"Paman Arion!"Lovi merentangkan tangan nya melihat Arion yang berlari ke arah nya, ia begitu senang saat melihat Arion.Arion berlari dengan bunga dan sebuah kotak kecil berisi kue, ia tersenyum senang saat melihat Elena."Aku merindukan mu," ucap Arion.Arion memeluk erat tubuh kecil sang istri, Elena membalas pelukan hangat itu. Pelukan rindu yang terasa menggebu itu akhirnya tersalurkan juga."Aku juga merindukan mu,"Lovi yang melihat itu mengepalkan tangan, ia tidak tahu bahwa Elena berdiri tak jauh di belakang dirinya.Elena tersenyum saat melihat Lovi yang menahan amarah, "Dimana Papa?" tanya Arion yang menyadarkan Elena."Papa sedang keluar, mungkin sebentar lagi akan pulang," jawab Elena."Wah, mawar putih. Darimana kau tahu ini bunga yang ku sukai?" Elena begitu senang saat Arion memberikan hal-hal kecil seperti bunga, pria itu benar-benar tahu cara memanjakan seorang wanita."Tentu, aku tahu apa yang gadisku sukai," sahut Arion.Pria berahang tegas dengan wajah kaku itu la
“Argh! Apa saja yang mereka lakukan di sana!”Lovi mengacak rambut dengan kesal, sejak siang tadi Elena dan Arion tak keluar kamar hingga kini sudah hampir waktu makan malam tiba.“Kau ingin menginap disini?” tanya Arion.Beberapa saat yang lalu, Elena mengatakan tidak ingin pulang, “Aku ingin menginap di sini,” tutur Elena.Mendengar pertanyaan Arion, Elena mengangguk meyakinkan, “Iya, apa kau tidak merindukan Papa,” jawab Elena dengan manja.“Iya ya, baiklah. Aku turun lebih dulu,” sahut Arion.Sedikit aneh saat mendengar kata merindukan. Sebelum menikah dan masih satu atap dengan sang Ayah, Arion bahkan sangat jarang bertegur sapa. Mereka sibuk dengan kesibukan masing-masing.Saat Arion akan menarik kursi untuk duduk, ia baru menyadari kehadiran seseorang, “Lovi?”Lovi yang sedang ikut membantu menyiapkan makanan menoleh saat mendengar suara Arion, “Paman,” sahut Lovi.Gadis itu menghampiri dengan senang, ia berlari menghambur ke pelukan sang pama, “Paman aku merindukan mu,” seru L
"Arion? Kalian menginap?"Tuan Damian yang sedang menikmati secangkir kopi di pagi hari mengerutkan kening saat melihat Arion yang turun dengan pakaian yang sudah rapi.Arion mengangguk dan ikut duduk di samping sang ayah, "Iya, Pah. Semalam Elena meminta untuk menginap," jawab Arion."Pukul berapa papa pulang?" sambung Arion yang bertanya sebab tidak melihat sang ayah pulang semalam.Tuan Damian meletakan kembali cangkir kopi itu di tatakan, "Pukul sepuluh," jawab nya singkat.Pria yang sudah tak lagi muda itu menatap ke arah putra bungsunya dengan seksama, ada rasa khawatir yang terpancar jelas dalam pandangan nya."Kemana kau beberapa hari sebelumnya? Apa kau benar-benar pergi perjalanan bisnis?" tanya Tuan Damian yang membuat gerakan tangan Arion terhenti.Arion menyimpan sepotong roti di piring, menoleh sebentar pada sang ayah dan kembali melanjutkan kegiatan nya mengambil selai."Aku di rumah sakit, Pah," jawab Arion.Arion mulai memakan sarapan nya, menjeda sejenak ucapan sebel
Pagi yang cerah dengan sinar mentari yang menghangatkan menandakan semangat baru di pagi yang indah ini.Elena menatap Arion yang ada di sampingnya, "Ada yang kau sembunyikan dari ku?" tanya Elena mengintimidasi.Arion yang sedang fokus menyetir menoleh sebentar pada sang istri dan tersenyum, "Tidak ada, apa yang bisa ku sembunyikan dari mu," jawab Arion santai.Elena memiringkan posisi duduk, memicing menatap Arion, "Kau yakin?""Aku yakin, honey," seru Arion diakhiri dengan kecupan manis di dahi Elena. Mereka sudah tiba di depan gedung grup Mauren beberapa saat yang lalu."Baiklah aku masuk dulu, hati-hati di jalan," seru Elena, meninggalkan kecupan manis juga di bibir sang suami sebelum turun."Oke, nanti Jeff akan mengantar mobil mu,""Oke,"Elena menutup pintu mobil dan melambaikan tangan sebelum mobil Arion pergi. Setelah melihat mobil Arion pergi, Elena lekas berjalan masuk."Pagi Bu Elena!" sapa orang-orang yang melewati Elena.Elena membalas sapaan mereka dengan senyuman, ia
“Eh, apa Elena kembali gila seperti dulu?” batin Vero yang bertanya-tanya.Sebagai orang yang paling dekat dengan Elena, Vero tahu semua kegilaan wanita itu. Bahkan saat pertama kali Vero menjadi asisten Elena, wanita lajang itu merasa bos nya agak tidak waras apalagi jika menyangkut Azalea dan Lucas.Contohnya saat Elena yang mengatakan dengan terang-terangan padanya ia berhubungan dengan Lucas padahal sudah di jodohkan dengan Arion.“Kau berpacaran dengan Lucas?” tanya Vero tak percaya.Wanita yang usianya jauh lebih muda darinya ini memang masih labil, tapi tidak masuk akal bagi Vero yang sudah berpikiran dewasa.“El, Lucas itu keponakan tunangan mu. Apa kau bersungguh-sungguh?” tanya nya lagi masih tak percaya ketika itu.“Aku mencintai Lucas, Kak. Bagaimana aku bisa bersama Arion?” jawab polos Elena.Vero menepuk jidatnya, “Astaga, apa yang kau tahu soal cinta. Tinggalkan Lucas, tunangan mu Arion!” seru Vero yang berusaha menyadarkan Elena.Elena melipat kedua tangan di depan dad
“Lovi?” Elena merasa heran saat mendengar dari sekertaris nya bahwa gadis bernama Lovi ada di meja resepsionis saat ini.“Benar, Nona. Baru saja resepsionis menelpon dan ada gadis yang bernama Loviana ingin menemui anda,” ucap sang sekertaris.Elena tidak tahu maksud tujuan Lovi datang ke kantor, ia melirik arloji yang melingkar di tangannya, “Sebentar lagi waktu makan siang,” gumam Elena.Elena kembali menatap sekertaris nya, ia memerintahkan sekertaris nya agar menjemput Lovi, “Kau turun dan jemput dia kemari,” ucap Elena.Sekertaris itu mengangguk sopan sebelum keluar, “Baik, Nona,”Sang sekertaris turun untuk menjemput Lovi, saat bertemu dengan gadis itu ia mengajak nya untuk naik ke lantai atas, “Mari, Nona. Ikuti saya,”Lovi mengangguk dan mengikuti sekertaris itu, saat tiba di sana ia dipersilahkan masuk.“Waw, bibi Elena ternyata benar-benar wanita karir,” batin Lovi yang menatap kagum pada Elena.Elena yang menyadari kehadiran Lovi segera menyambut dan mempersilahkan duduk,
Bab 76"Boleh, selama liburan ini kau boleh belajar dariku. Tapi--,"Elena mengiyakan saat Lovi meminta dirinya untuk mengajari hal-hal yang ada di perusahaan. Ia tidak keberatan, karena gadis itu hanya harus memperhatikan dirinya sendiri.Tok! Tok! Tok!Baru pintu tersebut di ketuk, Vero sudah masuk tanpa menunggu perintah Elena untuk masuk, "Nona, ada yang perlu saya bicarakan!" seru Vero.Suaranya terdengar tegas dan penuh dengan penekanan, Vero menunjukkan wajah yang begitu serius.Elena menghampiri Vero dan sedikit menjauh dari Lovi, "Ada apa?"“Pria yang saat itu kabur, sepertinya di antara kita ada bagian dari adikmu atau Lucas,” ucap Vero dengan serius.Elena tampak berpikir sejenak, sebelum kembali melanjutkan ucapannya, "Baiklah, kita kesampingkan dulu masalah itu. Bagaimana dengan penelusuranmu tentang ibuku?" tanya Elena.Raut wajah wanita muda itu tampak serius, “Ibumu,”Suara Vero terdengar tertahan, wanita lajang itu mengutarakan dengan mengulangi yang sulit di artikan,
"Elena, aku pulang sayang!" teriak Arion.Wajah pria berahang tegas itu nampak sumringah dengan senyuman yang tak hilang dalam ekspresi nya.Bu Rah yang mendengar teriakan majikannya segera datang menghampiri."Maaf, Tuan. Nyonya tidak di rumah," seru Bu Rah.Wanita tua itu menundukkan kepala nya di hadapan Arion, ia sudah menduga apa yang akan Arion lakukan dan membuat dirinya ketakutan."Apa maksud mu?" ucap Arion mengintimidasi.Kini wajah pria itu kembali seperti semula, tatapan nya tajam menuntut jawaban dari kepala pelayan yang berdiri di hadapannya."Tadi siang Nyonya pulang, Tuan. Akan tetapi, beberapa saat kemudian Nyonya pergi lagi," ucap Bu Rah pelan."Sialan!" umpat Arion.Ia kembali meraih jas dan kunci mobil nya, belum sempat dirinya duduk Arion kembali pergi, "Kabari aku jika istri ku pulang!" seru Arion sebelum pergi."Baik, Tuan,"Di tengah jalanan kota yang gelap oleh malam Arion terus berkendara di antara keramaian lalu lalang kendaraan yang menerangi jalanan.Tujua
“Dasar Elena, ternyata di sini dia menyimpannya,”Vero menemukan berkas yang ia cari sebelumnya di meja yang masih ada di ruangan Elena, setelah menuliskan data yang ia perlukan Vero segera menelepon Elena untuk memberikan kabar.Saat mendapatkan telepon dari Vero yang mengatakan bahwa ia sudah menemukan berkas itu, Elena merasa lega dan kembali menutup telepon.“Sudah ada?” tanya Arion, dan Elena mengangguk sebagai jawaban.Baru Elena akan bertanya lebih lanjut mengenai surat-surat rumah sakit yang ia temukan, Arion menyela ucapan Elena, “Aku harus kembali ke kantor, sekarang ada rapat penting,” pamit Arion.Sebelum pergi, ia tak lupa mengecup kening sang istri dan tersenyum, “Baiklah, hati-hati,” seru Elena sebelum Arion pergi.Setelah Arion pergi, Elena mencari keberadaan Bu Rah untuk menanyakan tentang surat rumah sakit itu. Elena yakin ada yang Arion sembunyikan dan membuat hatinya ada yang mengganjal, surat sebanyak itu tidak mungkin semuanya milik Jeff.Dan, untuk apa Jeff meny
Jeff dan Noah bernapas lega saat Arion membawa Elena menjauh dari sana, setelah beberapa saat mereka baru menyadari posisi mereka yang bisa saja membuat orang lain salah paham.Noah segera menjauh dari Jeff, dan pria itu segera membenarkan kembali pakaiannya yang terbuka, “Pulanglah, nanti aku akan mengantar Tuan ke rumah sakit, “ ucap Jeff sambil memalingkan wajahnya.Noah mengangguk dan keluar dari mobil menuju mobilnya sendiri, “Baiklah, aku pulang dulu,” pamit Noah sebelum pergi.Setelah Noah pergi, Jeff memutuskan untuk kembali ke kantor. Ia yakin Arion akan lama jika sudah bersama Elena, maka dari itu ia akan kembali sendiri.Di ruang kerja Arion, adegan panas itu harus terhenti karena suara perut Elena yang minta untuk segera diisi, “Kau belum makan?” tanya Arion.Wajah Elena bersemu merah menahan malu, ia mengangguk pelan membuat Arion segera menggendongnya ala anak koala, “Arion, turunkan aku,” seru Elena yang malu.Apalagi saat bertemu dengan Bu Rah dan beberapa pelayan ia s
“Iya, iya maafkan aku,”Noah berucap pelan, baru saja Jeff mengomel padanya kini disusul Arion yang ikut melakukan hal yang sama. Ini memang kecerobohan dirinya, tapi ia malas mendengar ocehan dua orang itu.Setelah mendengar perkataan Arion yang cukup panjang, Noah barulah mulai memeriksa Arion. Bukan pemeriksaan berat, ini hanya pemeriksaan sederhana seperti mengecek tekanan darah dan irama jantung.“Lagi pula mana kutahu Elena ada di rumah,” gumam Noah yang masih menggerutu.Sementara dua orang di hadapannya ini nampak tak peduli dengan keluhan Noah, membuat pria itu hanya bisa mendengus membuang napas kesal.Setelah Arion pergi menyusul Noah, Elena baru ingat bahwa makanan yang ia beli belum sama sekali ia sentuh. Ia lekas pergi ke dapur untuk memakannya, sebelum Arion kembali.“Dimana makanan ku?” tanya Elena pada diri sendiri yang tidak melihat keberadaan makanan nya.Dari arah belakang, Bu Rah datang dengan kepala tertunduk. Saat Elena berbalik dan melihatnya, ia mengerutkan ke
“Jika bukan karena uang aku malas datang kesini,” gerutu Noah.Ya, itu hanya gerutuan semata saja. Dalam hati kecilnya, ia ingin sang sahabat segera sembuh dan terbebas dari penyakitnya.Noah turun dari mobilnya, ia baru saja memarkirkan mobilnya di parkiran kediaman Arion. Lengkap dengan peralatan medis di tangannya, Noah segera melangkah untuk masuk.Akan tetapi, langkah Noah terhenti saat melihat mobil Elena yang terparkir, “Apa Elena ada di rumah?” tanya Noah pada diri sendiri.Tapi, ia kembali teringat dengan Arion yang tidak ingin Elena tahu masalah penyakitnya, mana mungkin wanita itu ada di rumah. Noah berpikir mungkin Elena bekerja di antar supir dan tidak membawa mobil.Ia kembali melangkahkan masuk, dan saat masuk Bu Rah menyambutnya. Bu Rah yang sudah tahu akan kedatangan Noah segera mempersilahkan pria itu untuk duduk, tak lupa ia juga menyajikan minuman untuk tamu tuannya.Sementara itu, Elena baru saja berganti pakaian dan keluar dari kamar. Dari lantai dua ia bisa meli
Hari libur yang singkat itu telah berlalu, semua orang sudah disibukkan kembali dengan pekerjaan mereka. Begitu pula dengan Elena, sejak pagi ia sudah berkutat dengan layar di depannya dan menghadiri berbagai rapat.Saat ini ia tengah fokus dengan semua berkas yang perlu di tandatangani, namun fokusnya teralihkan saat ada seorang yang masuk.Wanita lajang yang hampir setiap hari berada di sisinya itu masuk dengan membawa laptop di tangannya, “El, berkas tentang ibumu itu kau ada menyimpan nya? Aku butuh untuk mencocokan dengan data ini, sebelumnya aku lupa membuat salinan,” seru Vero.Elena terdiam, mengingat-ingat sejenak sambil jari telunjuknya mengetuk-ngetuk meja, “ Aku lupa, sepertinya aku menyimpan di sini,” ucap Elena.Ia kemudian membuka satu persatu laci yang ada di sekitarnya, kiranya ia menyimpan berkas yang Vero cari. Akan tetapi nihil, sepertinya berkas itu tak ada di ruangan Elena.Vero ikut membantu mencarinya, setelah beberapa saat mereka masih belum menemukan tumpukan
“Kau darimana? Apa yang terjadi padamu,” tanya Azalea dengan khawatir saat melihat keadaan Lucas.Lucas datang ke taman tersebut tak sendirian, ia sudah tahu rencana Elena dan Arion yang akan jalan-jalan kesana. Hingga dengan sengaja ia mengajak Azalea untuk berjalan-jalan kesana.Azalea begitu khawatir saat melihat Lucas kembali dengan kesakitan dan memegangi perutnya, sebelumnya pria itu pergi untuk membelikan ice cream untuk Azalea.Lucas menghindar dan menggeleng saat Azalea akan memegang wajahnya yang lebam, “Aku baik-baik saja. Ayo kita pulang,” ucap Lucas yang berjalan ke arah parkiran.“Tapi, Lucas. Kita baru tiba,” ucap Azalea dengan lesu.Mereka baru saja tiba-tiba beberapa menit yang lalu, namun belum sempat menikmati bunga-bunga yang tengah bermekaran itu. Lucas sudah mengajaknya untuk kembali.Lucas mendengus kesal saat mendengar Azalea merengek, “Kau tidak melihat keadaan ku, Hagh! Pergilah sendiri,” ucap Lucas dengan kesal.Ia langsung masuk mobil dan meninggalkan Azale
“Lucas? Sedang apa kau disini?”Elena menatap tidak percaya, saat ini dirinya sedang menikmati liburan akhir pekan bersama suaminya, Arion. Keduanya berada di sebuah taman bunga tulip yang terkenal di kota.Dan, hal yang tidak ia sangka adalah bertemu dengan Lucas. Pria itu berdiri dengan berani tak jauh darinya, sementara Arion tengah membeli makanan untuk Elena. Bahkan suaminya itu rela untuk mengantri demi membawakan makanan yang ia inginkan.Lucas semakin mendekat dan berdiri tak jauh dari Elena berada, “Mungkin kita memang jodoh, terus saja dipertemukan,” ucap Lucas sambil menaiki turunkan alisnya.Elena mendengus kesal dan membuang muka ke sembarang arah. Akan tetapi ia kemudian tersenyum, inilah kesempatan lain yang akan ia gunakan untuk membalaskan dendam selama ini pada Lucas. Pelan-pelan saja, tidak perlu terburu-buru.Elena berbalik menatap Lucas sambil tersenyum, membuat pria itu mengerutkan keningnya, “Ah, iya kau benar. Kita sepertinya memang jodoh,” ucap Elena dan mende
Elena benar-benar di buat terkejut dengan pemandangan di depannya, ruangan yang biasanya tersimpan banyak berkas di meja kini sudah berubah seketika.Gorden menutupi kaca-kaca besar itu, ada sebuah meja dengan lilin aroma dan bunga yang menghiasinya. Elena masih berdiri mematung, “Arion, ini—““Ayo, kita makan siang bersama,” ucap Arion sambil mengulurkan tangannya.Suasananya begitu temaran, bahkan Elena hampir lupa bahwa ini masih siang hari. Elena membalas uluran tangan sang suami, dan berjalan bersama pria itu.Arion menarik kursi untuk Elena duduk, memperlakukan lembut wanita itu layaknya seorang ratu. Senyuman bahkan terus terukir di wajah kakunya.Setelah memastikan Elena merasa nyaman, ia duduk di kursi yang ada di sebrang Elena. Berhadapan dengan istrinya, Arion menggenggam tangan mungil Elena.Hal itu membuat Elena mendongak menatap heran ke arahnya, “Maafkan aku, untuk yang kemarin. Aku tidak berniat membohongi mu, tapi aku lupa memberitahu mu,” ucap Arion pelan.Elena terd
“Apa yang masih bekerja di kediaman Mauren sekarang tak ada yang mengenal wanita ini?” Elena menggeleng pelan, ia tidak yakin mereka masih mengenal wanita yang ia cari, “Aku tidak kenal dengan para pelayan di rumah. Pengasuh ku yang dulu sudah pergi entah kemana,” jawab Elena dengan lesu.Dua hari telah berlalu, Elena telah menyelesaikan tugasnya di kota Gotham. Dan, sekarang mereka sedang dalam perjalanan pulang.Baru Elena akan memejamkan mata, merasa kantuk mulai mendera. Padahal matahari masih begitu terik, akan tetapi ia sudah mengantuk. Ponsel Elena berdering, membuatnya urung untuk memejamkan mata, “Arion?” gumam Elena.“Halo, Sayang...” sapa Arion dengan manja di balik telepon.Elena terkekeh pelan mendengar suara Arion yang begitu manja, sementara Vero yang mendengar nya menunjukkan ekspresi mual membuat Elena memukul kepalanya pelan.“Iya, kenapa Sayang?” balas Elena.“Kau pulang hari ini kan?” tanya Arion.Elena mengerutkan kening, merasa tidak biasanya Arion bertanya dem