Share

Bab 3

Demi meredakan gejolak dalam hatiku, aku mengulurkan tangan dan diam-diam melepaskan pengait bra-ku selagi Josh masih berada di kamar mandi. Namun sebelum aku sempat mengaitkannya kembali, Josh malah sudah keluar.

Yang membuatku semakin canggung adalah, dia malah mengenakan celana dalam yang setengah transparan. Celana dalam itu adalah celana yang kuberikan padanya tadi. Bahkan lebih parah lagi, kejantanannya yang menggunung itu membuatku tidak bisa mengalihkan pandangan.

"Nggak kusangka Kakak suka tipe yang begini ya." Josh tertawa sambil berjalan ke arahku.

....

"Nggak ... bukan begitu. Aku cuma ambil seadanya dari atas ranjang ...."

Aku benar-benar hanya mengambilnya secara acak dari atas ranjang tanpa berniat buruk sama sekali.

"Kak, saatnya bantu aku olesin obat, ya?"

Josh duduk di kursi sandar dengan kakinya yang terbuka, bagaikan malaikat yang baru saja selesai mandi dan menunggu untuk dieksekusi manusia. Aku mengambil sebuah salep, lalu berjalan ke arahnya dengan wajah merona.

"Mungkin bakal agak sakit, tahan sebentar ya."

Aku membungkukkan tubuh, mengambil sedikit salep putih dengan sendok kecil, lalu perlahan-lahan mengoleskannya di lengannya yang merah dan bengkak.

"Wangi sekali, Kak."

"Wangi ya?" Aku mencium salep itu, tetapi tidak merasa ada wangi yang Istimewa.

"Maksudku, Kakak yang wangi."

Pada saat ini, aku baru menyadari tatapan Josh yang aneh, bahkan ada semacam perasaan agresif, seolah-olah dia ingin menelanku bulat-bulat.

Yang lebih memalukan lagi, aku baru sadar bahwa kait bra-ku lupa dikancingkan. Ditambah dengan gerakanku yang membungkuk, tatapan Josh seakan-akan menyulutkan hasrat ke dalam tubuhku.

Aku merasa wajahku memerah karena malu. Dengan panik, aku berusaha mengaitkan kembali bra-ku. Namun karena gugup, gerakanku semakin kikuk hingga aku tidak berhasil mengaitkannya.

Detik berikutnya, Josh berdiri memegang pundakku, lalu dia membenamkan wajahnya di belakang leherku dan berbisik dengan napas yang terasa panas, "Kak, sini kubantu."

Tangannya meluncur dengan cepat ke punggung dalam bajuku.

"Su ... sudah terkancing?"

Pria itu tidak menjawabku. Namun, gerakan tangannya mulai merajalela. Jemarinya yang dingin menyentuh tulang belikatku dan menyusuri pinggangku.

"Kak, kulitmu mulus sekali."

Sambil menggigit bibirku, otot di punggungku mulai menegang karena berusaha menahan desahan. Saat aku hendak melepaskan diri dari cengkeramannya, dia malah memegang tanganku untuk menyentuh bagian bawahnya.

Sekujur tubuhku bagaikan terbakar. Aku ingin menarik kembali tanganku, tapi dia malah menekannya kembali.

"Kak, kamu tega biarin aku menahannya?" Suaranya terdengar semakin berat. "Lagian, Kakak juga sebenarnya mau, 'kan?"

Josh menyibak rok ketatku hingga ke pinggang, lalu menjulurkan tangannya dengan lincah ke dalam.

"Jangan ...." Akal sehatku sudah hampir hancur.

"Kak, kamu sudah basah, lho." Josh mengeluarkan tangannya dan melambaikannya di hadapanku. Tawanya tampak seperti seekor rubah yang sedang mencari mangsanya.

Rasa malu dan tegang menyelimuti diriku seketika. Namun yang tak kusangka, Josh malah menjulurkan lidahnya untuk menjilat ujung jarinya untuk memprovokasiku.

"Rasanya lumayan."

Suaranya seolah-olah meledak di samping telingaku. Pandanganku seketika menjadi kabur karena terbuai nafsu.

Seakan-akan memahami maksudku, Josh menembus pertahananku yang terakhir sambil tersenyum. Tubuhku juga akhirnya mendapatkan pembebasan ....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status