Mengenai seluk-beluk kejadian di hotel hari itu, Karina menerima terlalu sedikit informasi.Beberapa hari setelah kejadian itu, Karina masih dalam keadaan kalut. Setelah itu, dia disiksa oleh Rafael sampai tidak bisa berbuat apa-apa. Begitu Yani mengungkit lagi kejadian itu, dia pun berpikir untuk mencari tahu siapa dalang dari kejadian tersebut.'Apa mungkin Yani dalangnya?''Atau ada orang lain?'Karina berpikir sambil berjalan menuju gerang kampus. Dia tidak tahu, Yani diam-diam mengikutinya dari belakang.Yani tidak mau menyerah. Dia yang merupakan putri dari sebuah perusahaan kuat, yang dapat menarik perhatian semua orang ke mana pun dia pergi. Mengapa Neo malah tidak tertarik pada dia, malah memilih Karina menjadi muridnya dan begitu perhatian padanya?Semua perhatian itu seharusnya menjadi miliknya. Miliknya!Karena cemburu, Yani mengatur agar Simon tidur dengan Karina. Kemudian menyuruh Simon mengekspos foto telanjang Karina. Setelah itu, dia akan memfitnah Karina sebagai wanit
Karina masih tidak tahu bahwa Yani sedang mencoba segala cara untuk mengungkap kebenaran dari Simon untuk merusak reputasinya. Dia sekarang telah tiba di mal elektronik terbesar yang menjual produk terbaru diluncurkan oleh berbagai perusahaan teknologi elektronik.Produk elektronik Grup Stalin adalah produk yang paling menarik perhatian orang-orang.Produk mereka dibagi untuk kalangan awam dan juga kalangan atas. Bagi mahasiswa seperti Karina, dia tentu memilih produk yang performanya bagus dengan harga terjangkau.Setelah melihat-lihat, dia memilih ponsel buatan Grup Stalin. Karina harus mengakui bahwa dalam hal pekerjaan Rafael adalah orang yang luar biasa, meskipun kehidupan pribadinya berantakan dan kepribadiannya sangat menyebalkan.Pada akhirnya, Karina memilih ponsel keluaran tahun lalu meski telah ditawari berbagai ponsel oleh penjual.Produk elektronik diperbarui dengan kecepatan yang tidak terbayangkan. Setelah produk baru dirilis, harga produk lama dengan cepat menurun.Pons
Karina bertemu dengan rekannya Neo, Amy!Meskipun hanya bertemu sekali, keduanya memiliki kesan yang mendalam satu sama lain.Di mata Karina, Amy adalah pacar Neo.Di mata Amy, Karina adalah satu-satunya gadis yang dibicarakan Neo setiap hari.Keduanya saling memandang, pada saat yang sama berinisiatif untuk saling mengenal."Mau ngopi bareng?" tanya Amy dengan bahasa Agralva yang agak kaku.Karina mengangguk, sekarang dia punya alasan untuk pulang terlambat.Mereka berdua pergi ke sebuah kafe yang jam segini hanya ada sedikit orang. Alunan musik pelan di kafe itu membuat pengunjung merasa tenang.Amy memanggil pelayan, memesan minuman yang dia inginkan, lalu menyerahkan menunya kepada Karina. Sambil tersenyum ramah, dai berkata, "Pesanlah yang kamu suka, aku akan mentraktirmu hari ini.""Beri aku segelas air mineral saja, terima kasih."Mata biru Amy tertuju pada Karina. Dia secara alami memulai pembicaraan, "Kamu sangat cantik, apa kamu keturunan campuran?""Eh?" Karina menatap Amy s
Orang-orang hanya tahu bahwa Karina adalah mahasiswa peringkat pertama di seluruh fakultasnya dan disukai oleh Neo. Mereka tidak tahu kerja keras yang Karina keluarkan di balik semua prestasi itu.Namun, keberadaan Amy seperti sebuah tamparan keras yang membuatnya tersadar bahwa sekeras apa pun dia berusaha, Neo tidak akan memiliki perasaan apa pun terhadapnya selain hubungan guru-murid.Bagaimana mungkin hal ini tidak membuatnya frustrasi?Perasaan Karina terhadap Neo merupakan sebuah pertaruhan besar dalam hidupnya. Namun, hasil akhirnya adalah dia kalah telak."Aku punya cita-cita, yaitu memenangkan Penghargaan Cobel bidang Kimia. Sebelum mendapatkannya, aku nggak berniat untuk pacaran. Nggak kusangka, setelah mengatakan itu, Neo juga nggak pacaran selama bertahun-tahun."Perkataan yang diucapkan Amy dengan gembira itu sangat menyakitkan bagi Karina.Bahu Karina sedikit gemetar, dia tiba-tiba menyela Amy dengan suara yang terdengar serak, "Nona Amy, aku mengerti maksudmu, aku tahu a
Tiba-tiba, ponsel berdering. Karina melihat nama panggilan itu, tertera Rafael.Dia menatap layar ponselnya untuk sesaat, lalu menghela napas pelan dan mengangkatnya, "Halo?""Kenapa masih belum pulang?" Suara pria di ujung telepon terdengar marah."Suasana hatiku sedang buruk, jadi pergi jalan-jalan," jawab Karina langsung ke inti."Jalan-jalan? Kamu nggak tahu sekarang sudah jam berapa? Kenapa kamu menyuruh sopir kembali dulu? Karina, kamu nggak tahu tengah malam di luar sendirian itu berbahaya?" Suara Rafael masih memekakkan telinga.Karina merasa gendang telinganya sakit dan mengernyit. 'Kenapa dia cerewet sekali?' pikirnya.Dia adalah orang dewasa dengan kecerdasan normal. Bukankah dia tidak memiliki rasa kesopanan saat keluar?Hari ini ada banyak hal tidak menyenangkan terjadi, membuatnya menjadi sangat mudah tersinggung. Sekarang ditanyai bertubi-tubi seperti itu, Karina langsung marah dan berkata, "Jangan mengaturku!"Setelah mengatakan itu, tanpa memedulikan apa yang dikatakan
Hal tersebut malah membuat Karina semakin gelisah.Karina yang sebelumnya merasa percaya diri, tiba-tiba merasa bersalah. 'Rafael mengirimiku banyak pesan karena mengkhawatirkanku, 'kan? Selain itu, dia juga secara khusus datang menjemputku.''Dia takut terjadi sesuatu padaku saat pulang larut malam?''Tapi, dia nggak perlu menjemputku secara langsung, 'kan? Atau hanya kebetulan dia melewati tempat itu dan melihatku?'Setelah berpikir, Karina merasa kemungkinan kedua lebih tinggi, tetapi sikapnya saat ini tidaklah baik.Seperti yang disebutkan sebelumnya, Karina tidak bisa menerima bantuan orang lain, apalagi berutang pada orang lain. Karena kejadian ini, hatinya dipenuhi dengan rasa bersalah terhadap Rafael dan dia merasa gelisah.Kemarin dia masih sangat membenci Rafael. Hari ini dia tiba-tiba merasa bersalah pada Rafael.Karena berada di luar sepanjang hari, Karina merasa sekujur tubuhnya sedikit tidak nyaman.'Sudahlah.''Lupakan dulu hal ini, lebih baik mandi dengan air hangat dul
"Oke, aku akan baca di sini," ujar Karina sambil menggaruk-garuk pipinya. Ketika Karina duduk di sofa kecil di samping, Rafael merasa tidak puas lagi, "Kamu merasa penglihatanmu terlalu bagus, jadi ingin merusaknya?""Ah?" Karina tertegun.Ekspresi Rafael menjadi masam dan dia berkata dengan dingin, "Kamu nggak tahu, membaca di tempat yang redup dapat merusak matamu? Duduk di sini."'Ruangan ini remang-remang?' tanya Karina dalam hatinya sambil melihat lampu pijar yang terang itu.Dia menggigit bibirnya dan menolak, ".... Nggak perlu, di sini sama saja ....""Kamu ingin aku mengulangi ucapanku?" Rafael melirik Karina dengan dingin, nadanya terdengar sangat berbahaya.'Apa dia harus menolak hal baik yang kulakukan untuknya?''Dasar wanita ini!'Rafael dari tadi hanya menahan amarahnya. Dia jarang begitu memedulikan seorang wanita. Susah payah menemukan wanita yang dia pedulikan, dia ingin bersikap baik pada wanita itu, tetapi wanita ini malah selalu menentangnya.Malah aneh jika Rafael
Kemarahan Rafael yang menumpuk selama dua hari ini sepertinya sudah benar-benar hilang. Sekarang, kenakalannya untuk menggoda Karina muncul.Rafael menyeringai, meletakkan buku ke meja, mencondongkan tubuhnya, membungkuk dan berbisik di telinga Karina, "Itu nggak membuatku senang, tapi aku punya cara untuk membuatmu senang."Seperti apa orang yang tidak tahu malu dan mesum?Seperti ini!Karina seketika merasa malu dan marah. Dia merasa tidak berlebihan memberikan tamparan kepada pria di depannya ini, tetapi kenyataannya dia bahkan tidak bisa bergerak sama sekali.Ada aroma rumput yang samar-samar di tubuh Rafael, membuat Karina merasa seperti mabuk. Wajahnya seketika merah dan panas, sedangkan lehernya dipenuhi warna merah muda terang."Heh, ke mana sikap aroganmu tadi? Kenapa sekarang diam saja?" tanya Rafael sambil memandang Karina dengan penuh minat. Dia merasa ekspresi malu-malu Karina sangat menarik."Kamu ...." Karina tidak tahu harus mengatakan apa.Melihat bibir merah muda puca
"Kalian!" teriak Karina.Karina merasa kesal. Dia memandang para wartawan dengan marah, lalu hendak membungkuk untuk mengambil dokumen-dokumen yang berserakan di tanah. Akan tetapi, bagaimana mungkin orang-orang ini peduli? Demi mendapatkan berita utama, mereka semua tidak segan-segan menggunakan cara apa pun.Dokumen yang tercecer di tanah itu sudah diinjak-injak oleh mereka sebelum sempat diambil Karina. "Cukup! Hubunganku dengan Pak Rafael memangnya ada hubungan dengan kalian?" teriak Karina dengan kesal sambil kembali berdiri tegak.Orang-orang itu sudah menghabiskan kesabaran Karina."Nona Karina, apakah Nona marah karena pernyataan kami benar? Apakah Nona benar-benar merayu CEO Grup Stalin demi bisa menjadi bagian dari keluarga kaya raya?""Nggak!" balas Karina dengan cepat."Jika tidak, bisakah Nona mengungkapkan bagaimana Nona dan Pak Rafael bertemu? Apakah Nona merasa bisa menjadi seperti Cinderella?""Benar, Nona Karina, Keluarga Stalin adalah keluarga terkenal. Apakah Nona y
Pada akhirnya yang mendapatkan keuntungan dari keseluruhan kejadian ini adalah Amy.Di dalam mobil.Karina berdebar-debar dan bergumam, "Hubungan kita telah diketahui publik, aku nggak tahu bagaimana reaksi dari pihak kampus ...."Memiliki hubungan dengan Rafael pasti akan menimbulkan sensasi. Karina tahu itu dan dia hanya berharap reaksi orang-orang tidak terlalu berlebihan.Namun, pasti akan menarik banyak perhatian orang terhadapnya.Karina menghela napas, dia merasa tidak ingin pergi ke kampus untuk sementara waktu.Begitu Karina selesai berbicara, Rafael sudah memegang tangannya. Sentuhan hangat itu membuat Karina terkejut. Karina menoleh, menatap Rafael dengan bingung. Terlihat Rafael sedang memandang keluar jendela mobil sambil menopang dagunya, seperti sedang menikmati pemandangan, dan berkata dengan datar, "Apa pun yang terjadi, aku akan selalu berada di sisimu."Wanita mana pun pasti akan tersentuh hatinya mendengar perkataan itu.Sudut mata Karina melengkung. Dia menggeser p
Karina menggeleng, raut wajahnya tampak bimbang. "Nggak, hanya saja ini terlalu mendadak, aku merasa belum siap.""Apa yang perlu kamu takutkan? Bukankah aku ada di depanmu untuk melindungimu? Kamu hanya perlu bersembunyi di belakangku dengan tenang," jawab Rafael dengan sangat santai dan lancar seakan-akan dia telah berlatih berkali-kali.Hati Karina menjadi hangat. Awalnya dia merasa sedikit bimbang, tetapi sekarang semuanya seketika menjadi jelas. Apa pun yang terjadi, bukankah Rafael selalu ada untuknya?Mengapa dirinya harus khawatir berlebihan?Karina pun mengangguk dengan bersemangat, tersenyum manis dan berkata dengan gaya menggemaskan, "Mulai sekarang, aku akan mengandalkanmu."Rafael mengangkat alisnya ketika dia melihat ekspresi antusias Karina dan berkata, "Kalau aku nggak melindungimu, aku harus melindungi siapa?"Mendengar itu, Karina tertawa lebih bahagia.....Setelah itu, atas permintaan keras Rafael, Karina baru bisa keluar dari ruang perawatan khusus di rumah sakit s
"Eh?" Karina mengusap hidungnya, lalu menatap Rafael."Kamu sudah tahu aku sebaik ini, jadi kamu menikah denganku atau nggak?" tanya Rafael sambil memegang dagu Karina, tersenyum lebar.Karina mengangguk mantap dan berkata, "Asalkan kamu mau menikahiku, aku akan menikah denganmu."Rafael benar, jika kamu ingin memakai mahkota, harus siap menanggung bebannya. Rafael telah melakukan begitu banyak hal untuknya, lalu mengapa dirinya tidak menghadapi orang-orang yang datang untuk memprovokasinya demi Rafael?Jika sudah mencintai, mengapa dirinya tidak sanggup menghadapi sedikit kesulitan demi Rafael?Mendengar jawaban yang pasti, Rafael tersenyum lebar, matanya yang hitam penuh arti. "Kamu yakin?"Karina mengangguk tegas. "Aku yakin."Tiba-tiba, Rafael menekan bahu Karina, menghela napas panjang dan berkata, "Sekarang aku merasa lega.""Eh?"Karina tertegun, matanya berkedip-kedip. 'Apa maksudnya?'Ekspresi Rafael tiba-tiba tampak serius, menatap ke arah Karina dan berkata dengan sungguh-su
Dia bilang ingin berjalan bersama dengan Rafael, tetapi tidak dapat melakukan banyak hal untuk Rafael dan ini membuatnya merasa sangat tidak berdaya.Karina menghela napas, sorot matanya berkilap dan dia bertanya dengan tidak percaya diri, "Rafael, kenapa kamu begitu baik padaku? Kupikir aku sudah cukup baik, tapi setelah bersamamu, aku baru menyadari kalau aku masih jauh dari cukup baik. Apa aku benar-benar bisa menjadi wanita yang berdiri di sisimu?""Bisa atau nggak kamu menjadi wanita yang berada di sisiku, itu terserah padaku. Aku bilang kamu bisa, maka kamu bisa.""Tapi aku masih belum cukup baik," ujar Karina sambil menggigit bibirnya, kembali merasa ragu."Oh?""Aku punya temperamen yang buruk."Rafael mengangguk, mengakuinya, "Memang, temperamenmu ini sulit ditoleransi oleh kebanyakan orang. Selain itu, kamu suka mempermasalahkan hal-hal kecil, seperti landak yang bisa menyakiti orang jika ia terdesak."Mendengar komentar itu, Karina makin merasa tertekan, "Dan aku juga nggak
"Bukan begitu!" Karina tiba-tiba menjadi emosional, lalu berkata dengan tergesa-gesa, "Aku sungguh menyukaimu!""Tapi kamu bahkan nggak memiliki keberanian untuk menghadapi masa depan bersamaku. Kalau kamu ingin memakai mahkota, berarti harus siap menanggung bebannya. Apa kamu bahkan nggak mengerti prinsip ini?""Aku mengerti semua itu!""Kamu benar-benar mengerti?" Rafael mengangkat alisnya.Karina mengangguk dengan tegas, dia menggigit bibirnya dan wajahnya terlihat sedikit bingung."Aku sudah memikirkan semua ini sejak lama, tapi ... aku kurang percaya diri," ujar Karina.Karina menundukkan kepala, suaranya melemah, "Dibandingkan berurusan dengan keluargamu dan teman-temanmu, aku lebih suka berada di laboratorium dengan peralatan dingin. Aku punya temperamen yang buruk, kalau ada orang yang membuatku kesal, aku akan membalasnya. Nggak masalah kalau hanya dengan orang luar, tapi kalau itu terjadi pada orang-orang terdekatmu, aku khawatir akan membuat mereka marah. Aku nggak ingin mem
Karina tercekat.Melihat ekspresi konyol Karina, Rafael tersenyum dan mencubit wajah kecilnya. "Kenapa? Kamu sangat bahagia sampai nggak bisa berkata-kata?" tanya Rafael.Karina mengatupkan bibirnya dan menghindari tangan Rafael. Dia menyipitkan matanya dan berkata dengan muram, "Bukankah aku sudah memberitahumu untuk nggak bercanda? Hal ini nggak mungkin terjadi.""Kenapa?" tanya Rafael, yang senyumannya sedikit memudar, sambil menatap Karina.'Kenapa?'Karina juga menanyakan hal sama pada dirinya sendiri di dalam hatinya.Karena kesenjangan status di antara mereka terlalu besar. Meskipun sekarang mereka bersama, tidak ada jaminan mereka tetap dekat seperti ini di masa depan.Dua orang dengan nilai dan pandangan hidup yang berbeda, Karina tidak berpikir mereka bisa melangkah jauh bersama.Secara rasional, dia dan Rafael tidak akan pernah bisa mencapai akhir, jadi sebaiknya mereka menghentikan hubungan ini. Akan tetapi, secara emosional, putus setelah jatuh cinta lebih sulit dari per
'Kenapa reaksi Rafael malah aneh?'Tepat ketika pikiran Karina melayang ke mana-mana, Rafael tiba-tiba tersenyum. Senyuman yang menghiasi wajah tampannya itu sungguh membuat orang terpesona."Karina, jujur saja, cara kamu mengungkapkan perasaanmu berstandar rendah, nggak ada tekniknya sama sekali. Di antara wanita yang pernah menyatakan perasaannya padaku, kamu mungkin yang terburuk.""...."Senyuman Karina memudar.Namun, Rafael melanjutkan tanpa menyadari perubahan ekspresi itu, "Aku sarankan kamu untuk belajar bagaimana menyatakan cinta. Apa yang kamu katakan terlalu lugas dan nggak romantis sama sekali."Kali ini, senyuman di wajah Karina sepenuhnya hilang, lalu terdengar suara gertakan gigi.'Siapa pun tolong seret bajingan bermulut tajam ini keluar dari sini!''Di tengah suasana yang begitu indah, bisa-bisanya dia mengungkit wanita lain! Nggak hanya itu, dia bahkan mengatakan cara aku menyatakan perasaanku adalah terburuk!''Romantis! Romantis!''Kalau kamu begitu ingin romantis,
Karina bingung, dia menempelkan pipinya ke dada Rafael, mendengarkan detak jantungnya yang kuat dan merasakan detak jantungnya sendiri ikut sinkron.Karena begitu dekat, dia sepertinya dapat merasakan Rafael sedikit gemetar, gemetar yang disebabkan oleh rasa takut.'Dia sebenarnya sangat takut, bukan?'Karina berpikir, meskipun dirinya tidak bodoh, sebodoh apa pun dirinya pada saat ini, dia tetap tahu bahwa Rafael gemetar karena dirinya. Dirinya yang tiba-tiba menghilang pasti membuat Rafael sangat panik.Dia ingin memeluknya kembali Rafael dan memberitahunya bahwa dia ada di sini sekarang, bahwa dia tidak menghilang dan tidak akan menghilang.Begitu dia bergerak, Rafael menghentikannya dengan suara rendah."Jangan bergerak."Gerakan Karina tiba-tiba berhenti. Karina berbisik di pelukannya, "Rafael, apa kamu takut?"Berdasarkan sikap biasanya, Rafael pasti akan menyangkalnya. Bagaimana mungkin dia yang begitu arogan membiarkan dirinya merasakan ketakutan?Tepat ketika Karina mengira Ra