Beranda / Romansa / Kesetiaan Di Antara Pengkhianatan / 1. Kepergian Orang Terkasih

Share

1. Kepergian Orang Terkasih

Penulis: thxyousomatcha
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-18 17:29:18

Semarang, 10 Mei 2010

Sejak tadi, Ina terus berada di samping sang suami. Meskipun suaminya itu tidak menampakkan wajah kesedihannya, Ina sangat paham jauh di lubuk hati pria itu, Amir merasakan kehilangan. Ina tahu, Amir sangat dekat dengan Ayahnya. Berita kepergian sang Ayah yang didengarnya semalam membuatnya bak disambar petir. Tanpa banyak kata, Amir segera mengajak Ina untuk pulang ke Semarang.

Ina meraih tangan Amir yang mengepal, lalu mengusapnya pelan. Amir menoleh, menatap Ina yang tersenyum hangat seakan mengatakan semua akan baik-baik saja. Tadi, setelah acara pemakaman, baik Ina maupun Amir tidak membuka suara. Mereka berada di halaman belakang rumah, mencari ketenangan. Baik Ibu dan keluarganya memakluminya. Mereka tahu bahkan sangat paham bagaimana kedekatan Amir dengan Ayahnya.

Amir menyandarkan kepalanya pada bahu Ina, menatap kosong genggaman tangannya dengan tangan Ina. Sedangkan wanita itu, mengusap kepala Amir, memberikan kenyamanan pada suaminya. "Udah ngerasa lebih baik?" tanya Ina pada akhirnya membuka suara.

Amir mengangguk, tanpa mengubah posisinya. "Karena ada kamu, aku jadi lebih baik, ai."

Diam. Keheningan terjadi lagi. Hingga suara dengkuran halus yang Ina yakini itu berasal dari suaminya, ia menghembuskan napasnya lega. Setidaknya, Amir sudah mulai tenang.

Ina tidak pernah menyangka, setelah lima tahun hidup bersama Amir, untuk pertama kalinya ia melihat suaminya itu meneteskan air mata. Ya, pria itu menangis. Bahkan ketika mengikrarkan janji suci sehidup semati Ina tidak melihat Amir menangis seperti kebanyakan orang. Sepertinya, pria itu memendamnya di dalam hati. Lalu meluapkan emosinya ketika sedang sendiri.

Dulu, ketika pertama kali bertemu dengan Amir, Ina sangat kagum padanya. Amir memiliki kepribadian yang sangat baik. Dan perjuangan pria itu untuk mendapatkannya mampu meluluhkan hatinya yang sebelumnya telah membeku. Ina akui, saat itu dirinya belum siap untuk jatuh cinta lagi. Masa lalu yang membuat Ina menutup hati, untung saja ia mendapatkan beasiswa ke Paris, dari sana Ina sangat bersyukur. Belajar sekaligus pelarian. Ina muak berada di Indonesia yang akan mengingatkannya kepada orang-orang yang dicintainya tapi tidak mendukung keputusannya. Ibu, dan mantan kekasihnya.

Ibunya yang meremehkan hobinya, dan mantan kekasihnya yang tidak mau jika mereka menjalankan long distance realationship, lalu memilih untuk mengakhiri hubungan mereka. Dan Amir datang, menemui Ibunya dengan niat baik. Semua berubah, hingga Ina mampu menunjukkan pada Ibunya jika hobi yang ia miliki tidak bisa diremehkan begitu saja. Amir yang selalu di sampingnya dan mendukungnya hingga Ina berada di titik ini sekarang. Di mana ia sudah memiliki beberapa butik yang tersebar di Indonesia, dari sanalah ibunya tersadar dan mulai mendukung Ina.

Ina menempelkan bibirnya pada pelipis Amir lama, tak terasa air matanya terjatuh. “Terima kasih, ai.”

Amir membuka matanya, mendongak membuat tidak ada jarak di antara keduanya. Amir menaikkan sebelah alisnya, menatap Ina. “Kenapa nangis, ai?” tanyanya.

Buru-buru Ina menjauhkan wajahnya, mengusap pipinya. "Nggak, nggak papa kok," balas Ina tersenyum.

Amir menegakkan tubuhnya, meraih kedua pipi Ina, mengusapnya pelan. "Kamu nggak pandai bohong, ai. Ada apa sih?"

"Aku cuma inget ibu," balas Ina cepat.

Amir mengangguk, terkekeh pelan lalu mengusap rambut Ina gemas. "Aku anggep gitu."

Ina mendengus. "Ih, nyebelin!" serunya.

"Besok kita pulang," kata Amir tiba-tiba.

"Loh, kok besok? Enggak nunggu tujuh harinya ayah?" tanya Ina heran.

"Nggak usah, besok sebelum pulang ke makam dulu."

"Ai ...." Protes Ina. "Kita tunggu tujuh hari ayah," lanjutnya.

Amir menggeleng manik matanya menatap Ina, membuat wanita itu menghembuskan napasnya kasar dan tidak berniat untuk membantah lagi. Karena percuma, keputusan Amir tidak pernah bisa diganggu gugat.

*****

Sebuah gundukan tanah yang terlihat baru dengan bunga mawar merah dan putih yang bertebaran di atasnya. Amir memegang sebuah batu nisan di mana nama Ayahnya tertulis, menatapnya dalam. Ina dapat merasakan Amir sedang menahan gejolak emosi di dalam hatinya. Ina meraih tangan kiri Amir, menggenggamnya. "Nangis aja, ai," kata Ina pada akhirnya karena ia juga pernah merasakan betapa sakit di dadanya menahan tangis.

Detik itu juga Amir meneteskan air matanya, pria itu menangis tanpa suara. "Ayah," katanya berbisik.

"Maaf, Amir nggak bisa ada di saat-saat terakhir ayah. Maaf, Amir harus pulang. Maaf ... maaf ...."

Ina mengusap bahu Amir, menenangkan pria itu. "Aku udah gagal jadi seorang putra, ai." Amir memeluk Ina erat, menangis.

"Sst ... kamu nggak gagal, ai. Kamu bahkan sangat banggain Ayah dengan semua prestasi-prestasi kamu, kamu bukan putranya yang gagal." Ina mengusap-usap punggung Amir, "Kalo Ayah denger kamu bicara kayak gini, ayah nggak mungkin nggak kecewa, ai."

Ina tahu, sangat tahu Amir menyesal dan menyalahkan dirinya atas kepergian Ayahnya yang tiba-tiba, di saat Amir tidak ada di detik-detik terkahir. Ayah mertuanya memang tidak memiliki riwayat penyakit, bahkan beliau sehat-sehat saja. Meninggalnya beliau pun juga tidak disangka semua orang ketika kemarin mereka masih melihat Ayah mertuanya tertawa bahagia, merayakan pernikahannya dengan Ibu mertua yang ke 55 tahun. "Seharusnya kemarin, aku datang dan ikut ngerayain pernikahan Ibu dan Ayah yang kelima puluh lima," gumam Amir dengan napas yang tidak beraturan.

"Ai, ingat umur itu rahasia Allah. Nggak ada yang tahu akan hal itu. Kapan kita akan mati, dan berapa lama kita hidup di dunia." Ina menarik napasnya dalam, ia pun juga sama terkejutnya ketika mendengar kabar kematian Ayah, semua seperti mimpi. Tapi lagi dan lagi, Ina selalu disadarkan akan satu hal jika umur tidak ada yang tahu. Mau sesehat apa pun kita, jika esok adalah takdir Allah mencabut nyawa, kita tidak bisa mengelak dan menghindarinya. "Qadarullah, ai."

Di pagi yang semula cerah, kini mulai gelap. Matahari tertutup awan hitam, angin berhembus pelan. Sepertinya, semesta sangat mengerti perasaan Amir. Karena tidak menunggu lama, tetesan-tetesan air dari langit mulai turun perlahan, membuat mereka bangkit dari tempatnya dan segera masuk ke mobil.

Bab terkait

  • Kesetiaan Di Antara Pengkhianatan    2. Morning Kiss

    "Ai, kita berhenti cari makan dulu, gimana?" tanya Amir mulai menepikan mobilnya. Ina menoleh, menatap Amir. "Boleh deh, aku laper, ai."Saat ini mereka sedang berada di alun-alun Jogja untuk beristirahat terlebih dulu. Di sana, begitu banyak warung yang menjual berbagai makanan, dan gudeg menjadi pilihan mereka untuk makan malam. "Bu, gudegnya dua es teh satu es jeruk satu," kata Amir pada si penjual.Sambil menunggu pesanannya datang, Amir memilih mengajak Ina duduk lesehan. Bahkan sejak turun dari mobil hingga mereka duduk berdua lesehan, tangan mereka saling tertaut dan tidak terlepas. Sesekali Amir mengusap tangan Ina, menepuk-nepuknya. "Ai," panggil Ina pada Amir. Amir menoleh, menatap istrinya yang entah kenapa terlihat sangat cantik. "Hm?" Ina menghela napasnya, mendesah ringan. "Nggak papa, kangen aja sama kamu," gumamnya lalu menyandarkan kepalanya pada bahu Amir.Amir terkekeh, tangannya beralih mengusap bahu Ina. "Bohong banget kamu, pasti ada sesuatu yang mau disampein

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-21
  • Kesetiaan Di Antara Pengkhianatan    3. Kembali ke Rutinitas

    Seperti biasa, Ina akan bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan sang suami tercinta. Banyak yang berubah dari Ina, dulu wanita itu tidak bisa memasak, tidak terbiasa dengan kegiatan yang berhubungan dengan rumah. Tapi, semenjak mengenal Amir dan menikah dengan pria itu, perlahan ia mulai belajar memasak, bahkan sekarang memasak menjadi hobinya. Lalu pekerjaan rumah seperti menyapu dan mengepel, Ina yang membersihkan ketika ia pulang dari butiknya. Ia juga tidak mengandalkan asisten rumah tangga sejak mereka menikah hingga sekarang, padahal Ina cukup sibuk dan pasti sangat melelahkan baginya selama seharian penuh mengurus butik hingg sore lalu ketika pulang masih menyempatkan untuk menyiapkan makan malam dan membereskan rumah. Berulang kali Amir sudah mengusulkan untuk mempekerjakan aisten rumah tangga, tapi selalu ditolak olehnya. Katanya, akan ribet, dan percuma jika mempekerjakan aisten rumah tangga yang masih muda Ina tidak suka, jika yang sudah paruh baya Ina kasihan. Lebih bai

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-09
  • Kesetiaan Di Antara Pengkhianatan    4. Bertemu Teman Lama

    Ditemani secangkir teh hangat, dengan cuaca di siang hari yang mendung, matahari terlihat tidak menampakkan cahayanya karena awan hitam mulai menghiasi langit. Ina menatap buku sketsa yang berada di atas meja dengan seksama, hari ini ia sedang mendesain sebuah gaun yang akan ditampilkan bulan depan pada acara fashion show. Ina menatap takjub pada hasil desainnya, sangat memuaskan. Di sana, sebuah gaun bermodelkan pada bagian dada rendah yang jatuh menjutai ke bawah tanpa ada motif dengan lengan transparan berbentuk terompet. Karena Ina memiliki bayangan jika ini akan menjadi gaun terbaiknya yang akan ia tampilkan. Sebuah gaun pernikahan yang nantinya Ina ingin terlihat memiliki warna yang menyala ketika lampu dimatikan. Dan rencananya, gaun ini akan ia tampilkan pada puncak acaranya. Ina mendesah lega, ketika ia hampir menyelesaikan desain gaunnya. Lalu, suara pintu yang terketuk membuat ia mendongak. "Ya, masuk," serunya dari dalam. Pintu terbuka, di ambang pintu Dini berdiri. "Mbak

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-09
  • Kesetiaan Di Antara Pengkhianatan    5. Flashback

    Sore ini, Ina sangat cantik dengan dress selututnya. Rencananya, ia dan kekasihnya akan bertemu. Ina ingin memberitahukan jika dirinya akan menerima beasiswa ke Paris,mengatakan pada kekasihnya itu jika mereka harus long distance relationship dalam jangka waktu yang tidak sebentar. Sekali lagi, ia melihat penampilannya dari kaca sebelum melangkah pergi. Di taman, Ina duduk di salah satu kursi memanjang yang sudah disiapkan dengan tenang. Kekasihnya belum juga menampakkan batang hidungnya, padahal mereka berjanji akan bertemu pukul lima sore. Hingga hari semakin gelap, matahari tidak lagi menampakkan sinarnya dan digantikan oleh sinar rembulan. Ina mendesah, melirik jam tangannya. Sekarang sudah pukul tujuh yang artinya ia sudah berada di sini menunggu kekasihnya itu selama dua jam. Menelpon atau mengirim pesankan pun percuma karena juga tak kunjung dibaca.Hingga suara seseorang, seketika membuatnya mendongak. "Maaf buat kamu nunggu lama," katanya. Dia kekasih Ina.Ina mengangguk, ter

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-28
  • Kesetiaan Di Antara Pengkhianatan    6. Pasar Malam

    Amir terkekeh mendengar balasan Ina, lalu beberapa detik kemudian kembali bersuara. "Ai, jalan yuk. Katanya ada pasar malam," kata Amir pada Ina."Sekarang?" tanya Ina menaikkan sebelah alisnya.Amir mengangguk. "Iyalah sekarang masa tahun depan.  Mumpung malam minggu.""Mampir makan sekalian aja gimana? Terus baru ke pasar malam?" tanya Ina mengusulkan."Boleh juga tuh, ai!" balas Amir mengangguk setuju, "yaudah sana siap-siap," lanjut Amir pada Ina."Kamu enggak siap-siap emangnya?" tanya Ina menatap Amir.Amir menggeleng singkat. "Nggak, mau ginian aja."Ina berdecak, sedikit tidak suka dengan gaya berpakaian Amir kali ini karena ia sangat tahu dan mengerti style suaminya itu adalah style khas kaum adam yang disukai oleh para barisan kaum hawa. Itu akan menyebalkan bagi Ina.  Amir hanya memakai kaos hitam yang pas hingga memperlihatkan dengan jelas bentuk tubuh suaminya itu, lalu celana jeans selutut menjadi

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-01
  • Kesetiaan Di Antara Pengkhianatan    7. Umur Hanya Sebuah Angka

    Sejak tadi, Ina terus merajuk pada Amir. Bisa-bisanya, pedagang yang menjual permen kapas mengira dirinya adalah anak Amir. Dengan percaya dirinya, si penjual berkata. "Ini, Pak. Anaknya cantik ya."What The Hell!Ina yang merajuk, Amir yang terus menggoda wanita itu. "Udah dong ai, jangan marah-marah terus," kata Amir mengusap kepala Ina."Lah gimana nggak kesel, orang yang nggak tau selalu ngira aku anak kamu! Mending tuh kalo nggak tau diem aja, jangan sok tau gitu ah, jatohnya norak sekaligus ngeselin!" Amir terkekeh, memeluk istrinya dengan tangan kanannya. "Yaudah, mau ke mana lagi kita?" tanyanya. Berusaha membujuk istri kecilnya itu yang masih saja merajuk."Pulang aja ah, udah nggak mood!""Jangan dong, masa sebentar aja kita di sini. Mau ke rumah hantu?" tanya Amir menawarkan sekalian uji nyali.Amir juga tidak mengelak, jika dirinya dan Ina memang lebih cocok seperti seorang bapak dan anak. Ina memiliki postu

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-02
  • Kesetiaan Di Antara Pengkhianatan    8. Ina Merajuk

    Amir terus membelai rambut Ina, sesekali ia tersenyum geli melihat tingkah istrinya itu yang manja. Sejak tadi, Ina terus merajuk karena masih kesal beberapa orang terus mengira jika Ina adalah putrinya. Apalagi, Amir juga mengejek membuat sekarang Ina merajuk. Istrinya itu diam dan enggan membuka mulut apalagi berbicara dengannya. "Udah dong, ai! Jangan diem, aku nggak bisa diginiin," kata Amir menggoyang-goyangkan tubuh Ina.Ina diam, menyentakkan tangan Amir dari lengannya. "Apaan sih!" gerutunya.Amir tau, Ina pasti sangat kesal. Tapi, bagaimana? Ia memang paling tidak bisa diam untuk berhenti menggoda istrinya itu. Amir suka jika Ina sedang merajuk. Lucu saja di matanya. "Aiii, kamu nih. Mau aku gigit ya?" katanya lagi membuka suara.Amir menghela napasnya, lalu beralih tempat menjadi di depan Ina di mana istrinya itu  menghadap. "Hai!" sapanya begitu ia sudah berhadapan dengan istrinya. Ina memejamkan mata, enggan menatap Amir atau ia akan

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-03
  • Kesetiaan Di Antara Pengkhianatan    9. Je T'aime

    Sesekali Ina melirik jam di dinding, malam sudah menunjukkan pukul 21.00 dan sepertinya belum ada tanda kedatangan suaminya itu akan pulang. Ina menghela napasnya pelan, meskipun Amir berkata untuk tidak perlu menunggu tapi rasanya Ina tidak bisa, karena ini juga menjadi salah satu hal rutin yang selalu dilakukannya semenjak menikah. Menunggu suaminya pulang dari bekerja itu adalah hal wajib baginya. Dan Ina sangat menyukainya. Rasanya ketika menunggu suami pulang dari bekerja itu ada rasa kebahagiaan tersendiri. Sejak tadi, yang dilakukan Ina adalah duduk diam di sofa sembari mengganti-ganti saluran tv hingga membuatnya bosan. Bermain sosmed, melanjutkan sketsa yang sempat tertunda, hingga mengemil tiga jenis makanan ringan sudah ia lakukan. Bahkan lima kaleng soda dan satu botol air mineral sudah ia habiskan. Ah, Ina merasa seperti seorang gadis abg yang baru saja merasakan putus cinta. "Ih lama banget sih, ya kali sekalian nongkrong sampe lupa waktu," gumam Ina menyanda

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-04

Bab terbaru

  • Kesetiaan Di Antara Pengkhianatan    Esktra Part: I Love You

    Agenda saat malam minggu tiba bagi keluarga kecil Amir adalah menonton film bersama di rumah. Ya, mereka memang membuat family time setiap akhir pekan sejak kelahiran Abi dan Aira. Saat malam minggu, mereka akan nonton film bersama di rumah dengan menyulap ruang keluarga menjadi bioskop mini. Sedangkan saat minggu, berkebun di halaman rumah atau pergi keluar—tergantung dengan yang diinginkan oleh anak-anak. Abi dan Aira terlihat sangat bersemangat. Mereka saling membantu satu sama lain untuk menata semuanya. Film yang akan ditonton kali ini adalah sebuah film yang berasal dari Korea dan pernah ramai pada masanya. Sampai-sampai ada beberapa negara yang mengadaptasi film tersebut. Dari beberapa versi memiliki ending yang sedih, tetapi hanya 1 versi yang berasal dari Turki yang endingnya dibuat bahagia. Kali ini mereka akan menonton yang berasal dari versi negara aslinya, Korea. Judulnya adalah Miracle in Cell No. 7. “Ibu, apa film ini endingnya sedih?” tanya Aira tiba-tiba menggunakan

  • Kesetiaan Di Antara Pengkhianatan    Ekstra Part: Syabian & Jennaira

    "Ibuuuu, Abi nakal!" Aira berlari menghampiri Ina yang sedang menyirami tanaman. Dua tahun yang lalu, ternyata dirinya sedang mengandung bayi kembar laki-laki dan perempuan. Tentu saja, setelah kesedihan dan luka yang terjadi, tidak berselang lama semuanya digantikan oleh kebahagiaan di saat mendengar suara pecah tangis dua bayi sehat tanpa kekurangan apa pun yang baru saja Ina lahirkan. Lalu mereka memberinya nama Syabian Alan Habiburrahman dan Jennaira Alana Habiburrahman.Syabian yang berarti penghuni surga, Alan adalah gabungan nama dari Amir dan Alaina, lalu Habiburrahman yang diambil dari nama belakang Amir. Sedangkan Jennaira berarti calon penghuni surga yang bersinar, sama seperti Alan, Alana adalah gabungan dari Amir dan Alaina, begitu juga dengan Habiburrahman yang diambil dari nama belakang Amir."Kenapa sayang?" tanya Ina menatap Aira yang sudah berdiri di sampingnya."Abi, jail banget. Masa ngatain Aira gendut," ujarnya kesal sembari memajukan bibirnya. "Tapi, kan, eman

  • Kesetiaan Di Antara Pengkhianatan    50. Bersamamu

    Bersamamu melewati momen yang terjadi setiap detik begitu berarti bagiku.Bagiku, kamu adalah kebahagiaanku dan sebagian dari jiwaku.Aku tidak bisa membayangkan, bagaimana hidupku tanpamu, semua akan terasa hampa, tidak berarti dan menyedihkan.Dalam hidup berumah tangga, aku percaya selalu ada pasang surut di setiap perjalanannya, tapi aku percaya, aku dan kamu selalu bisa melewatinya.Aku mencintaimu, dulu, sekarang, bahkan nanti di masa yang akan datang.Perasaanku padamu akan tetap selalu sama, tidak berkurang, tapi semakin bertambah setiap detiknya.Percayalah, Ina-ku aku sedang tidak membual.Ina-ku, terima kasih untuk warna yang kamu berikan padaku, terima kasih sudah selalu mencintai dan menyayangiku dengan segenap hatimu, terima kasih juga karena sudah memberi kesempatan untuk rumah tangga kita bertahan.Ah, terima kasih karena sudah kembali padaku. Selamat datang, sayang! Aku selalu percaya, kamu milikku dan akan selamanya begitu. Te Amo, Mi AmorSuamimuIna membaca surat

  • Kesetiaan Di Antara Pengkhianatan    49. I'm Sorry

    Amir menatap sendu ke arah pintu, berharap jika seseorang yang begitu ia rindukan dan sangat ia nantikan kehadirannya datang, lalu memeluknya dengan hangat. Alainanya, ia sangat merindukan wanitanya. Untuk beberapa saat jauh dengan Ina, membuat hati Amir begitu tersiksa. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika mereka benar-benar bercerai. Karena itu artinya Amir akan jauh dari Ina. Ia tidak akan bisa lagi melihat wajah cantik dan berseri istrinya itu 24 jam. Ia juga tidak bisa melihat tumbuh kembang anaknya nanti dan tidak bisa menemani selama pertumbuhannya. Akan ada banyak hal yang akan Amir lewatkan, setelah mereka resmi bercerai. Sakit rasanya, hanya dengan membayangkannya saja. Sesekali juga Amir selalu menyalahkan dirinya perihal kelumpuhan yang terjadi. Menjadi pria tidak berguna membuatnya tidak berdaya. Ina yang meninggalkan, membuat Amir kecewa dengan diri sendiri. Andai saja ia tidak cacat, Ina pasti tidak akan meninggalkannya. Wanita itu tetap akan setia berada

  • Kesetiaan Di Antara Pengkhianatan    48. Diary Amir

    Setelah bertemu Alia, Ina juga menyempatkan diri untuk bertemu Hilmi tadi. Karena ia berpikir jika semua yang sudah terjadi harus segera ia akhiri dan menjelaskannya pada Hilmi. Ketika Ina menjelaskan semuanya pada Hilmi, pria itu hanya diam. Lalu saat Ina berkata untuk mengakhiri semua, awalnya pria itu menolak. Hilmi merasa Ina tidak boleh melakukan itu dan meninggalkan dia. Hilmi juga berkata jika dia benar-benar mencintai Ina, akan membahagiakan Ina dan menganggap bayi yang ada di dalam kandungan Ina sebagai anaknya. Namun, Ina menegaskan kembali jika semuanya salah dan tidak seharusnya mereka melanjutkan hubungan salah itu. Lagipula, Ina juga kembali sadar jika Hilmi adalah pria beberapa tahun lalu yang juga pernah melukainya dengan berselingkuh dengan wanita yang menjadi mantan istri pria itu. Terkadang jika mengingat kejadian beberapa hari lalu membuat Ina merutuki dirinya, betapa bodohnya ia kemarin.Sekarang ia sedang berada di kamar Amir. Menyiapkan beberapa keperluan yang

  • Kesetiaan Di Antara Pengkhianatan    47. Wejangan Ibu

    Sebenarnya Asih tidak suka ikut campur mengurusi masalah rumah tangga putrinya, tetapi entah kenapa ia merasa hatinya resah dan firasat buruk telah terjadi. Apalagi melihat gerak-gerik Ina yang menurutnya sangat membuatnya curiga saat ditanyai perihal Amir, putrinya itu selalu menghindar. “Ibu nggak tau, apa yang lagi terjadi antara kamu sama Amir. Ibu juga nggak mau ikut campur, tapi ngeliat kamu yang menghindar setiap kali ibu menyinggung nama Amir, ngebuat ibu nggak bisa tinggal diam.”Ina diam, ia terkejut saat mendengar pernyataan ibunya yang secepat ini. Ina pikir, ia akan memberitahukan kepada Asih saat ia dan Amir resmi bercerai. Namun sepertinya, rencananya berubah dan ia harus mengatakan lebih cepat dari seharusnya. “Sebenernya apa yang terjadi antara kamu sama Amir?” tanya Asih to the point.Ina menarik napas dan menghembuskan perlahan, sebelum mengatakan semua kepada ibunya itu. “Ina sama Amir mau cerai.”Asih terlihat tenang, juga merasa tidak terkejut sedikit pun. Sepert

  • Kesetiaan Di Antara Pengkhianatan    46. Saat Kesetiaan Diuji

    Ina mengendarai mobilnya sendiri tanpa sopir. Entah apa yang terjadi pada dirinya juga, pergi begitu saja meninggalkan Amir sendiri di rumah. Ina hanya merasa, ada yang salah dengan dirinya. Niatnya ia akan pergi ke rumah ibunya. Sudah lama juga dirinya tidak berkunjung. Namun, sebelum itu ia akan terlebih dulu bertemu dengan Hilmi di tempat biasa mereka bertemu. Ia turun dari mobil, saat masuk ke kafe pandangannya menangkap sosok Hilmi yang ternyata sudah datang. "Maaf nunggu lama," ujar Ina saat sudah duduk di hadapan Hilmi."Santai aja, gue juga baru nyampe.""Lo keliatan nggak baik-baik aja. Kenapa?" Lanjut Hilmi bertanya, saat melihat raut Ina yang memang terlihat tidak baik-baik saja. "Gue mau nyeraiin Amir," gumam Ina menjawab sedikit tidak yakin. Hilmi yang mendengar itu tentu terkejut. Sangat mendadak baginya, meskipun di sisi lain ia merasa senang. Karena dengan begitu, kesempatan untuk mendapatkan Ina sangat besar. "Mendadak banget, Na. Lo sama dia kenapa?" Ina menggele

  • Kesetiaan Di Antara Pengkhianatan    45. Pergi Dari Rumah

    Semalam, begitu istrinya pulang dan untuk pertama kalinya Amir berhadapan langsung dengan pria itu. Melihat dengan jelas bagaimana wajahnya. Tadi malam juga pertama kali, istrinya itu membawa pria selain keluarga masuk ke dalam rumah. Sebenarnya tidak masalah, hanya saja Amir merasakan ada hal janggal. Saat ditanya pun siapa pria itu, Ina hanya menjawab temannya. Namun, Amir merasa ada hal yang tidak biasa dari hubungan mereka meskipun masih bersifat abu. Mendengar sekilas juga Ina memanggil nama pria itu, nama yang sama seperti orang dari masa lalu istrinya. Cara mereka berinteraksi juga sudah seperti teman lama, sangat akrab. Saking akrabnya Amir sampai bingung bagaimana harus menilai dan membuatnya semakin memiliki pikiran yang tidak-tidak tentang istrinya. Apalagi pagi-pagi sekali, Amir sudah tidak mendapati Ina di rumah. Entah ke mana istrinya itu pergi, ia tidak tau. Saat Amir menanyakan keberadaan Ina pada art-nya pun, beliau juga tidak tau."Mas, ada tamu. Nyariin Mas Amir ka

  • Kesetiaan Di Antara Pengkhianatan    44. Hubungan

    Sebuah hubungan akan bertahan jika ada kepercayaan di dalamnya. Namun, jika salah satu di antara keduanya mengingkari kepercayaan itu. Apakah hubungan akan tetap bertahan atau justru kandas di tengah jalan?- author.*****Tawa Ina berderai mendengar lelucon dari pria di hadapannya, Hilmi. Ina tertawa karena pria dari masa lalu yang telah menyakitinya. Hanya dalam 1 jam, saat Ina memberikan kesempatan beberapa saat lalu, ia mampu memaafkannya. Ini memang tentang waktu dan sekeras usaha yang dilakukan. Namun, bukan berarti kita mampu membenarkan usaha Hilmi dalam merebut Ina kembali. Tentu saja itu sudah sangat jelas jika salah. Entah apa yang membuat Ina menjadi sedikit goyah dan tidak lagi membatasi jarak dengan Hilmi. Padahal awalnya, Ina sudah melakukan hal yang benar dengan menghindari pria itu. "Shella suka banget sama kado pilihan lo," ujar Hilmi. "Makasih ya, Na."Ina mengangguk tersenyum. "Sama-sama."Siang ini mereka sedang berada di kafe yang berada tidak jauh dari rumah In

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status