"Oke, aku akan baca di sini," ujar Karina sambil menggaruk-garuk pipinya. Ketika Karina duduk di sofa kecil di samping, Rafael merasa tidak puas lagi, "Kamu merasa penglihatanmu terlalu bagus, jadi ingin merusaknya?""Ah?" Karina tertegun.Ekspresi Rafael menjadi masam dan dia berkata dengan dingin, "Kamu nggak tahu, membaca di tempat yang redup dapat merusak matamu? Duduk di sini."'Ruangan ini remang-remang?' tanya Karina dalam hatinya sambil melihat lampu pijar yang terang itu.Dia menggigit bibirnya dan menolak, ".... Nggak perlu, di sini sama saja ....""Kamu ingin aku mengulangi ucapanku?" Rafael melirik Karina dengan dingin, nadanya terdengar sangat berbahaya.'Apa dia harus menolak hal baik yang kulakukan untuknya?''Dasar wanita ini!'Rafael dari tadi hanya menahan amarahnya. Dia jarang begitu memedulikan seorang wanita. Susah payah menemukan wanita yang dia pedulikan, dia ingin bersikap baik pada wanita itu, tetapi wanita ini malah selalu menentangnya.Malah aneh jika Rafael
Kemarahan Rafael yang menumpuk selama dua hari ini sepertinya sudah benar-benar hilang. Sekarang, kenakalannya untuk menggoda Karina muncul.Rafael menyeringai, meletakkan buku ke meja, mencondongkan tubuhnya, membungkuk dan berbisik di telinga Karina, "Itu nggak membuatku senang, tapi aku punya cara untuk membuatmu senang."Seperti apa orang yang tidak tahu malu dan mesum?Seperti ini!Karina seketika merasa malu dan marah. Dia merasa tidak berlebihan memberikan tamparan kepada pria di depannya ini, tetapi kenyataannya dia bahkan tidak bisa bergerak sama sekali.Ada aroma rumput yang samar-samar di tubuh Rafael, membuat Karina merasa seperti mabuk. Wajahnya seketika merah dan panas, sedangkan lehernya dipenuhi warna merah muda terang."Heh, ke mana sikap aroganmu tadi? Kenapa sekarang diam saja?" tanya Rafael sambil memandang Karina dengan penuh minat. Dia merasa ekspresi malu-malu Karina sangat menarik."Kamu ...." Karina tidak tahu harus mengatakan apa.Melihat bibir merah muda puca
Digigit Rafael dengan lembut, Karina merasa bahwa pria adalah binatang buas yang tidak pernah puas, sedangkan dirinya adalah mangsa yang sudah tertangkap.Gerakan Rafael mulai tergesa-gesa. Tangannya terus bergerak ke bawah untuk memegang tangan Karina. Dia mencoba mengaitkan jari-jarinya, tetapi tangan Karina mengepal dengan erat dan gemetar hebat.Melihat ini, Rafael tiba-tiba tercengang.Dia menatap Karina, menemukan Karina menutup matanya rapat-rapat, hasratnya yang luar biasa segera menghilang dan jenis emosi yang berbeda menyebar ke dalam hatinya.Rafael, yang tidak pernah memikirkan perasaan orang lain, tiba-tiba mulai merenung. 'Apa aku terlalu terburu-buru? 'Wanita ini sepertinya takut padaku ....'Dia meletakkan dagunya di bahu Karina, menghirup dalam-dalam aroma sabun mandi yang menyelimuti tubuh Karina. Dia memaksa dirinya sendiri untuk tenang.Setelah beberapa saat, dia perlahan melepaskan Karina, menyentil dahi Karina sebagai pembalasan dan berkata dengan nada tidak stab
Karina terkejut dengan percakapan yang seperti sepasang suami-istri ini. Dia segera menggelengkan kepalanya berulang kali dan menolak, "Nggak ... nggak perlu, aku bisa pulang sendiri."Rafael mendengus dan berkata dengan kesal, "Kamu kira aku ingin menjemputmu? Aku ingin mengajakmu berbelanja hari ini. Kalau pulangnya terlalu sore, minta izin saja.""Apa?" Karina tertegun sejenak, "Ada pesta dansa lagi?""Bukan.""Lalu kenapa kamu ingin beli pakaian?" tanya Karina bingung.Ekspresi Rafael menjadi masam dan dia balik bertanya, "Kenapa banyak sekali pertanyaanmu?""...."'Kamu mengajakku beli pakaian, apa aku nggak berhak tahu alasannya?' pikir Karina dalam hatinya sambil menundukkan kepalanya dalam diam.Rafael merasa senang ketika melihat ekspresi Karina yang marah tetapi takut untuk melawan. Dia menyeringai, berkata dengan arogan, "Kamu adalah wanitaku, mana boleh memakai pakaian murahan seperti ini. Kalau ada orang lain tahu, bukankah ini akan membuatku malu?"Pakaian murahan ....'M
Rafael tidak bergerak meski sudah didesak pergi oleh Karina. Dia mengangkat alisnya, menatap bibir Karina penuh minat dan bertanya, "Apa kamu nggak melupakan sesuatu?"'Muncul lagi Rafael si bocah.'Karina menghela napas pasrah, dia mencondongkan tubuhnya, memberikan ciuman lembut di sudut bibir Rafael.Ini adalah perintah yang diberikan Rafael padanya. Dia harus memberikan ciuman selamat pagi ketika bangun dan ciuman perpisahan ketika keluar kepada Rafael.Karina awalnya tidak terbiasa dan selalu melakukannya dengan ekspresi terpaksa. Namun, seiring berjalannya waktu, dia sudah terbiasa dan pasrah. Lagi pula, sudah ditiduri beberapa kali, sebuah ciuman bukanlah apa-apa.Namun, Karina selalu melakukannya dengan cepat. Kali ini, sebelum dia bisa mundur, Rafael menarik pinggangnya dengan kuat, memegang bagian belakang kepalanya dan mencium bibirnya lagi.Dibandingkan sebelumnya, kali ini terkesan lebih mendalam dan bertahan lama.Ketika melepaskan Karina, Rafael masih menjilat sudut mulu
Di dalam mobil, Karina tidak berbicara. Dia bersandar ke jendela, melihat pemandangan di luar dan pikirannya sudah melayang entah ke mana.Karena itu, Karina tidak mendengar Rafael sudah memanggilnya berkali-kali."Karina, kamu sengaja, ya!" Rafael menjadi sangat marah hingga menjewer telinga Karina dan membentaknya.Karina terkejut dan berteriak, "Apaan sih?"Mata hitam Rafael seperti akan menyemburkan api dan ekspresinya sedikit masam. Dia meraih bahu Karina, memaksa Karina untuk menghadapnya."Kamu begitu bosan saat bersamaku? Kenapa kamu selalu melamun?"Karina sedang khawatir apakah dia kelak masih bisa menikah. Saat melihat pelaku yang menyeretnya ke dalam kesulitan ini, dia pun menjadi marah. Karina mengernyit dan berkata, "Aku sedang memikirkan sesuatu karena kesal.""Apa yang kamu kesalkan? Apa lagi yang membuatmu kesal setelah bersamaku?" Rafael semakin marah setelah mendengar ucapan Karina.Rafael telah berusaha sebaiknya untuk mengalah pada Karina. Jika ditanya, apa ada wan
Semakin dipikirkan, Karina merasa tidak depresi. Pada akhirnya, dia tiba-tiba menyadari bahwa dia sudah meminta terlalu banyak dari Rafael.Apa hubungan mereka? Apa alasan dia meminta Rafael untuk terus mengalah padanya?Setelah tinggal bersama Rafael cukup lama, Karina merasa dirinya sudah bisa menyesuaikan diri dengan sifatnya Rafael.Namun, sekarang bukan waktunya untuk memikirkan hal ini. Mengingat apa yang baru saja dikatakan Rafael, semuanya sudah selesai, bukan? Mulai sekarang, Rafael mungkin tidak akan muncul lagi dalam hidupnya.Berpikir seperti itu, Karina merasa tidaklah buruk. Dia akhirnya sepenuhnya terbebas dari cengkeraman bajingan itu.Namun, pada saat bersamaan, dia merasa ada sesuatu yang membuat hatinya tidak nyaman.Karina kemudian melihat sekelilingnya, menyadari sesuatu yang sangat serius. Dia ditinggal di tengah jalan tol.Sebenarnya Rafael tadi ingin membawanya ke mana?Sudah cukup lama sejak Karina meninggalkan kampus. Sebentar lagi akan magrib, dia tidak mungk
Melihat Karina tidak ingin memberi tahu apa yang terjadi, Neo pun tidak memaksanya. Dia hanya menasihati, "Sangat berbahaya bagi gadis seperti di tempat sepi seperti ini, kenapa kamu nggak naik taksi?""Aku lupa bawa uang ...." Karina menjawabnya dengan canggung. Sebenarnya karena dompetnya ketinggalan di mobil Rafael.Neo tidak habis pikir dengan kecerobohan Karina dan berkata, "Kalaupun kamu lupa bawa uang, kamu bisa telepon temanmu untuk menjemputmu, 'kan? Jangan bilang kamu juga nggak bawa ponselmu."Karina merasa semakin malu, "Ya, aku memang lupa juga."Neo kehilangan kata-kata. Dia menatap mahasiswi kesayangannya ini sambil tersenyum dan berkata, "Sejak kapan kamu ceroboh seperti ini? Aku sepertinya harus mengecek laporanmu lagi dengan teliti saat kembali nanti.""Ukh ...." Karina menunjukkan wajah sedihnya sambil memohon, "Pak Neo, jangan sekejam itu padaku."Sebagus apa pun laporan yang kamu ditulis, begitu diperiksa Neo, dia pasti akan menemukan banyak kesalahan. Bahkan Karin