Share

Bab 5 : Menemui pengacara

Penulis: Nur hikmah
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-14 21:33:53

Keesokan harinya, Naina pergi menemui pengacara untuk mengesahkan surat wasiat almarhumah Mama nya di sebuah firma hukum terkenal di kota ini.

"Permisi Mbak! Bisa kah saya menemui Pengacara Herman Johannes? " tanya Naina dengan sopan.

"Apakah Mbak sudah membuat janji untuk bertemu? Karena tidak bisa jika tidak membuat janji terlebih dahulu.. Pak Herman orang yang sangat sibuk! " jawab resepsionis yang ber nama Diana tersebut.

"Saya sudah membuat janji kemarin dengan sekretaris beliau! " jawab Naina sedikit berbohong.

"Kalau begitu Mbak silahkan menuju lantai 3 lorong kiri sebelah kanan. Itu ruangan Pak Herman. " jawab Diana dengan sopan.

"Baiklah! Terimakasih! " ucap Naina sambil melangkah pergi menuju lift untuk ke lantai tiga.

Pintu lift pun terbuka, Naina keluar dengan langkah yang pasti dan hati yang mantap. Ia pun menuju ruangan yang di katakan sang resepsionis tadi.

Dari jauh Naina melihat seorang pria duduk di sebuah kursi dengan komputer di atas mejanya yang tidak jauh dari ruangan yang bertuliskan nama sang pengacara tersebut. Pria itu mengutak-atik komputernya dengan serius dan Naina pun mendekatinya seraya menyapanya.

"Maaf, permisi! Bisa saya bertemu dengan Pak Herman Johannes? " tanya Naina dengan sopan.

Pria itu mendongakkan kepalanya sedikit kaget melihat kedatangan Naina yang tiba-tiba karena ia terlalu fokus dengan kerjaannya. Ia seperti menelisik penampilan Naina yang memakai masker.

"Dengan siapa ya? " tanya nya dengan datar sambil kembali mengutak-atik komputernya tanpa memperdulikan Naina yang berdiri di hadapan nya.

"Dengan Naina Wijaya yang menelpon kemarin! " jawab Naina juga dengan dingin.

"Naina Wijaya?? " gumamnya pelan.

Ia lalu menghentikan kerjaannya dan tampak berpikir sejenak, ia lalu tiba-tiba berdiri dari duduknya.

"Astaga! Maaf Nona, saya lupa! " jawabnya dengan sopan dan ramah.

"Saya menghubungi Anda sebelum siang tadi, tapi tidak di angkat. Pak Herman menyuruh saya menghubungi Anda untuk menyampaikan pesan nya, beliau bersedia bertemu dengan Anda kapanpun Anda mau. " ucapnya lagi dengan panjang lebar.

Naina pun merogoh tasnya, ia mengambil ponselnya dan membukanya. Ia menepuk pelan keningnya seraya berkata.

"Maaf banget, ternyata saya lupa mematikan mode silent nya. " jawab Naina dengan menyesal sambil memasukkan kembali ponsel ke dalam tasnya.

"Tidak apa-apa Nona, Mari saya antar ke ruangan Pak Herman ! " ucapnya sambil berjalan menuju pintu yang depannya terpampang nama besar sang pengacara.

Pria itu mengetuk pintu dan membukanya setelah terdengar jawaban dari dalam yang mempersilahkan mereka untuk masuk.

"Pak, ini Nona Naina Wijaya yang ingin menemui Anda! " ucap pria itu dengan sopan pada seorang pria paruh baya yang sedang berjibaku dengan setumpuk berkas-berkas di atas mejanya.

Pria paruh baya itu pun langsung membetulkan kacamata nya dan mendongakkan kepalanya melihat siapa yang datang menemuinya. Pria itu langsung berdiri dari kursinya dan mempersilahkan Naina duduk di sofa yang ada di depan meja kerjanya.

"Saya kira Anda tidak datang secepatnya ini Nona, karena biasanya klien yang menelpon pasti akan menelpon balik ketika sudah di jawab permohonannya untuk membuat janji. " ucapnya sambil duduk di hadapan Naina.

"Saya sengaja karena tidak ingin menunda-nunda pekerjaan jika saya bisa melakukannya hari ini. " jawab Naina dengan tegas dan dingin.

Pria itu sedikit terkejut mendengar nada dingin ucapan Naina, namun ia dengan cepat mengubah ekspresi nya kembali dan tersenyum ramah pada Naina.

"Saya suka dengan prinsip Anda! " jawabnya dengan pasti.

"Saya tidak ingin berbasa-basi, saya ingin Anda melegalkan surat wasiat yang ada di dalam kotak ini dan pastikan tidak ada yang bisa mengubah surat ini dan isinya selain saya sendiri. " ucap Naina dengan dingin dan tegas sambil mengeluarkan kotak kecil dari dalam tasnya.

Ia pun kemudian melepaskan kalung yang ia pakai dan meletakkan liontin kalung tersebut kearah kunci kotak itu, dan kotak tersebut seketika terbuka. Ia lalu membuka kotak tersebut lebar-lebar, dan terlihat beberapa amplop di dalam kotak itu.

Pak Herman mengambil amplop yang paling atas, kemudian membukanya dan membaca surat yang ada di dalam amplop tersebut dengan wajah syok dan kening yang berkerut, ia masih memperlihatkan wajah seperti itu sampai membaca surat yang ketiga.

Ia mengusap kasar wajahnya dengan sebelah tangan sambil meletakkan surat-surat itu di atas meja.

"Saya tidak menyangka jika Anda adalah putri tunggal dari Angelina Karenina Scott, cucu dari Mahendra Williams Scott. Sungguh kebetulan yang luar biasa sekali. " ucapnya dengan tidak percaya akan semua kenyataan ini.

"Apakah Anda mengenal Mama dan Opa saya? " tanya Naina dengan datar.

"Saya tidak mengenal langsung Mama Anda, tapi saya sedikit mengenal Opa Anda, karena mendiang ayah saya adalah pengacara kepercayaan Opa Anda semasa hidupnya. Dan saya pernah bertemu dengan Opa Anda ketika baru memulai karier saya sebagai pengacara. " jelasnya dengan panjang lebar.

"Kalau begitu saya akan membantu Anda untuk melegalkan surat-surat ini dan juga melegalkan semua aset-aset yang tercantum di dalam surat wasiat ini bersama keponakan saya, karena saya tidak bisa kerja sendiri menangani aset-aset yang besar dan banyak seperti ini. " jelasnya dengan jujur kepada Naina.

"Apakah saya bisa mempercayai nya? " tanya Naina sedikit ragu.

"Saya berani jamin, karena ia salah satu pengacara yang jujur dan saya akan mempertaruhkan karier dan reputasi saya jika ia berani macam-macam. " jawab Pak Herman dengan yakin.

"Baik lah! Saya serahkan semuanya kepada Anda! Saya harap kerjasama ini berjalan lancar hingga kedepannya. " ucap Naina dengan tegas.

"Saya jamin tidak Anda tidak akan kecewa Nona, karena saya tidak akan curang pada keluarga yang sudah membuat saya seperti ini. " jawabnya lagi.

Pak Herman menyusun kembali surat-surat yang ia baca tadi, dan Naina diam-diam mematikan rekaman pada ponselnya. Naina sengaja melakukan itu karena ia tidak mempercayai siapapun selain dirinya sendiri, ia tidak ingin kecolongan seperti di masa lalu. Ia melakukan itu untuk berjaga-jaga karena tidak semua orang benar-benar tulus mau membantu kita.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rizalsyah Muhammad
Sikap hati hati yg tampak berlebihan, sebenarnya perlu dikehidupan saat ini.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   Bab 6 : Keluarga parasit

    "Ki, anterin Mama ke rumah jeng Rosa! Mama mau arisan di sana, sekalian Mama Minta uang untuk beli tas impian Mama sama jeng Dona nanti. " ucap Nyonya Rina pada Dzaki sambil membenahi riasannya. Dzaki yang baru saja pulang dari rumah sakit langsung mendelik kaget ketika mendengar Mama nya minta uang lagi. "Kok uang lagi sih Ma? Baru tiga hari yang lalu Dzaki kasih buat bayar arisan Mama itu? Masa sekarang sudah minta lagi! " jawab Dzaki sedikit kesal dengan Mama nya. "Itukan kemarin! Sekarang kan beda! Mama mau beli tas yang keluaran terbaru! Malu dong sama teman-teman Mama, kalau Mama gak pake tas yang model terbaru. " ucap Nyonya Rina dengan enteng. "Dzaki gak ada uang! Lagi pula gajian masih seminggu lagi! Pake uang Mama aja kenapa sih! " jawab Dzaki dengan malas dan beranjak pergi ke kamarnya. "Kiki, mau kemana kamu! Enak aja pake uang Mama! Ayo anterin Mama dulu kalau gak mau kasih uang! " teriak Nyonya Rina ketika Dzaki be

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-15
  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   Bab 7 : Hari pernikahan

    Pagi ini, Naina sudah di bangun kan Nadin sebelum subuh untuk mandi. Karena sehabis sholat subuh, Naina akan di rias oleh MUA ternama untuk acara pernikahan nya yang di gelar hari ini. Selesai sholat subuh, Naina pun di tarik paksa Nadin untuk ke kamar rias karena ia melihat Naina yang bermalas-malasan untuk di rias wajahnya. "Nah! Ini dia Mbak calon pengantinnya! " ucap Nadin pada seorang MUA sambil mendudukkan paksa Naina di kursi rias. "Ya ampun! Mbak Naina cantik banget! Kalau gini sih pasti yang lihat pada terpesona nantinya. Gak di rias aja cantik, apalagi kalau di rias.. Bisa-bisa para bidadari merasa tersaingi ini sama Mbak Naina! " ucap sang MUA memuji sambil bercanda. "Betul banget itu Mbak! Kakakku ini memang paling cantik. Ya udah Mbak, silahkan di mulai kerjaannya. " jawab Nadin membenarkan dan mempersilahkan sang MUA untuk memulai merias Naina. Naina yang mendengar obrolan mereka hanya tersenyum kecut. Jika saja bu

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-17
  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   Bab 8 : Pergi bulan madu

    "Kak, kakak hebat! Untung aja kakak membatalkan undangan untuk tamu-tamu penting. Kalau saja tetap seperti rencana awal, kita pasti malu melihat tingkah ibu mertua kakak yang norak dan sombong itu, Hi... Hi... Hi... " ucap Nadin berbisik dengan cekikikan. "Kakak gitu loh.. " jawab Naina bangga dengan terkikik geli di balik cadarnya. "Kak, apakah habis ini kita langsung pulang? " tanya Nadin penasaran. "Kau saja yang pulang! Kakak akan langsung pergi ke Lombok untuk berbulan madu. " ucap Naina dengan santai. "Koper kakak mana? Kakak gak bawa pakaian ke sana? " tanya Nadin lagi. "Tidak perlu! Kakak ada urusan sebentar, kau bilang pada kakak ipar mu untuk bersiap-siap berangkat bulan madu, dua jam dari sekarang. Bilang juga jika ia terlambat satu menit, tiketnya hangus. " ucap Naina dengan dingin. "Ok " jawab Nadin sambil memberikan jempolnya. Setelah mengatakan pesannya kepada Nadin, Naina keluar dari aula utam

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-20
  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   Bab 9 : Keluarga Dzaki memaksa pindah ke rumah Naina

    Dzaki yang uring-uringan, menunggu di kursi tunggu bandara dengan kesal. Naina keluar dari mobil dengan santai memasuki bandara dengan membawa ransel di punggungnya. Ia melirik sinis ketika melihat Dzaki duduk di ruang tunggu dengan wajah yang berlipat-lipat. Ia dengan santainya duduk di sebelah Dzaki sehingga membuat Dzaki melonjak kaget melihat ada yang duduk di sebelah nya dengan tiba-tiba. "Tidak usah kaget begitu! " ucap Naina dengan dingin sambil mengutak-atik ponselnya. Dzaki mengurut dada nya karena lega, ternyata yang duduk di sebelahnya adalah Naina istrinya. Ia pun menampilkan senyum palsunya dan bersikap manis kepada Naina. "Jelas aja aku kaget sayang? Aku kira tadi orang lain yang duduk di sebelah ku! " jawab Dzaki dengan lembut sambil tersenyum. Ia kemudian kembali duduk di samping Naina. Dan tak lama kemudian, datang lah seorang pria yang langsung berdiri di hadapan Naina. "Permisi Nona, ini tiket Anda dan saya sudah melakukan cek in. " ucap pria itu dengan sopan

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-28
  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   Bab 10 : Rencana kotor Dzaki

    Setelah memutuskan sambungan teleponnya, Dzaki meninju dinding melampiaskan kekesalannya kepada sang ibu yang selalu memaksakan kehendaknya tanpa peduli dengan keadaan dirinya. Dzaki membuka pintu kamar dengan wajah kesal dan dia terbelalak kaget melihat kamar yang akan ia tempati. "Apa-apaan ini! Kenapa aku ada di kamar jelek begini? Gak ada AC, gak ada televisi, apalagi kulkas! Ini lagi, kasur nya cuma kasur single. Aaakkhhh... Sialan... Brengsek.. Kurang ajar kau Naina! Berani nya kau membuat aku seperti ini? Kau belum tahu siapa Dzaki yang sebenarnya! Awas kau! Akan aku buat kau menyesal karena sudah mempermainkan aku! " teriak Dzaki dengan marah sambil melempar semua yang ada di kamar tersebut. Sedangkan Naina sedang tertawa melihat reaksi Dzaki di kamarnya melalui rekaman CCTV yang ada di kamar khusus untuk pemilik hotel ini. Yah, memang benar kalau Naina lah pemilik hotel ini yang sebenarnya. Hotel ini adalah salah satu aset tersembunyi yang

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-29
  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   Bab 11 : Senjata makan tuan

    Dzaki yang sedang duduk di belakang Naina, tertawa pelan di balik buku menu ketika ia melihat Naina meminum minuman yang sudah ia beri obat pencahar. "Ha... Ha... Ha... Rasain istri durhaka! Untung saja obat itu selalu ada di dalam kantong ku. Jadi aku bisa kasih pelajaran sama istri kurang ajar seperti itu biar dia tidak bisa berbuat macam-macam kepada suaminya sendiri. Di pesawat di kasih duduk di kelas ekonomi, di hotel juga di kasih kamar jelek kayak kos-kosan. Udah gitu di tinggalin lagi gak di kasih makan. Rasain lah kau istri ku sayang! " ucap Dzaki sambil cekikikan sendiri dengan pelan. Cukup lama ia menunggu reaksi dari minuman yang Naina minum tadi, sehingga membuat Dzaki celingak celinguk mengintip dari balik buku menu hanya untuk memastikan jika obat yang ia berikan bekerja dengan baik. Tiba-tiba saja seorang pelayan mendatangi mejanya dengan membawa berbagai makanan dan minuman. "Permisi tuan! Ini jamuan gratis di restoran kami ini untuk tuan! Setiap ada yang datang da

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-31
  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   Bab 12 : Bertemu Sania

    Naina sedang tertawa terpingkal pingkal melihat layar CCTV di laptopnya. Ia memegang perutnya yang kram karena kebanyakan tertawa melihat Dzaki yang di pukuli pengunjung hotel karena kentut di dalam lift. "Rasakan lah obat mu sendiri suamiku! Beraninya kau bermain-main dengan ku. Aku bukan Naina yang dulu lagi, sekali kau mengusik ku, dua kali kau aku balas! " ucap Naina dengan ekspresi yang menakutkan untuk di lihat. Sedari ia keluar dari mobil, Naina sudah melihat Dzaki dari jauh, tapi ia pura-pura tidak melihat karena ia sengaja membiarkan Dzaki mengikutinya. Ia ingin melihat, sejauh mana tindakan yang akan dilakukan Dzaki kepadanya. Karena ia yakin kalau suaminya itu pasti dendam kepadanya karena sudah memberikannya kamar kelas rendah. Naina juga tau jika Dzaki diam-diam menaruh obat pencahar di dalam minumannya karena sang pelayan sudah memberitahukan nya ketika ia mengantar pesanan Naina. Pelayan tersebut juga lah yang mengantarkan makan

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-31
  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   Bab 13 : Kembali dari honeymoon

    "Hei! Apa kau tidak punya mata! Lihat sepatuku! Kau membuat air kotor itu merusak sepatu ku! " hardik wanita itu tanpa melepaskan kacamata nya. "Ma-maaf No.... " ucap cleaning servis itu ketakutan tapi langsung di potong Naina. "Jangan meminta maaf karena itu bukan kesalahan mu! Hei kau! Apa kau yang tidak punya mata! Tidak bisa kah kau masuk ke dalam lift ini pelan-pelan. Kau masuk dengan menyenggol ku sehingga wanita ini juga ikut kesenggol. Apa kau mau aku colok mata mu itu biar tidak bisa melihat sama sekali? " bentak Naina dengan keras dan tajam di balik cadar nya. "Ke-kenapa kau yang marah-marah! " jawab wanita itu gemeteran mendengar bentakan Naina sehingga ia melepaskan kacamata nya. "Karena aku pemilik hotel ini! Tidak akan aku biarkan karyawan ku di bentak oleh pengunjung kurang ajar seperti mu! Karena ia tidak bersalah sama sekali! Apa kau mau aku menyerahkan rekaman CCTV-nya kepada pihak yang berwajib agar tau melihat siapa yang sa

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-02

Bab terbaru

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   109. Galau mau jadi kakak

    Tian mendengus kesal mendengar teriakan Nadin dari atas balkon rumah Naina. Naina yang malu langsung cepat-cepat memasuki rumahnya tanpa berpamitan lagi pada Tian. "Dasar calon adik ipar durhalim! Kalau bukan adiknya pujaan hati sudah aku tenggelam kan di selokan depan rumah! " gerutu Tian sembari masuk ke dalam mobilnya. Sedangkan orang yang di sebutkan tadi tertawa cekikikan di dalam kamar nya karena dugaan nya pasti Tian sedang mengumpat nya karena kesal. "Seru juga ngerjain tuh bujang lapuk! Ternyata pesona janda cantik kayak kakak ku memang sangat hebat! Apalagi jandanya janda yang masih bersegel, pasti klepek-klepek tuh bujang lapuk karena mendapatkan doorprize tidak disangka sangka! Hihihihi... " gumam Nadin sambil tertawa cekikikan. "Gimana nya ekspresi Bang Tian saat tau Kak Naina masih bersegel? Pasti lucu lihat wajah shock nya itu! Jadi gak sabar lihat mereka nikah! Pasti tuh bujang lapuk cengengesan kayak orang gila karena baru mendapatkan durian runtuh! Hahahaha... "

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   108. Kekerasan Pada Adik Ipar (KPAI)

    "Kalau kamu kriteria cowok idaman mu seperti apa? " tanya Dewa balik ke pada Nadin. "Hemmm apa ya... Setia kali ya? Penyayang, loyal dan gak main tangan jika sedang marahan sama istrinya jika sudah menikah nanti! " jawab Nadin dengan senyum-senyum sendiri membayangkan semua itu. "Oh ya masuk kak yuk kedalam! Aku lapar nih! Marah-marah tadi bikin perut aku lapar lagi! " ajak Nadin sambil mengelus perutnya yang memang mulai keroncongan. "Gak usah ke dalam! Di depan sana ada warung tenda nasi uduk, enak banget pokoknya! Itu kalau kalau kamu mau makan di tempat seperti itu? " ucap Dewa dengan agak sanksi mengajak Nadin makan di tempat favorit nya jika di daerah ini. "Wah, beneran enak Mas? Kuy lah kita ke sana! " sahut Nadin dengan sumringah. "Duh, jadi ngiler makan nasi uduk pakai nila bakar dan sambal nya yang pedes! Ayo Mas cepetan! Udah gak sabar aku! " ucap nya lagi sambil menarik tangan Dewa dan menggandeng nya berjalan ke luar hotel berjalan kaki. Dewa panas dingin di perlaku

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   107. Berbeda dari yang lain

    "Udah, udah... Gak perlu menegangkan urat hanya untuk orang yang seperti ini! Ayo kita keluar saja! Oh ya, terimakasih atas basa basi elo sama gue! " lerai Dewa ikut berdiri dan menggenggam tangan Nadin. Ia langsung membawa Nadin keluar setelah mengucapkan terimakasih kepada pasangan tersebut. "Mau kemana mereka? Kenapa Nadin marah-marah sama pasangan itu? " kata Naina dengan kening berkerut. "Iya, kenapa adik kamu marah-marah sama Pras ya? Tapi, gak aneh sih! Pras kan suka banget bikin gara-gara! " ucap Karina ikut menimpali perkataan Naina. "Serem banget adik kamu itu! Galak dan judes banget! " sahut Juan dengan bergidik ngeri. "He.... He... He... Maklum lah jiwa muda! Gampang banget emosian! " jawab Naina dengan tersenyum kikuk. Naina melirik ke arah Dewa membawa Nadin dengan sangat gelisah. "Gak usah gelisah gitu! Dewa gak bakalan ngapa-ngapain Nadin! Dewa bukan orang yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan! " hibur Tian yang mengerti kekhawatiran Naina. "Aku bukan

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   106. Canda berselimut hinaan...

    "Jes, mendingan elo minta maaf gih sama Naina daripada Bu Inggrid datang kesini! Emang elo mau Bu Inggrid memarahi elo di depan orang banyak kayak gini? Atau elo mau reputasi elo sebagai anak emasnya Bu Inggrid lepas dan elo gak punya bekingan lagi? " ucap Karina dengan santai kepada Jessi yang masih saja tegak mematung. Jessi mendongakkan kepala nya mendengar ucapan Karina dengan ekspresi kaget. "Ayolah Jes, ikutin aja apa kata Karina itu! Gue gak mau Jes gara-gara kejadian ini pernikahan gue sama Niko gagal! Ayolah Jes! Ayolah! " bisik Marta dengan wajah memelas menyenggol pelan lengan Jessi. "Sialan! Awas aja loe perempuan ninja! Kalau bukan elo pemilik hotel ini, gue ogah merendahkan diri gue di hadapan elo-elo semua! Bagaimana pun gue gak rela jika Ibas milih elo! Awas aja loe, tunggu pembalasan gue! " geram Jessi dalam hatinya dengan tangan terkepal. Jessi merutuk dalam hatinya dengan wajah menunduk. Perlahan ia berjalan ke depan Naina kemudian mengangkat wajahnya agar semua

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   105. Mati kutu...

    Semua orang yang ada di aula tersebut terkejut mendengar ucapan Nadin tidak terkecuali Karina dan Sadewa yang belum mengetahui siapa sosok Naina. Marta menyenggol lengan Jessica dengan wajah pucat pasi. Ia benar-benar tidak tahu jika perempuan bercadar yang di bawa Tian adalah pemilik hotel yang mereka sewa ini. "Gimana ini Jes? Gue gak mau di penjara! Bisa-bisa gue gak jadi nikah sama Niko tahun ini kalau gue masuk penjara juga! Mana mau Niko punya istri yang mantan narapidana! " bisik Marta di telinga Jessi sehingga membuat Jessi mendengus semakin kesal. "Gak usah kenapa sih elo Ta! Lagian bukan cuma elo doang yang gak mau masuk penjara, gue juga gak mau! Bisa jatuh reputasi gue kalau gue tercatat sebagai mantan narapidana seperti yang elo bilang! " jawab Jessi juga dengan berbisik. "Gimana? Masih mau melaporkan gue ke polisi? " tantang Nadin dengan tersenyum mengejek. "Ada apa ini ribut-ribut! " ucap seorang laki-laki yang baru saja datang. "Sayang, kamu udah nelpon nya? Gak

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   104. Ulat bulu

    Tian yang kaget langsung mendorong perempuan itu hingga ia terjatuh di lantai. "Elo apa-apaan sih Jes main gandeng aja! Loe gak tau apa kalau Bastian udah ada yang punya! Lagian ngapain sih elo ngaku-ngaku kangen segala! " cerocos Karina dengan wajah tidak suka melihat Jessica agresif seperti itu dengan Tian. Naina hanya melihat pemandangan di depannya dengan raut muka biasa saja. Beberapa orang berbisik-bisik melihat perlakuan kasar Tian kepada perempuan bernama Jessica itu. "Eh Tian, elu apain teman gue sampai jatuh gitu? Elo gak papa Jes? " ucap seorang wanita yang datang menolong si Jessi dan memarahi Tian. "Elo juga Marta! Kalau elo gak tahu bagaimana kejadiannya gak usah ikutan ngomong! Sekarang gue tanya sama elo Jes, apa maksud elo bilang kangen segala dengan Tian hah! " sahut Karina sambil berkacak pinggang di depan mereka berdua. "Apa-apaan sih elo Karin, emang gak boleh gue kangen sama cinta pertama gue? Lagian kan Ibas belum milik siapa-siapa, jadi sah-sah saja dong

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   103. Reunian.

    Acara reuni kampus Dharmawangsa di gelar di sebuah gedung hotel Prameswari yang merupakan salah satu hotel milik Naina. Naina tahu jika salah satu hotelnya di sewa untuk sebuah acara tetapi ia tidak tahu jika itu acara reuni yang akan ia hadiri bersama Tian. Selama perjalanan tak henti-hentinya Tian melirik ke arah Naina sehingga membuat Naina tersipu malu. "Ngenes banget nasib gue hanya di jadikan obat nyamuk! " sindir Nadin dari bangku belakang. Tian pura-pura tidak mendengar sindiran Nadin untuk nya itu. Ia fokus menyetir mobil sambil sesekali melirik Naina yang duduk di sebelahnya. Naina agak terkejut ketika mobil yang di kendarai Tian memasuki halaman parkir hotel miliknya. Tapi ia hanya diam saja, mungkin saja Tian ada urusan dulu di hotel miliknya ini. Ketika mobil berhenti Naina tidak kuasa untuk tidak bertanya langsung kepada Tian. "Kenapa kita kesini? Kenapa gak langsung aja ketempat acaranya? " tanya Naina memicingkan matanya melihat banyaknya mobil yang berdatangan.

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   102. Pergi reuni...

    Tian tergelak kencang mendengar ucapan Nadin yang berkata demikian. Naina hanya tersenyum kecil melihat interaksi mereka terlihat dari matanya yang tampak menyipit. "Dah yuk Kak kita pulang! Malas lama-lama dekat orang gaje kayak gitu! " ajak Nadin mendengus kesal sambil mengamit tangan Naina. "Jangan lupa dandan yang cantik ya biar nanti laku dan gak jomblo lagi! Jam 7 aku jemput! " teriak Tian sambil meledek Nadin. "Aku gak jomblo! Aku single! Jomblo kok teriak jomblo! " jawab Nadin balik sambil ikutan berteriak. "Astaga ini anak! Makin di ladenin makin jadi mereka berdua! Sejak kapan mereka jadi akrab begini ya? " gumam Naina dengan tepuk jidat melihat kelakuan Nadin dan Tian. "Bisa tambah kacau kalau Ida ikut gabung sama mereka berdua! Tambah saling meledek dengan tingkah ajaib Ida yang selalu ada aja yang di jadikan bahan ledekan! " tambah Naina bergumam pelan. "Kakak ngomong apa tadi? " tanya Nadin menoleh ke arah Naina. "Gak ngomong apa-apa kok! Kamu salah dengar kali!

  • Kesempatan kedua membalas dendam kepada suami dan mertua   101. Keadilan untuk Diana

    Semenjak duo Yola dan Miska di tangkap dini hari kemarin, lapas wanita makin di jaga dan di awasi dengan ketat. Setiap pelaksanaan kegiatan narapidana selalu di awasi oleh penjaga minimal dua sampai tiga orang. Ruang penyimpanan bahan makanan pun di jaga dan awasi oleh sipir langsung, para tahanan tidak di perbolehkan keluar dari ruang sel kamarnya dan di kunci dari luar oleh sipir penjara. Pihak penyidik menginterogasi mereka berdua di tempat terpisah dengan menanyakan keterlibatan mereka dalam kematian Diana. Awalnya mereka berdua membantah, tetapi setelah di perlihatkan bukti catatan terakhir milik Diana mereka hanya diam. Tidak mengiyakan dan tidak membantah. Bripka Fahrul menginterogasi mereka dengan menjebak mereka pertanyaan yang tidak dalam konteks penyelidikan. Hal itu berhasil dan membuat Yola keceplosan bicara. Dengan kepiawaian Bripka Fahrul menginterogasi mereka, akhirnya mereka berdua mengaku dan saling menyalahkan satu sama lainnya jika mereka kebablasan memberikan Di

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status