Share

Keputusan

Author: Takhingga19
last update Last Updated: 2022-09-15 19:51:40

"Aw!"

Lorong yang menghubungkan ruangan admin, tamu dan ruangan staf memang selalu dingin dan sepi. Suara pekikkan pelan pun terdengar bergema.

Tas make up yang belum tertutup rapat yang dibawa Sepia juga ikut terjatuh ke lantai menumpahkan segala isi di dalamnya.

"Ah sial!" Sepia kembali mengumpat dalam hati. Entah sudah berapa kali ia mengatai dirinya sendiri hari ini. Lekas ia segera berdiri.

"Maaf,"

Suara bariton yang ia dengar cukup mengusik pendengarannya. Ya, untuk kali ini Sepia mengakui ia juga ceroboh karena tergesa dan tidak memperhatikan jalannya.

Ia juga tak menyahut apa-apa, bibirnya hanya melukiskan garis datar. Ia kembali memunguti kosmetiknya yang berceceran, tanpa mempedulikan sekitar.

Semakin hari, Sepia rupanya harus menghadapi banyak kesialan yang tak pernah terduga.

"Yah, Mba maaf... Lipstiknya pecah," ucap lagi lelaki itu, ia mengambil tabung kaca kecil yang pecah dan menumpahkan cairan kental berwarna merah pekat itu. 

Sepia masih acuh seperti orang tuli, bahkan tidak menyempatkan barang sedetik pun untuk menoleh ke arah orang itu.

"Nanti saya ganti kok Mba, tenang aja." suaranya kian terdengar memohon-mohon.

"Itu bukan lipstik, itu lipcream." Sepia justru meralatnya, membuat orang itu bergaruk kepala.

"Sama-sama buat bibir perasaan," sanggahannya tetap merasa benar, lelaki itu berusaha melihat Sepia namun wajahnya tertutupi oleh poni rambutnya yang menjulur sampai telinga.

Tidak ada yang aneh, mereka berdua hanyalah dua orang asing yang tak sengaja berpapasan. sampai saat netra keduanya saling menatap satu sama lain. Semuanya berubah detik itu juga, mereka menyadari betul bahwa mereka berdua bukan hanya sekedar dua orang asing. Ritme udara seolah berhembus pelan, membuat suasana berubah menjadi tegang nan canggung.

"Ka- kamu?" lelaki itu begitu terkejut.

Perlahan segaris senyum kaku nampak terbit ragu-ragu. Lantas Sepia langsung memalingkan pandangannya.

"Sepia? Ini betul kamu 'Kan?" tanyanya lagi memastikan.

Sepia pun tentu tak kalah terkejutnya, namun bedanya ia tidak menampakkan senyum sedikit pun. Udara seolah berhenti berhembus di lorong itu, membuatnya ingin cepat-cepat pergi sejauh mungkin.

Segera ia meraih ponselnya yang tergeletak dan berlalu pergi begitu saja. Dengan degup jantung merancu tak keruan dan napas yang tersengal-sengal. Ia bukan hanya pergi meninggalkan ruangan itu, detik itu ia juga melangkahkan kaki meninggalkan kantor.

"Sepia!" panggil lagi lelaki itu, namun Sepia tetap acuh tak mempedulikannya.

Ia tetap melangkah pergi secepat mungkin. Pertama ia mengambil barang-barangnya kemudian langsung menuruni anak tangga, melewati lorong panjang lantai satu menuju lobi.

"Kalo ada yang mencariku, bilang saja untuk menghubungiku lewat email. Aku harus pergi sekarang," ucap Sepia ketika berpapasan dengan Ara di lobi.

"Mau kemana?" Ara berdiri kebingungan melihat Sepia pergi terburu.

Sepia tidak pernah menginginkan hal ini terjadi, ia tidak pernah menginginkan pertemuan itu kembali. "Kenapa aku harus bertemu Panji dalam keadaan pelik ini!" sesalnya dalam hati.

Tiba-tiba sebuah mobil hitam yang baru keluar gerbang menepi menghampirinya, kaca belakang perlahan terbuka memperlihatkan seseorang yang tak lain ialah Nilam. Matanya yang tegas memperhatikan Sepia beberapa detik.

"Bagaimana dengan kejutannya? Apakah kamu senang?" ujarnya, tersenyum puas. Kemudian mobil itu kembali melaju meninggalkan Sepia yang terdiam seorang diri.

Dada Sepia kembali terasa sakit, seolah ada jarum-jarum kecil bersemayam dalam setiap detak jantungnya.

...

"Kamu sakit Nak?" 

Oma Ina membawakan secangkir teh hangat ke hadapannya.

Sepia masih duduk gelisah di ruangan tengah. Ia terus memijat ujung pelipisnya sejak datang lima belas menit lalu. Wajahnya pucat, dengan tatapan yang kerap tak memiliki tujuan.

"Nak..." Oma Ina menepuk pelan bahu Sepia setelah pertanyaannya tak kunjung mendapat jawaban. "Kamu sakit?" tanyanya lagi.

Sepia terperanjat kaget lalu menggeleng pelan, "Tidak Oma. Kayaknya Pia cuma kecapean,"

"Tadi pagi kamu tidak sempat sarapan, harusnya pola makan seperti itu jangan dibiasakan. Pantas saja Shabiru juga sulit sekali untuk sarapan. Utamakan sarapan," nasihat lagi Oma Ina.

Perempuan renta itu kembali ke dapur dan datang lagi bersama sepiring kue santan yang masih mengepul. Uap-uap panas berterbangan di ruangan itu.

"Shabiru kemana Oma?" tanyanya memperhatikan sekitar yang tampak hening. Harusnya anak lelaki itu berlari menyambut kedatangannya seperti hari-hari sebelumnya.

"Tadi Alea kesini sama Vanila, dia bilang mau pergi ke..." gemingnya, Oma Ina berusaha mengingat-ingat. "Ah lupa. Maklum sudah tua begini, sudah pikun," kekehnya.

Sepia mengulas senyum tipis setidaknya Shabiru aman jika pergi bersama sahabatnya itu.

"Nak, boleh Oma minta tolong?"

"Tentu boleh Oma, tolong apa?" 

"Temani Oma berkunjung ke rumah sahabat Oma besok pagi, sudah lama Oma belum sempat berkunjung ke sana, Oma sangat merindukannya," ucapnya seraya menatap daun pintu dengan tatapan kosong.

Sepia mendahului kalimatnya dengan senyuman, "Oma kenapa gak bilang dari kemarin? Kan Pia tentu bisa nyempetin buat nemenin Oma,"

Kegelapan malam kembali mempertontonkan gemerlap cahaya dari gedung-gedung angkuh. Rentetan kejadian yang menimpa Sepia benar-benar membuatnya tertekan, menghimpit hatinya sampai remuk redam.

Sepia kembali menyesap secangkir kopi pahitnya. Namun kegetiran nasib yang menimpanya masih belum ada apa-apanya ketimbang kopi itu.

Ia kembali meletakan ponsel lamanya dengan gusar ke atas meja, sehingga menimbulkan suara cukup keras di tengah keheningan malam.

"Apa ini sebenarnya?!" ia memijat keningnya yang terasa begitu pening.

"Bagaimana dengan kejutannya? Apakah kamu senang?"

Kata-kata yang diucapkan Nilam masih terus berdengung memenuhi setiap sudut kamar yang tak terlalu luas itu. 

"Nilam punya kekuasaan yang besar di sana. Pasti ia tahu sesuatu tentang Panji, atau mungkinkah Nilam yang membuat Panji datang ke sana?" 

"Untuk apa Panji datang ke sana?" Sepia terus berdialog dengan dirinya sendiri.

"Aw!" pekiknya, lagi-lagi kepalanya semakin terasa nyeri. Hal itu sering sekali terjadi akhir-akhir ini.

Sepia kembali meneguk kopinya, meminumnya sampai tandas tak bersisa.

Ia masih tidak habis pikir dunia bisa menjadi sesempit daun kelor ketika hal-hal terduga yang telah hilang sekian purnama kembali menampakkan dirinya.

Sekali lagi ia meraih ponsel lamanya, menimangnya beberapa saat sampai suara hembusan napasnya yang gelisah terdengar begitu berderu.

Kalau ada satu alasan ia harus kembali, maka itu karena Shabiru. Kalau ada yang harus diberi kesempatan maka itu karena ia menyadari bahwa hatinya tidak cukup lapang untuk berkali-kali memaafkan.

"Biru ingin ketemu ayah ibun. Kenapa ayah lama sekali menemui kita? Ayah baik-baik saja 'kan ibun? Ayah tidak sakit 'kan?"

Rentetan pertanyaan Shabiru tadi sore benar-benar berhasil membuat lidahnya kelu. Baru kali ini ia kehabisan kata-kata untuk menenangkan putranya. Sekarang, kata-kata itu juga turut bersuara menjadi kebisingan dalam lamunannya.

Ia kembali menarik napas panjang, membenamkan bulir bening air mata yang tak kunjung surut. Cincin yang Ray sematkan enam tahun lalu masih melingkar di jemarinya. Perlahan ia kembali meraih ponselnya. 

"Ray, apakah kamu masih mencintaiku?" ucapnya dengan gelisah.

Ia memutuskan untuk menyalakan benda pipih itu. Ia menggulir layar ponselnya, bunyi notifikasi terus berdenting tanpa henti. Ratusan panggilan dari Ray dan nomor-nomor tak dikenal memenuhi histori panggilan. Aplikasi pesan pun sama, penuh oleh ratusan chat. Berarti selama itu Ray juga berusaha mencari Sepia.

Tak berselang lama, sebuah panggilan masuk. Panggilan yang mungkin Sepia harap tidak harap. Namun segala hal yang Sepia jumpai di Jakarta membuatnya kian lemah.

"Halo? Kamu dimana? Kamu baik-baik aja 'kan? Please pulang ya, aku jemput sekarang," rentetan pertanyaan cemas langsung menyergapnya setelah ia mengangkat panggilan itu.

"A - Aku..."

Related chapters

  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Pilihan-pilihan

    Pilihannya tetap sama, beri kesempatan kedua atau akhiri.Sepia tertegun beberapa saat, berusaha meluruhkan amarah yang selama ini menguasainya. Keheningan malam telah menyeretnya ke dalam banyak ketakutan-ketakutan."Kamu dimana? Sayang, tolong aku khawatir banget sama kalian berdua. Aku selalu berusaha nyari kalian selama ini..."Suara cemas Ray dari balik telepon rupanya berhasil membuat hati Sepia sedikit meluluh. Kembali tumbuh rasa rindu berbalut cemburu, perlahan mengalahkan marahnya amarah."Sayang, aku salah. Tapi aku mau kita selesaikan masalah kita dengan baik-baik, tolong beri aku kesempatan untuk itu," Sepia masih belum mengucapkan sepatah kata pun. Dadanya masih terasa sesak, menahan luapan kesedihan yang saling bercampur tak keruan. Berkali-kali ia meyakinkan dirinya bahwa suara yang ia dengar bukanlah mimpi. Namun berkali-kali juga ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa rentetan masalah yang menerjangnya adalah mimpi buruk semata."Aku tidak akan memaksa keputusannmu, t

    Last Updated : 2022-09-17
  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Bunga Layu

    "Kamu yakin Ray?" tanya Sepia."Iya tidak masalah," sahut Ray."Tapi kamu baru tidur satu jam. Biar aku saja yang mengantar Oma. Aku bisa sendiri,"Sepia beranjak dari duduk dan memasukkan beberapa barang ke dalam tasnya.Ray malah tersenyum. Jam di dinding sudah menunjukan pukul delapan pagi. "Kenapa malah tersenyum?" tanya Sepia sembari melipat selimut."Aku senang ternyata kamu masih peduli padaku," ucapnya.Sepia beranjak ke arah jendela, menyibak tirai yang masih tertutup lalu membuka jendela, membiarkan udara pagi masuk sejenak mengganti udara."Aku selalu peduli padamu, mungkin kamu aja yang-"!"Maaf," ucap lagi Ray. Entah sudah berapa ribu kali Ray meminta maaf...."Bunga lili putih," ucap Oma Ina kepada karyawan toko bunga.Sesuai janjinya kemarin, Sepia akan menemani Oma Ina untuk menemui sahabatnya.Perempuan tua itu berkeliling di dalam toko bunga, sementara Sepia, Ray dan Shabiru hanya melihat-lihat di bagian depan."Aku senang sekali ayah datang. Aku pikir ayah tidak a

    Last Updated : 2022-09-19
  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Kecemasan

    "Ibun kenapa?" Shabiru terus merengek sedih ketika melihat ibunya terkulai lemah."Kita akan segera ke rumah sakit sayang. Semoga ibumu baik-baik saja," jelas Oma Ina."Tapi untuk saat ini Shabiru tidak akan bisa masuk ke rumah sakit Oma. Aku akan segera pesankan taksi online agar mengantarkan kalian ke apartemenku." Ray membuka peta digital dan mencari rumah sakit terdekat. Sepia sudah sadarkan diri, namun kali ini ia diserang sesak napas."Ayah aku mau ikut, kenapa tidak boleh? Aku 'kan anak ibun," protesnya lagi."Rumah sakit bukan tempat yang baik untuk anak kecil sayang,""Apanya yang tidak baik ayah? Apa disana banyak orang jahat? Kalau begitu ibun jangan dibawa kesana," ucap Shabiru dengan polosnya."Banyak kuman jahat yang mudah membuat anak kecil sakit, jadi kamu harus menuruti peraturan di sana. Kamu sayang 'kan sama ibun?" Ray masih berusaha membujuk putranya."Sayang ayah, sangat sayang...""Ayah dan ibun akan segera pulang, kamu tidak boleh nakal ya sama Oma,""Tapi ayah

    Last Updated : 2022-09-23
  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Alibi

    "Barusan telepon dari orang restoran kita, hari ini mereka sedang sangat kewalahan terlebih karena ada beberapa orang yang keluar. Orang-orang yang datang untuk makan malah seperti mau mendemo restoran kita saking antrinya" saat kembalu Ray terkekeh begitu saja setelah sekitar setengah jam lamanya meninggalkan Sepia berbaring seorang diri."Kamu pikir aku sebodoh itu Ray?" batin Sepia. "Ada yang keluar? Kenapa?" Sepia memejamkan matanya, berusaha untuk tidur sebentar."Yang dua orang adalah mahasiswa, jadi ya mungkin karena terdesak padatnya jam kuliah,""Pembohong!" sangkal lagi Sepia dalam hati.Sekitar pukul tujuh malam, Sepia memaksa untuk pulang. Ia tetap keras kepala, dengan alasan kasihan terhadap Shabiru akhirnya Ray menuruti keinginannya. Tak peduli akan sesak yang sesekali menyerang pernapasannya."Kamu masih terlihat sangat pucat sayang, harusnya kita tidak pulang secepat ini," Ray memutar stir kemudi perlahan.Mobil mereka melaju pelan di jalan raya setelah meninggalkan a

    Last Updated : 2022-09-24
  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Rute Pulang

    "Aku mau pulang, tapi dengan satu syarat,"Suara Sepia terdengar begitu jelas di keheningan malam. Besok pagi, seharusnya mereka pulang. Tengah malam ini ia tak bisa tidur."Syarat?" Ray menaikkan sebelah alisnya. Mereka duduk di kasur terpisahkan oleh Shabiru yang sudah tertidur di tengah-tengah mereka."Ya," Sepia mengangguk.Sepia sudah memikirkan banyak hal matang-matang. Termasuk meninggalkan Jogja untuk mengetahui kebohongan Ray akan berjalan sejauh mana.Meski keamanan mental Shabiru juga ikut dipertaruhkan, ia merasa tak punya pilihan lain lagi yang lebih tepat ketimbang ide sederhananya itu."Asal kamu mau pulang, aku akan berusaha memenuhi syarat itu," jawab Ray tanpa berpikir panjang.Beberapa lama, Sepia memendam suaranya. Suara derit AC kembali menjadi bising dalam lengahnya malam."Kita pindah,"Sontak saja Ray begitu terkejut. Lalu menatap Sepia dengan lekat, meski perempuan itu tak sedikit pun melihat ke arahnya."Pindah?" Ray mengulangi kalimat yang diucapkan Sepia. "

    Last Updated : 2022-09-24
  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Desas-desus

    Apakah Sepia harus berbohong dan mengikuti saran Ray?Tapi kali ini ia memang tak memiliki pilihan lain. Terpaksa ia harus berbohong bahwa perselingkuhan yang Ray lakukan tidak pernah terjadi. Bertolak belakang dengan kenyataan sebenarnya."Halo Bu..." ucap Sepia setelah mengangkat panggilan itu."Apa yang diberitahukan bibimu itu benar Pi? Ibu khawatir banget sama kamu."Suara khawatir ibunya membuat Sepia benar-benar takut. Takut ibunya langsung percaya dan kecewa padanya."Bu, ibu tenang saja ya. Sepia sama Ray baik-baik aja kok. Ini juga lagi dijalan mau pulang sama Ray. Biasalah mungkin foto itu cuma editan orang yang iri sama keluarga kami Bu..." ia berusaha mengambil napas dan meredam gemetar. "Sepia emang lagi di Jakarta Bu dan waktu itu terpaksa berangkat berdua sama Shabiru soalnya di restoran lagi ada kebakaran jadi Ray menyusul terakhir. Ibu jangan terlalu dengerin omongan orang lain, kalau ada apa-apa pasti Pia juga selalu cerita ke ibu,""Yang benar Pi? Kamu gak bohongin

    Last Updated : 2022-09-25
  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Keegoisan Sesungguhnya

    Bunyi ketukan pintu pada waktu subuh membangunkan Sepia. "Siapa ya? Apakah Pak Man datang seawal ini?" Sepia menggeliat di atas tempat tidur.Dengan mata yang berat untuk terbuka, ia meraih ponselnya. Jam di layar masih menunjukan pukul 05.03. Perjalanan Jakarta Yogyakarta membuatnya merasa sangat letih, apalagi ditengah kondisinya yang belum pulih total."Ray! Kamu meminta Pak Man datang lebih awal?" ia menepuk-nepuk pundak Ray yang tidur di sebelahnya."Hm, tidak." sahut Ray setengah mengigau lalu malah menutupi kepalanya dengan selimut.Bunyi ketukan pintu kembali terdengar lagi. Terpaksa Sepia harus turun dan memeriksa.Ia berjalan pelan menuruni anak tangga dengan setelan piyama dan rambut sedikit berantakan. Hampir saja ia tergelincir karena rasa kantuk masih menggelayutinya."Sebentar!" ia mengucek matanya terlebih dahulu sebelum meraih gagang pintu."Hah? Ibu?!" Sepia terperanjat dan nyaris berteriak detik itu juga. Ia terkejut bukan kepalang. Bagaimana bisa sepagi itu ibuny

    Last Updated : 2022-09-26
  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Setitik terang

    Sepia selalu berusaha menyelesaikan semua masalah sendirian. Karena gak mau lihat ibu marah dan sedih. Sepia juga capek dituntut sempurna terus Bu, dari dulu sampai sekarang sepertinya ibu hanya bersikeras dengan kehendak ibu sendiri. Sepia gak bisa terus dipaksa memenuhi tuntutan ibu."Keributan besar pun tak terhindarkan lagi. Semua memori dan rasa sakit Sepia yang tertimbun cukup lama, meluap detik itu juga karena terpancing amarah ibunya yang baginya enggan sekali mengerti."Ibu nuntut kamu buat kebaikan kamu sendiri Pia, cuma karena laki-laki ini kamu sekarang berani membantah ibu? Kali ini ibu cuma minta kamu pulang, ibu gak mau kamu terus merasakan sakit hati dan menghina diri kamu sendiri dengan terus mempertahankan kebodohan di sini!""Bu..." Sepia menghela napas dan menahan rasa sesak yang mulai menyerang pernapasannya lagi.Tangis selalu berhasil membuat Sepia lemah, tubuhnya seolah kehilangan banyak tenaga nan lemah. Ia jatuh dan bersimpuh di lantai."Bu Sepia juga gak mau

    Last Updated : 2022-09-27

Latest chapter

  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Makan Malam

    Sore hari, ketika udara sedang hangat-hangatnya, Sepia sedang berada di stasiun.Anak kecil yang ketika berdiri tingginya sama dengan Sepia ketima berlutut itu memeluk erat Sepia, melesak dalam pundaknya cukup lama dan enggan melepas pelukannya."Sayang," panggil Sepia dengan lembut.Setelah banyak hal terlewati, akhirnya Shabiru akan pergi mengunjungi Yogyakarta, mengunjungi kota kelahirannya. Kota yang sering banyak orang sanjung sebagai kota yang istimewa. Shabiru melepaskan pelukannya, lalu menatap wajah ibunya lamat-lamat dengan tatapan sendu."Ibu tidak apa-apa aku tinggal dulu?" tanyanya.Sepia tersenyum dan membelai lembut wajah anaknya. "Tidak apa-apa. Kan katanya kamu mau mengunjungi adik kecil?""Ibun, kalau ada apa-apa minta tolong sama Kak Panji saja, ya. Dia pasti akan selalu membantu ibun. Aku sudah bilang padanya agar sering-sering mengunjungi ibun."Sepia mengangguk mengiyakan permintaan anak kecil itu. "Iya, iya siap kapten!"Shabiru menghela napas berat lalu memeluk

  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Ajakan

    Beberapa saat keheningan kembali meliputi Sepia dan Panji.Panji terlihat menarik embuskan napas beberapa kali, seolah ada keraguan yang menahan perkataan yang akan ia ucapkan pada perempuan itu. "Aku ... mm ...." Panji bergeming.Sepia menoleh saat Panji mulai berbicara, tetapi lagi-lagi Panji kehilangan kata-kata setiap menatap Sepia."Kenapa? Apa kamu sedang ada masalah?" tanya Sepia.Panji langsung menggeleng seraya tersenyum. "Tidak.""Nanti malam kamu ada acara nggak?" tanya Panji."Sepertinya tidak, kenapa memangnya?""Aku ingin mengajakmu keluar untuk makan malam. Tapi kalau kamu sibuk atau mau istirahat, aku tidak ingin memaksa," jelas Panji setengah menahan gugup."Boleh. Udah lama juga aku nggak makan di luar," sahut Sepia tanpa pikir panjang.Kejadian yang baru ia alami cukup membekas, ia takut jika San datang lagi dan mengganggunya. Barangkali bila bersama Panji, ia bisa menghindar dari kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi.Sepia tahu, San bukanlah laki-laki yang mud

  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Malaikat Pelindung

    Jarak wajah Sepia dan San mungkin hanya satu jengkal. Sepia bisa merasakan embusan napas laki-laki itu semakin dekat. Dada Sepia benar-benar bergemuruh, ada ketakutan yang dia rasakan. Ketakutan itu berkali-kali lipat lebih besar dari ketakutan yang dulu ketika San hampir melakukan hal yang sama padanya. Bedanya, dulu San memintanya dengan lemah lembut, tidak seperti yang terjadi saat ini. Laki-laki itu benar-benar kasar, memaksa, dan tidak memiliki etika."Kamu ... bohong soal mencintaiku. Semua yang kamu katakan hanya omong kosong yang tidak bisa dilihat apalagi dibuktikan. Aku membencimu San, sangat membencimu! Aku tidak sudi bertemu denganmu lagi!" Napas Sepia terengah-engah, ia terjebak dalam situasi yang benar-benar mendesak. Ia berusaha berpikir keras, mencari cara untuk melarikan diri. "Aku peringatkan sekali lagi, menjauhlah dariku!"San sudah berubah menjadi laki-laki dewasa yang telah melihat dunia lebih luas. Dia benar-benar bisa melakukan apa pun dan Sepia tidak ingin dip

  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Masa Lalu Kembali Menyapa

    Seminggu berlalu, hari-hari Sepia kembali berjalan baik. Shabiru sudah pulih dari sakitnya dan Sepia kembali disibukkan dengan urusan tokonya. "Mel, sekarang aku mau pergi belanja. Nanti kalau ada tamu penting minta hubungi lewat telepon aja ya. Soalnya aku bakalan agak lama nih. Stok toko yang harus dibelanjain udah dicatet semua, kan?"Sepia menutup laptopnya dan mengambil tas."Sudah, Kak. Sudah aku kirim lewat WA. Kain organza yang paling cepat habis Kak," jelas Melly."Oke kalo gitu, aku akan belanja kain organzanya lebih banyak."Sepia keluar dari toko dengan tergesa, dia sampai tidak sengaja menabrak seorang laki-laki yang memiliki tubuh tinggi dan dada bidang."Maaf, aku tidak sengaja," ucap Sepia.Raut wajah perempuan itu langsung berubah tidak suka ketika melihat orang yang ditabraknya.Sungguh ia ingin segera pergi sejauh mungkin, enyah dari laki-laki itu. Namun, sebelum Sepia sempat mengambil satu langkah kecil pun laki-laki berbadan kekar itu langsung mencengkeram tangan

  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Menampik Rasa

    “Aku langsung pulang, ya,” kata Panji. “Shabiru sudah tidur. Kelihatannya dia sangat merindukan tidur di kamarnya, nyenyak sekali.”Sepia yang sedang memeriksa pesanan pelanggan di laptopnya menoleh. Di luar hujan turun sangat deras, dia tahu Panji sedang dalam keadaan sangat lelah karena menemani anaknya.“Kita sarapan dulu. Aku sedang meminta pegawaiku untuk membelikan makanan. Kamu tidak boleh pergi dalam keadaan perut kosong. Kamu sudah benar-benar membantuku, jadi aku merasa tidak enak denganmu.”“Kamu merasa begitu padahal aku tidak melakukan apa-apa. Kamu makan saja bersama pegawaimu, kalau denganku lain waktu saja ya.” Panji menolak secara halus.Sepia menghela napas kesal. Dia tahu Panji sama keras kepalanya dengan dirinya, tetapi kali ini dia tidak akan membiarkan laki-laki itu pergi begitu saja. Mungkin Panji tidak menyadari bahwa walau hanya kehadirannya itu sudah sangat berarti besar, bukan untuk dirinya melainkan untuk Shabiru. Atau mungkin Sepia sendiri yang tidak bisa

  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Pergi Lagi

    Ray menghela napas panjang, tubuh Sepia sudah berjalan menjauh, tetapi perkataannya tetap tertinggal dalam benaknya. Ray kembali terhempaskan oleh kenyataan. Semua yang pernah ada di antara mereka sudah berakhir, bahkan hancur. Ray sudah tidak memiliki haka pa-apa, sekecil apapun pada perempuan itu. Bahkan ia merasa tidak berhak untuk sekadar menatap bayangan perempuan itu.Helaan napas Ray terdengar cukup keras, pada waktu yang bersamaan ponselnya berdering. Ia langsung merogoh sakunya sambil duduk pada kursi tunggu yang kosong.“Halo, iya saat ini aku masih di rumah sakit. Keadaan Shabiru sudah lumayan membaik, aku akan segera pulang,” sahut Ray, ia memutus panggilan, lalu berjalan meninggalkan lorong itu.Tangan Ray hampir menyentuh gagang dingin pintu ruang perawatan, tetapi suara gelak tawa Shabiru dan Panji yang terdengar berhasil membekukan waktu. Dari celah kaca, Ray bisa melihat kedekatan antara mereka. Sungguh, saat itu juga ia didera rasa cemburu yang begitu hebat.“Aku dan

  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Diskusi Mantan

    “Lihatlah, Ray. Dia begitu berharap kamu akan datang dan mengajaknya berkunjung. Bahkan dia menganggap bahwa rumah yang dulu adalah miliknya, sekarang dia merasa tidak berhak lagi. Jangan biarkan dia merasa telah kehilangan rumahnya, Ray. Jangan biarkan dia merasa telah kehilangan ayahnya, hanya karena ayahnya telah memiliki keluarga baru. Apa pun yang telah terjadi dalam hidup kita, itu tidak akan pernah bisa merubah kenyataan bahwa Shabiru adalah anakmu. Anak yang berharap bisa disayangi dengan tulus, hanya sesederhana itu permintaannya ….” Sayangnya Sepia hanya mengatakan kata-kata itu dalam hatinya.Ray masih terdiam, ia sepertinya sangat terkejut dengan permintaan kecil anaknya untuk sekadar mengunjungi rumah lamanya. Ray sebenarnya ingin memberitahu bahwa rumahnya saat ini bukanlah rumah yang sama seperti dulu. Tidak ada lagi mobil memenuhi garasi, hanya tinggal dua mobil yang tersisa. Semuanya habis karena kerugian restoran yang ia alami. Ia ingin menceritakan segalanya pada Sh

  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Permintaan

    Rumah sakit, Bandung.Jam menunjukan sekitar pukul delapan malam. Sekarang ayah dan ibu Sepia juga telah datang sejak sore hari. Keadaan Shabiru masih sama saja belum ada perubahan yang berarti, ia harus lebih banyak tidur untuk meredam rasa sakit yang mendera tubuh kecilnya.“Ayahnya sudah diberitahu, Pi?” tanya ibunya Sepia.Sepia mengangguk. Sebenarnya dalam situasi seperti ini ia tidak ingin melibatkan ayah dan ibunya, ia tidak ingin membuat mereka cemas, tetapi tidak mungkin juga untuk menyembunyikan hal ini. Pikiran Sepia benar-benar kalut, tidak benar juga jika ibunya terus mempertanyakan kehadiran Ray.“Lalu bagaimana? Akan ke sini?” cecar ibunya.“Aku tidak tahu, Bu. Tadi yang mengangkat telepon adalah istrinya,” jelas Sepia.“Kalau begitu telepon lagi dan minta dia untuk datang,” perintah ibunya Sepia.Sepia menghela napas. Tidak, ia tidak akan bisa menelepon Ray. Suara Arumi yang ia dengar telah membangkitkan banyak luka yang tadinya sudah lenyap tertimbun kesibukkan. “Suda

  • Kesempatan Kedua untuk Cinta   Firasat

    “Mau makan dulu, Kak? Pasti dari pagi Kak Pia belum makan,” Afandi membawakan makan siang.Dalam kondisi seperti ini tidak ada yang namanya lapar atau haus yang ada hanyalah perasaan cemas yang semakin lama semakin menggunung tinggi. “Aku belum lapar, kamu makan saja duluan.”“Baiklah, Kak kalau begitu. Aku keluar sebentar, ya.” Afandi keluar.Hanya menyisakan Sepia dan Shabiru dalam ruangan itu. Sepia memperhatikan cairan infus yang terus menetes dan merasakan betapa heningnya ruangan itu. Ia beranjak mendekati jendela.Firasat yang kuat telah terhubung antara ibu dan anak. Perasaan Sepia yang mendadak tidak enak ternyata terbukti, tetapi ia tidak perah menduga bahwa hal seperti itu bisa terjadi. Sepia berdiri mematung di depan jendela ruangan perawatan. Ia berandai-andai seandainya ia bisa memutar waktu, maka ia tidak akan pergi kemana-mana dan ia juga tidak akan membiarkan Shabiru pergi kemana-mana. Pikirannya kembali sibuk berdebat sekaligus mengumpulkan keyakinan tentang memberit

DMCA.com Protection Status