Bastian tersenyum, memahami kekhawatiran Kanaya. Ia beranjak berdiri dan menyodorkan tangannya untuk membantu Kanaya bangun. “Ayo…” Kanaya menyambut uluran tangan Bastian dan beranjak dari rumput. Setelah Kanaya berdiri dengan tegak, Bastian meraih tangan Kanaya dan menggenggamnya dengan ekspresi wajah serius. “Naya kamu tahu siapa yang telah membocorkan hubungan kita ke publik?” tanya Bastian. “Aku bisa menduga. Tetapi aku tidak terlalu yakin. Apakah—Elsie?” jawab Kanaya dengan jujur sambil menatap Bastian. Kanaya yakin Bastian mengetahui pasti siapa pelakunya. Bastian melepas pegangan tangannya dan mengangguk. “Dugaanmu benar. Memang Elsie yang melakukan ini semua. Sidang perceraianku dan Elsie akan digelar dua hari lagi. Dan ini adalah cara dia untuk menarik simpati, memutar balikkan fakta dengan membuat opini publik seakan-akan aku mengkhianatinya lebih dulu.” “Naya, sebenarnya aku ingin mengikuti keinginanmu, menunggu sampai perceraianku selesai sebelum mempublikasikan hubu
Dengan penjagaan Jay dan anak buahnya, Bastian mengajak Kanaya pergi ke restoran baru yang sedang happening siang itu. Sudah pasti restoran itu sangat penuh oleh pengunjung pada jam seperti itu. Walaupun mereka mendapat tempat di bagian VIP akan tetapi kebersamaan mereka saat sedang memasuki dan keluar dari restoran itu sangat jelas terlihat oleh pengunjung restoran. Dan kali ini Bastian membiarkan mereka mengambil gambar dirinya dan Kanaya. Tidak hanya di restoran, Bastian juga mengajak Kanaya berbelanja ke mall terbesar di kota mereka. Tak ayal semua pandangan mata langsung mengarah kepada sepasang pria dan wanita yang sangat serasi. Yang satu tampan dan sangat berkharismatik, sementara satunya terlihat manis, cantik dan menggemaskan. Penampilan mereka berdua sungguh membuat iri siapa saja yang melihatnya. Apalagi Bastian tidak menahan diri untuk memperlakukan Kanaya dengan sangat lembut di depan publik. Seakan tidak peduli dengan tatapan mata dan bisik-bisik pengunjung mall,
Keesokan harinya, Bastian dan Kanaya berkumpul di Caffeine Cuisine bersama Ardyan, Indra, Fariz dan Clara. “Apa kalian baik-baik saja?” Ardyan lebih dahulu bertanya saat Kanaya dan Bastian sampai di Caffe itu. Bastian saling bertukar pandang dengan Kanaya. “Kami baik-baik saja, Dokter Ardyan.” Dan Kanaya yang menjawab pertanyaan itu. Dari cara Bastian menatapnya, Kanaya tahu Bastian ingin ia yang menjawab pertanyaan Ardyan. Karena sebenarnya dirinyalah yang tengah mereka tanyakan. Ketiga sahabat Bastian itu tidak terlalu mengkhawatirkan Bastian. Karena mereka yakin Bastian bisa mengurus dirinya sendiri. “Aku senang mendengarnya, Kanaya. Kamu tidak perlu memikirkan apa yang dikatakan orang. Kami semua, tahu apa yang sebenar terjadi,” ujar Clara yang duduk di sebelah Kanaya. Ia merangkul Kanaya dengan penuh perhatian. “Aku memang tidak terlalu memikirkannya,” balas Kanaya yang kemudian melirik Bastian dan lanjut berkata, “Karena aku yakin, kebenaran akan terungkap cepat atau lamb
“Halo… apa kabar? Perkenalkan, saya Ardyan, Ini Indra, Fariz dan Clara.” Tiba-tiba Ardyan beranjak dari duduknya dan menyalami mereka berdua. Melihat suasana canggung, ia langsung mengambil inisiatif memperkenalkan mereka semua yang ada di sana. Indra, Fariz dan Clara pun menyapa mereka dari tempat mereka duduk. “Halo…” balas Aliya dan Gita bersama-sama pada keempat orang itu. “Maaf, Bastian memang sangat protektif seperti ini pada Kanaya. Harap maklum dengan situasi saat ini,” ucap Ardyan sembari menepuk pundak Bastian agar berhenti membuat mereka takut dengan tatapannya yang mendominasi. Bastian memutar bola matanya melihat Ardyan meminta maaf pada mereka berdua. Namun harus diakuinya jika inisiatif Ardyan itu memang mencairkan suasana. “Bagaimana kalau kalian duduk bersama kami? Kalian pasti masih ingin mengobrol kan?” Ardyan menawarkan sambil me Tidak hanya itu, Ia langsung menggeser bangku dan meminta bangku tambahan pada pelayan caffe. Dalam beberapa menit saja, Aliya d
“Aliya, apa sebenarnya yang kamu lakukan di caffe ini? Apa kamu mengikuti kami berdua?” tembak Bastian dengan lebih spesifik. Aliya tampak gugup. “Aku— Kanaya, aku… aku…” “Kamu kebetulan saja ada di sini kan?” Kanaya bertanya. Ia berharap Aliya tidak sengaja bertemu dengannya. “Kanaya, aku sebenarnya memang ingin menemuimu…kalau kamu ada waktu untuk… wawancara….” aku Aliya dengan gugup. “Tapi Kanaya, selain karena urusan pekerjaan, aku juga ingin sekali bertemu denganmu. Sudah lama sekali kita tidak bertemu…” ucap Aliya langsung. Kanaya menatap teman kecilnya itu. “Kenapa kamu tidak mengatakannya sejak tadi?” “Aku tahu aku seharusnya jujur mengatakan hal itu padamu. Tapi aku takut, kalian akan menolaknya,” jawab Aliya sambil melirik Bastian. “Kalian seharusnya tahu kalau Kanaya sangat menghargai kejujuran. Ditolak atau tidak, itu hal belakangan,” ucap Bastian yang juga ikut merasa kecewa. Ia menunggu Aliya untuk mengakuinya, namun tidak juga kunjung dilakukannya. “Kanaya, ak
Kanaya menyelimuti Kenzo dan mengecup keningnya dengan lembut. Kemudian ia mematikan musik pengantar tidur serta mematikan lampu utama. Ia membiarkan lampu tidur tetap menyala untuk sedikt menerangi kamar itu. Setelah memastikan segala sesuatunya beres, barulah Kanaya berjalan meninggalkan kamar itu menuju kamarnya dan Bastian. Semakin langkah kaki Kanaya berjalan mendekati pintu kamar utama semakin jantungnya berdebar dengan kencang. Apa yang sedang Bastian siapkan? Kenapa dia tadi menanyakan mengenai bunga-bungaan? Batin Kanaya, ia merasa deg-degan dan exciting sekaligus. Kanaya berhenti di depan pintu kamarnya. Ia menarik nafas dalam sebelum membukanya. Saat ia melangkah masuk, kamar itu dalam keadaan temaram. Hanya beberapa buah lampu sorot kecil di sudut plafon yang menyala. Samar ia mencium aroma lavender yang menyeruak di seluruh bagian kamar itu. Jadi ini yang Bastian tanyakan itu? Aromatik untuk dia gunakan di kamar mereka? Kanaya tersenyum menghargai inisiatif Bast
“Kejutan—lagi?” Bastian mengangguk dengan senyum penuh misteri. Ia lalu menggandeng tangan Kanaya dan membawanya ke ranjang. Sembari melirik dengan playfull, ia mengambil sesuatu dari dalam laci meja nakas, kemudian memperlihatkannya pada Kanaya. “Essential Massage oil?” Kanaya membacanya dengan tertegun. “Benar sekali! Sekarang naiklah ke atas ranjang, dan biarkan aku memijatmu…” Bastian mengambil kembali botol minyak essential itu dari tangan Kanaya. Bastian serius ingin memijatnya? Batin Kanaya sambil menatap Bastian dengan terkejut. Dulu waktu ia sedang mengandung Kenzo, saat mereka tengah duduk santai, Bastian terkadang memijat kaki atau pundak dan punggungnya yang sering terasa pegal. Namun, kali ini Kanaya merasa akan berbeda. Suasananya sangat berbeda, dan ia sudah tidak lagi dalam keadaan mengandung. “Apa yang kamu pikirkan sayang? Rileks dan nikmati saja,” bisik Bastian. Lalu ia mengarahkan Kanaya untuk tidur tengkurap. Seprei yang sejuk, ranjang yang empuk, serta
Pagi ini Elsie bersiap-siap untuk menghadiri sidang perceraiannya. Pengacara dan mamanya sudah datang menunggunya di ruang tunggu untuk bersama-sama pergi ke Pengadilan Agama. Di lorong ruang tahanan, Elsie berjalan dengan lebih percaya diri untuk menemui Mama dan pengacaranya. Dua hari ini dukungan publik terhadap dirinya semakin meningkat. Semakin banyak orang yang bersimpati padanya, meskipun ada segelintir orang yang vokal mendukung Bastian dan Kanaya. Akan tetapi ia tidak terlalu menganggap mereka sebagai halangan yang berarti. Bagaimana pun kekuatan netizen yang mendukungnya akan sangat diperhitungkan di jaman modern dimana media digital berkembang pesat. Rencananya berhasil. Ia berharap dengan pemberitaan yang bersimpati padanya, sidang perceraiannya akan membuahkan hasil lebih baik. Paling tidak, hakim akan ikut bersimpati padanya dan mengabulkan permintaannya dalam hal pembagian harta. Saat ia mendekati sel diujung lorong, kembali Elsie melihat Stella. Perempuan itu mena
“Freya,” ucap Bastian dengan senyum di wajahnya. “Freya Jacinta Dwipangga.” Miranda dan Ayunda saling bertukar pandang sebelum tersenyum dan mengangguk. “Freya. Nama yang Indah,” gumam keduanya menyetujui. Hari itu semua yang ada di Alpine Nest menyambut baik kehadiran bayi mungil bernama Freya Jacinta Dwipangga. Begitu pula Kenzo yang begitu senang ketika diperbolehkan melihat langsung adiknya itu. Mulai hari itu, ia telah menjadi seorang kakak. Apalagi, adiknya itu hadir sebagai hadiah ulang tahun terindah baginya. Keluarga besar Dwipangga hari itu sangat berbahagia. Bukan hanya karena ulang tahun pertama Kenzo, namun juga hadirnya Freya dalam keluarga mereka. Berita kelahiran Freya langsung tersebar ke seantero Emerald City, meskipun sosok bayi tersebut masih dirahasiakan dan belum di perlihatkan kepada publik. Publik ikut merasa senang dan tidak sabar untuk segera melihat sosok putri keluarga Dwipangga yang diberitakan memiliki paras yang rupawan. Berita persalinan Kanaya p
“Ama… Ama.. atit?” tanya Kenzo pada Haidar, kakeknya. Tampak ia mengkhawatirkan mamanya.Apalagi ia melihat Papanya begitu panik saat membawa mamanya pergi masuk ke dalam ruangan dengan kolam besar yang ada di dekat mereka. Haidar tersenyum dan menggeleng. Ia berusaha untuk tidak tampak gelisah atau khawatir. “Mama tidak sakit, tapi saat ini sedang melahirkan adiknya Kenzo,” terangnya pada cucu kesayangannya itu.“Kenzo di sini dulu ya sama Kakek. Nanti kalau adik sudah keluar dari perut mama, Kenzo bisa ketemu sama adik.” Haidar pun duduk dan memangku Kenzo di sofa.Kanaya sudah pernah menceritakan pada Kenzo mengenai adik bayi yang ada di dalam perutnya, sehingga Kenzo tidak terlalu bingung atau panik saat mengetahui Kanaya akan melahirkan. “Sini, Kenzo boboan di sini.” Haidar menepuk ruang kosong diantara dirinya dan Azhar, agar cucunya itu bisa beristirahat dan tidur. Ia tahu Kenzo tidak akan mau pergi tidur ke kamarnya mengetahui mamanya tengah melahirkan adiknya.Akan tetapi
Ardyan dan Aliya telah menikah sejak 6 bulan yang lalu, dan sekarang kandungan Aliya telah menginjak 3 bulan.Mereka berdua memang tidak menunda kehamilan dan berharap segera diberikan keturunan. Selain itu, Ardyan juga sudah berusia lebih dari 30 tahun, sehingga dia tidak ingin lagi menunda.Dan meskipun kehamilan Aliya masih muda dan belum terlihat benar, namun jika diperhatikan dengan seksama, akan terlihat benjolan kecil di perutnya.Saat ini, Aliya masih bekerja di LiveTV, namun ia tidak lagi bekerja di lapangan untuk mencari berita setelah mengetahui kehamilannya. Ia memilih bertugas di dalam studio untuk sementara waktu. Sedangkan Ardyan, dia masih menjalani hari-harinya sebagai the best neurosurgeon di Emerald City, sekaligus Direktur Emerald Restorative Centre, Rumah Sakit terbesar dan tercanggih di Emerald City.“Bagaimana kehamilanmu kali ini? Ah, Kenzo pasti senang sekali akan segera memiliki seorang adik!” Aliya memegang perut besar Kanaya dan mengelusnya.“Untuk yang
Acara ulang tahun berlangsung dengan sangat meriah. Anak-anak panti yang diundang untuk datang tampak sangat senang. Berbagai macam permainan, hiburan bahkan hadiah-hadiah yang dibagikan membuat mereka tertawa sepanjang acara.Tamu undangan lainnya, keluarga, dan kerabat yang membawa anak-anak mereka juga menikmati acara itu. Mereka membawa berbagai macam hadiah, dari mainan anak-anak yang sangat populer dan diminati, hingga hadiah yang bernilai fantastis.Berbagai macam hidangan disajikan. Dari mulai hidangan berbentuk lucu bertemakan kerajaan untuk anak-anak hingga hidangan estetik dan lezat dari chef terkemuka yang menggunakan bahan-bahan berkualitas premium.Dan Kenzo, bocah berulang tahun yang memiliki paras rupawan perpaduan antara Kanaya dan Bastian, menjadi pusat perhatian di acara itu. Tidak hanya parasnya, tingkah polah anak berusia 1 tahun itu selain menggemaskan juga telah membuat decak kagum tamu undangan. Di usia yang masih sangat kecil, Kenzo telah menunjukkan sikap
Hari itu, di Alpine Nest ramai dengan banyak orang yang datang. Azhar, Haidar, Miranda, Ayunda, Laila, dan Fadly—sepupu Kanaya. Tidak lupa Alea, Fariz dan Clara juga sudah hadir di sana.Mereka semua datang untuk menghadiri ulang tahun pertama Kenzo yang hanya dihadiri oleh orang-orang terdekat, keluarga dan teman serta anak yatim yang sengaja diundang untuk memeriahkan acara itu.Acara dilangsungkan di halaman belakang rumah mereka, dengan mengusung tema Royal Prince. Sesuai dengan tema, maka di dekat danau itu dibangun sebuah miniatur kastil kerajaan, dengan dekorasi balon dan hiasan lainnya yang berwarna emas, biru dan putih.Makanan yang dihidangkan pun dibuat sesuai tema. Mewah, namun dengan bentuk yang lucu dan menggemaskan sesuai dengan usia baby Kenzo yang baru berulang tahun pertama.“Apa semua sudah siap? Di mana Kenzo?” Kanaya baru selesai berpakaian, dan ia memastikan kembali persiapan mereka untuk acara itu.Ia dan Bastian juga ikut mengenakan kostum Royal King dan Queen
“Bos, itu orangnya!” Seorang pria dengan banyak tato di tangannya melapor pada seorang pria yang duduk di dalam sebuah mobil SUV.Jendela mibil SUV itu diturunkan dan tampaklah wajah seorang pria. Dia mengenakan jaket hitam dan kaca mata hitam. Rambut panjangnya yang diikat ke belakang, dicepol kecil dibagian atas, sehingga menampakkan potongan rambut pendek undercut dibagian bawah yang rapi.Pria itu membuka kaca matanya dan melihat ke luar pada sosok dua orang pria yang sedang berdiri membelakangi mereka yang berjarak cukup jauh. Kedua orang itu berpakaian parlente, kemeja rapi dengan sepatu kulit yang mengkilap.“Hanya berdua saja?” tanya Jono—pria berjaket hitam di dalam mobil.“Hanya mereka dan supir di dalam mobil.” Anak buah Jono menunjuk sebuah mobil Mercedes Benz S class berwarna hitam terparkir di ujung bagian jalan itu.Jono tidak mengetahui siapa orang itu. Mereka berpenampilan rapi dan parlente, namun mereka berdua bukan berasalah dari Emerald City.Jono memberi isyarat
Mobil Rolls Royce limited edition itu, memasuki halaman rumah besar dan luas bernama Alpine Nest, dan berhenti tidak jauh dari pintu utama rumah itu.Kanaya dan Bastian turun dari dalam mobil dan masuk ke dalam rumah. Rumah yang kali pertama Kanaya datangi belum memiliki furnitur yang lengkap, saat ini telah berubah menjadi sebuah rumah yang indah dengan berbagai kelengkapan yang memberi kesan tersendiri.Kanaya sengaja memilih furnitur, korden, wallpaper serta berbagai aksesoris rumah lainnya dengan warna dan model yang memberi kesan homy, sebuah tempat tinggal yang hangat dan nyaman untuk ditinggali keluarga mereka.Saat memasuki rumah itu, tidak terasa suasana kaku ataupun asing. Ruangan demi ruangan seakan membuat siapa pun merasa di nyaman berada di sana. Dari mulai ruang tamu, ruang keluarga, dapur, hingga setiap kamar tidur di rumah itu, memberi kesan hangat. “Kenzo mana Bi?” Kanaya bertanya saat ia bertemu Sifa di ruang keluarga.Perempuan yang menjadi pengasuhnya saat menga
“Maaf… maaf, aku tidak sengaja…” ucap orang itu dengan segera. Ia kemudian tampak terkejut ketika melihat Bastianlah yang ia tabrak.“Lain kali jalanlah dengan hati-hati.” tegur Bastian sambil mengingatkan dengan nada dingin.Untung saja dia tidak menabrak Kanaya! Jika sampai itu terjadi, ia akan sangat marah.“Tentu, lain kali saya akan jalan dengan hati-hati.” Mahasiswi yang menabrak Bastian itu tampak tersipu malu. Ia melirik Bastian dengan tatapan menggoda sembari menyelipkan anak rambut ke belakang telinga.Bastian bersikap acuh tak acuh pada perempuan itu dan sibuk merapikan kemeja yang dikenakannya.Lain halnya dengan Bastian, Kanaya justru menangkap gestur perempuan yang dengan sengaja menggoda Bastian. Dan ini membuat Kanaya kesal.Jelas, bukan hanya dirinya saja yang menyadari betapa menariknya Bastian.Selama ia menjadi istri Bastian, tidak sedikit wanita lain yang mengagumi Bastian, bahkan ada yang dengan berani dan terang-terangan berusaha mendekati suaminya itu.Mahasis
“Kulit lebih bersinar, atau di sebut dengan pregnancy glowing…” Bastian membaca sebuah artikel melalui telepon genggamnya. Ia tampak berpikir sebelum bergumam, “Sepertinya benar.”Ia membayangkan kulit istrinya itu memang terlihat lebih glowing di kehamilan kedua. Jadi, apakah semua mitos itu benar?Bastian kembali membaca lanjutan artikel itu.“Payudara sebelah kiri lebih besar dari yang kanan…” Bastian mengerutkan keningnya. Ah, ada-ada saja. Apa iya perbedaan kehamilan bayi perempuan dan laki-laki bisa dilihat dari besarnya payudara kanan dan kiri?Ujung-ujungnya, Bastian geleng-geleng kepala dan lanjut membaca. “Sifat lebih moody, sensitif dan cerewet…” Bastian terkekeh pelan. Mungkin untuk yang satu ini ada benarnya. Sejak kehamilan kedua, Kanaya menjadi sangat perasa dan sensitif, bahkan sebelum mereka mengetahui jenis kelamin anak yang dikandungnya.Walau begitu, Bastian tidak pernah mempermasalahkannya. Apalagi ia memang tidak keberatan direpotkan oleh istrinya itu.“Ehem…