Elena berjalan memasuki venue wedding. Disaat yang sama, ia melihat Azalea yang tengah menahan amarah.
Azalea bingung dengan perubahan yang terjadi pada Elena. Beberapa menit yang lalu ia masih ingin kabur bersama Lucas, akan tetapi kini malah berada di sini. Apa dia sudah tidak mencintai Lucas?
Elena duduk di samping Arion. “ Maaf, aku sebelumnya selalu membuat mu kesulitan."
Arion membuang muka, merasa kesal dengan hal kekanak-kanakan yang selalu Elena lakukan.
Elena meraih tangan Arion dan mengusapnya. “Aku tahu, kau takkan langsung memaafkan ku. Tapi, aku berjanji takkan mengulangi hal yang sama."
Lagi-lagi, Arion tak menjawab. Ia terlalu malas berbasa-basi dengan Elena. Helaan napas berat terdengar dari bibir Elena. Ia tahu, mengembalikan kepercayaan Arion akan membutuhkan waktu.
“Arion, akhirnya kau menikah juga,” ucap seorang pria setengah baya yang hampir menginjak usia kepala lima.
“Selamat atas pernikahan mu, dan ku harap kau bisa mencairkan es balok ini, Elena." Pria itu beralih berbicara pada Elena dengan diselipi candaan.
“Terima kasih sudah hadir, Kak,” ucap Arion pada pria di depannya ini.
Andrian Dominic. Dia adalah putra tertua keluarga Dominic. Hubungannya dengan pria itu terbilang akrab.
“Ku harap kau bisa menjaga istrimu ini, Arion. Agar dia tidak menyukai keponakannya sendiri,” ujar Maria, istri Andrian.
Arion menipiskan bibirnya, mengulas senyum tipis dan menanggapi perkataan itu. “Tentu, Kak. Ku harap putramu juga berhenti menyukai Bibinya,”
Maria membuang muka mendengar pembelaan Arion untuk Elena. Sementara itu, Elena tersenyum senang mendengar jawaban suaminya.
Melihat pembicaraan menjadi rumit, Andrian segera membawa Maria untuk pergi dari hadapan Arion dan Elena. Sebelum pergi ia berkata, “Kalau begitu kami pergi dulu. Sepertinya banyak yang ingin menghampiri kalian berdua."
Setelah mendapatkan anggukan persetujuan, mereka lekas pergi untuk menikmati pesta. Arion kembali memasang wajah datar, dan tak memperdulikan Elena yang ada disampingnya.
Elena merasa tertekan dengan keadaan yang canggung. Ia memberanikan diri untuk meraih tangan Arion, akan tetapi dengan cepat Arion langsung mepis itu. “Hentikan sandiwara mu! Itu takkan membuat ku berubah pikiran untuk melepaskan mu,” Sarkas Arion.
“Aku tidak sedang bersandiwara, aku jujur padamu,” ucap Elena dengan penuh keyakinan.
Arion melihat hal yang berbeda dari sorot mata Elena. Namun, ia kembali menepisnya dan berpikir ini adalah trik baru yang sedang Elena lakukan.
Saat Elena berusaha meyakinkan pria itu, tiba-tiba Lucas datang dan memberikan selamat. “ Elena, selamat ya atas pernikahan mu,” ucap Lucas dengan senyuman yang menawan.
Mungkin jika saat ini Elena masih mencintai Lucas, ia akan kembali tertipu. Melihat ada Lucas, Arion menarik halus pinggang Elena ke sisinya. Ia kesal ketika Luas memanggil Elena secara langsung dengan namanya.
“Kini dia Bibimu. Panggil dia bibi,” ucap Arion sinis dan penuh penekanan.
Lucas membuang muka, ia muak melihat pamannya itu. Dan rasa benci dalam hatinya semakin bertambah.
"Tapi, orang yang dia cintai aku kan?” sambil menaikan sedikit alisnya, Lucas sengaja memancing emosi Arion.
Tangan Arion terkepal kuat. Melihat itu, Lucas merasa senang. Ia yakin hal yang akan Elena lakukan adalah membelanya, dan akan memilih untuk kabur.
“Benar, kini aku Bibi mu. Panggil aku bibi,” ucap Elena yang membuat Lucas terkejut sama halnya dengan Arion yang tak menduga jawaban itu terlontar dari mulut seorang Elena Mauren.
Detik berikutnya, Elena menecup pipi Arion singkat. Menyadarkan pria itu dari keterkejutannya.
“Paman mu suamiku, tentu aku bibi mu bukan?” tanya Elena.
Lucas mengepalkan tangan dengan kesal, ia pergi begitu saja. Setelah Lucas menghilang dari hadapannya, Arion kembali menjauhkan diri dari Elena. Hal kecil yang baru saja terjadi, cukup membuatnya berpikir bahwa Elena gila.
“Lucas mengecewakan ku beberapa hari yang lalu,” ucap Elena tiba-tiba yang kembali menghancurkan kepercayaan Arion yang mulai keluar ke permukaan.
Elena tahu, mendapatkan kepercayaan Arion akan sulit. Mengingat dulu ia selalu menunjukan rasa benci pada pria itu. Dan, jika tiba-tiba ia menjauhi Lucas, justru akan semakin membuat Arion curiga dan menilai itu hanya sandiwara.
Arion terkekeh, sedikit goyah dengan ucapan manis Elena. “Aku hanya menegaskan statusmu! Jangan berpikir aku mencintai mu,” ucapnya dengan skeptis.Elena tahu, ucapan dan hati Arion berbeda. Mungkin mulutnya mengatakan tidak cinta, tapi hatinya mengatakan hal lain. Wajar saja jika Arion demikian, mengingat bagaimana untuk pertama kalinya Elena tidak dipihak Lucas.Senyum di wajah Elena terukir. Respon yang Arion tunjukan sesuai dengan harapannya. “Tentu. Bagaimana mungkin aku mencintai mu? Karena hatiku hanya untuk Lucas,” ucapnya sengaja memancing emosi Arion.Elena akan memulai pendekatan dengan terus menumbuhkan rasa cemburu pada diri Arion.Elena memutar haluan rencananya. Sebelumnya, ia berpikir untuk langsung berterus terang pada Arion. Namun, sepertinya hal itu justru akan menambah kecurigaan Arion.Dan kini, keduanya berada di mobil yang sama menuju rumah utama keluarga Dominic. Setelah acara yang melelahkan itu akhirnya mereka bisa segera beristirahat. Selama perjalanan, ta
Tenggorokan yang terasa kering, mendorong Elena untuk melangkahkan kakinya ke dapur. Saat akan kembali tak sengaja matanya menangkap siluet seseorang.Itu adalah ayah mertuanya. Elena pikir ini kesempatan bagus untuk memerbaiki hubungan mereka. Ia merasa sangat bersalah karena sebelumnya begitu tak peduli. Bahkan, saat kematiannya Elena tak menitikan air mata sedikit pun. Kejam bukan, Elena bahkan merasa benci pada dirinya mengingat itu.“Pah...” ia memanggil dengan sebutan yang sama seperti Arion.Damian menoleh, mendapati menantu barunya berdiri disampingnya. “Elena, kau belum tidur? Ini sudah larut,” ucapnya dengan alis yang bertaut.Elena ikut duduk di kursi kosong, sebelum akhirnya menjawab. “Belum, Pah. Aku masih belum terbiasa dengan suasana kamarnya,” jawab Elena. Ia mengutarakan isi hatinya saat ini.“Arion membuat mu tidak nyaman?” tanya Damian. “Tidak. Mungkin, justru aku yang membuatnya tidak nyaman,” jawab Elena, ada sededikit jeda dalam ucapannya. Wajah Elena menampilk
Suara rintihan Elena membuat langkah Arion terhenti. Dan ketika berbalik, ia mendapati Elena jatuh di tangga terakhir.Arion memutar bola mata malas, sebelum akhirnya ia membantu Elena untuk berdiri. “ Lain kali perhatikan langkah mu ketika berjalan!” perintah Arion tegas.Wajah Elena sudah terlihat sayu dengan mata yang berkaa-kaca. Ia yang tiba-tiba terpeleset hingga membuat kakinya terkilir, sungguh di luar prediksinya. Tapi hal itu membuat Arion mau mendengarkannya.Saat Arion membantunya untuk berjalan, Elena benar-benar merasakan sakit di kakinya. Bulir bening nan hangat itu menetes dari pelupuk mata Elena, membuat Arion merasa iba dan akhirnya menggendong Elena untuk duduk.“Jangan pergi,” seru Elena sambil menarik ujung jas Arion saat melihat pria itu hendak beranjak pergi.“Aku akan mengambil obat untuk kaki mu,” balas Arion dan melepaskan cekalan Elena.Ketika menunggu Arion, Elena baru menyadari ia tidak melihat keberadaan ayah mertuanya. Entah kemana perginya pria paruh
Arion bangun dari duduknya, tanpa menoleh ia berkata. “Jika tidak ada lagi yang ingin kau bicarakan pergilah. Kau mengganggu waktu sarapan ku,”Arion dapat melihat dengan ekor mata perginya Lucas.Lucas pergi dengan perasaan kesal dan marah, Arion tahu pasti keponakannya akan menghalalkan segala cara agar tujuannya tercapai sempurna.Semua itu dilihat oleh Elena yang sendari tadi memperhatikan dari lantai dua. Ia buru-buru kembali masuk ke kamar saat melihat Arion kembali naik dengan membawa sarapan pagi mereka.Sepotong roti dan segelas susu di sodorkan, keduanya memang belum sarapan. Dan apa ini hanya untuknya? Elena bertanya dalam hati sebelum akhirnya pertanyaan itu terjawab oleh ucapan Arion. “Makanlah, dan habiskan,”Elena menerima makananya dan segera mengisi perut. “Kau tidak makan?” ia bertanya sebelum memakan makanannya.Hanya gelengan kepala sebagai respon sebelum kembali pergi meninggalkan Elena sendirian. Elena lekas memakan sepotong roti dan menghabiskan segelas susu hang
Ketika masih sibuk dengan kabar terbaru, tiba-tiba ada sebuah pesan masuk di ponsel Elena. Pesan itu dari Lucas. Ia mengajak Elena untuk bertemu nanti malam, tanpa bertanya apapun Elena langsung mengiyakan ajakan untuk bertemu.Di sana Lucas tersenyum licik. Ia yakin hal yang Elena lakukan sebelumnya hanyalah sebuah gertakan untuk dirinya karena beberapa hari terakhir ia mengabaikan Elena.“Aku berjanji. Arion hanya suami sementara, dan aku takkan mau disentuh Arion,” ucap Elena saat itu dengan bersungguh-sungguh.“Dia itu pamanku! Kau kira untuk lepas darinya akan mudah?” tanya Lucas dengan kesal.“Begini saja. Kau ingin menjadi pewaris berikutnya bukan? Aku akan membujuk Arion untuk memberikannya pada mu. Dan, kita bisa hidup bersama!” seru Elena dengan bersemangat.Gadis itu sudah dibutakan dengan cinta, dan akan melakukan apapun untuk kekasihnya.Lucas setuju dengan usulan Elena, tetapi untuk kalimat terakhir yang di ucapkan Elena ia ragu untuk menyetujui itu.“Kau janji?” Lucas k
Elena melajukan mobilnya kembali ke rumah. Di tengah perjalanan, tanpa di sangka ia berpapasan dengan mobil Arion. Ia menjadi gugup dan baru ingat bahwa sebelumnya ia tidak meminta izin keluar pada suaminya.Arion yang melihat mobil Elena, segera memutar arah dan berbalik ke rumah. Sesampainya di sana, Elena juga baru memasuki kamar, ia berusaha menghindari kemarahan Arion.“Darimana saja kau?” suara Arion terdengar begitu datar membuat Elena merasa merinding.“Hanya menemui Lucas sebentar. Tidak ada hal penting yang terjadi,” jawab Elena jujur. Ia belajar dari kesalahan, jika ia berbohong maka Arion akan semakin marah padanya.“Tidak ada hal penting? Ku kira kalian sedang bernostalgia dengan tempat favorit kalian,” seru Arion dengan sinis.Elena menghela napas. Ia tahu posisinya salah dan ia takkan melakukan banyak pembelaan untuk dirinya. “Maaf, aku lupa meminta izin pada mu,” lirih Elena.Hal yang sangat tak di duga oleh Arion. Dalam bayangannya gadis itu akan mengamuk karena dia m
Arion terbangun dengan kepala yang sakit. Efek samping dari mabuknya semalam membuatnya sedikit linglung. Ia menyadari waktu sudah menunjukan pukul sepuluh pagi, bisa dikatakan pagi menuju siang.Arion menyadari ada yang berubah dengan pakaian yang ia kenakan. “Sejak kapan aku berganti pakaian,” gumamnya kebingungan.Pada akhirnya ia memilih untuk membersihkan diri terlebih dahulu sebelum turun untuk sarapan.Di halaman belakang kediaman Dominic, terdapat sebuah kolam ikan yang cukup besar. Kolam itu berisi ikan hias salah satunya ikan koi. Dan di sinilah Elena berada sekarang.“Elena, apa kau merasa terpaksa dengan pernikahan ini?” tanya Damian.Elena yang sedang asik bermain air menghentikan kegiatannya dan menoleh pada mertuanya yang bernama Damian. “ Tidak, Pah, “ jawab Elena jujur.“Aku tahu penikahan ini hanya pernikahan bisnis. Tapi, Arion begiu mencintaiku, mengapa aku tidak,” sambungnya lagi. Damian menghela napas panjang, matanya masih terpaku pada kolam ikan yang dangkal.
“Apa kalian bodoh! Membiarkan Nyonya sendiri di dapur, kalian sudah bosan bekerja dengan ku?” pekik Arion penuh emosi. Semua pelayan di sana tertunduk ketakutan, memang salah mereka juga yang membiarkan Elena sendirian. Elena merasa sangat bersalah karena ulahnya kini para pelayan itu dimarahi. “Arion, jangan salahkan mereka. Ini salahku,” ucap Elena pelan agar suaminya tak semakin marah. “Ini salah mereka karena lalai! Kau jangan berniat membela mereka,” seru Arion dengan tegas. “Baiklah, apa karena aku ingin memasak untuk mu, kau sampai harus memarahi mereka?” tanya Elena yang membuat Arion terdiam. Elena menarik Arion kembali ke dapur, menunjukan makanan yang baru saja dimasaknya. Sebelum itu, ia mengisyaratkan agar para pelayan itu pergi meningglkan mereka berdua. Saat melihat makanan tersebut Arion makin terdiam. “Apa ini makanan?” tanya Arion skeptis. Elena yang mendengar itu menjawab dengan semangat, tanpa mmperdulikan ekspresi wajah di depannya. “ Tentu saja,” “Kau sud
"Aku harap aku bisa selalu bersama mu, El," Arion mencium kening Elena dengan lembut. Tersenyum menatap sang istri yang begitu terlelap.Namun, tiba-tiba Arion merasakan nyeri di bagian dada sebelah kiri, ia buru-buru keluar dan meraih telepon untuk menghubungi Jeff."Akh!" rintih Arion.Tangannya berpegangan pada dinding, mencoba menahan sakit sambil menekan tombol panggilan.Untungnya panggilan langsung tersambung, "Halo, Tuan," sapa Jeff di sebrang sana."Cepatlah datang kemari," perintah Arion.Suaranya terdengar bergetar, keringat sebesar biji jagung itu sudah membanjiri pundak. Dirinya bahkan sudah tidak bisa menopang beban tubuh hingga terjatuh."Tuan, saya akan segera kesana!" pekik Jeff.Jeff tahu bagaimana keadaan tuannya, sebab hal ini sudah terjadi berkali-kali sebelumnya.Sementara itu, Arion yang sudah tidak tahan kini terkapar tak sadarkan diri. Pria itu berada dibawah tangga dan untungnya kebetulan ada Bu Rah."Astaga, Tuan!" Bu Rah langsung menghampiri dan meminta b
Sore harinya, Noah memutuskan untuk mendatangi kantor Arion. Ia berniat ingin mengejutkan pasien kesayangannya. Namun, yang ia temui pada akhirnya hanyal Jeff seorang.Jeff yang melihat kehadiran Noah tentu bingung. Sementara pria yang usianya lebih muda darinya itu duduk santai tanpa merasa bahw kehadirannya mengganggu, “Apa yang kau lakukan di sini? Apakah tuan meminta mu datang?” tanya Jeff.Noah menggelengkan kepala santai, “Aku pindah tugas di kota ini, mungkin mulai sekarang kau akan sering bertemu dengan ku,” jawab Noah bangga.Jeff mendengus pelan, “Pulanglah, kau mengganggu pekerjaan ku,” usir Jeff secara terang-terangan.Noah menganga tidak percaya, pria lajang yang hampir berkepala empat itu mengusirnya secara terang-teraangan, “Kau mengusirku? Bahkan kau tidak memberiku minum,” rengut Noah kesal.“Minumlah di rumah, aku tidak ada waktu untuk meladeni mu. Urusan ku dengan mu hanya tentang kesehatan tuan,” ucap Jeff tak peduli.Jeff bahkan tak melihat Noah saat berbicara de
"Kau mengenal pria bernama Noah?" "Noah?" Lucas tampak berpikir, mengingat nama yang terdengar tidak asing di pendengarannya."Dia adalah putra dari dokter pribadi Arion, jika aku tidak salah ingat," seru Lucas setelah mengingat pernah mendengar nama tersebut."Sekarang dia dokter pribadi Arion," balas Azalea.Kening Lucas berkerut saat mendengar Azalea mengatakan hal itu, "Maksud mu?""Iya, sebelum kau tiba pria bernama Noah itu menghampiri ku," jawab Azalea menjawab kebingungan Lucas."Dia menganggap ku sebagai Elena, dan--" sengaja ia menggantungkan ucapannya, sambil menatap pada Lucas."Kau mengaku sebagai Elena?" tebak Lucas yang mendapatkan anggukan kepala Azalea."Bodoh! Bagaimana bisa kau lakukan itu? Jika Arion tahu rencana kita akan gagal!" pekik Lucas karena Azalea melakukan tindakan di luar rencana mereka.Azalea sedikit terkejut, "Apa maksud mu, seharusnya kau merasa bangga aku melakukan itu," kesal Azalea.Ia pikir Lucas akan senang karena ia bertindak demikian, tapi t
"Elena!" "Elena? Apa Elena ada disini?" batin Azalea.Wanita muda bermata coklat itu tak langsung melangkah masuk saat mendengar nama sang kakak disebutkan.Derap langkah yang semakin mendekat seirama dengan jantungnya yang berdegup kencang."Elena, kau Elena kan?" tanya seorang pria yang sama sekali tak Azalea kenal.Azalea berpikir sejenak, ia menoleh serta menelisik wajah pria yang tengah berdiri dihadapannya ini sebelum menjawab, "Iya, aku Elena,"Mengingat bagaimana Tuan dan Nyonya Mauren yang tidak menunjukkan Elena maupun Azalea pada publik, membuat orang-orang tak banyak yang tahu wajah dua wanita bersaudara itu."Emh, maaf. Kau sendiri siapa?" tanya Azalea yang mengakui dirinya sebagai sang kakak, Elena."Ah, Maaf. Sebelum itu perkenalkan aku Noah, dokter pribadi Arion," ucap Noah sedikit canggung.Pria berwajah garang yang ramah itu mengulurkan tangan dan disambung hangat oleh Azalea yang ia anggap Elena."Dokter pribadi? Apa Arion mengidap suatu penyakit?" batin Azalea.Az
"Data apa ini?" tanya Arion setelah melihat banyaknya berkas yang Vero bawa.Sementara wanita lajang yang bernama Vero itu menahan napas melihat adegan yang terlalu romantis di depan matanya."Teganya mereka melakukan ini di hadapan ku, bukankah bisa dilakukan dikamar saja," batin Vero kembali menjerit.Setiap detik dan menit yang berlalu begitu membunuhnya, Vero akui mereka memang pasangan baru yang masih romantis romantis nya tapi tidak sampai pangku-pangkuan di depannya juga."Aku perlu mengetahui hal-hal tentang perusahaan selama beberapa tahun ini," jawab Elena.Arion mengangguk paham, tapi ia kembali bertanya, "Untuk apa? Bukankah kau hanya Direktur Operasional?" "Arion, aku memang direktur operasional. Tapi, sebagai pewaris berikutnya tentu aku harus tahu semua ini," balas Elena lembut.Yang bernapas lega bukan Arion, melainkan Vero yang sedari tadi berperang dengan batinnya sendiri."Ah, dia masih menyebut nama. Tidak sampai tahap menyebut dengan kata sweet atau sejenisnya,"
“Aku mohon, Arion. Hanya kau yang bisa membantu kami,” mohon Tuan Miller saat itu.Arion memandang datar pria yang usianya sudah tak muda lagi, sebentar lagi pria itu akan menjadi mertuanya karena ayah dari Elena calon istrinya.“Apa jaminan yang akan kau berikan jika aku membantu mu?” tanya Arion.Setiap ucapan yang keluar dari mulut Arion penuh penekanan, pria itu tak memandang siapa lawan bicaranya saat ini. Ia tetap tegas seperti biasanya.“Aku akan mempercepat kenaikan jabatan Elena sesuai permintaan mu,” jawab Tuan Miller.Walaupun Elena pewaris satu-satunya, tapi melihat adanya Azalea membuat Arion merasa posisi Elena akan terancam. Maka dari itu, ia sering menanyakan kapan grup Mauren akan menjadi milik Elena seutuhnya.“Apa aku bisa mempercayai ucapan mu?” tanya Arion lagi.Terdengar jelas nada ragu dari setiap kata yang keluar dari mulut Arion, tapi kembali Tuan Miller meyakinkan.“Aku janji, setelah pernikahan kalian. Elena akan segera memegang grup Mauren sepenuhnya,” bala
"Kau cemburu?"Arion menatap lekat wajah sang istri yang terlihat begitu kesal."Iya!" balas singkat Elena.Arion terkekeh, merasa lucu melihat wajah cemburu Elena. Ia menghampiri Elena yang sudah duduk dan mulai menyalakan layar monitor di depannya."Kau cemburu pada wanita tadi?" tanya Arion.Pria berahang tegas itu menarik kursi yang Elena duduki dan memutar kursi tersebut hingga menghadapnya.Elena memutar bola matanya malas, "Iya, suamiku. Ku harap kau menjauh dari parasit itu," ucap Elena yang menekan setiap kata, bahkan ia mengatakan parasit bagi wanita yang membuat dirinya kesal.Alis Arion terangkat, "Bagaimana dengan asisten mu? Apa dia bukan wanita?" ejek Arion.Elena memalingkan wajahnya, baru menyadari bahwa asistennya sendiri Vero juga wanita."Tatap aku," Saat kembali berbalik, wajah Arion sudah berada di depannya. Bahkan hidung mereka saling beradu saking dekatnya jarak diantara keduanya.Arion memiringkan kepala, membuat dua benda kenyal itu saling menempel dan membu
"Azalea?" Arion mengernyit heran mendengar cerita sang istri, bagaimana mungkin Azalea ikut andil besar dalam pembagian kekuasaan itu."Iya, Mama mengatakan jika aku menjabat sebagai Presdir setidaknya Azalea harus memiliki nama juga atas perusahaan Mauren," tutur Elena.Jujur, dalam hati Elena juga merasa kesal dan dongkol. Semua orang tahu Azalea bukan bagian dari keluarga Mauren, wanita itu hanya keponakan ibunya yang dianggap sebagai keluarga dekat."Lalu, apa jawaban Papa?" "Papa akan mempertimbangkan jika Azalea sudah bergabung di grup Mauren,"Arion menghentikan mobil saat mereka ternyata sudah sampai di parkiran, "Jadi ini alasan mu agar memintanya bekerja bersama mu?"Elena melipat bibirnya, menatap Arion dengan kedua alis terangkat "Iya," balasnya singkat.Tentu Elena takkan mengatakan rencana sebenarnya. Ia akan melakukan pembalasan dengan pelan dan halus yang akan mengubur Azalea pelan-pelan."Ayo turun," Elena turun terlebih dahulu.Disusul Arion yang ikut turun juga, m
"Bibi, kau bisa ikut dengan ku untuk ke kantor," ucap Lucas tiba-tiba.Meja makan yang awalnya biasa saja menjadi mulai terasa berbeda saat keponakan sialan mereka itu berbicara."Arah kantor ku dan kantor mu satu arah bukan?" lanjutnya lagi.Elena menghela napas, semakin tidak tahu diri saja manusia dihadapkan nya ini. Ia melirik sang suami yang nampak santai dan tak ada beban.Berbeda dengan dirinya yang penuh dengan drama, "Terimakasih atas tawaran mu, aku bisa bersama suami ku," jawab Elena pada akhirnya.Elena paham kenapa suaminya ini tiba-tiba mengambil cuti, sepertinya pria itu sudah memprediksi akan terjadi hal ini. Mengingat mobil Elena yang masih dalam perbaikan, padahal mobil mereka banyak.Mendengar jawaban tersebut, Lucas menoleh pada sang paman, "Oh bukankah kantor kalian tidak satu arah?" sinis Lucas.Rasanya Arion ingin melayangkan tinju terbaiknya pada pria bernama Lucas ini. Sepertinya pria itu masih belum puas dengan peringatan yang sering Arion berikan."Lalu, apa