“Oke, aku setuju,”Elena menyepakati untuk kenaikan jabatan nya. Ia tidak ingin hal tersebut terus di undur dan semakin memberikan celah untuk Azalea.Elena melirik jam tangan mewah miliknya, “Sudah malam, aku harus segera pulang,” ucap Elena.“Baiklah, hati-hati di jalan, El, “ balas kedua orang tuanya.“Hati-hati di jalan, Kak,” seru Azalea sambil melambaikan tangan.Elena menanggapi dengan senyuman, beranjak pergi dari ruangan yang berisi keluarga nya. Keluarga yang mulai terasa asing bagi Elena.“Kemana orang tuaku yang dulu,” gumam Elena.Setelah banyak hal yang Elena lalui, matanya semakin terbuka dan memberikan kenyataan pahit untuk nya.Elena berjalan sendirian di koridor restoran tersebut, ia merasa sedikit bingung karena sepanjang jalan sepi dan tak nampak seorang pun di sana.“Dimana para penjaga?” batin Elena.Koridor dengan lantai kaca itu menghasilkan suara klotak dari langkah kaki Elena, tapi dirinya merasa ada yang memperhatikan sejak ia keluar ruangan.“Aih, kenapa pu
"Hagh! Hagh! Hagh!"Napas Elena terengah-engah, tangan nya mulai terasa dingin dengan keringat yang mulai menetes membasahi dahi dan pelipisnya.Elena kini terpojok, tak ada jalan lagi untuk dirinya berlari sementara seorang di depannya semakin mendekat."Mundur! Atau kau tau akibatnya," seru Elena.Seorang itu tersenyum di balik masker hitamnya, "Kau sudah tak bisa lari, semua penjaga disini sudah ku singkirkan!" seru seorang tersebut.Elena menggeleng cepat dan menutup matanya saat seorang tersebut hendak meraih tangannya.Dugh!"Apa mau mu, Hah!" seru seseorang yang sangat familier di telinga Elena."Vero!"Di depan Elena jelas berdiri Vero yang entah muncul darimana dan memukuli seorang tersebut dengan berani dari belakang menggunakan heels tajam miliknya."Kau! Berani-beraninya mengganggu boss kesayangan ku!" cecar Vero sambil terus memukuli dengan kuat.Saat seorang itu hendak melakukan perlawanan, dengan sengaja Vero menginjak bagian pusaka milik seorang itu. Karena tubuhnya ya
"Jawab!"Glek!Vero menelan ludah berkali-kali dan melirik pada Elena yang sudah menjauh darinya."Aku hanya makan malam biasa sendiri," jawab Vero."Kenapa kau bertanya seperti itu padaku," sambungnya lagi yang masih merasa gugup."Pria tua mana yang mendekati mu?" tanya Elena dengan pertanyaan yang begitu menohok.Vero melebarkan matanya dengan mulut terbuka, "Apa? Apa maksud mu pria tua!" seru Vero yang tidak terima dengan ejekan yang dilontarkan oleh Elena."Kau pikir pria muda mana yang mau dengan perawan tua seperti mu," sindir Elena dengan kejam.Setelah semua yang terjadi bukannya berterima kasih atas pertolongan Vero, Elena justru malah mencecar wanita lajang itu dengan berbagai cemoohan.Vero terdengar pura-pura sedih dan menangis mendengar ucapan kejam Elena, "teganya kau ini,"Elena memutar bola mata malas, "Kau bahkan seusia dengan suamiku, jadi itu menurut mu kurang tua untuk seorang wanita!"Jleb!Kembali kata-kata menohok keluar dari mulut Elena, "Ya baiklah terserah k
“Jeff, Maafkan aku. Karena aku kau sampai terluka seperti ini,” ucap sendu Elena.“Tidak apa-apa, Nyonya. Saya baik-baik saja,” jawab Jeff.Pria itu tak sadarkan diri hanya sebentar saja sebab akibat dari pukulan yang cukup keras di punggung nya. Akan tetapi, kini ia sudah sadar kembali dan darah di hidungnya sudah berhenti menetes.“Ini sudah malam, Nyonya. Mari saya antarkan pulang,” seru Jeff.“Tidak perlu, aku akan pulang bersama Vero. Kau pulanglah ke apartemen mu, dan beristirahat,” tolak Elena cepat.“Tapi, Nyonya,”“Aku semakin merasa bersalah jika kau tak mendengarkan ku,” Jeff menghela napas dan akhirnya mengikuti perintah sang Nyonya.Sementara itu, di luar Vero tidak menunggu Elena yang sedang berbicara dengan Jeff. Wanita lajang itu menelusuri rumah sakit dimana terakhir ia melihat keberadaan Arion.“Aku yakin itu dia, walaupun aku hanya beberapa kali bertemu tapi aku yakin dengan penglihatan ku,” gumam Vero.Wanita itu mengintip satu persatu ruang rawat inap yang ada di
Selama Arion di rumah sakit, tanpa semua orang ketahui Azalea sering berkeliaran di sekitar rumah sakit tentu memiliki tujuan tertentu.Noah tak sengaja melihat Azalea yang ia kenal sebagai Elena di mall yang tak jauh dari rumah sakit, kebetulan pria itu sedang mencari sesuatu."Elena!" seru Noah yang menghampiri Azalea.Dan inilah tujuan Azalea salah satunya, "Hay, Noah. Kita bertemu lagi," balas Azalea."Sedang apa kau di sini?" sambungnya lagi."Aku sedang mencari sesuatu, kau sendiri?" "Ah, aku sedang berjalan-jalan menikmati akhir pekan," balas Azalea dengan senyuman indah di wajahnya."Waw, kau berbelanja sendiri," sahut Noah yang melihat begitu banyak barang bawaan Azalea."Iya, selagi Arion tidak di samping ku. Aku ingin bebas berbelanja," ucap Azalea dengan diselipi tawa dalam ucapannya.Ada rasa tak suka dalam diri Noah melihat wanita di depannya, dan itu memang tujuan Azalea yang sebenarnya.Noah tersenyum, "Baiklah hati-hati, aku duluan," ucap Noah sebelum meninggal Azale
Noah memandang ke luar jendela yang langsung mengarah menampakkan pemandangan jalan kota dengan padatnya kendaraan.Tangan Noah terlipat di depan dada sambil menunggu Arion yang sedang bertelepon dengan Elena.Mendengar suara Elena membuat Noah muak, "Cih, dia berpura-pura rindu pada Arion. Padahal baru tadi aku melihatnya bersama pria lain," batin Noah.Rasa benci mulai terkumpul di hati Noah untuk Elena. Ia bertekad akan memisahkan Arion dari Elena, dalam pandangan Noah Elena bukan wanita baik.Melainkan wanita yang penuh dengan tipu muslihat, "Dia benar-benar pandai berakting," batin Noah yang mendengar isak tangis Elena."Kapan aku bisa pulang?" tanya Arion pada Noah yang berdiri tak jauh darinya berada.Noah menoleh, berjalan menghampiri Arion dan duduk bersebrangan, "Hari ini juga kau boleh pulang," jawab Noah."Setelah ku pastikan kau benar-benar pulih," sambung Noah yang membuat Arion mendengus."Kau semakin aneh sejak pulang dari mall," ucap Arion sambil berlalu meninggalkan
“Elena? Apa dia adalah Elena kekasih kakak dulu?” Saat Lucas hendak pergi dari kediaman sang kakek, Lovi menghentikan langkah pria tampan berotak licik itu.Lucas mengangguk mantap, membuat Lovi langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya.Lovi menatap tak percaya pada Lucas, “Kau serius, Kak?” tanya Lovi masih tidak percaya.“Untuk apa aku membohongimu?”Lovi masih meyakinkan kepala tidak percaya, hubungan Lovi dan Lucas memang cukup dekat dan pria itu sering banyak bercerita padanya.Sebelumnya Lucas pernah mengatakan bahwa ia memiliki seorang kekasih bernama Elena di Lovi, tapi pria itu tidak menunjukkan sama sekali wajah Elena seperti apa atau mengajak Lovi bertemu dengan Elena.“Lalu, bagaimana dia bisa menjadi bibi kita?” Lucas memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana, menyandarkan punggung pada body mobil, “Kau tau sifat wanita kan?”“Dia menggoda paman Arion?” tebakan Lovi dan diangguki oleh Lucas.Lovi yang catatannya memang membenci Elena karena ia yang mencinta
"Paman Arion!"Lovi merentangkan tangan nya melihat Arion yang berlari ke arah nya, ia begitu senang saat melihat Arion.Arion berlari dengan bunga dan sebuah kotak kecil berisi kue, ia tersenyum senang saat melihat Elena."Aku merindukan mu," ucap Arion.Arion memeluk erat tubuh kecil sang istri, Elena membalas pelukan hangat itu. Pelukan rindu yang terasa menggebu itu akhirnya tersalurkan juga."Aku juga merindukan mu,"Lovi yang melihat itu mengepalkan tangan, ia tidak tahu bahwa Elena berdiri tak jauh di belakang dirinya.Elena tersenyum saat melihat Lovi yang menahan amarah, "Dimana Papa?" tanya Arion yang menyadarkan Elena."Papa sedang keluar, mungkin sebentar lagi akan pulang," jawab Elena."Wah, mawar putih. Darimana kau tahu ini bunga yang ku sukai?" Elena begitu senang saat Arion memberikan hal-hal kecil seperti bunga, pria itu benar-benar tahu cara memanjakan seorang wanita."Tentu, aku tahu apa yang gadisku sukai," sahut Arion.Pria berahang tegas dengan wajah kaku itu la
“Dasar Elena, ternyata di sini dia menyimpannya,”Vero menemukan berkas yang ia cari sebelumnya di meja yang masih ada di ruangan Elena, setelah menuliskan data yang ia perlukan Vero segera menelepon Elena untuk memberikan kabar.Saat mendapatkan telepon dari Vero yang mengatakan bahwa ia sudah menemukan berkas itu, Elena merasa lega dan kembali menutup telepon.“Sudah ada?” tanya Arion, dan Elena mengangguk sebagai jawaban.Baru Elena akan bertanya lebih lanjut mengenai surat-surat rumah sakit yang ia temukan, Arion menyela ucapan Elena, “Aku harus kembali ke kantor, sekarang ada rapat penting,” pamit Arion.Sebelum pergi, ia tak lupa mengecup kening sang istri dan tersenyum, “Baiklah, hati-hati,” seru Elena sebelum Arion pergi.Setelah Arion pergi, Elena mencari keberadaan Bu Rah untuk menanyakan tentang surat rumah sakit itu. Elena yakin ada yang Arion sembunyikan dan membuat hatinya ada yang mengganjal, surat sebanyak itu tidak mungkin semuanya milik Jeff.Dan, untuk apa Jeff meny
Jeff dan Noah bernapas lega saat Arion membawa Elena menjauh dari sana, setelah beberapa saat mereka baru menyadari posisi mereka yang bisa saja membuat orang lain salah paham.Noah segera menjauh dari Jeff, dan pria itu segera membenarkan kembali pakaiannya yang terbuka, “Pulanglah, nanti aku akan mengantar Tuan ke rumah sakit, “ ucap Jeff sambil memalingkan wajahnya.Noah mengangguk dan keluar dari mobil menuju mobilnya sendiri, “Baiklah, aku pulang dulu,” pamit Noah sebelum pergi.Setelah Noah pergi, Jeff memutuskan untuk kembali ke kantor. Ia yakin Arion akan lama jika sudah bersama Elena, maka dari itu ia akan kembali sendiri.Di ruang kerja Arion, adegan panas itu harus terhenti karena suara perut Elena yang minta untuk segera diisi, “Kau belum makan?” tanya Arion.Wajah Elena bersemu merah menahan malu, ia mengangguk pelan membuat Arion segera menggendongnya ala anak koala, “Arion, turunkan aku,” seru Elena yang malu.Apalagi saat bertemu dengan Bu Rah dan beberapa pelayan ia s
“Iya, iya maafkan aku,”Noah berucap pelan, baru saja Jeff mengomel padanya kini disusul Arion yang ikut melakukan hal yang sama. Ini memang kecerobohan dirinya, tapi ia malas mendengar ocehan dua orang itu.Setelah mendengar perkataan Arion yang cukup panjang, Noah barulah mulai memeriksa Arion. Bukan pemeriksaan berat, ini hanya pemeriksaan sederhana seperti mengecek tekanan darah dan irama jantung.“Lagi pula mana kutahu Elena ada di rumah,” gumam Noah yang masih menggerutu.Sementara dua orang di hadapannya ini nampak tak peduli dengan keluhan Noah, membuat pria itu hanya bisa mendengus membuang napas kesal.Setelah Arion pergi menyusul Noah, Elena baru ingat bahwa makanan yang ia beli belum sama sekali ia sentuh. Ia lekas pergi ke dapur untuk memakannya, sebelum Arion kembali.“Dimana makanan ku?” tanya Elena pada diri sendiri yang tidak melihat keberadaan makanan nya.Dari arah belakang, Bu Rah datang dengan kepala tertunduk. Saat Elena berbalik dan melihatnya, ia mengerutkan ke
“Jika bukan karena uang aku malas datang kesini,” gerutu Noah.Ya, itu hanya gerutuan semata saja. Dalam hati kecilnya, ia ingin sang sahabat segera sembuh dan terbebas dari penyakitnya.Noah turun dari mobilnya, ia baru saja memarkirkan mobilnya di parkiran kediaman Arion. Lengkap dengan peralatan medis di tangannya, Noah segera melangkah untuk masuk.Akan tetapi, langkah Noah terhenti saat melihat mobil Elena yang terparkir, “Apa Elena ada di rumah?” tanya Noah pada diri sendiri.Tapi, ia kembali teringat dengan Arion yang tidak ingin Elena tahu masalah penyakitnya, mana mungkin wanita itu ada di rumah. Noah berpikir mungkin Elena bekerja di antar supir dan tidak membawa mobil.Ia kembali melangkahkan masuk, dan saat masuk Bu Rah menyambutnya. Bu Rah yang sudah tahu akan kedatangan Noah segera mempersilahkan pria itu untuk duduk, tak lupa ia juga menyajikan minuman untuk tamu tuannya.Sementara itu, Elena baru saja berganti pakaian dan keluar dari kamar. Dari lantai dua ia bisa meli
Hari libur yang singkat itu telah berlalu, semua orang sudah disibukkan kembali dengan pekerjaan mereka. Begitu pula dengan Elena, sejak pagi ia sudah berkutat dengan layar di depannya dan menghadiri berbagai rapat.Saat ini ia tengah fokus dengan semua berkas yang perlu di tandatangani, namun fokusnya teralihkan saat ada seorang yang masuk.Wanita lajang yang hampir setiap hari berada di sisinya itu masuk dengan membawa laptop di tangannya, “El, berkas tentang ibumu itu kau ada menyimpan nya? Aku butuh untuk mencocokan dengan data ini, sebelumnya aku lupa membuat salinan,” seru Vero.Elena terdiam, mengingat-ingat sejenak sambil jari telunjuknya mengetuk-ngetuk meja, “ Aku lupa, sepertinya aku menyimpan di sini,” ucap Elena.Ia kemudian membuka satu persatu laci yang ada di sekitarnya, kiranya ia menyimpan berkas yang Vero cari. Akan tetapi nihil, sepertinya berkas itu tak ada di ruangan Elena.Vero ikut membantu mencarinya, setelah beberapa saat mereka masih belum menemukan tumpukan
“Kau darimana? Apa yang terjadi padamu,” tanya Azalea dengan khawatir saat melihat keadaan Lucas.Lucas datang ke taman tersebut tak sendirian, ia sudah tahu rencana Elena dan Arion yang akan jalan-jalan kesana. Hingga dengan sengaja ia mengajak Azalea untuk berjalan-jalan kesana.Azalea begitu khawatir saat melihat Lucas kembali dengan kesakitan dan memegangi perutnya, sebelumnya pria itu pergi untuk membelikan ice cream untuk Azalea.Lucas menghindar dan menggeleng saat Azalea akan memegang wajahnya yang lebam, “Aku baik-baik saja. Ayo kita pulang,” ucap Lucas yang berjalan ke arah parkiran.“Tapi, Lucas. Kita baru tiba,” ucap Azalea dengan lesu.Mereka baru saja tiba-tiba beberapa menit yang lalu, namun belum sempat menikmati bunga-bunga yang tengah bermekaran itu. Lucas sudah mengajaknya untuk kembali.Lucas mendengus kesal saat mendengar Azalea merengek, “Kau tidak melihat keadaan ku, Hagh! Pergilah sendiri,” ucap Lucas dengan kesal.Ia langsung masuk mobil dan meninggalkan Azale
“Lucas? Sedang apa kau disini?”Elena menatap tidak percaya, saat ini dirinya sedang menikmati liburan akhir pekan bersama suaminya, Arion. Keduanya berada di sebuah taman bunga tulip yang terkenal di kota.Dan, hal yang tidak ia sangka adalah bertemu dengan Lucas. Pria itu berdiri dengan berani tak jauh darinya, sementara Arion tengah membeli makanan untuk Elena. Bahkan suaminya itu rela untuk mengantri demi membawakan makanan yang ia inginkan.Lucas semakin mendekat dan berdiri tak jauh dari Elena berada, “Mungkin kita memang jodoh, terus saja dipertemukan,” ucap Lucas sambil menaiki turunkan alisnya.Elena mendengus kesal dan membuang muka ke sembarang arah. Akan tetapi ia kemudian tersenyum, inilah kesempatan lain yang akan ia gunakan untuk membalaskan dendam selama ini pada Lucas. Pelan-pelan saja, tidak perlu terburu-buru.Elena berbalik menatap Lucas sambil tersenyum, membuat pria itu mengerutkan keningnya, “Ah, iya kau benar. Kita sepertinya memang jodoh,” ucap Elena dan mende
Elena benar-benar di buat terkejut dengan pemandangan di depannya, ruangan yang biasanya tersimpan banyak berkas di meja kini sudah berubah seketika.Gorden menutupi kaca-kaca besar itu, ada sebuah meja dengan lilin aroma dan bunga yang menghiasinya. Elena masih berdiri mematung, “Arion, ini—““Ayo, kita makan siang bersama,” ucap Arion sambil mengulurkan tangannya.Suasananya begitu temaran, bahkan Elena hampir lupa bahwa ini masih siang hari. Elena membalas uluran tangan sang suami, dan berjalan bersama pria itu.Arion menarik kursi untuk Elena duduk, memperlakukan lembut wanita itu layaknya seorang ratu. Senyuman bahkan terus terukir di wajah kakunya.Setelah memastikan Elena merasa nyaman, ia duduk di kursi yang ada di sebrang Elena. Berhadapan dengan istrinya, Arion menggenggam tangan mungil Elena.Hal itu membuat Elena mendongak menatap heran ke arahnya, “Maafkan aku, untuk yang kemarin. Aku tidak berniat membohongi mu, tapi aku lupa memberitahu mu,” ucap Arion pelan.Elena terd
“Apa yang masih bekerja di kediaman Mauren sekarang tak ada yang mengenal wanita ini?” Elena menggeleng pelan, ia tidak yakin mereka masih mengenal wanita yang ia cari, “Aku tidak kenal dengan para pelayan di rumah. Pengasuh ku yang dulu sudah pergi entah kemana,” jawab Elena dengan lesu.Dua hari telah berlalu, Elena telah menyelesaikan tugasnya di kota Gotham. Dan, sekarang mereka sedang dalam perjalanan pulang.Baru Elena akan memejamkan mata, merasa kantuk mulai mendera. Padahal matahari masih begitu terik, akan tetapi ia sudah mengantuk. Ponsel Elena berdering, membuatnya urung untuk memejamkan mata, “Arion?” gumam Elena.“Halo, Sayang...” sapa Arion dengan manja di balik telepon.Elena terkekeh pelan mendengar suara Arion yang begitu manja, sementara Vero yang mendengar nya menunjukkan ekspresi mual membuat Elena memukul kepalanya pelan.“Iya, kenapa Sayang?” balas Elena.“Kau pulang hari ini kan?” tanya Arion.Elena mengerutkan kening, merasa tidak biasanya Arion bertanya dem