“Apa kalian bodoh! Membiarkan Nyonya sendiri di dapur, kalian sudah bosan bekerja dengan ku?” pekik Arion penuh emosi. Semua pelayan di sana tertunduk ketakutan, memang salah mereka juga yang membiarkan Elena sendirian. Elena merasa sangat bersalah karena ulahnya kini para pelayan itu dimarahi. “Arion, jangan salahkan mereka. Ini salahku,” ucap Elena pelan agar suaminya tak semakin marah. “Ini salah mereka karena lalai! Kau jangan berniat membela mereka,” seru Arion dengan tegas. “Baiklah, apa karena aku ingin memasak untuk mu, kau sampai harus memarahi mereka?” tanya Elena yang membuat Arion terdiam. Elena menarik Arion kembali ke dapur, menunjukan makanan yang baru saja dimasaknya. Sebelum itu, ia mengisyaratkan agar para pelayan itu pergi meningglkan mereka berdua. Saat melihat makanan tersebut Arion makin terdiam. “Apa ini makanan?” tanya Arion skeptis. Elena yang mendengar itu menjawab dengan semangat, tanpa mmperdulikan ekspresi wajah di depannya. “ Tentu saja,” “Kau sud
“Ada sesuatu yang harus ku selesaikan,”Elena berpikir, semakin cepat ia bertindak maka akan semakin sedikit kesempatan Azalea dan Lucas untuk menghancurkannya.Baru beberapa patah kata Elena berbicara, kini orang yang paling tidak ingin Elena temui sudah datang menghampiri mereka.Azalea datang dengan wajah cerianya, ia bahkan langsung memeluk sang ayah. “Pagi, Pah,”Elena tidak menyangka, bahwa Azale bisa sedekat itu yanng notabe nya hanya putri angkat. “Eh, ada Kak Elena juga,” sapanya saat mennyadari kehadiran Elena.Elena tak menjawab, hanya menampilkan senyum datarnya yang mengisyaratkan bahwa ia tidak peduli.Azalea mengeluarkan makanan yang dibawanya. “Kalau begitu kebetulan, aku juga membawa kue untuk mu,” seru Azale bersemangat.Elena berbicara yang membuat Azalea menghentikan gerakannya. “Aku sedang menurangi makanan manis, “ tutur Elena yang berati ia menolak kudapan tersebut.Ia bangun dan merapikan pakaian nya sebelum melangkah pergi. “Oh ya, kurangi memakan makanan man
Arion baru saja keluar dari ruangan Elena, ia semat berpapasan dengan asisten istrinya itu.“Pagi, Pak,” sapanya sopan lenngkap dengan keanggunan serta senyuman.Arion hanya mengangguk, malas banyak berbicara dengan wanita. Terkecuali strinya, buktinya ia baru saja banyak berbicara ketika bersama Elena.“Aku mencintainya, tapi jika dia terus bersama ku dengan tertekan berati aku telah menyiksanya,” batin Arion kembali mengingat sikap Elena.Tapi ia juga melihat beberapa perubahan pada Elena, “Apa kini dia mencintaiku?” pertanyaan itu terus berputar-putar dibenaknya sejak perubahan sikap Elena.Oh, dilemanya Arion. Bahkan untuk ukuran pria dewasa yang berpengaruh ia masih harus dipusingkan dengan kata cinta.Belum lama dari itu, Azlea datang menghampiri. “Kak, kau dari mana saja? Rapat akan segera dimulai,” ucap Azalea dengan suara yang dibuat-buat.Arion mendengus kesal dengan sikap Azalea. “ Bersikaplah selayaknya sekertaris. Perihal darimana itu bukan urusan mu,” sungut Arion tanpa
Elena melangkahkan kakinya dengan berani ke dalam ruangan yang kurang lebih berisi tiga puluh orang. Atmosfer dalam ruangan tersebut terasa berat hingga membuat Elena merasa sesak dan sedikit gugup.Jari-jarinnya memutih dengan keringat dingin. “Tenang Elena, kau pasti bisa,” gumamnya untuk menyemangati diri.Rapat mulai berlangsung. Jabatan Elena yang sebagai Direktur Operasional bertugas untuk mewakili ayahnya dalam rapat ini. Sengaja, dan ini adalah proyek besar pertama nya.Diantara orang-orang penting itu, Arion duduk dengan mata yang tak teralihkan fokusnya pada Elena. Dengan kehadiran pria itu cukup membuat Elena mengurangi rasa gugup.Elena mulai membahas mengenai tujuan dan sasaran proyek, rencana kerja dan timeline, anggaran dan biaya, hingga risiko dan tantangan yang akan dihadapi.“Tujuan proyek pembangunan jembatan kota ini adalah untuk meningkatkan kualitas infrastruktur transportasi di kota dan memperbaiki kemacetan lalu lintas,” ucap Elena memaparkan tujuan pembangunan
“Jembatan itu roboh, Elena! Apa kau tidak melihat berita,”Ucapan Vero beitu menggelegar di telinga Elena. Bagaikan ada sebuah batu besar yang menghantam tubuhnya, seketika ia limbung dan jatuh.Elena menggelengkan kepalanya tidak percaya. “Bagaimana mungkin! Ini baru sebulan setelah pembukaan,"sergah Elena.Tatapannya kosong, keringat dingin mulai membanjiri pelipisnya dengan tubuh yang mulai gemetar. Di luar sudah terdengar suara para investor yang meminta ganti rugi.Berita itu menyebar begitu cepat bahkan mengalahkan lajunya kereta api.Elena mengedipkan mata berkali-kali. Bayangan saat kehancurannya kembali melintasi ingatan nya. “Ini tidak akan terjadi dua kali,” ucap Elena yakin.Sebelumnya, proyek pembangunan jembatan dari kota Everbloom ke kota Aetheria gagal karena jembatan tersebut roboh sebulan setelah pembangunan.Hampir setengah hartanya hilang untuk menutupi kerugian tersebut. Beruntung karena ia sudah menjadi nyonya Dominic, membuat Arion banyak membantunya.Kesalahan
Setelah makan malam yang cangunng itu, Elena kira Arion akan mengajaknya untuk pergi dan pulang bekerja bersama.Kenyataannya tidak, justru pria itu semakin menghindari Elena dan menyibukan diri.Untuk mengurangi terjadinya risiko kegagalan, Elena memutuskan untuk datang ke tempat konstruksi langsung. “Kenapa kau begitu yakin ada yang berusaha menggagalkan proyek mu?” tanya Vero.Tangan nya menyetir dengan mata yang fokus pada jalanan, sesekali ia menoleh pada Elena.Elena mennutup berkas di tangannya, menoleh sebentar pada Vero di sampingnnya. Tidak mungkin ia mengatakan kenyataan sebenarnya.“Ini proyek besar yang ku pegang langsung untuk pertama kali. Besar kemungkinan ada yang ingin menggagalkannya, bukan?”Vero nampak manggut-manggut, paham dengan maksud Elena. “Eh, itu adikmu kan?” seru Vero saat memarkirkan mobil.Mata Elena ikut memicing, dari postur tubuh memang mengarah pada Azalea. “Kita ikuti dari kejauhan,” ucap Elena tanpa basa-basi langsung turun dari mobil.Terlihat Az
“Untuk apa dia kemari?”“Saya tidak tahu, tuan. Tetapi, melihat dari ekspresi nyonya Elena, sepertinya nyonya sedang marah,” Jeff menjelaskan apa yang dilihatnya.Arion mengangguk. “Baiklah, aku menunggu di ruangan ku. Kau antarkan dia,” ucap Arion sebelum meninggalkan ruang rapat.Tidak, Arion terlalu gengsi untuk menghampiri Elena secara langsung. Ia akan menunggu di ruangannya dan seakan tak peduli dengan kedatangan Elena.“Baik, tuan,” balas Jeff sebelum pergi.Azalea yang mendengar kedatangan Elena merasa ini adalah kesempatan bagus untuknya. “Ini kesempatan untuku. Elena akan berpikir suaminya sangat dekat dengan ku,”Senyum licik terukir di wajahnya, Azalea menyiapkan kopi untuk Arion. Ia sudah membayangkan Elena tidak akan peduli, karena Elena mencintai Lucas. Maka ia akan memberikan Arion untuknya dengan sukarela. Azalea tersenyum bangga memikirkan rencana jahatnya.“Masuk!” seru Arion ketika mendengar pintu diketuk.Arion pikir itu adalah Elena. Tapi, saat ia melihat ternya
Kedua rahang Arion mengeras, membuat urat-urat di lehernya tampak jelas, “Elena, jaga ucapan mu!” geram Arion.Elena menatap remeh Arion, “Aku butuh penjelasan mu, bisa kau pahami ucapan ku?” tantang Elena.Arion tetap bersikap tenang, dirinya tidak boleh sampai tersulut emosi, “Apa yang kau lihat sehingga kau berpikir aku dan adikmu yang melakukan semua ini?” tanya Arion.Elena sedikit malas menjawab pertanyaan Arion. Padahal sudah jelas ada bukti nyata di depan mereka, “ Sebelum datang kesini aku pergi ke tempat konstruksi,” balasnya kemudian.Arion mendengarkan denngan tenang, “ Lalu?”“ Ketika aku tiba di sana, Azalea baru saja tiba dan dari kejauhan aku memperhatikan apa yang dia lakukan,” sambung Elena dan menceritakan apa yang ia lihat sebelum datang kesini.Sebenarnya Arion sudah mengira bahwa ini akan terjadi. Mengingat bagaimana Azalea begitu membenci Elena, dan kenapa ia membiarkan Azalea berada disisinya?Tentu, jawabannnya agar Arion dengan mudah memperhatikan gerak-gerik
"Aku harap aku bisa selalu bersama mu, El," Arion mencium kening Elena dengan lembut. Tersenyum menatap sang istri yang begitu terlelap.Namun, tiba-tiba Arion merasakan nyeri di bagian dada sebelah kiri, ia buru-buru keluar dan meraih telepon untuk menghubungi Jeff."Akh!" rintih Arion.Tangannya berpegangan pada dinding, mencoba menahan sakit sambil menekan tombol panggilan.Untungnya panggilan langsung tersambung, "Halo, Tuan," sapa Jeff di sebrang sana."Cepatlah datang kemari," perintah Arion.Suaranya terdengar bergetar, keringat sebesar biji jagung itu sudah membanjiri pundak. Dirinya bahkan sudah tidak bisa menopang beban tubuh hingga terjatuh."Tuan, saya akan segera kesana!" pekik Jeff.Jeff tahu bagaimana keadaan tuannya, sebab hal ini sudah terjadi berkali-kali sebelumnya.Sementara itu, Arion yang sudah tidak tahan kini terkapar tak sadarkan diri. Pria itu berada dibawah tangga dan untungnya kebetulan ada Bu Rah."Astaga, Tuan!" Bu Rah langsung menghampiri dan meminta b
Sore harinya, Noah memutuskan untuk mendatangi kantor Arion. Ia berniat ingin mengejutkan pasien kesayangannya. Namun, yang ia temui pada akhirnya hanyal Jeff seorang.Jeff yang melihat kehadiran Noah tentu bingung. Sementara pria yang usianya lebih muda darinya itu duduk santai tanpa merasa bahw kehadirannya mengganggu, “Apa yang kau lakukan di sini? Apakah tuan meminta mu datang?” tanya Jeff.Noah menggelengkan kepala santai, “Aku pindah tugas di kota ini, mungkin mulai sekarang kau akan sering bertemu dengan ku,” jawab Noah bangga.Jeff mendengus pelan, “Pulanglah, kau mengganggu pekerjaan ku,” usir Jeff secara terang-terangan.Noah menganga tidak percaya, pria lajang yang hampir berkepala empat itu mengusirnya secara terang-teraangan, “Kau mengusirku? Bahkan kau tidak memberiku minum,” rengut Noah kesal.“Minumlah di rumah, aku tidak ada waktu untuk meladeni mu. Urusan ku dengan mu hanya tentang kesehatan tuan,” ucap Jeff tak peduli.Jeff bahkan tak melihat Noah saat berbicara de
"Kau mengenal pria bernama Noah?" "Noah?" Lucas tampak berpikir, mengingat nama yang terdengar tidak asing di pendengarannya."Dia adalah putra dari dokter pribadi Arion, jika aku tidak salah ingat," seru Lucas setelah mengingat pernah mendengar nama tersebut."Sekarang dia dokter pribadi Arion," balas Azalea.Kening Lucas berkerut saat mendengar Azalea mengatakan hal itu, "Maksud mu?""Iya, sebelum kau tiba pria bernama Noah itu menghampiri ku," jawab Azalea menjawab kebingungan Lucas."Dia menganggap ku sebagai Elena, dan--" sengaja ia menggantungkan ucapannya, sambil menatap pada Lucas."Kau mengaku sebagai Elena?" tebak Lucas yang mendapatkan anggukan kepala Azalea."Bodoh! Bagaimana bisa kau lakukan itu? Jika Arion tahu rencana kita akan gagal!" pekik Lucas karena Azalea melakukan tindakan di luar rencana mereka.Azalea sedikit terkejut, "Apa maksud mu, seharusnya kau merasa bangga aku melakukan itu," kesal Azalea.Ia pikir Lucas akan senang karena ia bertindak demikian, tapi t
"Elena!" "Elena? Apa Elena ada disini?" batin Azalea.Wanita muda bermata coklat itu tak langsung melangkah masuk saat mendengar nama sang kakak disebutkan.Derap langkah yang semakin mendekat seirama dengan jantungnya yang berdegup kencang."Elena, kau Elena kan?" tanya seorang pria yang sama sekali tak Azalea kenal.Azalea berpikir sejenak, ia menoleh serta menelisik wajah pria yang tengah berdiri dihadapannya ini sebelum menjawab, "Iya, aku Elena,"Mengingat bagaimana Tuan dan Nyonya Mauren yang tidak menunjukkan Elena maupun Azalea pada publik, membuat orang-orang tak banyak yang tahu wajah dua wanita bersaudara itu."Emh, maaf. Kau sendiri siapa?" tanya Azalea yang mengakui dirinya sebagai sang kakak, Elena."Ah, Maaf. Sebelum itu perkenalkan aku Noah, dokter pribadi Arion," ucap Noah sedikit canggung.Pria berwajah garang yang ramah itu mengulurkan tangan dan disambung hangat oleh Azalea yang ia anggap Elena."Dokter pribadi? Apa Arion mengidap suatu penyakit?" batin Azalea.Az
"Data apa ini?" tanya Arion setelah melihat banyaknya berkas yang Vero bawa.Sementara wanita lajang yang bernama Vero itu menahan napas melihat adegan yang terlalu romantis di depan matanya."Teganya mereka melakukan ini di hadapan ku, bukankah bisa dilakukan dikamar saja," batin Vero kembali menjerit.Setiap detik dan menit yang berlalu begitu membunuhnya, Vero akui mereka memang pasangan baru yang masih romantis romantis nya tapi tidak sampai pangku-pangkuan di depannya juga."Aku perlu mengetahui hal-hal tentang perusahaan selama beberapa tahun ini," jawab Elena.Arion mengangguk paham, tapi ia kembali bertanya, "Untuk apa? Bukankah kau hanya Direktur Operasional?" "Arion, aku memang direktur operasional. Tapi, sebagai pewaris berikutnya tentu aku harus tahu semua ini," balas Elena lembut.Yang bernapas lega bukan Arion, melainkan Vero yang sedari tadi berperang dengan batinnya sendiri."Ah, dia masih menyebut nama. Tidak sampai tahap menyebut dengan kata sweet atau sejenisnya,"
“Aku mohon, Arion. Hanya kau yang bisa membantu kami,” mohon Tuan Miller saat itu.Arion memandang datar pria yang usianya sudah tak muda lagi, sebentar lagi pria itu akan menjadi mertuanya karena ayah dari Elena calon istrinya.“Apa jaminan yang akan kau berikan jika aku membantu mu?” tanya Arion.Setiap ucapan yang keluar dari mulut Arion penuh penekanan, pria itu tak memandang siapa lawan bicaranya saat ini. Ia tetap tegas seperti biasanya.“Aku akan mempercepat kenaikan jabatan Elena sesuai permintaan mu,” jawab Tuan Miller.Walaupun Elena pewaris satu-satunya, tapi melihat adanya Azalea membuat Arion merasa posisi Elena akan terancam. Maka dari itu, ia sering menanyakan kapan grup Mauren akan menjadi milik Elena seutuhnya.“Apa aku bisa mempercayai ucapan mu?” tanya Arion lagi.Terdengar jelas nada ragu dari setiap kata yang keluar dari mulut Arion, tapi kembali Tuan Miller meyakinkan.“Aku janji, setelah pernikahan kalian. Elena akan segera memegang grup Mauren sepenuhnya,” bala
"Kau cemburu?"Arion menatap lekat wajah sang istri yang terlihat begitu kesal."Iya!" balas singkat Elena.Arion terkekeh, merasa lucu melihat wajah cemburu Elena. Ia menghampiri Elena yang sudah duduk dan mulai menyalakan layar monitor di depannya."Kau cemburu pada wanita tadi?" tanya Arion.Pria berahang tegas itu menarik kursi yang Elena duduki dan memutar kursi tersebut hingga menghadapnya.Elena memutar bola matanya malas, "Iya, suamiku. Ku harap kau menjauh dari parasit itu," ucap Elena yang menekan setiap kata, bahkan ia mengatakan parasit bagi wanita yang membuat dirinya kesal.Alis Arion terangkat, "Bagaimana dengan asisten mu? Apa dia bukan wanita?" ejek Arion.Elena memalingkan wajahnya, baru menyadari bahwa asistennya sendiri Vero juga wanita."Tatap aku," Saat kembali berbalik, wajah Arion sudah berada di depannya. Bahkan hidung mereka saling beradu saking dekatnya jarak diantara keduanya.Arion memiringkan kepala, membuat dua benda kenyal itu saling menempel dan membu
"Azalea?" Arion mengernyit heran mendengar cerita sang istri, bagaimana mungkin Azalea ikut andil besar dalam pembagian kekuasaan itu."Iya, Mama mengatakan jika aku menjabat sebagai Presdir setidaknya Azalea harus memiliki nama juga atas perusahaan Mauren," tutur Elena.Jujur, dalam hati Elena juga merasa kesal dan dongkol. Semua orang tahu Azalea bukan bagian dari keluarga Mauren, wanita itu hanya keponakan ibunya yang dianggap sebagai keluarga dekat."Lalu, apa jawaban Papa?" "Papa akan mempertimbangkan jika Azalea sudah bergabung di grup Mauren,"Arion menghentikan mobil saat mereka ternyata sudah sampai di parkiran, "Jadi ini alasan mu agar memintanya bekerja bersama mu?"Elena melipat bibirnya, menatap Arion dengan kedua alis terangkat "Iya," balasnya singkat.Tentu Elena takkan mengatakan rencana sebenarnya. Ia akan melakukan pembalasan dengan pelan dan halus yang akan mengubur Azalea pelan-pelan."Ayo turun," Elena turun terlebih dahulu.Disusul Arion yang ikut turun juga, m
"Bibi, kau bisa ikut dengan ku untuk ke kantor," ucap Lucas tiba-tiba.Meja makan yang awalnya biasa saja menjadi mulai terasa berbeda saat keponakan sialan mereka itu berbicara."Arah kantor ku dan kantor mu satu arah bukan?" lanjutnya lagi.Elena menghela napas, semakin tidak tahu diri saja manusia dihadapkan nya ini. Ia melirik sang suami yang nampak santai dan tak ada beban.Berbeda dengan dirinya yang penuh dengan drama, "Terimakasih atas tawaran mu, aku bisa bersama suami ku," jawab Elena pada akhirnya.Elena paham kenapa suaminya ini tiba-tiba mengambil cuti, sepertinya pria itu sudah memprediksi akan terjadi hal ini. Mengingat mobil Elena yang masih dalam perbaikan, padahal mobil mereka banyak.Mendengar jawaban tersebut, Lucas menoleh pada sang paman, "Oh bukankah kantor kalian tidak satu arah?" sinis Lucas.Rasanya Arion ingin melayangkan tinju terbaiknya pada pria bernama Lucas ini. Sepertinya pria itu masih belum puas dengan peringatan yang sering Arion berikan."Lalu, apa