Apakah Sepia harus berbohong dan mengikuti saran Ray?Tapi kali ini ia memang tak memiliki pilihan lain. Terpaksa ia harus berbohong bahwa perselingkuhan yang Ray lakukan tidak pernah terjadi. Bertolak belakang dengan kenyataan sebenarnya."Halo Bu..." ucap Sepia setelah mengangkat panggilan itu."Apa yang diberitahukan bibimu itu benar Pi? Ibu khawatir banget sama kamu."Suara khawatir ibunya membuat Sepia benar-benar takut. Takut ibunya langsung percaya dan kecewa padanya."Bu, ibu tenang saja ya. Sepia sama Ray baik-baik aja kok. Ini juga lagi dijalan mau pulang sama Ray. Biasalah mungkin foto itu cuma editan orang yang iri sama keluarga kami Bu..." ia berusaha mengambil napas dan meredam gemetar. "Sepia emang lagi di Jakarta Bu dan waktu itu terpaksa berangkat berdua sama Shabiru soalnya di restoran lagi ada kebakaran jadi Ray menyusul terakhir. Ibu jangan terlalu dengerin omongan orang lain, kalau ada apa-apa pasti Pia juga selalu cerita ke ibu,""Yang benar Pi? Kamu gak bohongin
Bunyi ketukan pintu pada waktu subuh membangunkan Sepia. "Siapa ya? Apakah Pak Man datang seawal ini?" Sepia menggeliat di atas tempat tidur.Dengan mata yang berat untuk terbuka, ia meraih ponselnya. Jam di layar masih menunjukan pukul 05.03. Perjalanan Jakarta Yogyakarta membuatnya merasa sangat letih, apalagi ditengah kondisinya yang belum pulih total."Ray! Kamu meminta Pak Man datang lebih awal?" ia menepuk-nepuk pundak Ray yang tidur di sebelahnya."Hm, tidak." sahut Ray setengah mengigau lalu malah menutupi kepalanya dengan selimut.Bunyi ketukan pintu kembali terdengar lagi. Terpaksa Sepia harus turun dan memeriksa.Ia berjalan pelan menuruni anak tangga dengan setelan piyama dan rambut sedikit berantakan. Hampir saja ia tergelincir karena rasa kantuk masih menggelayutinya."Sebentar!" ia mengucek matanya terlebih dahulu sebelum meraih gagang pintu."Hah? Ibu?!" Sepia terperanjat dan nyaris berteriak detik itu juga. Ia terkejut bukan kepalang. Bagaimana bisa sepagi itu ibuny
Sepia selalu berusaha menyelesaikan semua masalah sendirian. Karena gak mau lihat ibu marah dan sedih. Sepia juga capek dituntut sempurna terus Bu, dari dulu sampai sekarang sepertinya ibu hanya bersikeras dengan kehendak ibu sendiri. Sepia gak bisa terus dipaksa memenuhi tuntutan ibu."Keributan besar pun tak terhindarkan lagi. Semua memori dan rasa sakit Sepia yang tertimbun cukup lama, meluap detik itu juga karena terpancing amarah ibunya yang baginya enggan sekali mengerti."Ibu nuntut kamu buat kebaikan kamu sendiri Pia, cuma karena laki-laki ini kamu sekarang berani membantah ibu? Kali ini ibu cuma minta kamu pulang, ibu gak mau kamu terus merasakan sakit hati dan menghina diri kamu sendiri dengan terus mempertahankan kebodohan di sini!""Bu..." Sepia menghela napas dan menahan rasa sesak yang mulai menyerang pernapasannya lagi.Tangis selalu berhasil membuat Sepia lemah, tubuhnya seolah kehilangan banyak tenaga nan lemah. Ia jatuh dan bersimpuh di lantai."Bu Sepia juga gak mau
"Arumi mengancam akan bunuh diri, dan ada orang lain yang mengancam akan menyebarkan video yang direkamnya secara diam-diam. Mungkin sebenarnya bukan Arumi, tapi ada pihak yang memanfaatkan Arumi untuk memerasku," jelas Ray dengan lebih runtut."Jadi selama ini, aku terpaksa bolak-balik menemui Arumi untuk mengajaknya ke psikolog. Aku terpaksa, sebenarnya kemarin waktu di rumah sakit dia juga terus menggangguku." Ray akhirnya berani berterus terang. Padahal Sepia sudah lebih dulu menaruh curiga. Hanya saja ternyata kecurigaan itu salah."Siapa?" Sepia masih duduk di sebelahnya.Sekarang kondisi hatinya sudah jauh lebih tenang dan mampu mengerti. Barangkali do'a dan dukungan yang diberikan ibunya bak menjadi penawar atas racun yang membuatnya merasa sakit.Ray menggeleng, "Entah, aku masih belum bisa memastikan siapa identitasnya. Yang pasti orang itu bukanlah orang asing, bukan juga orang sembarangan.""Kalau memang orang itu mengancam, kenapa tidak lapor pada pihak nerwajib saja Ray
Derap langkah kaki Ray memecah keheningan pagi."Aku harus berangkat lebih awal sayang," kata Ray yang menuruni anak tangga dengan tergesa sembari mengancingkan lengan kameja yang dikenakannya.Sepia tengah menyiapkan sarapan pagi di meja makan. Mendengar Ray berbicara seperti itu, membuatnya kesal dan sengaja menghentakkan gelas yang diletakkannya dengan cukup keras ke atas meja."Karena Arumi kamu sampai meninggalkan sarapan terus?" Semakin hari ia semakin muak karena Ray bahkan sering sekali pergi begitu saja tanpa memberitahukan apa dan mau kemana. Tujuannya apalagi kalau bukan Arumi. Menemaninya ke psikiater lah, kemana lah."Sayang ak-""Entah Arumi memang mengidap skizofrenia benar atau tidak aku gak peduli Ray. Harusnya kamu gak bersikap berlebihan seperti itu, pertama Arumi itu hanya orang asing, kedua bukan urusan kita dan bukan urusanmu. Kalau memang kebenarannya ada yang mengancam kita, biar aku saja yang melaporkan ke pihak berwajib kalau kamu tidak bisa. Atau jangan-jan
“Luar biasa sih lo. Gue masih gak habis pikir, kok bisa dosen segalak Pak Hada masih bersikap lemah lembut sama lo Mi!” Dua orang perempuan tampak tertawa di depan pintu. Mereka berdua tidak sadar bahwa tidak jauh dari mereka, Sepia sedang berdiri memperhatikan mereka. Sudah lama sekali Sepia menunggu kebenaran yang mungkin akan sangat menyesakkan.Bisingnya suara yang memenuhi lorong-lorong kampus menjadi suara sumbang yang membuat percakapan kedua perempuan itu tidak terdengar begitu jelas di telinga Sepia.Perempuan berambut pirang yang mengenakan baju berwarna krem menimpali dengan tertawa kecil. “Orang kayak Pak Hada masih biasa.”“Ya, siapa yang enggak bertekuk lutut sih sama primadona yang satu ini. Arumi Rahisya, haha…,” temannya kembali tertawa. Kemudian tangannya naik menggelayuti bahu perempuan yang dipanggil Arumi itu. “Jadi gimana, karir model lu? Lanjut sama brand populer itu atau lu terima tawaran brand baru yang ngasih harga mahal?” tanyanya.Arumi menurunkan lengan t
“Apa perempuan itu bilang? Lihat saja nanti?” ucap Sepia dalam hati.Arumi telah mengajaknya bertaruh untuk sesuatu yang jelas adalah sebuah kebodohan. Bukannya takut dan merasa malu, Arumi malah semakin menunjukkan keangkuhannya. Padahal yang dilakukannya adalah hal yang jelas-jelas salah. Merusak hubungan orang lain dengan keegoisan perasaannya semata. Sepia hanya terenyum hambar mengingat lelucon itu. Benaknya masih berenang dalam satu pertanyaan, untuk apa bertahan dengan orang yang terus menerus berbohong dan mengkhianati tulusnya kepercayaan?Pada padatnya lalu lalang kendaraan di jalan raya, langit yang menguning menampilkan transisi jingga dan merah yang indah. Sepia membaurkan pandangannya dengan hiruk pikuk keramaian, matanya menatap ke luar jendela mobil yang melaju pelan namun pikirannya masih bergelut dengan banyak opini yang terus menghantuinya.Semuanya sudah jelas bagi Sepia. Kenyataan yang pahit itu tidak mampu disangkal dengan kebohongan apa pun lagi. Sekarang keputu
Hampir satu jam lamanya Sepia duduk diam bersama secangkir cokelat di pojok ruangan. Selama itu juga telinganya terasa panas karena mendengarkan obrolan tiga perempuan di depannya sekaligus meratapi nasib malang yang menimpanya.Namun baginya, aroma cokelat dan panggangan roti itu belum cukup membuatnya sedikit lupa dengan kegudahannya. Malah semakin lama semakin bertambah.“Apakah aku harus berjuang untuk mempertahankan rumah tanggaku? Haruskah? Sementara pondasi hubungan yang ingin kupertahankan saja sudah hancur. Jika perselingkuhan yang terjadi ini adalah ujian untuk keluargaku, apakah semuanya akan kembali seperti sediakala saat aku berhasil mengambil hati Ray kembali?”Sepia menuliskan pesan itu kepada Alea. Ia berulangkali mengetik dan menghapus pesan dalam waktu yang lama.Tak berselang lama ponselnya kembali berdenting.“Aku takut memberikan saran untukmu Pia. Aku pernah berada di posisimu dan aku memilih untuk memenangkan hatiku sendiri. Pikirkan matang-matang apapun perasa