Eric masih dalam keadaan sangat gusar dan kesal saat pintu kantornya terbuka. “Eric, apa-apaan ini? Apa yang terjadi? Kenapa sulit sekali menghubungimu?” Janet berjalan masuk dengan gusar. Eric menoleh mendengar suara tunangannya. Ia begitu fokus pada masalah yang tengah dihadapinya sehingga sama sekali lupa pada Janet. “Aku sedang sibuk, Janet. Salah satu perusahaanku sedang ada masalah,” ujar Eric sambil memijat keningnya yang berkedut-kedut. Apalagi teriakan Janet semakin membuatnya pusing saja. Janet terdiam. Ia belum melihat berita pagi ini dan mager seharian di rumah. Sejak berita pertunangan mereka tersebar, ia tidak perlu datang bekerja pagi-pagi sekali. You ia adalah tunangan Eric, pemilik Crystal Bloom. “Perusahaan yang mana? Dan ada masalah apa?” tanyanya dambil berjalan mendekat dan memegang bahu pria itu. “Aco’s Inc. Tadi malam seseorang menyebarkan berita,” ujar Eric sambil ia menghadapakan layar laptopnya ke arah Janet agar tunangannya itu membaca sendiri berita
Di rumah di Jalan Evergreen, Cora bergegas keluar dari kamar dan turun ke lantai bawah. “Rin, apa kamu sudah menyiapkan apa yang aku minta?” tanya Cora setengah berbisik pada salah satu asisten rumah tangga di rumah yang ia tinggali bersama Reno. “Sudah, Nyonya. Semua yang Nyonya butuhkan sudah tersedia. Jangan khawatir!” jawab Rina juga ikut berbisik. Tiga hari sudah ia tinggal di rumah itu. Di luar kamar, ia dan Reno selalu bersandiwara dan bersikap layaknya sepasang pengantin baru. Namun di dalam kamar yang tertutup, sikap Reno seperti seorang yang menyebalkan baginya. Pria itu tidak saja bersikap masa bodoh tetapi juga sering kali membuatnya kesal. Akan tetapi, hari ini Reno berulang tahun. Dan demi sandiwara mereka, ia ingin memberikan Reno sebuah hadiah kejutan. Hal ini akan menjadi sebuah pertunjukan yang baik bagi mereka. Cora mengangguk menanggapi jawaban Rina. Rina adalah salah satu ART yang ia percaya. Dan Cora yakin dia bukanlah mata-mata yang dicurigai Reno. Namun
Merasakan perubahan sikap Reno, Cora yakin akan memenangkan tantangan itu. Ia semakin berani menggoda pria itu. Cora bergerak mendekat dan berbisik begitu di telinga Reno, sehingga orang yang melihat akan berpikir jika mereka berdua sedang saling mencumbu. “Bagaimana? Apakah ini sudah cukup?” tanya Cora dengan nada meyakinkan. Ia yakin apa yang dilakukannya sudah cukup untuk menggoda pria itu. Namun diluar dugaan, Reno justru tersenyum miring dengan kilatan palyful bermain di matanya. “Hanya ini kemampuanmu?” Dalam hati Cora merasa kesal. Tidak cukup? Padahal ia yakin Reno bereaksi pada godaannya. Dan dia bilang “hanya ini”? Cora merasa geram dan tidak mau kalah begitu saja. Ia berbisik. “Kamu yang minta, jangan menyesalinya!” Reno hanya membalasnya dengan lirikan seakan berkata, “Silahkan saja, buktikanlah!” Merasa tertantang, Cora tidak berpikir panjang. Ia mendekat dan mencium Reno, tepat di bibirnya. Ini bukanlah kali pertama mereka berciuman, namun ini kali pertama mer
Di hari ulang tahun Reno, Cora ingin memberikan Reno sesuatu. Namun dengan kondisinya saat ini, ia tidak punya cukup uang untuk membelikan Reno barang berharga. Dan lagi, dengan harta yang Reno miliki, dia sudah memiliki segala yang ingin dimilikinya. Jadi, Cora memutuskan untuk memasak makanan yang dulu sering dimasak oleh almarhumah Gema Dwipangga saat mamanya Reno itu masih hidup. Ia harap Reno akan menyukainya. Dengan dibantu Rina, Cora memasak makanan itu. Ayam yang dimasak dengan cabe hijau dan bumbu rempah resep Gema Dwipangga. Dulu, saat ia dan Reno masih berpacaran, Reno kerap kali minta dimasakkan ayam cabai hijau kepada seorang asisten rumah tangga senior di rumah Sofyan. Sayangnya asisten rumah tangga itu sekarang sudah tidak ada lagi. Untungnya, Cora sempat mendapatkan resepnya. Ia mencicipinya beberapa kali, berusaha membuat rasanya semirip mungkin dengan yang dulu pernah dicobanya. Apa yang ia siapkan untuk Reno memang bukanlah barang branded dan mahal. Akan tetap
Reno duduk di kursi kerjanya, sedang melihat berita mengenai Aco’s Inc. Ia ingin mengetahui apa yang akan Eric lakukan untuk mengatasi isu yang beredar. Heri mengatakan bahwa Eric berusaha menyelidiki asal usul kebocoran rahasia perusahaannya itu. Namun orang-orang suruhannya telah mengantisipasi hal itu dengan tidak meninggalkan bukti keterlibatannya. Eric akan sulit menemukan jika dirinyalah yang membocorkan kecurangan dan rahasia buruk Aco’s Inc. Dan Heri juga mengatakan bahwa orang-orang suruhan Eric berusaha untuk membayar buzzer dan beberapa influencer untuk memberikan dukungan kepada Acos Inc. dengan membantah berita yang beredar. Akan tetapi mereka gagal total dan tidak mendapatkan dukungan dari influencer manapun. Hal ini karena pihaknya telah bergerak terlebih dahulu, mengontak dan memastikan mereka tidak menerima penawaran dari pihak Eric. Lagipula dengan kondisi saat ini, influencer mana pun pasti akan berpikir dua kali jika hendak memberikan dukungan yang berlawanan d
Laura sontak berhenti berjalan mendengar pertanyaan bernada protes itu. Pria itu jelas tidak ingin didekatinya! “Reno, aku hanya ingin memberimu—hadiah ulang tahun,” jawabnya dengan canggung. Ia menyelipkan rambut sepundaknya ke belakang telinga. Lalu Laura mengambil sebuah box berwarna biru dengan pita berwarna gold dari dalam tas yang dibawanya. Reno memicingkan matanya dan menunjuk meja dengan matanya. “Taruh saja di sana.” Laura terdiam dan menatap Reno dengan tatapan memohon. Ia tidak rela hanya menaruh hadiah itu di meja. Ia ingin memberikan langsung hadiah itu pada Reno, agar hubungan mereka bisa lebih intim dan dekat. Akan tetapi Reno tidak bergeming. Dan Laura terpaksa menaruh hadiah itu di meja. “Terima kasih,” ucap Reno singkat menunjuk hadiah itu dengan matanya. Ia sama sekali tidak memberi Laura kesempatan untuk melakukan kontak fisik dengannya. “Apa ada yang lain yang ingin kamu bicarakan? Kalau tidak, aku masih banyak pekerjaan,” ujar Reno seperti seorang
Tidak mungkin jam tangan ini palsu! Apa yang perempuan kampungan ini ketahui sampai berani mengatakan jam tangan ini palsu?! Laura begitu geram. Berani-beraninya Cora, perempuan rendahan ini mengatakan jam pemberiannya palsu. Padahal ia membeli jam tangan ini dengan harga yang sangat mahal! Cora dengan polosnya menjawab, “Tapi itu benar.. Perhatikan dengan seksama. Logo crown yang ada di sini, terlihat sedikit miring, tidak tepat ditengah.” Cora menunjukkan letak logo crown di bagian atas jam itu yang menggantikan angka 12. Laura dan juga Reno ikut memperhatikan. Wajah Laura seketika memerah, karena apa yang dikatakan Cora ternyata benar. Logo crown itu memang sediki miring. “Mungkin—mungkin, orang yang membuatnya sedang tidak—fokus!” Laura langsung beralasan. Reno mengulum senyum berusaha untuk tidak tertawa. Cora menggeleng menanggapi Laura. “Itu tidak mungkin. Sekelas jam Rolex sangat memperhatikan detil, tidak mungkin melakukan kesalahan seperti ini,” ujarnya menyan
“Ini…” Tatapan mata Reno tertuju pada hidangan yang mempunyai nilai sentimentil baginya. Dia sudah mencari hidangan itu ke beberapa tempat, tetapi tidak ada yang menyamai rasa yang diingatnya. Dan aroma ini… aromanya tampak familiar di hidungnya. Reno mengangkat kotak makan itu dan ia menghirup wanginya. Mirip! “Kamu—yang membuatnya?” tanya Reno m. Ia menoleh dengan tatapan mata yang tidak lagi memancarkan pribadi yang keras dan dingin. “Mmm… Rina membantuku mengolahnya,” jawab Cora, mengulang kembali apa yang ia katakan tadi. Ia tersenyum melihat ekspresi wajah Reno. Ia seperti bisa merasakan haru yang dirasakan Reno saat ini. Namun Cora membuang rasa itu jauh-jauh. Ia harus bisa menyemangati Reno! Bagaimana ia akan menyemangatinya kalau ia ikut bersikap melow? “Biar aku ambilkan,” ucap Cora sambil mengambil piring dan mengisinya dengan nasi dan ayam cabai hijau serta tumisan sayur yang ia buat. “Ini, cobalah. Aku harap—kamu menyukainya…” ucap Cora sambil meletakkan pirin
“Re-reno, apa maksudmu aku tidak membayarnya dengan uang? Lalu—aku harus bayar dengan apa?” tanya Cora sekali lagi.Kesepakatan apa lagi yang Reno inginkan darinya untuk laptop ini?“Menurutmu? Dengan apa lagi kamu—bisa membayarnya selain dengan uang? Kamu bisa mengira-ngira berapa harga laptop ini kan?” tanya Reno dengan mengerling, menyiratkan berbagai hal yang ada di benak Reno, yang tidak bisa Cora pastikan.Reno tersenyum miring, lalu bergerak mundur, kembali duduk bersandar. Ia meraih telepon genggamnya saat ada notifikasi pesan masuk.Kening Cora berkerut memikirkan ucapan Reno. Ia memprediksi harga laptop baru dengan spec seperti itu pastilah di atas 40 juta. Dan Reno tidak ingin ia membayarnya dengan uang. Lantas dengan apa ia membayar laptop itu?50 juta… apa yang ia miliki bisa setara 50 juta…Cora melihat tangannya. Hanya ada jam tangan berharga 2-3 juta saja dipergelangannya.Lalu, cincin kawin dari Reno. Tidak mungkin ia membayarnya dengan cincin itu, meski ia memprediks
“Reno, laptop ini darimu?” tanya Cora begitu mobil mulai berjalan. Ia mengangkat tas laptop yang ada di tangannya ke hadapan mereka.Reno yang duduk santai di samping Cora, mengangkat satu alisnya.“Apa mereka bilang itu dari aku?” tanyanya balik.Cora berdecak. Apa sulitnya mengakui iya atau tidak?“Haruskah mereka mengatakan ini dari kamu?” Cora ikut balik bertanya.“Seharusnya tidak, tapi kalau mereka bilang begitu… apa bedanya? Lumiere milikku juga, dan laptop itu dibeli oleh Lumiere,” jawab Reno. Ia terlihat datar dan acuh, namun yang sebenarnya ia menahan senyumnya melihat ekspresi wajah Cora.Tentu ia yang menyuruh Eva menyiapkan laptop itu untuk Cora. Cora membutuhkannya untuk menggambar disain miliknya.Reno kembali menatap layar telepon genggamnya mengira percakapan mereka selesai. Ia lanjut menonton live streaming berita ekonomi dan bisnis.“Reno Afrizal!” panggil Cora dengan suara yang terdengar lantang. Reno menoleh, bersiap memberi Cora tatapan kesal dan protesnya. Namu
Sambil berjalan, Cora menatap bangunan gedung Limiere yang memiliki dua lantai. Gedung itu tidak terlalu besar.Bagian bawah bangunan adalah showroom yang menjual perhiasan yang dibuat oleh Lumiere. Dan dilantai atas adalah bagian kantornya di mana semua proses perencanaan, perancangan dan pemasaran setiap perhiasan dibuat di sana. Mereka melewati bagian showroom, dan menaiki lift untuk sampai ke lantai dua, kemudian menuju kantor General Manager.Di depan kantor itu, seorang perempuan berusia tiga puluhan tahun datang menyambut mereka. “Selamat siang, Pak Reno, apa kabar?”“Baik, Eva. Apa sudah siap semua yang saya minta?” tanya Reno sambil menjabat tangan Eva Lisbeth—GM Lumiere yang diangkatnya setahun yang lalu saat ia mendirikan perusahaan itu.“Sudah Pak, sebaiknya kita bicara di dalam saja.” Eva mempersilahkan mereka masuk.“Eva, Ini Cora, seperti yang sudah saya bicarakan sebelumnya, dia akan mewakili Lumiere dalam IJD tahun ini,” ujar Reno, kemudian ia beralih pada Cora. “
“Reno, apa temanmu mengatakan sesuatu?” Cora kembali bertanya dengan tidak sabar, “Dia butuh lebih banyak waktu untuk mengeceknya. Laptopmu itu rusak parah, Cora. Tidak bisa dengan cepat diperbaiki,” jawab Reno akhirnya.Dilihatnya Cora kecewa dengan jawabannya. Ia pun merubah posisi duduknya mengarah pada gadis itu. “Bukankah aku sudah bilang untuk tidak terlalu berharap?”Cora terdiam. Ia memang sangat berharap kenalan Reno itu bisa memperbaikinya. Ia masih tidak rela Eric dan Janet menipunya dan bahkan mengklaim sesuatu yang adalah miliknya.Walaupun Reno sudah mengatakan untuk tidak terlalu berharap, tetap saja harapan itu masih ada.“Cora, lebih baik saat ini kamu fokus pada Passionate Love. Kalau kamu ingin mengalahkan mereka dalam kompetisi ini, kamu harus fokus pada yang ingin kamu capai.”“Dan lagi, kamu bisa membuat rancangan baru yang lebih bagus dari yang pernah kamu miliki di laptop itu. Kamu harus ingat Cora, imajinasi itu—”“Tidak berbatas…” sambung Cora seperti sebua
“Apa ini?” tanya Cora sambil menatap kotak itu. Dari wujud kotak itu, Cora menduga apa yang ada di dalamnya. Namun ia tetap bertanya karena tidak yakin dengan maksud Reno menunjukkan kotak dan apa pun yang ada di dalamnya kepadanya.Reno membuka kotak itu dan Cora melihat sebuah kalung di dalamnya.“Pakailah…” ucap Reno sambil menyodorkan kalung itu.“Ini kalung siapa?” tanya Cora sambil meraih kaling itu dan memperhatikan desain dan ukuran yang terdapat di bandulannya. Kalung emas itu memiliki bentuk yang sederhana dengan sebuah bandulan sebesar uang logam yang berbentuk ukiran kelopak mawar. Jika dikenakan, kalung itu akan memberi kesan klasik dan modelnya timeless, tidak lekang oleh waktu.Melihat kalung itu, Cora bisa mengetahui bahwa kalung itu bukan dibuat di masa kini. Kalung itu merupakan sebuah kalung yang berusia paling tidak 30 tahun ke belakang.“Sudah, pakai saja.”Cora menggeleng dan mengembalikan kalung itu kepada Reno. “Aku tidak bisa memakainya.” Cora menolaknya. M
Telepon genggam itu terus bergetar sehingga membuat Cora mendekatinya. “Kenapa tidak diangkat?” Reno melirik gadis itu sebelum ia mengangkatnya. “Ya Pah?” Cora langsung mengetahui dari siapa panggilan telepon itu. Ia hendak bergerak menjauh untuk memberi Reno privacy berbincang dengan Papanya. Namun, Reno menahan tangannya dan memberinya tatapan isyarat untuk tetap di sana. “Reno, apa yang kamu lakukan pada Laura? Dan Perempuan itu, apa yang dia lakukan di kantormu?” Terdengan nada protes dari suara Sofyan. “Tidak ada,” jawab Reno pendek. Lalu ia lanjut berkata, “Dan “perempuan itu” adalah istri Reno, Pah,” ujarnya sembari melirik Cora. Cora mengangkat alisnya merasa namanya disebut dan diperbincangkan. Dia menyandarkan panggulnya di tepi meja kerja Reno, mendengarkan lebih lanjut. “Humpphh! Papa tidak akan mengakuinya! Tidak mungkin kalian benar-benar menikah!” ucapnya tidak mau mengakui walaupun laporan mata-mata di rumah Reno mendukung pernyataan Reno. “Terserah Papa. Per
Setelah selesai menyantap makan siang mereka. Cora duduk di sofa di kantor Reno, sementara pria itu masih melakukan beberapa pekerjaan kantornya. Reno melarangnya langsung pulang dan menyuruhnya menunggu. Dia bilang ingin mengajak Cora pergi ke suatu tempat sebagai ucapan terima kasihnya atas hadiah ulang tahun yang Cora siapkan untuknya. Cora melirik Reno yang masih sibuk di meja kerjanya. “Boleh aku menyetel televisi?” tanya Cora sambil melirik layar televisi besar di salah satu sisi dinding. “Yah, boleh. Remotenya ada di meja itu,” jawab Reno sambil mengangkat wajahnya sesaat dari berkas yang sedang ia periksa sebelum kembali menurunkannya. Cora menyalakan televisi dan menurunkan volumenya. Walaupun ia bosan, tetapi ia tidak ingin mengganggu Reno bekerja. Ia memencet tombol program untuk mencari program acara yang menarik untuk di tonton, dan saat ia sampai di program berita, jarinya berhenti memencet tombol. Berita di televisi itu sedang menyiarkan mengenai kasus yang seda
“Ini…” Tatapan mata Reno tertuju pada hidangan yang mempunyai nilai sentimentil baginya. Dia sudah mencari hidangan itu ke beberapa tempat, tetapi tidak ada yang menyamai rasa yang diingatnya. Dan aroma ini… aromanya tampak familiar di hidungnya. Reno mengangkat kotak makan itu dan ia menghirup wanginya. Mirip! “Kamu—yang membuatnya?” tanya Reno m. Ia menoleh dengan tatapan mata yang tidak lagi memancarkan pribadi yang keras dan dingin. “Mmm… Rina membantuku mengolahnya,” jawab Cora, mengulang kembali apa yang ia katakan tadi. Ia tersenyum melihat ekspresi wajah Reno. Ia seperti bisa merasakan haru yang dirasakan Reno saat ini. Namun Cora membuang rasa itu jauh-jauh. Ia harus bisa menyemangati Reno! Bagaimana ia akan menyemangatinya kalau ia ikut bersikap melow? “Biar aku ambilkan,” ucap Cora sambil mengambil piring dan mengisinya dengan nasi dan ayam cabai hijau serta tumisan sayur yang ia buat. “Ini, cobalah. Aku harap—kamu menyukainya…” ucap Cora sambil meletakkan pirin
Tidak mungkin jam tangan ini palsu! Apa yang perempuan kampungan ini ketahui sampai berani mengatakan jam tangan ini palsu?! Laura begitu geram. Berani-beraninya Cora, perempuan rendahan ini mengatakan jam pemberiannya palsu. Padahal ia membeli jam tangan ini dengan harga yang sangat mahal! Cora dengan polosnya menjawab, “Tapi itu benar.. Perhatikan dengan seksama. Logo crown yang ada di sini, terlihat sedikit miring, tidak tepat ditengah.” Cora menunjukkan letak logo crown di bagian atas jam itu yang menggantikan angka 12. Laura dan juga Reno ikut memperhatikan. Wajah Laura seketika memerah, karena apa yang dikatakan Cora ternyata benar. Logo crown itu memang sediki miring. “Mungkin—mungkin, orang yang membuatnya sedang tidak—fokus!” Laura langsung beralasan. Reno mengulum senyum berusaha untuk tidak tertawa. Cora menggeleng menanggapi Laura. “Itu tidak mungkin. Sekelas jam Rolex sangat memperhatikan detil, tidak mungkin melakukan kesalahan seperti ini,” ujarnya menyan