Hotel Royal Conference Room. “Selamat siang, rekan-rekan media, wartawan, dan reporter yang kami hormati. Terima kasih atas kehadiran Anda semua dalam acara konferensi pers ini.” “Hari ini, kami merasa terhormat dapat berbagi informasi penting dan menjawab berbagai pertanyaan yang mungkin Anda miliki terkait dengan berita yang sedang beredar saat ini.” “Semoga pertemuan ini dapat menjelaskan permasalahan yang sebenarnya dan menghentikan pemberitaan yang tidak seharusnya.” Pembawa acara tersebut membuka acara dengan berdiri di podium di hadapan puluhan wartawan dan media yang telah diundang untuk menghadiri acara itu. Hanya dalam hitungan beberapa jam saja Ezra mengundang semua media yang ada di Emerald City serta beberapa media besar di Eastasia. Semua kantor berita dan media online sangat antusias untuk menghadiri acara ini, sehingga ruangan konferensi itu dipenuhi oleh banyak sekali pers yang datang. “Rekan-rekan wartawan pasti telah mengetahui dan bertanya-tanya mengenai beri
Bastian berjalan menghampiri Kanaya sambil tersenyum dan langsung menyentuhnya dengan lembut. Ia meraih Baby K dari tangan Kanaya kemudian menggendongnya. Setelah itu, Bastian kembali berjalan ke tengah podium dengan menggandeng Kanaya bersamanya. “Pada kesempatan ini saya ingin memperkenalkan keluarga baru saya. Istri saya Kanaya Jasmin, dan anak kami Kenzo Arkana Dwipangga.” Tatapan mata Bastian beralih pada Kanaya. Kanaya yang sempat merasa gugup saat hendak memasuki podium, menjadi lebih tenang saat Bastian mendampinginya, dan menunjukkan dukungan baginya. Ia tersenyum pada Bastian lalu pada awak media. “Halo semua, perkenalkan Saya Kanaya.” Perlahan Kanaya menarik nafas lega karena kekhawatiran yang sempat ia rasakan, tidak terjadi. Ternyata konferensi pers itu berlangsung dengan sangat tertib, dan mereka tidak lagi menatapnya dengan sebelah mata seperti yang beberapa orang lakukan saat ia pergi bersama Bastian beberapa hari terakhir ini. “Pernikahan kami di langsungkan 11
Meski begitu, Awak media tampak masih ingin tahu lebih lanjut mengenai penyebab perceraian Bastian dan Elsie. “Jika kalian ingin mengetahui alasan perceraian kami, kalian bisa mendapatkan jawabannya oada sidang perceraian yang saat ini tengah berlangsung di Pengadilan Agama. Dan saat ini sidang itu sudah dibuka oleh umum.” Bastian melirik Ezra saat berbicara mengenai sidang perceraian. Ezra mengangguk perlahan mengkonfirmasi Bastian bahwa semua yang sedang berlangsung di persidangan sudah dipersiapkan dengan baik oleh tim penasehat hukum mereka. Awak media pun tidak lagi bertanya mengenai perceraian Bastian dan Elsie, karena jelas Bastian tidak ingin membahas mengenai hal itu dalam konferensi pers. Awak media mengerti jika ada sesuatu yang bersifat sangat pribadi yang menjadi sebab perceraian mereka. Bahkan Bastian sempat meminta sebuah sidang tertutup sebelum pengacara Elsie meminta sebuah sidang terbuka. Selain itu mereka pun mengetahui jika Bastian bukanlah tipe pria yang gem
Pengadilan Agama. “Benar Yang mulia. Suami saya menikah lagi dengan perempuan itu. Dan sekarang, karena dia, suami saya sudah tidak memperhatikan saya dan mau menceraikan saya,” ucap Elsie dengan terisak saat hakim menanyakan padanya mengenai penyebab perpisahan mereka. “Setelah disakiti, saya tidak mendapatkan apa pun dari 3 tahun pernikahan kami dan bahkan dituntut secara hukum atas kejahatan yang tidak saya lakukan. Saya merasa diperlakukan dengan tidak adil. Untuk itu, saya mohon yang mulia untuk bisa mengabulkan permintaan saya untuk mendapatkan hak saya menyangkut harta yang kami miliki selama pernikahan.” Raut wajah Elsie begitu sedih, sehingga warga serta media yang ikut menyaksikan merasakan hal yang sama. Mereka merasa sedih dan iba dengan apa yang menimpa Elsie. Bahkan sebagian warga itu merasa geram dan mengumpat Bastian. “Laki-laki egois! Enak saja, habis manis sepah dibuang!” “Benar! Kabulkan permintaannya Yang Mulia! Ini sangat tidak adil!” “Tidak menyangka Basti
Rico berjalan sambil melirik Elsie. Ia memberi senyuman manis pada Elsie setelah sekian lama mereka tidak berjumpa. Elsie yang harus bersandiwara di depan semua yang hadir di sana, tidak berani membalas senyuman Rico. Ia khawatir ada yang melihat mereka, terlebih ada banyak awak media yang saat itu fokus menyorot dan mengambil gambar Rico. Setelah disumpah oleh petugas pengadilan, Rico menempati kursi saksi. Ruangan sidang tampak hening, menunggu acara sidang berlanjut. Meski begitu, para pendukung Elsie tampak bersemangat untuk mendengarkan kesaksian Rico. Mereka mengacungkan jempol untuk kehandalan pengacara Elsie yang menghadirkan Rico sebagai saksi dari pihaknya. Itu artinya tuduhan Bastian hampir dipastikan tidak terbukti. Apalagi pihak Bastian tidak memiliki saksi mata yang melihat mereka berselingkuh! “Saudara Rico Yudiansah, saudara mengetahui alasan Saudara dipanggil ke sini?” tanya Hakim mengawali kesaksian Rico. “Ya Yang Mulia. Saya sudah mengetahuinya,” jawab Ric
Setelah ruangan kembali tenang, sidang pun dilanjutkan. “Saudara Rico,” dengan suara tegas Hakim bicara. “Anda tahu bahwa dalam sidang ini Anda mengambil sumpah untuk berbicara dengan jujur?” tanya Hakim memastikan kembali kesadaran Rico atas besarnya tanggung jawab kesaksiannya. “Ya Yang Mulia.” Rico menjawab dengan tenang. “Apakah yang Anda katakan tadi benar dan tidak mengada-ada, ataupun mendapat tekanan dari pihak lain?” Hakim memastikan kembali agar tidak ada kesalah pahaman. “Benar Yang Mulia. Saya berani bersumpah bahwa saya dan Elsie sering kali bertemu dan menjalin hubungan layaknya sepasang kekasih. Bahkan saat kuliah, Elsie pernah mengandung anak saya,” ujar Rico dengan lancar. Ruangan kembali bergemuruh. Pernyataan Rico benar-benar menghancurkan image Elsie saat itu juga. Siaran langsung jalannya sidang itu pun menjadi semakin ramai dan semakin banyak yang menyaksikan. Elsie kembali berdiri untuk menerjang Rico, namun untungnya Agni dan Chandra segera menahannya.
“Jika tidak dioperasi, ibu nona tidak akan bisa bertahan lebih lama...”Tiba-tiba ruangan itu sunyi, hanya terisi oleh suara mesin-mesin rumah sakit yang berdenting begitu lambat.Kanaya menahan napas, dadanya sesak hampir meledak. Di hadapannya, ibunya terbaring koma dan satu-satunya cara menyelamatkannya adalah dengan operasi transplantasi jantung.“Apa tidak ada cara lain, Dok?”Suara Kanaya bergetar. Sebelumnya Dokter itu juga berkata jika biayanya bisa mencapai 20an miliar. Apa yang harus ia lakukan?Dokter yang menangani Ayunda, ibu Kanaya, menggeleng seraya mengalungkan stetoskop.“Itu... satu-satunya cara...”Kanaya menggenggam tangan ibunya lebih keras, ia terisak. Teringat ibunya yang menolak dibawa ke rumah sakit karena tak mau merepotkannya.“Nona bisa pikirkan terlebih dahulu. Saya pamit,” ucap sang dokter yang mengangguk ke arah Kanaya dan langsung pergi dari ruangan itu.Kanaya tak bergerak, ia membeku.Sejak ayahnya meninggal, satu-satunya orang yang bisa diharapkan ib
"Selamat Kanaya, kamu dinyatakan lolos seleksi Ibu pengganti."Dokter Indra Wibisono, seorang Dokter endokrin dan fertilitas menjabat tangan Kanaya dengan senyum lebar di wajahnya."Terima kasih Dokter!" Sejak dua minggu yang lalu, Kanaya telah menjalani serangkaian tes untuk menjadi ibu pengganti. Dan mendengar hasil tes itu, Kanaya merasa sangat senang. Berita itu bagaikan embun yang turun di padang pasir, memberinya semangat dan harapan baru untuk kesembuhan ibunya."Sama-sama, Kanaya. Kami senang kamu mendaftar ke klinik kami. Sudah lama kami mencari seseorang dengan kriteria sepertimu," balas Dokter Indra dengan menghembuskan nafas lega."Namun ada satu hal yang saya ingin sampaikan terkait program bayi tabung ini, dan saya mengharapkan persetujuan darimu, Kanaya." Dokter Indra berkata dengan nada serius.Persetujuan? Kanaya merasa ada hal lain yang ingin disampaikan oleh dokter itu."Apa ada masalah? Apa ini ada kaitannya dengan uang kompensasi yang saya minta?" Kanaya merasa
Setelah ruangan kembali tenang, sidang pun dilanjutkan. “Saudara Rico,” dengan suara tegas Hakim bicara. “Anda tahu bahwa dalam sidang ini Anda mengambil sumpah untuk berbicara dengan jujur?” tanya Hakim memastikan kembali kesadaran Rico atas besarnya tanggung jawab kesaksiannya. “Ya Yang Mulia.” Rico menjawab dengan tenang. “Apakah yang Anda katakan tadi benar dan tidak mengada-ada, ataupun mendapat tekanan dari pihak lain?” Hakim memastikan kembali agar tidak ada kesalah pahaman. “Benar Yang Mulia. Saya berani bersumpah bahwa saya dan Elsie sering kali bertemu dan menjalin hubungan layaknya sepasang kekasih. Bahkan saat kuliah, Elsie pernah mengandung anak saya,” ujar Rico dengan lancar. Ruangan kembali bergemuruh. Pernyataan Rico benar-benar menghancurkan image Elsie saat itu juga. Siaran langsung jalannya sidang itu pun menjadi semakin ramai dan semakin banyak yang menyaksikan. Elsie kembali berdiri untuk menerjang Rico, namun untungnya Agni dan Chandra segera menahannya.
Rico berjalan sambil melirik Elsie. Ia memberi senyuman manis pada Elsie setelah sekian lama mereka tidak berjumpa. Elsie yang harus bersandiwara di depan semua yang hadir di sana, tidak berani membalas senyuman Rico. Ia khawatir ada yang melihat mereka, terlebih ada banyak awak media yang saat itu fokus menyorot dan mengambil gambar Rico. Setelah disumpah oleh petugas pengadilan, Rico menempati kursi saksi. Ruangan sidang tampak hening, menunggu acara sidang berlanjut. Meski begitu, para pendukung Elsie tampak bersemangat untuk mendengarkan kesaksian Rico. Mereka mengacungkan jempol untuk kehandalan pengacara Elsie yang menghadirkan Rico sebagai saksi dari pihaknya. Itu artinya tuduhan Bastian hampir dipastikan tidak terbukti. Apalagi pihak Bastian tidak memiliki saksi mata yang melihat mereka berselingkuh! “Saudara Rico Yudiansah, saudara mengetahui alasan Saudara dipanggil ke sini?” tanya Hakim mengawali kesaksian Rico. “Ya Yang Mulia. Saya sudah mengetahuinya,” jawab Ric
Pengadilan Agama. “Benar Yang mulia. Suami saya menikah lagi dengan perempuan itu. Dan sekarang, karena dia, suami saya sudah tidak memperhatikan saya dan mau menceraikan saya,” ucap Elsie dengan terisak saat hakim menanyakan padanya mengenai penyebab perpisahan mereka. “Setelah disakiti, saya tidak mendapatkan apa pun dari 3 tahun pernikahan kami dan bahkan dituntut secara hukum atas kejahatan yang tidak saya lakukan. Saya merasa diperlakukan dengan tidak adil. Untuk itu, saya mohon yang mulia untuk bisa mengabulkan permintaan saya untuk mendapatkan hak saya menyangkut harta yang kami miliki selama pernikahan.” Raut wajah Elsie begitu sedih, sehingga warga serta media yang ikut menyaksikan merasakan hal yang sama. Mereka merasa sedih dan iba dengan apa yang menimpa Elsie. Bahkan sebagian warga itu merasa geram dan mengumpat Bastian. “Laki-laki egois! Enak saja, habis manis sepah dibuang!” “Benar! Kabulkan permintaannya Yang Mulia! Ini sangat tidak adil!” “Tidak menyangka Basti
Meski begitu, Awak media tampak masih ingin tahu lebih lanjut mengenai penyebab perceraian Bastian dan Elsie. “Jika kalian ingin mengetahui alasan perceraian kami, kalian bisa mendapatkan jawabannya oada sidang perceraian yang saat ini tengah berlangsung di Pengadilan Agama. Dan saat ini sidang itu sudah dibuka oleh umum.” Bastian melirik Ezra saat berbicara mengenai sidang perceraian. Ezra mengangguk perlahan mengkonfirmasi Bastian bahwa semua yang sedang berlangsung di persidangan sudah dipersiapkan dengan baik oleh tim penasehat hukum mereka. Awak media pun tidak lagi bertanya mengenai perceraian Bastian dan Elsie, karena jelas Bastian tidak ingin membahas mengenai hal itu dalam konferensi pers. Awak media mengerti jika ada sesuatu yang bersifat sangat pribadi yang menjadi sebab perceraian mereka. Bahkan Bastian sempat meminta sebuah sidang tertutup sebelum pengacara Elsie meminta sebuah sidang terbuka. Selain itu mereka pun mengetahui jika Bastian bukanlah tipe pria yang gem
Bastian berjalan menghampiri Kanaya sambil tersenyum dan langsung menyentuhnya dengan lembut. Ia meraih Baby K dari tangan Kanaya kemudian menggendongnya. Setelah itu, Bastian kembali berjalan ke tengah podium dengan menggandeng Kanaya bersamanya. “Pada kesempatan ini saya ingin memperkenalkan keluarga baru saya. Istri saya Kanaya Jasmin, dan anak kami Kenzo Arkana Dwipangga.” Tatapan mata Bastian beralih pada Kanaya. Kanaya yang sempat merasa gugup saat hendak memasuki podium, menjadi lebih tenang saat Bastian mendampinginya, dan menunjukkan dukungan baginya. Ia tersenyum pada Bastian lalu pada awak media. “Halo semua, perkenalkan Saya Kanaya.” Perlahan Kanaya menarik nafas lega karena kekhawatiran yang sempat ia rasakan, tidak terjadi. Ternyata konferensi pers itu berlangsung dengan sangat tertib, dan mereka tidak lagi menatapnya dengan sebelah mata seperti yang beberapa orang lakukan saat ia pergi bersama Bastian beberapa hari terakhir ini. “Pernikahan kami di langsungkan 11
Hotel Royal Conference Room. “Selamat siang, rekan-rekan media, wartawan, dan reporter yang kami hormati. Terima kasih atas kehadiran Anda semua dalam acara konferensi pers ini.” “Hari ini, kami merasa terhormat dapat berbagi informasi penting dan menjawab berbagai pertanyaan yang mungkin Anda miliki terkait dengan berita yang sedang beredar saat ini.” “Semoga pertemuan ini dapat menjelaskan permasalahan yang sebenarnya dan menghentikan pemberitaan yang tidak seharusnya.” Pembawa acara tersebut membuka acara dengan berdiri di podium di hadapan puluhan wartawan dan media yang telah diundang untuk menghadiri acara itu. Hanya dalam hitungan beberapa jam saja Ezra mengundang semua media yang ada di Emerald City serta beberapa media besar di Eastasia. Semua kantor berita dan media online sangat antusias untuk menghadiri acara ini, sehingga ruangan konferensi itu dipenuhi oleh banyak sekali pers yang datang. “Rekan-rekan wartawan pasti telah mengetahui dan bertanya-tanya mengenai beri
Pagi ini Elsie bersiap-siap untuk menghadiri sidang perceraiannya. Pengacara dan mamanya sudah datang menunggunya di ruang tunggu untuk bersama-sama pergi ke Pengadilan Agama. Di lorong ruang tahanan, Elsie berjalan dengan lebih percaya diri untuk menemui Mama dan pengacaranya. Dua hari ini dukungan publik terhadap dirinya semakin meningkat. Semakin banyak orang yang bersimpati padanya, meskipun ada segelintir orang yang vokal mendukung Bastian dan Kanaya. Akan tetapi ia tidak terlalu menganggap mereka sebagai halangan yang berarti. Bagaimana pun kekuatan netizen yang mendukungnya akan sangat diperhitungkan di jaman modern dimana media digital berkembang pesat. Rencananya berhasil. Ia berharap dengan pemberitaan yang bersimpati padanya, sidang perceraiannya akan membuahkan hasil lebih baik. Paling tidak, hakim akan ikut bersimpati padanya dan mengabulkan permintaannya dalam hal pembagian harta. Saat ia mendekati sel diujung lorong, kembali Elsie melihat Stella. Perempuan itu mena
“Kejutan—lagi?” Bastian mengangguk dengan senyum penuh misteri. Ia lalu menggandeng tangan Kanaya dan membawanya ke ranjang. Sembari melirik dengan playfull, ia mengambil sesuatu dari dalam laci meja nakas, kemudian memperlihatkannya pada Kanaya. “Essential Massage oil?” Kanaya membacanya dengan tertegun. “Benar sekali! Sekarang naiklah ke atas ranjang, dan biarkan aku memijatmu…” Bastian mengambil kembali botol minyak essential itu dari tangan Kanaya. Bastian serius ingin memijatnya? Batin Kanaya sambil menatap Bastian dengan terkejut. Dulu waktu ia sedang mengandung Kenzo, saat mereka tengah duduk santai, Bastian terkadang memijat kaki atau pundak dan punggungnya yang sering terasa pegal. Namun, kali ini Kanaya merasa akan berbeda. Suasananya sangat berbeda, dan ia sudah tidak lagi dalam keadaan mengandung. “Apa yang kamu pikirkan sayang? Rileks dan nikmati saja,” bisik Bastian. Lalu ia mengarahkan Kanaya untuk tidur tengkurap. Seprei yang sejuk, ranjang yang empuk, serta
Kanaya menyelimuti Kenzo dan mengecup keningnya dengan lembut. Kemudian ia mematikan musik pengantar tidur serta mematikan lampu utama. Ia membiarkan lampu tidur tetap menyala untuk sedikt menerangi kamar itu. Setelah memastikan segala sesuatunya beres, barulah Kanaya berjalan meninggalkan kamar itu menuju kamarnya dan Bastian. Semakin langkah kaki Kanaya berjalan mendekati pintu kamar utama semakin jantungnya berdebar dengan kencang. Apa yang sedang Bastian siapkan? Kenapa dia tadi menanyakan mengenai bunga-bungaan? Batin Kanaya, ia merasa deg-degan dan exciting sekaligus. Kanaya berhenti di depan pintu kamarnya. Ia menarik nafas dalam sebelum membukanya. Saat ia melangkah masuk, kamar itu dalam keadaan temaram. Hanya beberapa buah lampu sorot kecil di sudut plafon yang menyala. Samar ia mencium aroma lavender yang menyeruak di seluruh bagian kamar itu. Jadi ini yang Bastian tanyakan itu? Aromatik untuk dia gunakan di kamar mereka? Kanaya tersenyum menghargai inisiatif Bast