Share

3. Kembali ke Rutinitas

Penulis: thxyousomatcha
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-09 16:57:18

Seperti biasa, Ina akan bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan sang suami tercinta. Banyak yang berubah dari Ina, dulu wanita itu tidak bisa memasak, tidak terbiasa dengan kegiatan yang berhubungan dengan rumah. Tapi, semenjak mengenal Amir dan menikah dengan pria itu, perlahan ia mulai belajar memasak, bahkan sekarang memasak menjadi hobinya. Lalu pekerjaan rumah seperti menyapu dan mengepel, Ina yang membersihkan ketika ia pulang dari butiknya. Ia juga tidak mengandalkan asisten rumah tangga sejak mereka menikah hingga sekarang, padahal Ina cukup sibuk dan pasti sangat melelahkan baginya selama seharian penuh mengurus butik hingg sore lalu ketika pulang masih menyempatkan untuk menyiapkan makan malam dan membereskan rumah.

Berulang kali Amir sudah mengusulkan untuk mempekerjakan aisten rumah tangga, tapi selalu ditolak olehnya. Katanya, akan ribet, dan percuma jika mempekerjakan aisten rumah tangga yang masih muda Ina tidak suka, jika yang sudah paruh baya Ina kasihan. Lebih baik semua ia kerjakan sendiri daripada harus menggunakan art. Baginya, jika sendiri saja ia masih sanggup, kenapa tidak?

Lalu, tidak jauh dari di mana dapur berada, Amir berdiri dengan menyandarkan tubuhnya di tembok sambil bersedekap dada. Matanya menatap Ina penuh kagum dan cinta. Begitu banyak peningkatan yang dialami Ina sejak mereka mulai membangun bahtera rumah tangga. Amir jugalah saksi di mana ketika pertama kali mereka tinggal bersama, Amir lah yang memasak atau jika tidak mereka harus pergi keluar untuk makan. Hingga beberapa minggu kemudian, Ina memintanya untuk mengajari memasak. Ina juga meminta pendapat padanya bagaimana jika dia mengikuti kursus memasak. Tentu Amir mengajari Ina dengan senang hati, dan sangat mendukung jika Ina mengikuti kursus.

Amir tersenyum hangat, sebelum akhirnya berdeham membuat Ina yang sibuk pada aktivitas memasaknya mendongak, matanya melirik jam di dinding. "Tumben udah rapi?" tanya Ina menaikkan sebelah alisnya.

Amir berjalan, menghampiri Ina menatap wanitanya dalam. "Aku ada rapat," jawabnya membuat Ina mengangguk paham dan setelahnya melanjutkan memasaknya.

"Bentar yah, sebentar lagi." Kata Ina tanpa mengalihkan pandangannya pada ayam yang sedang digoreng.

Amir terkekeh, ah istrinya itu sangat menggemaskan. Batinnya. "Iya, nggap papa kok, ai. Pelan-pelan aja."

Sembari menunggu Ina selesai memasak, Amir memutuskan untuk duduk di meja makan. Pandangan matanya tidak lepas dari sang istri dengan gaya rambut yang dicepol, celemek yang terpasang pada tubuhnya, dan jangan lupakan daster yang melengkapi gayanya pagi ini. Benar-benar seperti ibu rumah tangga yang sesungguhnya. Amir meraih ponsel, lalu membuka kamera untuk mengambil gambar istrinya. "Ah, sudah siap!" seru Ina melangkahkan kakinya menuju meja makan dengan membawa mangkuk berisi soup. Satu-persatu, masakan sudah terhidang di atas meja.

Amir bersorak melihatnya, dengan sigap Ina segera menuangkan nasi beserta lauk-pauknya di atas piring Amir. "Silakan dimakan, Tuan," kata Ina membuat Amir terkekeh lalu mengusap pelan kepala istrinya itu.

"Aku mandi dulu ya, ai. Kamu makan aja," lanjut Ina membuat Amir menghentikan langkah istrinya itu.

Amir menggeleng, lalu memberi kode untuk Ina bergabung. "Sarapan dulu, masa aku makan sendiri. Berasa jomblo dong," guraunya membuat Ina terkekeh sebelum akhirnya ikut bergabung.

"Tumben belum mandi? Biasanya sebelum masak udah mandi dulu," tanya Amir membuka percakapan.

"Tadi males, airnya dingin," balas Ina memasukkan nasi ke dalam mulutnya.

"Harusnya kamu bangunin aku, biar bisa mandi bareng," goda Amir mengedipkan matanya. Ina mendelik tajam menatap suaminya itu.

"Ish, pikirannya itu loh!"

"Loh kenapa? Udah sah, kan?" protes Amir.

"Terserah ih," dengus Ina mulai kembali melahap sarapannya.

Mereka sudah selesai sarapan, Amir mulai beranjak dari duduknya berniat untuk berangkat ke kantor, sedangkan Ina mengekor di belakang. Ketika sampai di depan pintu, Amir berbalik menatap Ina–wanita itu yang paham segera menempelkan tangan Amir ke hidungnya. Bukankah itu juga termasuk salah satu bentuk hormat istri pada suami? Tapi, tidak sedikit pula seorang istri di luar sana yang melupakan hal sekecil itu.

Ah, Ina juga merasa sangat bersyukur. Pertemuannya dengan Amir adalah hal terbaik yang pernah ia dapatkan. Pria itu dengan sabar membimbingnya dari nol. Amir benar-benar suami idaman dan Ina sangat beruntung mendapatkannya, lebih tepatnya Ina beruntung karena Amir memilihnya sebagai pasangan hidup pria itu.

Amir mengusap kepala Ina lembut, tersenyum hangat. "Aku berangakat dulu, ai," katanya menempelkan bibirnya ke kepala Ina agak lama.

Ina mengangguk, balas tersenyum hangat. "Hati-hati, ai!" katanya melambaikan tangan dan dibalas pria itu.

Setelah mobil Amir keluar gerbang, Ina masuk ke dalam rumah, membereskan meja makan terlebih dulu sebelum bersiap untuk berangkat ke butik. Untung saja, Ina adalah pemilik butik. Jadi, berangkat telat sedikit saja tidak masalah karena tidak akan ada yang marah dan protes akan hal itu.

Sebuah dress berbahan satin selutut dengan lengan model terompet menjadi pakaian Ina hari ini. Ina terlihat anggun dan cantik di balik dress bermotif bunga daisy itu. Apalagi high heels 15 senti menjadi pelengkapnya. Ina melihat dirinya dari pantulan kaca, merasa puas setelah menyentuh wajahnya dengan sedikit riasan. "Perfect!" serunya tersenyum lebar.

*****

Sesampainya di sebuah gedung bertuliskan AA Boutique, Ina turun dari mobil. Langkah kakinya mulai memasuki butik, beberapa pegawai yang melihatnya menyapa Ina dan dibalas ramah olehnya. "Pagi, Mbak Ina!" sapa salah satu pegawai Ina yang memakai hijab. Dia pegawai pertama Ina dan sampai sekarang masih ada untuknya.

"Pagi juga, Din!" balas Ina tersenyum. "Hari ini ada jadwal ketemu klien, nggak?" tanyanya. Selain pegawai, dia juga menjadi asisten Ina.

Dini menggeleng, "Nggak ada, Mbak. Tapi besok lusa ada," jawabnya.

"Oke, Din. Aku masuk dulu, ya!" kata Ina sebelum melangkah pergi memasuki ruangannya.

Ruangan yang tidak besar, tapi membuat Ina nyaman. Selain butik yang didesain khusus oleh Amir, suaminya. Pria itu juga mendesain ruangan miliknya. Waktu itu Ina hanya berkata, dirinya ingin ruangan yang seperti ini dan itu, lalu tanpa harus menunggu lama Amir menyelesaikannya. Bahkan ia tidak membutuhkan untuk memanggil seorang arsitek dan ahli desain interior, karena suaminya saja sudah ahli dengan semua itu.

Ruangan bernuansa hijau putih, ketika masuk kalian akan disuguhkan dengan sebuah hiasan Menara Eiffel dengan tinggi yang hampir menyamai tinggi Ina. Lalu di sebelah kirinya, ada foto pernikahan Ina dan Amir terpasang. Meja panjang dengan kursi kebangsaan Ina untuknya ketika sedang sibuk mendesain berada di tengah dengan latar belakang sebuah kaca besar tertutup tirai, jika di buka akan memperlihatkan jalanan Kota Bogor. Dan di samping kanan meja kerja, terdapat sebuah lemari untuk memajang penghargaan-pengharagaan yang telah Ina dapatkan selama kurang lebih lima tahun ini, seperti beberapa piala dan sertifikat. Lalu sofa panjang dengan meja kecil untuk menyambut tamu berada di depan lemari.

Ina menatap seluruh ruangannya, ia tahu Amir membuatnya penuh cinta. Bahkan butik ini, Amir persembahkan sebagai kado ulang tahunnya. Kadang jika mengingatnya saja, membuat jantung Ina berdebar lebih kencang dari ritme biasanya.

Ah, dirinya benar-benar mencintai pria itu.

Bab terkait

  • Kesetiaan Di Antara Pengkhianatan    4. Bertemu Teman Lama

    Ditemani secangkir teh hangat, dengan cuaca di siang hari yang mendung, matahari terlihat tidak menampakkan cahayanya karena awan hitam mulai menghiasi langit. Ina menatap buku sketsa yang berada di atas meja dengan seksama, hari ini ia sedang mendesain sebuah gaun yang akan ditampilkan bulan depan pada acara fashion show. Ina menatap takjub pada hasil desainnya, sangat memuaskan. Di sana, sebuah gaun bermodelkan pada bagian dada rendah yang jatuh menjutai ke bawah tanpa ada motif dengan lengan transparan berbentuk terompet. Karena Ina memiliki bayangan jika ini akan menjadi gaun terbaiknya yang akan ia tampilkan. Sebuah gaun pernikahan yang nantinya Ina ingin terlihat memiliki warna yang menyala ketika lampu dimatikan. Dan rencananya, gaun ini akan ia tampilkan pada puncak acaranya. Ina mendesah lega, ketika ia hampir menyelesaikan desain gaunnya. Lalu, suara pintu yang terketuk membuat ia mendongak. "Ya, masuk," serunya dari dalam. Pintu terbuka, di ambang pintu Dini berdiri. "Mbak

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-09
  • Kesetiaan Di Antara Pengkhianatan    5. Flashback

    Sore ini, Ina sangat cantik dengan dress selututnya. Rencananya, ia dan kekasihnya akan bertemu. Ina ingin memberitahukan jika dirinya akan menerima beasiswa ke Paris,mengatakan pada kekasihnya itu jika mereka harus long distance relationship dalam jangka waktu yang tidak sebentar. Sekali lagi, ia melihat penampilannya dari kaca sebelum melangkah pergi. Di taman, Ina duduk di salah satu kursi memanjang yang sudah disiapkan dengan tenang. Kekasihnya belum juga menampakkan batang hidungnya, padahal mereka berjanji akan bertemu pukul lima sore. Hingga hari semakin gelap, matahari tidak lagi menampakkan sinarnya dan digantikan oleh sinar rembulan. Ina mendesah, melirik jam tangannya. Sekarang sudah pukul tujuh yang artinya ia sudah berada di sini menunggu kekasihnya itu selama dua jam. Menelpon atau mengirim pesankan pun percuma karena juga tak kunjung dibaca.Hingga suara seseorang, seketika membuatnya mendongak. "Maaf buat kamu nunggu lama," katanya. Dia kekasih Ina.Ina mengangguk, ter

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-28
  • Kesetiaan Di Antara Pengkhianatan    6. Pasar Malam

    Amir terkekeh mendengar balasan Ina, lalu beberapa detik kemudian kembali bersuara. "Ai, jalan yuk. Katanya ada pasar malam," kata Amir pada Ina."Sekarang?" tanya Ina menaikkan sebelah alisnya.Amir mengangguk. "Iyalah sekarang masa tahun depan.  Mumpung malam minggu.""Mampir makan sekalian aja gimana? Terus baru ke pasar malam?" tanya Ina mengusulkan."Boleh juga tuh, ai!" balas Amir mengangguk setuju, "yaudah sana siap-siap," lanjut Amir pada Ina."Kamu enggak siap-siap emangnya?" tanya Ina menatap Amir.Amir menggeleng singkat. "Nggak, mau ginian aja."Ina berdecak, sedikit tidak suka dengan gaya berpakaian Amir kali ini karena ia sangat tahu dan mengerti style suaminya itu adalah style khas kaum adam yang disukai oleh para barisan kaum hawa. Itu akan menyebalkan bagi Ina.  Amir hanya memakai kaos hitam yang pas hingga memperlihatkan dengan jelas bentuk tubuh suaminya itu, lalu celana jeans selutut menjadi

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-01
  • Kesetiaan Di Antara Pengkhianatan    7. Umur Hanya Sebuah Angka

    Sejak tadi, Ina terus merajuk pada Amir. Bisa-bisanya, pedagang yang menjual permen kapas mengira dirinya adalah anak Amir. Dengan percaya dirinya, si penjual berkata. "Ini, Pak. Anaknya cantik ya."What The Hell!Ina yang merajuk, Amir yang terus menggoda wanita itu. "Udah dong ai, jangan marah-marah terus," kata Amir mengusap kepala Ina."Lah gimana nggak kesel, orang yang nggak tau selalu ngira aku anak kamu! Mending tuh kalo nggak tau diem aja, jangan sok tau gitu ah, jatohnya norak sekaligus ngeselin!" Amir terkekeh, memeluk istrinya dengan tangan kanannya. "Yaudah, mau ke mana lagi kita?" tanyanya. Berusaha membujuk istri kecilnya itu yang masih saja merajuk."Pulang aja ah, udah nggak mood!""Jangan dong, masa sebentar aja kita di sini. Mau ke rumah hantu?" tanya Amir menawarkan sekalian uji nyali.Amir juga tidak mengelak, jika dirinya dan Ina memang lebih cocok seperti seorang bapak dan anak. Ina memiliki postu

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-02
  • Kesetiaan Di Antara Pengkhianatan    8. Ina Merajuk

    Amir terus membelai rambut Ina, sesekali ia tersenyum geli melihat tingkah istrinya itu yang manja. Sejak tadi, Ina terus merajuk karena masih kesal beberapa orang terus mengira jika Ina adalah putrinya. Apalagi, Amir juga mengejek membuat sekarang Ina merajuk. Istrinya itu diam dan enggan membuka mulut apalagi berbicara dengannya. "Udah dong, ai! Jangan diem, aku nggak bisa diginiin," kata Amir menggoyang-goyangkan tubuh Ina.Ina diam, menyentakkan tangan Amir dari lengannya. "Apaan sih!" gerutunya.Amir tau, Ina pasti sangat kesal. Tapi, bagaimana? Ia memang paling tidak bisa diam untuk berhenti menggoda istrinya itu. Amir suka jika Ina sedang merajuk. Lucu saja di matanya. "Aiii, kamu nih. Mau aku gigit ya?" katanya lagi membuka suara.Amir menghela napasnya, lalu beralih tempat menjadi di depan Ina di mana istrinya itu  menghadap. "Hai!" sapanya begitu ia sudah berhadapan dengan istrinya. Ina memejamkan mata, enggan menatap Amir atau ia akan

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-03
  • Kesetiaan Di Antara Pengkhianatan    9. Je T'aime

    Sesekali Ina melirik jam di dinding, malam sudah menunjukkan pukul 21.00 dan sepertinya belum ada tanda kedatangan suaminya itu akan pulang. Ina menghela napasnya pelan, meskipun Amir berkata untuk tidak perlu menunggu tapi rasanya Ina tidak bisa, karena ini juga menjadi salah satu hal rutin yang selalu dilakukannya semenjak menikah. Menunggu suaminya pulang dari bekerja itu adalah hal wajib baginya. Dan Ina sangat menyukainya. Rasanya ketika menunggu suami pulang dari bekerja itu ada rasa kebahagiaan tersendiri. Sejak tadi, yang dilakukan Ina adalah duduk diam di sofa sembari mengganti-ganti saluran tv hingga membuatnya bosan. Bermain sosmed, melanjutkan sketsa yang sempat tertunda, hingga mengemil tiga jenis makanan ringan sudah ia lakukan. Bahkan lima kaleng soda dan satu botol air mineral sudah ia habiskan. Ah, Ina merasa seperti seorang gadis abg yang baru saja merasakan putus cinta. "Ih lama banget sih, ya kali sekalian nongkrong sampe lupa waktu," gumam Ina menyanda

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-04
  • Kesetiaan Di Antara Pengkhianatan    10. Honey Bunny Sweety

    Setelah aktivitas panas di atas ranjang pagi menjelang siang ini, mereka memutuskan untuk pergi berjalan-jalan ke mall. Menghabiskan waktu berdua selagi mereka memiliki waktu seharian penuh untuk bersama. Mereka sudah siap dengan style masing-masing, seperti biasa selalu saja ada yang kembar dari keduanya. Entah itu style pakaian yang sama atau barang lainnya seperti sepatu, dan jam tangan. Selama mengelilingi mall, Amir tidak pernah sedetik pun melepaskan tangan Ina. Kedua tangan mereka terus tertaut sejak turun dari mobil. "Ai, coba deh ke sana!" seru Ina mengajak Amir pergi ke toko bayi.Amir menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa ke sana, ai?""Nggak papa, pengen aja."Amir mengangguk, mereka berjalan beriringan menuju toko yang menjual perlengkapan bayi. Di sana, begitu banyak perlengkapan bayi yang lucu-lucu, membuat mata Ina berbinar melihatnya. Ina melepaskan genggamannya dari tangan Amir, lalu beralih memegang sebuah topi bayi berbentuk sapi yang lucu

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-05
  • Kesetiaan Di Antara Pengkhianatan    11. Drama Rumah Tangga

    Sejak tadi, Ina terus saja bersembunyi di balik ketiak Amir. Saat ini, bukan drama romantis yang penuh dengan kemanisan dan keuwuan yang mereka tonton, melainkan sebuah drama korea bergenre horor juga thriller yang berjudul The Guest. Ina tidak takut sebenarnya, ia hanya terkejut dengan suaranya yang tiba-tiba mengejutkan dirinya saja. Amir terkekeh, sejak tadi ia tidak berhenti tertawa melihat tingkah istrinya yang lucu. Bersembunyi di balik ketiaknya dengan sebuah alibi, backsound suara yang mengejutkan secara tiba-tiba. "Ih, kok kamu dari tadi ketawa terus sih. Nyebelin!" seru Ina yang masih pada posisinya, matanya sedikit mengintip untuk kembali menonton dramanya."Udahlah, kalo kamu takut ganti aja. Mana tumben banget kamu nonton drama horor, biasanya aja kalo diajak nonton film horor selalu nolak. Nggak mau.""Aku kepo ai, katanya bagus itu dramanya. Aku lihat di salah satu akun di instagram yang rekomendasiin drakor gitu, dan ini katanya drakor hor

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-06

Bab terbaru

  • Kesetiaan Di Antara Pengkhianatan    Esktra Part: I Love You

    Agenda saat malam minggu tiba bagi keluarga kecil Amir adalah menonton film bersama di rumah. Ya, mereka memang membuat family time setiap akhir pekan sejak kelahiran Abi dan Aira. Saat malam minggu, mereka akan nonton film bersama di rumah dengan menyulap ruang keluarga menjadi bioskop mini. Sedangkan saat minggu, berkebun di halaman rumah atau pergi keluar—tergantung dengan yang diinginkan oleh anak-anak. Abi dan Aira terlihat sangat bersemangat. Mereka saling membantu satu sama lain untuk menata semuanya. Film yang akan ditonton kali ini adalah sebuah film yang berasal dari Korea dan pernah ramai pada masanya. Sampai-sampai ada beberapa negara yang mengadaptasi film tersebut. Dari beberapa versi memiliki ending yang sedih, tetapi hanya 1 versi yang berasal dari Turki yang endingnya dibuat bahagia. Kali ini mereka akan menonton yang berasal dari versi negara aslinya, Korea. Judulnya adalah Miracle in Cell No. 7. “Ibu, apa film ini endingnya sedih?” tanya Aira tiba-tiba menggunakan

  • Kesetiaan Di Antara Pengkhianatan    Ekstra Part: Syabian & Jennaira

    "Ibuuuu, Abi nakal!" Aira berlari menghampiri Ina yang sedang menyirami tanaman. Dua tahun yang lalu, ternyata dirinya sedang mengandung bayi kembar laki-laki dan perempuan. Tentu saja, setelah kesedihan dan luka yang terjadi, tidak berselang lama semuanya digantikan oleh kebahagiaan di saat mendengar suara pecah tangis dua bayi sehat tanpa kekurangan apa pun yang baru saja Ina lahirkan. Lalu mereka memberinya nama Syabian Alan Habiburrahman dan Jennaira Alana Habiburrahman.Syabian yang berarti penghuni surga, Alan adalah gabungan nama dari Amir dan Alaina, lalu Habiburrahman yang diambil dari nama belakang Amir. Sedangkan Jennaira berarti calon penghuni surga yang bersinar, sama seperti Alan, Alana adalah gabungan dari Amir dan Alaina, begitu juga dengan Habiburrahman yang diambil dari nama belakang Amir."Kenapa sayang?" tanya Ina menatap Aira yang sudah berdiri di sampingnya."Abi, jail banget. Masa ngatain Aira gendut," ujarnya kesal sembari memajukan bibirnya. "Tapi, kan, eman

  • Kesetiaan Di Antara Pengkhianatan    50. Bersamamu

    Bersamamu melewati momen yang terjadi setiap detik begitu berarti bagiku.Bagiku, kamu adalah kebahagiaanku dan sebagian dari jiwaku.Aku tidak bisa membayangkan, bagaimana hidupku tanpamu, semua akan terasa hampa, tidak berarti dan menyedihkan.Dalam hidup berumah tangga, aku percaya selalu ada pasang surut di setiap perjalanannya, tapi aku percaya, aku dan kamu selalu bisa melewatinya.Aku mencintaimu, dulu, sekarang, bahkan nanti di masa yang akan datang.Perasaanku padamu akan tetap selalu sama, tidak berkurang, tapi semakin bertambah setiap detiknya.Percayalah, Ina-ku aku sedang tidak membual.Ina-ku, terima kasih untuk warna yang kamu berikan padaku, terima kasih sudah selalu mencintai dan menyayangiku dengan segenap hatimu, terima kasih juga karena sudah memberi kesempatan untuk rumah tangga kita bertahan.Ah, terima kasih karena sudah kembali padaku. Selamat datang, sayang! Aku selalu percaya, kamu milikku dan akan selamanya begitu. Te Amo, Mi AmorSuamimuIna membaca surat

  • Kesetiaan Di Antara Pengkhianatan    49. I'm Sorry

    Amir menatap sendu ke arah pintu, berharap jika seseorang yang begitu ia rindukan dan sangat ia nantikan kehadirannya datang, lalu memeluknya dengan hangat. Alainanya, ia sangat merindukan wanitanya. Untuk beberapa saat jauh dengan Ina, membuat hati Amir begitu tersiksa. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika mereka benar-benar bercerai. Karena itu artinya Amir akan jauh dari Ina. Ia tidak akan bisa lagi melihat wajah cantik dan berseri istrinya itu 24 jam. Ia juga tidak bisa melihat tumbuh kembang anaknya nanti dan tidak bisa menemani selama pertumbuhannya. Akan ada banyak hal yang akan Amir lewatkan, setelah mereka resmi bercerai. Sakit rasanya, hanya dengan membayangkannya saja. Sesekali juga Amir selalu menyalahkan dirinya perihal kelumpuhan yang terjadi. Menjadi pria tidak berguna membuatnya tidak berdaya. Ina yang meninggalkan, membuat Amir kecewa dengan diri sendiri. Andai saja ia tidak cacat, Ina pasti tidak akan meninggalkannya. Wanita itu tetap akan setia berada

  • Kesetiaan Di Antara Pengkhianatan    48. Diary Amir

    Setelah bertemu Alia, Ina juga menyempatkan diri untuk bertemu Hilmi tadi. Karena ia berpikir jika semua yang sudah terjadi harus segera ia akhiri dan menjelaskannya pada Hilmi. Ketika Ina menjelaskan semuanya pada Hilmi, pria itu hanya diam. Lalu saat Ina berkata untuk mengakhiri semua, awalnya pria itu menolak. Hilmi merasa Ina tidak boleh melakukan itu dan meninggalkan dia. Hilmi juga berkata jika dia benar-benar mencintai Ina, akan membahagiakan Ina dan menganggap bayi yang ada di dalam kandungan Ina sebagai anaknya. Namun, Ina menegaskan kembali jika semuanya salah dan tidak seharusnya mereka melanjutkan hubungan salah itu. Lagipula, Ina juga kembali sadar jika Hilmi adalah pria beberapa tahun lalu yang juga pernah melukainya dengan berselingkuh dengan wanita yang menjadi mantan istri pria itu. Terkadang jika mengingat kejadian beberapa hari lalu membuat Ina merutuki dirinya, betapa bodohnya ia kemarin.Sekarang ia sedang berada di kamar Amir. Menyiapkan beberapa keperluan yang

  • Kesetiaan Di Antara Pengkhianatan    47. Wejangan Ibu

    Sebenarnya Asih tidak suka ikut campur mengurusi masalah rumah tangga putrinya, tetapi entah kenapa ia merasa hatinya resah dan firasat buruk telah terjadi. Apalagi melihat gerak-gerik Ina yang menurutnya sangat membuatnya curiga saat ditanyai perihal Amir, putrinya itu selalu menghindar. “Ibu nggak tau, apa yang lagi terjadi antara kamu sama Amir. Ibu juga nggak mau ikut campur, tapi ngeliat kamu yang menghindar setiap kali ibu menyinggung nama Amir, ngebuat ibu nggak bisa tinggal diam.”Ina diam, ia terkejut saat mendengar pernyataan ibunya yang secepat ini. Ina pikir, ia akan memberitahukan kepada Asih saat ia dan Amir resmi bercerai. Namun sepertinya, rencananya berubah dan ia harus mengatakan lebih cepat dari seharusnya. “Sebenernya apa yang terjadi antara kamu sama Amir?” tanya Asih to the point.Ina menarik napas dan menghembuskan perlahan, sebelum mengatakan semua kepada ibunya itu. “Ina sama Amir mau cerai.”Asih terlihat tenang, juga merasa tidak terkejut sedikit pun. Sepert

  • Kesetiaan Di Antara Pengkhianatan    46. Saat Kesetiaan Diuji

    Ina mengendarai mobilnya sendiri tanpa sopir. Entah apa yang terjadi pada dirinya juga, pergi begitu saja meninggalkan Amir sendiri di rumah. Ina hanya merasa, ada yang salah dengan dirinya. Niatnya ia akan pergi ke rumah ibunya. Sudah lama juga dirinya tidak berkunjung. Namun, sebelum itu ia akan terlebih dulu bertemu dengan Hilmi di tempat biasa mereka bertemu. Ia turun dari mobil, saat masuk ke kafe pandangannya menangkap sosok Hilmi yang ternyata sudah datang. "Maaf nunggu lama," ujar Ina saat sudah duduk di hadapan Hilmi."Santai aja, gue juga baru nyampe.""Lo keliatan nggak baik-baik aja. Kenapa?" Lanjut Hilmi bertanya, saat melihat raut Ina yang memang terlihat tidak baik-baik saja. "Gue mau nyeraiin Amir," gumam Ina menjawab sedikit tidak yakin. Hilmi yang mendengar itu tentu terkejut. Sangat mendadak baginya, meskipun di sisi lain ia merasa senang. Karena dengan begitu, kesempatan untuk mendapatkan Ina sangat besar. "Mendadak banget, Na. Lo sama dia kenapa?" Ina menggele

  • Kesetiaan Di Antara Pengkhianatan    45. Pergi Dari Rumah

    Semalam, begitu istrinya pulang dan untuk pertama kalinya Amir berhadapan langsung dengan pria itu. Melihat dengan jelas bagaimana wajahnya. Tadi malam juga pertama kali, istrinya itu membawa pria selain keluarga masuk ke dalam rumah. Sebenarnya tidak masalah, hanya saja Amir merasakan ada hal janggal. Saat ditanya pun siapa pria itu, Ina hanya menjawab temannya. Namun, Amir merasa ada hal yang tidak biasa dari hubungan mereka meskipun masih bersifat abu. Mendengar sekilas juga Ina memanggil nama pria itu, nama yang sama seperti orang dari masa lalu istrinya. Cara mereka berinteraksi juga sudah seperti teman lama, sangat akrab. Saking akrabnya Amir sampai bingung bagaimana harus menilai dan membuatnya semakin memiliki pikiran yang tidak-tidak tentang istrinya. Apalagi pagi-pagi sekali, Amir sudah tidak mendapati Ina di rumah. Entah ke mana istrinya itu pergi, ia tidak tau. Saat Amir menanyakan keberadaan Ina pada art-nya pun, beliau juga tidak tau."Mas, ada tamu. Nyariin Mas Amir ka

  • Kesetiaan Di Antara Pengkhianatan    44. Hubungan

    Sebuah hubungan akan bertahan jika ada kepercayaan di dalamnya. Namun, jika salah satu di antara keduanya mengingkari kepercayaan itu. Apakah hubungan akan tetap bertahan atau justru kandas di tengah jalan?- author.*****Tawa Ina berderai mendengar lelucon dari pria di hadapannya, Hilmi. Ina tertawa karena pria dari masa lalu yang telah menyakitinya. Hanya dalam 1 jam, saat Ina memberikan kesempatan beberapa saat lalu, ia mampu memaafkannya. Ini memang tentang waktu dan sekeras usaha yang dilakukan. Namun, bukan berarti kita mampu membenarkan usaha Hilmi dalam merebut Ina kembali. Tentu saja itu sudah sangat jelas jika salah. Entah apa yang membuat Ina menjadi sedikit goyah dan tidak lagi membatasi jarak dengan Hilmi. Padahal awalnya, Ina sudah melakukan hal yang benar dengan menghindari pria itu. "Shella suka banget sama kado pilihan lo," ujar Hilmi. "Makasih ya, Na."Ina mengangguk tersenyum. "Sama-sama."Siang ini mereka sedang berada di kafe yang berada tidak jauh dari rumah In

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status