Karina bertemu dengan rekannya Neo, Amy!Meskipun hanya bertemu sekali, keduanya memiliki kesan yang mendalam satu sama lain.Di mata Karina, Amy adalah pacar Neo.Di mata Amy, Karina adalah satu-satunya gadis yang dibicarakan Neo setiap hari.Keduanya saling memandang, pada saat yang sama berinisiatif untuk saling mengenal."Mau ngopi bareng?" tanya Amy dengan bahasa Agralva yang agak kaku.Karina mengangguk, sekarang dia punya alasan untuk pulang terlambat.Mereka berdua pergi ke sebuah kafe yang jam segini hanya ada sedikit orang. Alunan musik pelan di kafe itu membuat pengunjung merasa tenang.Amy memanggil pelayan, memesan minuman yang dia inginkan, lalu menyerahkan menunya kepada Karina. Sambil tersenyum ramah, dai berkata, "Pesanlah yang kamu suka, aku akan mentraktirmu hari ini.""Beri aku segelas air mineral saja, terima kasih."Mata biru Amy tertuju pada Karina. Dia secara alami memulai pembicaraan, "Kamu sangat cantik, apa kamu keturunan campuran?""Eh?" Karina menatap Amy s
Orang-orang hanya tahu bahwa Karina adalah mahasiswa peringkat pertama di seluruh fakultasnya dan disukai oleh Neo. Mereka tidak tahu kerja keras yang Karina keluarkan di balik semua prestasi itu.Namun, keberadaan Amy seperti sebuah tamparan keras yang membuatnya tersadar bahwa sekeras apa pun dia berusaha, Neo tidak akan memiliki perasaan apa pun terhadapnya selain hubungan guru-murid.Bagaimana mungkin hal ini tidak membuatnya frustrasi?Perasaan Karina terhadap Neo merupakan sebuah pertaruhan besar dalam hidupnya. Namun, hasil akhirnya adalah dia kalah telak."Aku punya cita-cita, yaitu memenangkan Penghargaan Cobel bidang Kimia. Sebelum mendapatkannya, aku nggak berniat untuk pacaran. Nggak kusangka, setelah mengatakan itu, Neo juga nggak pacaran selama bertahun-tahun."Perkataan yang diucapkan Amy dengan gembira itu sangat menyakitkan bagi Karina.Bahu Karina sedikit gemetar, dia tiba-tiba menyela Amy dengan suara yang terdengar serak, "Nona Amy, aku mengerti maksudmu, aku tahu a
Tiba-tiba, ponsel berdering. Karina melihat nama panggilan itu, tertera Rafael.Dia menatap layar ponselnya untuk sesaat, lalu menghela napas pelan dan mengangkatnya, "Halo?""Kenapa masih belum pulang?" Suara pria di ujung telepon terdengar marah."Suasana hatiku sedang buruk, jadi pergi jalan-jalan," jawab Karina langsung ke inti."Jalan-jalan? Kamu nggak tahu sekarang sudah jam berapa? Kenapa kamu menyuruh sopir kembali dulu? Karina, kamu nggak tahu tengah malam di luar sendirian itu berbahaya?" Suara Rafael masih memekakkan telinga.Karina merasa gendang telinganya sakit dan mengernyit. 'Kenapa dia cerewet sekali?' pikirnya.Dia adalah orang dewasa dengan kecerdasan normal. Bukankah dia tidak memiliki rasa kesopanan saat keluar?Hari ini ada banyak hal tidak menyenangkan terjadi, membuatnya menjadi sangat mudah tersinggung. Sekarang ditanyai bertubi-tubi seperti itu, Karina langsung marah dan berkata, "Jangan mengaturku!"Setelah mengatakan itu, tanpa memedulikan apa yang dikatakan
Hal tersebut malah membuat Karina semakin gelisah.Karina yang sebelumnya merasa percaya diri, tiba-tiba merasa bersalah. 'Rafael mengirimiku banyak pesan karena mengkhawatirkanku, 'kan? Selain itu, dia juga secara khusus datang menjemputku.''Dia takut terjadi sesuatu padaku saat pulang larut malam?''Tapi, dia nggak perlu menjemputku secara langsung, 'kan? Atau hanya kebetulan dia melewati tempat itu dan melihatku?'Setelah berpikir, Karina merasa kemungkinan kedua lebih tinggi, tetapi sikapnya saat ini tidaklah baik.Seperti yang disebutkan sebelumnya, Karina tidak bisa menerima bantuan orang lain, apalagi berutang pada orang lain. Karena kejadian ini, hatinya dipenuhi dengan rasa bersalah terhadap Rafael dan dia merasa gelisah.Kemarin dia masih sangat membenci Rafael. Hari ini dia tiba-tiba merasa bersalah pada Rafael.Karena berada di luar sepanjang hari, Karina merasa sekujur tubuhnya sedikit tidak nyaman.'Sudahlah.''Lupakan dulu hal ini, lebih baik mandi dengan air hangat dul
"Oke, aku akan baca di sini," ujar Karina sambil menggaruk-garuk pipinya. Ketika Karina duduk di sofa kecil di samping, Rafael merasa tidak puas lagi, "Kamu merasa penglihatanmu terlalu bagus, jadi ingin merusaknya?""Ah?" Karina tertegun.Ekspresi Rafael menjadi masam dan dia berkata dengan dingin, "Kamu nggak tahu, membaca di tempat yang redup dapat merusak matamu? Duduk di sini."'Ruangan ini remang-remang?' tanya Karina dalam hatinya sambil melihat lampu pijar yang terang itu.Dia menggigit bibirnya dan menolak, ".... Nggak perlu, di sini sama saja ....""Kamu ingin aku mengulangi ucapanku?" Rafael melirik Karina dengan dingin, nadanya terdengar sangat berbahaya.'Apa dia harus menolak hal baik yang kulakukan untuknya?''Dasar wanita ini!'Rafael dari tadi hanya menahan amarahnya. Dia jarang begitu memedulikan seorang wanita. Susah payah menemukan wanita yang dia pedulikan, dia ingin bersikap baik pada wanita itu, tetapi wanita ini malah selalu menentangnya.Malah aneh jika Rafael
Kemarahan Rafael yang menumpuk selama dua hari ini sepertinya sudah benar-benar hilang. Sekarang, kenakalannya untuk menggoda Karina muncul.Rafael menyeringai, meletakkan buku ke meja, mencondongkan tubuhnya, membungkuk dan berbisik di telinga Karina, "Itu nggak membuatku senang, tapi aku punya cara untuk membuatmu senang."Seperti apa orang yang tidak tahu malu dan mesum?Seperti ini!Karina seketika merasa malu dan marah. Dia merasa tidak berlebihan memberikan tamparan kepada pria di depannya ini, tetapi kenyataannya dia bahkan tidak bisa bergerak sama sekali.Ada aroma rumput yang samar-samar di tubuh Rafael, membuat Karina merasa seperti mabuk. Wajahnya seketika merah dan panas, sedangkan lehernya dipenuhi warna merah muda terang."Heh, ke mana sikap aroganmu tadi? Kenapa sekarang diam saja?" tanya Rafael sambil memandang Karina dengan penuh minat. Dia merasa ekspresi malu-malu Karina sangat menarik."Kamu ...." Karina tidak tahu harus mengatakan apa.Melihat bibir merah muda puca
Digigit Rafael dengan lembut, Karina merasa bahwa pria adalah binatang buas yang tidak pernah puas, sedangkan dirinya adalah mangsa yang sudah tertangkap.Gerakan Rafael mulai tergesa-gesa. Tangannya terus bergerak ke bawah untuk memegang tangan Karina. Dia mencoba mengaitkan jari-jarinya, tetapi tangan Karina mengepal dengan erat dan gemetar hebat.Melihat ini, Rafael tiba-tiba tercengang.Dia menatap Karina, menemukan Karina menutup matanya rapat-rapat, hasratnya yang luar biasa segera menghilang dan jenis emosi yang berbeda menyebar ke dalam hatinya.Rafael, yang tidak pernah memikirkan perasaan orang lain, tiba-tiba mulai merenung. 'Apa aku terlalu terburu-buru? 'Wanita ini sepertinya takut padaku ....'Dia meletakkan dagunya di bahu Karina, menghirup dalam-dalam aroma sabun mandi yang menyelimuti tubuh Karina. Dia memaksa dirinya sendiri untuk tenang.Setelah beberapa saat, dia perlahan melepaskan Karina, menyentil dahi Karina sebagai pembalasan dan berkata dengan nada tidak stab
Karina terkejut dengan percakapan yang seperti sepasang suami-istri ini. Dia segera menggelengkan kepalanya berulang kali dan menolak, "Nggak ... nggak perlu, aku bisa pulang sendiri."Rafael mendengus dan berkata dengan kesal, "Kamu kira aku ingin menjemputmu? Aku ingin mengajakmu berbelanja hari ini. Kalau pulangnya terlalu sore, minta izin saja.""Apa?" Karina tertegun sejenak, "Ada pesta dansa lagi?""Bukan.""Lalu kenapa kamu ingin beli pakaian?" tanya Karina bingung.Ekspresi Rafael menjadi masam dan dia balik bertanya, "Kenapa banyak sekali pertanyaanmu?""...."'Kamu mengajakku beli pakaian, apa aku nggak berhak tahu alasannya?' pikir Karina dalam hatinya sambil menundukkan kepalanya dalam diam.Rafael merasa senang ketika melihat ekspresi Karina yang marah tetapi takut untuk melawan. Dia menyeringai, berkata dengan arogan, "Kamu adalah wanitaku, mana boleh memakai pakaian murahan seperti ini. Kalau ada orang lain tahu, bukankah ini akan membuatku malu?"Pakaian murahan ....'M