu motornya," pekik salah satu pemuda berjaket hitam di tengah bisingnya suasana balapan. Hosh. Untung saja aku salah sangka. Dia ternyata mendekati ketiga temannya yang sudah berada di arena balap lebih dulumIa sedikit berteriak mungkin karena tidak mengira kalau ada orang lain di dekat mereka. "Ah, biarin aja. Noh, buktinya dia masih bisa unggul di depan. Yah, kalau lagi apes, palingan dia mati," jawab pemuda bersuara berat."Yoih, setidaknya dia mau beli punya gue, ga sok suci macam si Daffi itu. Sukurin tu anak, gue bikin m**pus!" Kalimat pemuda itu disambut tawa oleh pemuda lain yang berdiri di sekitar mereka. Daffi? Daffi siapa? Apa yang mereka maksud itu anak temannya Om Sahid? Dan barang yang mereka maksud tadi apakah itu narkoba? Aku terus menajamkan telinga sambil terus melihat ke arah balapan yang semakin malam semakin berlangsung ramai. "Malam ini, lo, bawa berapa? Gue minta secuil, ya, ntar." Suara berat itu t

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-26

Bab terbaru

  • Kesombonganmu Kubayar Tunai   Kebahagiaan Seorang Ibu

    Sontak mata Damar membesar bersamaan dengan cairan kental yang keluar dari perutnya. Tak lama kemudian tubuh tegapnya pun rebah ke atas lantai. Rafif yang masih berada tak jauh dari ruangan sontak menghentikan langkah. Ia memutar tubuh dan melebarkan mata. "Damar!" Ia meletakkan Riana kembali di lantai dan menghampiri Damar. Sebelumnya Rafif mendekati Darma yang tengah syok sambil membuang pisau dari tangan lelaki itu. "Mar, bertahan, ya. Gue yakin lo pasti bisa."Damar hanya mengangguk pelan. "Cepat bawa Riana pergi dari sini." Sekejap kemudian Damar pun tak sadarkan diri. Rafif mendadak diselingkupi kegundahan karena Riana pun harus cepat ditolong. Akhirnya ia memutuskan untuk membawa Riana turun lebih dulu. Beruntung saat Rafif tiba di bawah, ambulan sudah datang. Setelah menusuk Damar, Darma hanya mematung. Ia panik kala saudara kembarnya tak sadarkan diri dan bersimbah darah. "Mar, bangun, Mar. Maafin gue. Gue nggak mau lo mati! Gue cuma mau membalas sakit hati gue dulu," peki

  • Kesombonganmu Kubayar Tunai   Pertarungan Dua Saudara

    Setelah mendapat informasi dari Damar kalau lokasi Darma ada di Bekasi, mereka berdua segera meluncur ke lokasi. Tak lupa keduanya memberitahu informasi tersebut pada Sahid dan Liana. Sahid pun segera menghubungi pihak kepolisian. "Fif, gue rasa biar gue sendirian aja yang masuk ke sana," ucap Damar setibanya mereka di depan rumah dua lantai berdinding putih gading. Rumah yang dulu pernah ada di mimpi Damar dan juga pernah Damar datangi. "Loh, kenapa, Mar? Gue kan juga mau nyelamatin Riana.""Gue rasa, Darma lagi nungguin gue. Dan dia mau gue dateng sendirian," ucap Damar sambil menatap tajam bangunan angkuh di depannya. "Gue harus bayar hutang masa kecil gue dulu ke dia. Dulu gue seharusnya datang ke sini, buat nyelamatin dia, tapi gue malah pura-pura nggak tahu kalau dia ada di sini."Sontak, kedua alis Rafif merapat. "Guelah yang sebenarnya Darma tunggu, Fif. Bukan orang lain.""Tapi, Mar, gue nggak bisa ngebiarin lo masuk sendirian. Bisa jadi Darma punya senjata, nyawa lo bisa b

  • Kesombonganmu Kubayar Tunai   Keluarga Baru

    33 tahun lalu. "Mama," isak seorang anak laki-laki berusia sepuluh tahun yang tengah menangis di tengah mall. Sudah sekitar sepuluh menit berlalu, Darma menangis sambil berjongkok, tapi tidak ada seorang pun yang peduli. Terlebih tidak ada seorang penjaga keamanan pun yang terlihat berlalu lalang. Di kota besar seperti Jakarta, pemandangan seperti itu tampak sudah biasa. Orang-orang yang mengatasnamakan kesibukan berdampak pada terkikisnya rasa kepedulian satu sama lain. Berbeda dengan saudara kembarnya, Darma memang memiliki sifat penakut. Ia jarang sekali keluar rumah, selain pergi ke sekolah dan ke tempat sanak saudara. Itu pun tidak pernah sendirian. Selalu bersama Damar, kakaknya atau kedua orang tuanya. Akhirnya sejenak kemudian, seorang pria bersama istrinya, yang kebetulan sedang berkunjung ke mall itu, menghampiri Darma. Sejak melihat Darma, Flora, nama wanita itu, bagai mendapatkan durian runtuh. Rasa rindunya yang setinggi Rinjani akan kehadiran sang buah hati, membuat Fl

  • Kesombonganmu Kubayar Tunai   Penyesalan Damar

    Mendengar kalimat Dodi, Rafif dan Damar saling pandang. "Amar? Maksud Bapak Amar anaknya Pak Suryadi, mantan direktur PT. Niskala Semesta?" ucap Damar dengan ekspresi keterkejutan yang sama dengan Dodi. Seketika alis Dodi merapat. "I-ya. Amar itu suaminya Arini, keponakan saya.""Saya Damar, Pak. Saya menantunya Rafif dan juga seorang hakim pengadilan negeri.""Maafkan saya, Pak Damar. Tapi Bapak mirip sekali dengan Amar. Bahkan terlalu mirip." Untuk kedua kalinya di malam itu, kedua pria di depan Dodi saling beradu tatap. Harapan untuk segera menemukan Riana membanjiri dada keduanya. "Oh, iya, silakan duduk dulu, Pak. Mau pesan apa?" Rafif lalu melambaikan tangannya. Tak lama kemudian, seorang pemuda berkemeja putih dan bercelana hitam datang mendekat seraya menyodorkan buku menu. "Saya pesan kopi susu aja, Mas. Sama roti bakar selai kacang," kata Dodi bersamaan dengan menarinya tangan pramusaji di atas kertas."Ada lagi, Pak?" "Sementara cukup, Mas.""Baik, silakan ditunggu,"

  • Kesombonganmu Kubayar Tunai   Petunjuk

    "Puas kamu? Itu kan yang mau kamu dengar?" Sontak, mata Liana memanas dan tanpa bisa ditahan lagi matanya sudah memproduksi banyak air mata."Li, aku itu lagi pusing banget mikirin soal Riana yang belum tahu di mana. Tolong kamu jangan nambahin. Nggak usah mikir sesuatu yang belum jelas!"Raga Liana meluruh. Di depan Damar ia mengira dan memohon maaf. "Maaf, Mas. Aku cuma mau menyampaikan apa yang ada dalam pikiranku aja."Damar menarik napas dalam. Melihat Liana menangis seperti itu membuat hatinya sedikit terenyuh. Ia tahu tidak seharusnya ia berkata sekadar itu pada Liana. Bahkan, Liana yang biasanya tegas dan keras menjadi wanita yang sangat lemah tanpa daya di hadapannya. Damar juga tahu bahwa niat Liana baik. Ia juga pasti sama khawatirnya seperti Damar.Pelan-pelan, tangan Damar terulur ke atas kepala Liana yang tengah rebah di atas kakinya. Ia lalu mengusapnya lembut. Sosok Riana yang tengah tersenyum seakan hadir di hadapannya. "Mar, perlakukan Liana dengan baik, ya. Jaga di

  • Kesombonganmu Kubayar Tunai   Pengakuan Damar

    Diam-diam, Arini menahan kesal. Ia tidak menyangka jika Damar tiba-tiba mencurigainya. Padahal niatnya hanya ingin mengucap turut berduka cita pada keluarga mereka. "Mas, udah. Nggak baik menuduh orang tanpa bukti. Dia belum tentu melakukan apa yang tadi Mas bilang.""Kamu diam, Li! Aku tahu yang aku katakan," ucap Damar hingga membuat Liana tersentak. Lagi-lagi Damar membentaknya. Bahkan, kali ini suaminya itu melakukannya di depan umum hingga membuat Liana malu. Damar kembali memutar kepalanya ke arah polisi yang sedang menanyainya. Ia bahkan tidak sadar jika Liana sudah beranjak dan memilih masuk ke dalam kamarnya. "Saya yakin kalau wanita tadi pelakunya, Pak. Dan ada satu lagi, yaitu lelaki bernama Darma.""Pak Damar tahu dari mana? Sedangkan rekaman CCTV saja tidak menunjukkan gambar apa pun pada saat kejadian," sanggah petugas polisi bernama Alfred. "Itu karena Darma sudah merusak CCTV-nya, Pak!" Damar mulai emosi. Alfred mendengkus kasar. Sedangkan Rajata yang tidak menget

  • Kesombonganmu Kubayar Tunai   Riana Menghilang

    "Tolooong! Pergi kamu!" Riana terus melempari Amar dengan benda-benda di dalam kamarnya. Ia pun berteriak sekuat tenaga. "Kamu mau apa? Jangan mendekat!""Saya mau anda merasakan apa yang ayah dan keluarga kami rasakan!" Amar mendekati Riana lalu menarik tangan wanita itu. Setelahnya ia membenturkan kepala Riana ke dinding berkali-kali. Seketika kepala Riana bagai terkena sengatan listrik jutaan volt. Bayangan hitam pun perlahan menutupi semua pandangannya. Di depannya tidak tampak apa pun lagi. Telinganya hanya samar-samar mendengar tawa Amar yang membahana. ***Rajata yang baru selesai kerja mendadak merasa ingin bertemu dengan Riana. Sejak awal ia terus memikirkan sang ibu angkat sampai tidak konsentrasi bekerja. Ia lalu mengambil ponsel yang diletakkan di saku belakang, lalu menekan nomor Riana. "Ayo dong, Bu. Angkat," ujar Rajata karena sampai dengan dering ke tiga, ponsel Riana masih juga belum diangkat. Ia bahkan mengulang sampai tiga kali tapi hasilnya masih sama. "Tumben

  • Kesombonganmu Kubayar Tunai   Terpojok

    Di kediamannya, Damar yang sedang makan malam berdua dengan Liana, seketika teringat kembali pada Darma. Suami dari Liana itu tidak tahu kenapa bayangan Darma tiba-tiba mendatanginya lagi. Terakhir kali itu terjadi saat Darma baru saja hilang, seakan-akan Darma ingin mengatakan pada Damar tempatnya berada. Namun, saat itu, Damar kecil tidak mengatakan apa pun pada kedua orang tuanya. Ia bahkan sengaja diam karena merasa saingannya di rumah sudah tidak ada. Tanpa diketahui Sasti dan Narto, Damar kecil kerap kali menyimpan rasa iri pada saudara kembarnya. Darma yang pintar, baik dan penurut selalu menjadi kebanggan keluarganya. Tidak hanya Sasti dan Narto, kakaknya pun lebih menyayangi Darma daripada Damar. Sedangkan Damar hanya dijadikan pembanding. Kelakuannya yang 180 derajat berbanding terbalik dengan Darma. Namun, itu dulu. Seiring bertambahnya usia, Damar pun merasa kehilangan dan bersalah pada Darma. Saat Damar pergi ke tempat yang Darma tunjukkan dalam mimpinya, tentu saja Dar

  • Kesombonganmu Kubayar Tunai   Teror

    Rafif, Riana, Liana dan Damar menuju ke teras dan melihat ke rumah sebelah. Namun, sosok yang keluar dari mobil itu bukanlah sosok yang mereka nantikan. Dia sama sekali tidak mirip dengan Damar. "Dia siapa?" gumam Riana yang hanya bisa didengar telinganya sendiri. Riana lalu mengenakan sandal dan menuju ke rumah sebelah. "Ri, kamu mau ke mana?""Mau ke sebelah, Mas. Aku mau tanya langsung sama dia tentang orang yang semalam datang."Langkah Riana langsung diikuti Damar. Sedangkan Rafif dan Liana tetap menunggu di teras. "Assalamu'alaikum, Permisi. Maaf kalau saya mengganggu," kata Riana sesopan mungkin. Ia lalu mengulurkan tangan pada wanita di depannya. "Wa-ala-ikumsalam." Wanita itu menerima uluran tangan Riana lalu membalas senyum. "Saya Riana, tinggal di sebelah. Ini Damar menantu saya. Sedangkan yang di teras itu Suami dan anak saya." Setelah menjabat tangan Damar, wanita itu lalu mengarahkan pandangan ke arah teras rumah Riana. Ia tersenyum sambil sedikit mengangguk, membal

DMCA.com Protection Status