Rico berjalan sambil melirik Elsie. Ia memberi senyuman manis pada Elsie setelah sekian lama mereka tidak berjumpa. Elsie yang harus bersandiwara di depan semua yang hadir di sana, tidak berani membalas senyuman Rico. Ia khawatir ada yang melihat mereka, terlebih ada banyak awak media yang saat itu fokus menyorot dan mengambil gambar Rico. Setelah disumpah oleh petugas pengadilan, Rico menempati kursi saksi. Ruangan sidang tampak hening, menunggu acara sidang berlanjut. Meski begitu, para pendukung Elsie tampak bersemangat untuk mendengarkan kesaksian Rico. Mereka mengacungkan jempol untuk kehandalan pengacara Elsie yang menghadirkan Rico sebagai saksi dari pihaknya. Itu artinya tuduhan Bastian hampir dipastikan tidak terbukti. Apalagi pihak Bastian tidak memiliki saksi mata yang melihat mereka berselingkuh! “Saudara Rico Yudiansah, saudara mengetahui alasan Saudara dipanggil ke sini?” tanya Hakim mengawali kesaksian Rico. “Ya Yang Mulia. Saya sudah mengetahuinya,” jawab Ric
Setelah ruangan kembali tenang, sidang pun dilanjutkan. “Saudara Rico,” dengan suara tegas Hakim bicara. “Anda tahu bahwa dalam sidang ini Anda mengambil sumpah untuk berbicara dengan jujur?” tanya Hakim memastikan kembali kesadaran Rico atas besarnya tanggung jawab kesaksiannya. “Ya Yang Mulia.” Rico menjawab dengan tenang. “Apakah yang Anda katakan tadi benar dan tidak mengada-ada, ataupun mendapat tekanan dari pihak lain?” Hakim memastikan kembali agar tidak ada kesalah pahaman. “Benar Yang Mulia. Saya berani bersumpah bahwa saya dan Elsie sering kali bertemu dan menjalin hubungan layaknya sepasang kekasih. Bahkan saat kuliah, Elsie pernah mengandung anak saya,” ujar Rico dengan lancar. Ruangan kembali bergemuruh. Pernyataan Rico benar-benar menghancurkan image Elsie saat itu juga. Siaran langsung jalannya sidang itu pun menjadi semakin ramai dan semakin banyak yang menyaksikan. Elsie kembali berdiri untuk menerjang Rico, namun untungnya Agni dan Chandra segera menahannya.
“Polisi sedang menyelidiki asal muasal video asusila yang beredar dengan sangat cepat di seluruh Emerald City, dan bahkan kota-kota yang ada di sekitarnya.” “Pihak kepolisian masih berusaha mengusut dan memblokir penyebaran video yang di duga mirip dengan dua orang yang sedang hangat diperbincangkan oleh publik akhir-akhir ini, yaitu Elsiana Zhiva dan Ravioli.” Seorang pembawa berita televisi melaporkan peristiwa yang terjadi di Emerald City. “Video asusila itu tersebar tepat saat salah satu tersangka pemerannya sedang menghadiri sidang perceraian antara dirinya dan Bastian Aryo Dwipangga. Ia diketahui tidak sadarkan diri saat melihat video itu.” Pada siaran televisi terlihat rekaman video yang menangkap keadaan Elsie yang sangat kebingungan di ruangan sidang pengadilan agama saat video syur tersebut tersebar. Ia terlihat merebut telepon genggam Agni dan langsung terjatuh pingsan saat melihat apa yang ada di tampak di layar telepon itu. “Kabar menyatakan jika hingga saat ini, Els
Melihat Azhar, Sofyan mendengus. “Orang tua, untuk apa kamu datang ke sini? Tempat ini tidak bagus untukmu,” ujarnya dengan nada dan ekspresi mencemooh. “Bukan urusanmu! Pergilah dan jangan ganggu dia!” sergah Azhar masih dengan wibawa dan ketegasan yang sama yang dimilikinya saat muda dulu. “Bukan urusanku?” Sofyan tertawa mengejek. “Kamu lupa kalau aku ayahnya?” ujarnya sembari mendelikkan matanya dengan culas. “Kamu sudah kehilangan hak itu bertahun-tahun yang lalu! Sekarang pergilah dan jangan ganggu cucukku!” Sofyan terkekeh hingga perutnya yang besar terlihat berguncang. Ia maju mendekat. “Masih sok wibawa? Kamu cuma jompo yang—” Sofyan tidak meneruskan kata-katanya saat Anto yang berbadan tegap, maju selangkah dengan ekspresi wajah sangar. Sofyan menatap Anto dengan horor, lalu pada Azhar yang menatapnya balik dengan tajam. Tampaknya orang tua dihadapannya ini tidak main-main. Di tambah lagi ada Anti yang sangat loyal dan rela melakukan apa saja untuknya. Sofyan melirik
Kanaya masuk ke dalam kamar mandi dan mengunci pintu. Ia lalu menscroll telepon genggam miliknya, mencari sesuatu. Setelah Ezra dan Jay menghentikan ia dan Bastian siang tadi, Bastian dan kedua anak buahnya itu pergi ke ruangan lain untuk membicarakan sesuatu. Kanaya sendiri tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Ia menunggu Bastian sambil duduk di ruangan khusus di samping ruangan konferensi, menyusui Kenzo yang mulai kehausan. Dan saat Bastian kembali, ia tampak biasa saja. ***Flashback*** Walau Bastian nampak biasa saja, tetapi Kanaya penasaran dengan sikap Ezra dan Jay yang terlihat syok, sehingga ia pun bertanya, “Yang, ada apa? Apa semua baik-baik saja?” Bastian duduk di samping Kanaya. “Tidak ada hal yang penting,” jawab Bastian sambil menyodorkan jari telunjuknya ke tangan Kenzo yang tengah asik menyusu. Senyum terkembang di bibir Bastian saat tangan mungil Kenzo menggenggam jari telunjuknya itu. Kanaya merasa heran dengan jawaban Bastian. Tidak ada yang penting? Lalu
Merasa Bastian sedang menatapnya, Kanaya mendongak, menatao balik Bastian. “Mengenai video itu…” ucap Kanaya menerangkan maksud ucapannya sambil menatap penuh arti. Bastian mengangkat alisnya dan bertanya dengan serius. “Kamu melihatnya? Mencari berita itu?” Kanaya menggeleng sembari mengangkat kepalanya dari dada Bastian. “Aku juga mendapat kiriman video itu. Tapi saat aku mau membukanya, video itu sudah terblokir,” jawab Kanaya dengan jujur. Raut wajah Bastian melembut. “Kenapa kamu ingin melihatnya?” tanya Bastian dengan terkekeh pelan dan menjentik ujung hidung Kanaya. Wajah Kanaya memerah seketika. “Aku—aku bukan ingin melihatnya. Maksudku— aku cuma ingin tahu apakah benar itu video yang mereka bicarakan, karena mereka mengatakan video itu disebar melalui pesan singkat!” Kanaya mencoba menerangkan pada Bastian bahwa ia tidak bermaksud menonton video asusila tersebut dan hanya ingin mengeceknya saja. Bastian terkekeh melihat Kanaya berusaha menerangkan dirinya. “Kamu ti
“Aaaarrrgghhh! KELUAR! SEMUA KELUAR!” teriak Elsie sambil membanting semua barang yang ada di dekatnya ke arah petugas medis yang ada di ruangan itu. “Jangan dekat-dekat!” Bahkan Agni yang ada di sana tampak sangat ketakutan melihat Elsie mengamuk seperti itu. Otomatis semua yang ada di sana terpaksa mundur , dan hanya bisa memperhatikan keadaan Elsie dari depan pintu kamar. Elsie dibawa ke rumah sakit itu setelah ia tidak sadarkan diri dalam sidang yang telah berkangsung. Barulah ia tersadar dari pingsannya, ia langsung teringat apa yang terjadi hari itu. Dan Elsie merasakan amarah yang besar bergejolak dalam dirinya. Ia marah pada Rico, saksi kunci di pihaknya yang ternyata justru bersaksi melawannya! Lancang sekali Rico berbuat itu setelah apa yang telah ia lakukan untuknya! Ia juga marah pada press conference yang digelar Bastian hari itu yang telah membicarakan mengenai perbuatan yang telah ia lakukan dan alasan Bastian menuntutnya secara hukum! Bastian pasti sengaja mel
Sementara itu, di rumah tahanan pria, Ravioli sedang bertemu Jono, anak buahnya. Brak! “Bagaimana mungkin rekaman itu bisa bocor?” tanya Ravioli dengan menggebrak meja sampai Jono terkejut. “Saya tidak tahu siapa yang membocorkannya, Bos,” jawab Jono yang duduk dihadapan Ravioli sambil menundukkan wajahnya. Ravioli bertambah kesal. Ia menarik kerah baju Jono dengan kedua tanganya dengan kasar. “Apa kamu bekerja terlalu santai?! Mencari tahu siapa yang melakukan itu saja kamu tidak becus!” hardik Ravioli dengan tatapan bengis di depan wajah Jono. Jono menggeleng. “Tidak Bos, maaf,” ucapnya dengan menunduk. Ravioli mendengus kasar. “Cari tahu siapa orang yang berani mencuri rekaman itu dan mengedarkannya! Aku mau dia dihabisi, tanpa ampun!” perintahnya dengan geram di depan wajah tangan kanannya itu. “Baik Bos…” jawab Jono sambil menunduk. Ravioli menghempaskan Jono dengan kasar sebelum ia menarik nafas dalam untuk menenangkan dirinya dan kembali duduk bersandar di kursi. “Cari
“Freya,” ucap Bastian dengan senyum di wajahnya. “Freya Jacinta Dwipangga.” Miranda dan Ayunda saling bertukar pandang sebelum tersenyum dan mengangguk. “Freya. Nama yang Indah,” gumam keduanya menyetujui. Hari itu semua yang ada di Alpine Nest menyambut baik kehadiran bayi mungil bernama Freya Jacinta Dwipangga. Begitu pula Kenzo yang begitu senang ketika diperbolehkan melihat langsung adiknya itu. Mulai hari itu, ia telah menjadi seorang kakak. Apalagi, adiknya itu hadir sebagai hadiah ulang tahun terindah baginya. Keluarga besar Dwipangga hari itu sangat berbahagia. Bukan hanya karena ulang tahun pertama Kenzo, namun juga hadirnya Freya dalam keluarga mereka. Berita kelahiran Freya langsung tersebar ke seantero Emerald City, meskipun sosok bayi tersebut masih dirahasiakan dan belum di perlihatkan kepada publik. Publik ikut merasa senang dan tidak sabar untuk segera melihat sosok putri keluarga Dwipangga yang diberitakan memiliki paras yang rupawan. Berita persalinan Kanaya p
“Ama… Ama.. atit?” tanya Kenzo pada Haidar, kakeknya. Tampak ia mengkhawatirkan mamanya.Apalagi ia melihat Papanya begitu panik saat membawa mamanya pergi masuk ke dalam ruangan dengan kolam besar yang ada di dekat mereka. Haidar tersenyum dan menggeleng. Ia berusaha untuk tidak tampak gelisah atau khawatir. “Mama tidak sakit, tapi saat ini sedang melahirkan adiknya Kenzo,” terangnya pada cucu kesayangannya itu.“Kenzo di sini dulu ya sama Kakek. Nanti kalau adik sudah keluar dari perut mama, Kenzo bisa ketemu sama adik.” Haidar pun duduk dan memangku Kenzo di sofa.Kanaya sudah pernah menceritakan pada Kenzo mengenai adik bayi yang ada di dalam perutnya, sehingga Kenzo tidak terlalu bingung atau panik saat mengetahui Kanaya akan melahirkan. “Sini, Kenzo boboan di sini.” Haidar menepuk ruang kosong diantara dirinya dan Azhar, agar cucunya itu bisa beristirahat dan tidur. Ia tahu Kenzo tidak akan mau pergi tidur ke kamarnya mengetahui mamanya tengah melahirkan adiknya.Akan tetapi
Ardyan dan Aliya telah menikah sejak 6 bulan yang lalu, dan sekarang kandungan Aliya telah menginjak 3 bulan.Mereka berdua memang tidak menunda kehamilan dan berharap segera diberikan keturunan. Selain itu, Ardyan juga sudah berusia lebih dari 30 tahun, sehingga dia tidak ingin lagi menunda.Dan meskipun kehamilan Aliya masih muda dan belum terlihat benar, namun jika diperhatikan dengan seksama, akan terlihat benjolan kecil di perutnya.Saat ini, Aliya masih bekerja di LiveTV, namun ia tidak lagi bekerja di lapangan untuk mencari berita setelah mengetahui kehamilannya. Ia memilih bertugas di dalam studio untuk sementara waktu. Sedangkan Ardyan, dia masih menjalani hari-harinya sebagai the best neurosurgeon di Emerald City, sekaligus Direktur Emerald Restorative Centre, Rumah Sakit terbesar dan tercanggih di Emerald City.“Bagaimana kehamilanmu kali ini? Ah, Kenzo pasti senang sekali akan segera memiliki seorang adik!” Aliya memegang perut besar Kanaya dan mengelusnya.“Untuk yang
Acara ulang tahun berlangsung dengan sangat meriah. Anak-anak panti yang diundang untuk datang tampak sangat senang. Berbagai macam permainan, hiburan bahkan hadiah-hadiah yang dibagikan membuat mereka tertawa sepanjang acara.Tamu undangan lainnya, keluarga, dan kerabat yang membawa anak-anak mereka juga menikmati acara itu. Mereka membawa berbagai macam hadiah, dari mainan anak-anak yang sangat populer dan diminati, hingga hadiah yang bernilai fantastis.Berbagai macam hidangan disajikan. Dari mulai hidangan berbentuk lucu bertemakan kerajaan untuk anak-anak hingga hidangan estetik dan lezat dari chef terkemuka yang menggunakan bahan-bahan berkualitas premium.Dan Kenzo, bocah berulang tahun yang memiliki paras rupawan perpaduan antara Kanaya dan Bastian, menjadi pusat perhatian di acara itu. Tidak hanya parasnya, tingkah polah anak berusia 1 tahun itu selain menggemaskan juga telah membuat decak kagum tamu undangan. Di usia yang masih sangat kecil, Kenzo telah menunjukkan sikap
Hari itu, di Alpine Nest ramai dengan banyak orang yang datang. Azhar, Haidar, Miranda, Ayunda, Laila, dan Fadly—sepupu Kanaya. Tidak lupa Alea, Fariz dan Clara juga sudah hadir di sana.Mereka semua datang untuk menghadiri ulang tahun pertama Kenzo yang hanya dihadiri oleh orang-orang terdekat, keluarga dan teman serta anak yatim yang sengaja diundang untuk memeriahkan acara itu.Acara dilangsungkan di halaman belakang rumah mereka, dengan mengusung tema Royal Prince. Sesuai dengan tema, maka di dekat danau itu dibangun sebuah miniatur kastil kerajaan, dengan dekorasi balon dan hiasan lainnya yang berwarna emas, biru dan putih.Makanan yang dihidangkan pun dibuat sesuai tema. Mewah, namun dengan bentuk yang lucu dan menggemaskan sesuai dengan usia baby Kenzo yang baru berulang tahun pertama.“Apa semua sudah siap? Di mana Kenzo?” Kanaya baru selesai berpakaian, dan ia memastikan kembali persiapan mereka untuk acara itu.Ia dan Bastian juga ikut mengenakan kostum Royal King dan Queen
“Bos, itu orangnya!” Seorang pria dengan banyak tato di tangannya melapor pada seorang pria yang duduk di dalam sebuah mobil SUV.Jendela mibil SUV itu diturunkan dan tampaklah wajah seorang pria. Dia mengenakan jaket hitam dan kaca mata hitam. Rambut panjangnya yang diikat ke belakang, dicepol kecil dibagian atas, sehingga menampakkan potongan rambut pendek undercut dibagian bawah yang rapi.Pria itu membuka kaca matanya dan melihat ke luar pada sosok dua orang pria yang sedang berdiri membelakangi mereka yang berjarak cukup jauh. Kedua orang itu berpakaian parlente, kemeja rapi dengan sepatu kulit yang mengkilap.“Hanya berdua saja?” tanya Jono—pria berjaket hitam di dalam mobil.“Hanya mereka dan supir di dalam mobil.” Anak buah Jono menunjuk sebuah mobil Mercedes Benz S class berwarna hitam terparkir di ujung bagian jalan itu.Jono tidak mengetahui siapa orang itu. Mereka berpenampilan rapi dan parlente, namun mereka berdua bukan berasalah dari Emerald City.Jono memberi isyarat
Mobil Rolls Royce limited edition itu, memasuki halaman rumah besar dan luas bernama Alpine Nest, dan berhenti tidak jauh dari pintu utama rumah itu.Kanaya dan Bastian turun dari dalam mobil dan masuk ke dalam rumah. Rumah yang kali pertama Kanaya datangi belum memiliki furnitur yang lengkap, saat ini telah berubah menjadi sebuah rumah yang indah dengan berbagai kelengkapan yang memberi kesan tersendiri.Kanaya sengaja memilih furnitur, korden, wallpaper serta berbagai aksesoris rumah lainnya dengan warna dan model yang memberi kesan homy, sebuah tempat tinggal yang hangat dan nyaman untuk ditinggali keluarga mereka.Saat memasuki rumah itu, tidak terasa suasana kaku ataupun asing. Ruangan demi ruangan seakan membuat siapa pun merasa di nyaman berada di sana. Dari mulai ruang tamu, ruang keluarga, dapur, hingga setiap kamar tidur di rumah itu, memberi kesan hangat. “Kenzo mana Bi?” Kanaya bertanya saat ia bertemu Sifa di ruang keluarga.Perempuan yang menjadi pengasuhnya saat menga
“Maaf… maaf, aku tidak sengaja…” ucap orang itu dengan segera. Ia kemudian tampak terkejut ketika melihat Bastianlah yang ia tabrak.“Lain kali jalanlah dengan hati-hati.” tegur Bastian sambil mengingatkan dengan nada dingin.Untung saja dia tidak menabrak Kanaya! Jika sampai itu terjadi, ia akan sangat marah.“Tentu, lain kali saya akan jalan dengan hati-hati.” Mahasiswi yang menabrak Bastian itu tampak tersipu malu. Ia melirik Bastian dengan tatapan menggoda sembari menyelipkan anak rambut ke belakang telinga.Bastian bersikap acuh tak acuh pada perempuan itu dan sibuk merapikan kemeja yang dikenakannya.Lain halnya dengan Bastian, Kanaya justru menangkap gestur perempuan yang dengan sengaja menggoda Bastian. Dan ini membuat Kanaya kesal.Jelas, bukan hanya dirinya saja yang menyadari betapa menariknya Bastian.Selama ia menjadi istri Bastian, tidak sedikit wanita lain yang mengagumi Bastian, bahkan ada yang dengan berani dan terang-terangan berusaha mendekati suaminya itu.Mahasis
“Kulit lebih bersinar, atau di sebut dengan pregnancy glowing…” Bastian membaca sebuah artikel melalui telepon genggamnya. Ia tampak berpikir sebelum bergumam, “Sepertinya benar.”Ia membayangkan kulit istrinya itu memang terlihat lebih glowing di kehamilan kedua. Jadi, apakah semua mitos itu benar?Bastian kembali membaca lanjutan artikel itu.“Payudara sebelah kiri lebih besar dari yang kanan…” Bastian mengerutkan keningnya. Ah, ada-ada saja. Apa iya perbedaan kehamilan bayi perempuan dan laki-laki bisa dilihat dari besarnya payudara kanan dan kiri?Ujung-ujungnya, Bastian geleng-geleng kepala dan lanjut membaca. “Sifat lebih moody, sensitif dan cerewet…” Bastian terkekeh pelan. Mungkin untuk yang satu ini ada benarnya. Sejak kehamilan kedua, Kanaya menjadi sangat perasa dan sensitif, bahkan sebelum mereka mengetahui jenis kelamin anak yang dikandungnya.Walau begitu, Bastian tidak pernah mempermasalahkannya. Apalagi ia memang tidak keberatan direpotkan oleh istrinya itu.“Ehem…