"Tuan Muda Rafael, apa Anda serius akan melakukan ini?" tanya Jeremy yang terlihat sudah pasrah.Anggota Keluarga Stalin jarang muncul di media. Jika diberikan berita ini, Jeremy yakin berita utama besok adalah mengenai kekasih yang disembunyikan Rafael.Rafael melirik Karina sejenak, lalu berkata dengan geram, "Gadis ini perlu diberi pelajaran, jadi segera lakukan perintahku!"Jeremy tentu akan menuruti perintah Rafael. Dia tahu bahwa tidak ada yang bisa mengubah keputusan yang sudah dibuat Rafael. Karena itu, dia hanya menghela napas dan hendak pergi.Tepat dia baru melangkah maju, Karina sudah menghentikannya. "Tunggu dulu!"Rafael melirik Karina sejenak, lalu berkata dengan kesal kepada Jeremy, "Abaikan dia."Mata Karina memerah. Jika teman dan keluarganya mengetahui hal ini, dia pasti akan menjalani sisa hidupnya dengan penuh cemooh. "Kalian nggak boleh pergi!""Kalau begitu tanda tangan ini, jangan bernegosiasi lagi denganku," ujar Rafael yang sangat mengintimidasi.Sekali lagi,
"Sudahlah. Begitu saja nangis. Apa kamu nggak bisa bersikap lebih tegar?" Rafael dengan datar mengucapkan kata-kata yang terdengar aneh.Ekspresi Jeremy tiba-tiba menegang.Karina awalnya merasa sangat sedih, tetapi setelah mendengar kata-kata Rafael, muncul pemikiran untuk membunuh pria di depannya ini saat tengah malam, lalu melemparnya ke sungai untuk dijadikan makanan ikan.'Kenapa ada orang yang seberengsek ini?''Dipaksa menjadi seorang pelacur dianggap masalah sepele? Kehidupan tiba-tiba menjadi seperti, apa aku nggak boleh bersedih? Apa dia pikir hatiku ini terbuat dari besi!'Sorot mata Karina penuh dengan niat membunuh. Rafael menghampirinya tanpa tahu hal itu dan mengelus ujung rambutnya. Rafael seperti sedang membujuk anak kecil yang sedang marah, "Ada banyak wanita menginginkan perhatianku, tapi aku nggak pernah peduli. Apa kamu tahu, kamu begitu beruntung?"Seketika, keheningan memenuhi ruangan ini.Jeremy menutupi wajahnya dan menggerutu di dalam hati, 'Tuan Muda, bukan
Rafael tidak peduli dengan sikap dingin Karina. Setelah mengantar Karina ke bawah, dia menyuruh para petugas pemindah barang untuk mengikuti instruksi Karina, sementara dirinya pergi bersama Jeremy.Begitu keluar dari pintu, Rafael tiba-tiba teringat sesuatu dan berkata, kepada Karina yang sedang memeriksa barang-barangnya, "Karina, apa nggak ada yang ingin kamu katakan padaku?"Pupil mata Karina bergerak-gerak sedikit. Dia langsung mengerti apa yang sedang dibicarakan Rafael. Dia meletakkan barang-barangnya, menatap Rafael dan berkata dengan tenang, "Nggak ada."Raut wajah Rafael tiba-tiba menjadi masam dan sorot matanya juga menjadi dingin. "Kamu yakin?" tanyanya.Karina menyipitkan matanya dan berkata dengan tenang, "Yakin."Dengan wajah masam, Rafael masuk kembali dan menghampiri Karina. Dia menatap lurus Karina dan bertanya, "Ketika aku, anggota keluargamu, keluar, bukankah kamu harus mengatakan 'hati-hati di jalan' padaku?"Karina menatap Rafael dengan dingin, dia ingin sekali be
Pertanyaan yang sangat menyakitkan.Raut wajah Karina seketika memucat, perasaan seperti ketahuan melakukan hal tercela membuatnya merasa malu.Dia ingin menjelaskan, tetapi tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya. Bukankah dirinya sekarang memang adalah simpanan Rafael, 'kan? Karena dia sendiri yang telah menandatangani kontrak itu, jadi apa masih punya hak untuk menjelaskan?Meskipun berpikir demikian, Karina sudah tidak bisa menahan rasa sakit di hatinya lagi.Sangat menderita, seperti akan segera mati.Karina tidak menyadari kapan Ida pergi. Dia hanya berdiri diam di tempat, seakan-akan telah berubah menjadi patung.Setelah beberapa saat, bulir-bulir air mata mengalir di pipinya tanpa ada tanda-tanda sebelumnya. Suhu air mata itu baru yang membuat Karina tersadar kembali. Dia pun menangis dengan keras.Dia tidak ingin berada di sini, dia tidak ingin dianggap wanita yang merusak diri sendiri dengan menjadi wanita simpanan.Namun, konsekuensi jika dia pergi dari sini adalah hubunga
Mungkin karena sikap Karina yang terlalu tegas, Rafael akhirnya menjadi marah, "Karina, kamu pikir kamu bisa menguji kesabaranku hanya karena aku menyukaimu?"Karina menengadah, berkata dengan arogan, "Inilah kepribadianku, kamu bisa mengusirku kalau kamu nggak suka."Rafael menatapnya dengan dingin dan sedikit menakutkan.Karina merasa takut di dalam hatinya, tetapi dia tidak ingin menunjukkan sisi lemahnya. Dia membalas tatapan itu sambil berharap di dalam hatinya bahwa dengan seperti ini Rafael akan melepaskannya.Sayangnya, Rafael hanya menunjukkan senyuman yang terlihat sedikit kejam. Dia menepuk-nepuk wajah Karina dan berkata, "Kamu ingin membuatku marah? Sayang sekali, aku nggak semudah itu untuk diprovokasi. Jadi, selama aku belum bosan bermain denganmu, kamu hanya bisa berada di sisiku."Wajah Karina tiba-tiba menjadi pucat, lalu dia menjadi marah dan berkata, "Kamu bajingan!""Maaf, kamu harus tinggal bersama bajingan sepertiku ini." Rafael melirik Karina dengan dingin sejena
Rafael yang berada di kamar terus menunggu, tetapi tidak ada yang masuk setelah menunggu cukup lama.Perlawanan Karina membuatnya marah. 'Sampai sekarang dia masih berani nggak datang, sungguh nggak tahu diri.'Raut wajah Rafael menjadi masam. Dia turun dari kasurnya, berniat pergi menangkap wanita yang tidak tahu diri itu. 'Sebagai kekasih, dia seharusnya bersikap seperti seorang kekasih!'Begitu tiba di depan kamar Karina, dia menemukan bahwa pintunya dikunci dan ini membuat raut wajahnya semakin masam.Gelombang amarah muncul di hati Rafael karena Karina menghindarinya seperti sedang menghindari orang mesum.Sayangnya, tidak ada tempat di rumah ini yang tidak bisa dimasuki oleh Rafael.Ketika Karina sedang sibuk menulis, terdengar suara pintu terbuka dengan keras.Rafael berdiri di depan pintu, memandang Karina dengan tidak senang dan berteriak, "Kamu nggak tahu jam berapa sekarang?"Karina seketika berhenti, mengangkat kepalanya dan menoleh. Dia sama sekali tidak terkejut akan tind
Keesokan harinya, Rafael sudah bangun ketika Karina bangun.Selesai mengganti pakaian, Karina turun ke bawah dan mendapati Rafael bersiap untuk keluar. Mereka berdua saling menatap dalam diam.Setelah cukup lama, Rafael berbalik dan berkata dengan nada datar, "Sarapan sudah siap. Kamu bisa ke kampus kalau kamu mau setelah sarapan, tapi kamu harus pulang dan tidur di sini."Setelah mengatakan itu, Rafael keluar tanpa menunggu balasan dari Karina.Sepuluh menit setelah Karina sarapan, dia bersiap-siap untuk pergi keluar.Begitu keluar dari vila, Karina sudah melihat ada sebuah limosin hitam terparkir dan sopir yang terakhir kali mengantarnya ke kampus.Si sopir langsung tersenyum begitu melihat Karina dan bertanya, "Nona Karina, apakah Nona ingin keluar?"Karina menatapnya dengan ragu, lalu mengangguk.Melihat situasi ini, Karina tersenyum pahit di dalam hatinya. Rafael benar-benar memperlakukannya sebagai wanita simpanan.Kemudian, mobil berhenti di sebuah gang yang sangat jauh dari Uni
Safira menunjukkan rasa iri setelah mengatakan itu."Haha, dia mungkin hanya ingin tanya progres proyekku," ujar Karina sambil tersenyum kecil. Dia bersiap untuk melakukan laporan kepada Neo nanti.Safira mengangguk, "Baiklah, ingat nanti pergi menemui Pak Neo. Aku lihat, dia benar-benar peduli padamu."Safira, yang selalu dikenal kurang peka, bisa mengatakan seperti, menunjukkan bahwa Neo benar-benar mencemaskan Karina.Pak Neo benar-benar peduli padanya?Bagaimana mungkin Karina tidak tahu. Dia dulu mungkin akan sangat bahagia sampai tidak bisa tidur ketika Safira mengatakan hal ini padanya. Akan tetapi, setelah apa yang sudah terjadi, Karina menyadari bahwa dirinya begitu tenang setelah mendengar itu.Bahkan tidak ada sedikit pun rasa gembira di hatinya.Mungkin dia sudah menyerah karena berpikir sudah tidak ada kemungkinan antara dirinya dengan Neo.Setelah berpisah dengan Safira, Karina pergi ke lembaga penelitian, tetapi kebetulan Neo sedang berada di ruang penelitian dan menolak