“Arion,” ucap Elena saat membuka mata.Arion segera mendekat, “Kau sudah sadar, apa ada yang sakit?” tanya pria itu dengan cemas.Elena menggeleng pelan, “Tidak ada, aku hanya sedikit pusing,” jawab Elena.“Syukurlah,”Elena menyadari saat ini ia sudah berada di kamar yang ada di kediaman mereka. Pakaian yang ia kenakan pun sudah berganti dengan pakaian tidur.Saat melihat keluar jendela, ternyata langit sudah berubah menjadi berwarna biru keunguan. Menandakan malam telah menyapa, “Berapa lama aku pingsan, “ batin Elena.Arion merapikan rambut Elena yang sedikit berantakan, “Ayo turun. Kita harus makan malam,” ajar Arion.Elena mengangguk. Keduanya turun untuk makan malam bersama. Sebelum itu Elena menghubungi Vero untuk datang ke rumahnya, ia harus tahu apa yang sebenarnya penyebab hingga bisa terjadi kebakaran besar.Sementara itu, sejak kejadian kebakaran tadi siang Vero selalu berada di sisi Jeff. Kebakaran ini menyangkut nyawa Elena, tentu Jeff ikut turun tangan atas perintah Ari
“Terimakasih, atas semua yang kau ajarkan padaku selama dua bulan ini, Bi,” seru Lovi.Kini mereka tengah berada di bandara untuk mengantarkan Lovi pulang. Sebenarnya bisa saja gadis itu diantarkan menggunakan jet pribadi, akan tetapi gadis itu menolak dan ingin naik pesawat saja.Elena tersenyum sambil mengusap kepala gadis itu, saat awal bertemu dengan nya Lovi begitu membenci. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu rasa benci itu mulai berkurang, “Sama-sama,” balas Elena.“Tapi aku akan tetap mencintai paman Arion!” ucap Lovi dengan terang-terangan.Tuan Damian hanya bisa menggelengkan kepala, sementara Arion membuang muka saat mendengarnya. Sedangkan Elena hanya bisa terkekeh, “Iya, iya. Terserah kau saja, cintai paman mu itu sampai rambutnya memutih,” seru Elena yang diselipi candaan.Mendengar candaan Elena membuat Lovi memajukan bibirnya beberapa centi, ekspresi murung gadis itu tunjukan.“Kenapa? Kau cinta bukan, hahaha,” gelak tawa Elena, ia semakin suka saat melihat wajah ke
Plak!Tamparan keras itu Arion berikan, mendengar istrinya terus dihina rasanya ia tidak bisa untuk diam saja. Sementara pria di depannya hanya tersenyum seakan tamparan yang Arion berikan tidak ada artinya.Sudut bibirnya sedikit mengeluarkan darah, ia tertunduk saat merasakan darah menetes. Elena berjongkok dan membuat nya mendongak, “Kau pria baik, Louis. Siapa yang meminta mu melakukan semua ini?” tanya Elena.Degh!Ruangan seketika hening, tak ada yang tahu maksud perkataan Elena.Louis, pria yang Elena kenal sejak dirinya masuk universitas. Pria dengan tubuh tinggi dan tegap yang selalu melindungi Elena saat wanita itu dalam bahaya. Bukan dari keluarga kaya, Louis adalah mahasiswa bidikmisi.Louis memalingkan wajahnya saat melihat wajah Elena, “Tidak ada yang menyuruh ku, semua ini aku yang mau,” balasnya.Nada suara pria itu menurun, berbeda saat ia berbicara dengan Arion sebelumnya. Elena bisa melihat jelas kebohongan yang tersirat di wajah Louis.Wanita muda itu bangun dari j
“Arion,”“Hm?”Arion yang tengah memainkan ponselnya segera berbalik, menatap Elena yang mengambil posisi terlentang di sampingnya duduk. Wanita itu mendongak untuk menatapnya.Segera Arion meletakkan ponsel di tangannya, dan beralih mengusap rambut panjang sang istri, “Kenapa?” tanya pria itu pelan.Elena nampak ragu saat akan mengatakan sesuatu dalam hatinya. Ada rasa sungkan yang muncul saat harus mengatakan hal tersebut pada suaminya. Namun, jika bukan suaminya pada siapa lagi ia akan meminta bantuan.“Katakan saja,” ucap Arion yang melihat keraguan di wajah Elena.“Aku ingin meminta tolong,” ucap Elena pada akhirnya.Arion mengulas senyum, ada rasa berdebar yang sulit untuk di deskripsikan saat Elena meminta bantuannya secara langsung untuk pertama kali, “Apa itu, aku pasti menolong mu,” balas Arion.“Aku ingin kau membantuku mencari tahu identitas ibuku,” “Ibumu? Nyonya Lia?”Elena mengangguk membenarkan. Setelah memikirkan cukup matang akhirnya Elena memutuskan untuk meminta
Elena memilih untuk kembali melihat-lihat informasi tentang keluarga Mauren. Saat sedang melihat kumpulan foto, tak sengaja mata Elena menangkap satu foto yang menarik perhatian nya.Di sana ada foto keluarga yang masih lengkap. Bahkan kakek dan neneknya ada dalam foto tersebut, namun ada satu wanita yang berdiri di antara nenek dan ayahnya yang tak Elena kenal.“Siapa wanita ini?”Wanita itu terlihat lebih muda jika dibandingkan dengan Nyonya Lia. Dalam foto tersebut ia berdiri di sisi kanan Tuan Miller sambil tersenyum, bahkan tangan Tuan Miller pun merangkul pinggangnya. Sedangkan di sisi kanan Nyonya Lia bersandar pada bahu sang suami.“Apa dia saudara Papa?” tebak Elena lagi.Elena semakin memperhatikan dengan cermat foto tersebut, baru ia sadari dalam foto tersebut wanita itu tengah dalam keadaan hamil. Mata Elena berbinar dan merasa ia mulai menemukan titik terang nya.Ia mencari tanggal kapan di unggahnya foto tersebut, saat menemukan nya. Elena semakin di buat tak percaya kar
“Kenapa Papa tiba-tiba menginap?” tanya Elena.Saat ia dan Arion kembali ke kamar, wanita itu segera mengutarakan isi hatinya, “Dan, untuk apa Lucas ikut?” sambung Elena.“Papa mengatakan merasa kesepian setelah Lovi pulang, dan untuk pria tidak tahu diri itu beralasan menemani papa,” jawab Arion. Terdengar nada kekesalan dalam kalimat terakhirnya.Elena mengangguk mengiyakan, keduanya naik ke atas tempat tidur bersiap untuk tidur. Arion menarik Elena ke pelukan hangatnya, membuat sang istri merasa nyaman dan tetap aman.“Kau harus berhati-hati saat dia disini,”“Hm,”Keduanya terlelap tidur dalam pelukan yang saling menghangatkan. Sedangkan di kamar tamu, tepatnya kamar Lucas. Pria itu masih belum tidur dan hanya bisa menatap langit-langit kamar.Lucas memanfaatkan kakeknya untuk bisa berada di kediaman Arion, sebab kemarin ia melihat kakeknya bertemu dengan Noah dan tak sengaja mendengar obrolan mereka.“Noah, bagaimana kabarmu?” seru Tuan Damian sambil menepuk bahu pria muda di dep
“ Kakek akan menginap?” Tuan Damian mengangguk, sudah ia putuskan untuk membujuk putranya agar mau melakukan pengobatan. Hal itu membuat Lucas terpikirkan sebuah ide brilian.“Aku akan ikut, Kek,” seru Lucas.Tuan Damian bangun dan membenarkan duduknya dengan tegap. Menatap heran ke arah cucu nya itu, dengan satu alis terangkat, “Untuk apa?”“Aku juga akan memberikan semangat pada paman,” ucap Lucas dengan penuh semangat.“Iya, terserah kau saja,” ucap Tuan Damian pada akhirnya.Pria tua itu bangun dari duduknya meninggalkan Lucas sendirian. Senyum licik terbit di wajah manis seorang Lucas. Dan, disinilah ia berada sekarang. Di kamar tamu kediaman Arion Dominic.Keesokan harinya, Elena terbangun lebih pagi. Perutnya berbunyi meminta untuk segera di isi, tak biasanya Elena lapar sepagi ini.Bahkan saat ia melihat ke arah jam, ternyata baru menunjukkan pukul setengah lima pagi, “Lapar sekali,” gumam Elena seraya turun dari tempat tidur.Ia merapikan terlebih dahulu rambutnya yang sedik
Elena merasakan hembusan napas Lucas menerpa wajahnya, jarak mereka begitu dekat. Elena masih membiarkan Lucas melakukan keinginannya, ia masih membiarkan saat pria itu menyentuh bibirnya dengan berani.Dalam hati Elena berhitung kapan ia akan bergerak. Saat Lucas mulai mendekatkan wajahnya, “Dua... Tiga!”Dugh!“Argh!” teriak Lucas yang merasakan sakit di area terlarangnya.Dengan sengaja Elena menendang area vital pria itu, membuat Lucas mengeram kesakitan. Belum sampai di situ, melihat piring di meja Elena mengambilnya.Pyarrr! “Argh! Sialan!” teriak Lucas lagi.Bagaimana tidak, Elena memukul kepala Lucas dengan piring di tangannya hingga pecah. Bahkan, buah-buah itu berserakan di lantai bercampur dengan pecahan piring.Mendengar keributan di dapur, membuat Arion yang sedang berjalan menuju ke sana segera mempercepat langkah. Saat tiba di dapur, Arion melihat pecahan kaca yang berserakan.Di ujung meja makan, terlihat Lucas yang masih memegangi kepalanya menahan sakit. Sementara i
“Dasar Elena, ternyata di sini dia menyimpannya,”Vero menemukan berkas yang ia cari sebelumnya di meja yang masih ada di ruangan Elena, setelah menuliskan data yang ia perlukan Vero segera menelepon Elena untuk memberikan kabar.Saat mendapatkan telepon dari Vero yang mengatakan bahwa ia sudah menemukan berkas itu, Elena merasa lega dan kembali menutup telepon.“Sudah ada?” tanya Arion, dan Elena mengangguk sebagai jawaban.Baru Elena akan bertanya lebih lanjut mengenai surat-surat rumah sakit yang ia temukan, Arion menyela ucapan Elena, “Aku harus kembali ke kantor, sekarang ada rapat penting,” pamit Arion.Sebelum pergi, ia tak lupa mengecup kening sang istri dan tersenyum, “Baiklah, hati-hati,” seru Elena sebelum Arion pergi.Setelah Arion pergi, Elena mencari keberadaan Bu Rah untuk menanyakan tentang surat rumah sakit itu. Elena yakin ada yang Arion sembunyikan dan membuat hatinya ada yang mengganjal, surat sebanyak itu tidak mungkin semuanya milik Jeff.Dan, untuk apa Jeff meny
Jeff dan Noah bernapas lega saat Arion membawa Elena menjauh dari sana, setelah beberapa saat mereka baru menyadari posisi mereka yang bisa saja membuat orang lain salah paham.Noah segera menjauh dari Jeff, dan pria itu segera membenarkan kembali pakaiannya yang terbuka, “Pulanglah, nanti aku akan mengantar Tuan ke rumah sakit, “ ucap Jeff sambil memalingkan wajahnya.Noah mengangguk dan keluar dari mobil menuju mobilnya sendiri, “Baiklah, aku pulang dulu,” pamit Noah sebelum pergi.Setelah Noah pergi, Jeff memutuskan untuk kembali ke kantor. Ia yakin Arion akan lama jika sudah bersama Elena, maka dari itu ia akan kembali sendiri.Di ruang kerja Arion, adegan panas itu harus terhenti karena suara perut Elena yang minta untuk segera diisi, “Kau belum makan?” tanya Arion.Wajah Elena bersemu merah menahan malu, ia mengangguk pelan membuat Arion segera menggendongnya ala anak koala, “Arion, turunkan aku,” seru Elena yang malu.Apalagi saat bertemu dengan Bu Rah dan beberapa pelayan ia s
“Iya, iya maafkan aku,”Noah berucap pelan, baru saja Jeff mengomel padanya kini disusul Arion yang ikut melakukan hal yang sama. Ini memang kecerobohan dirinya, tapi ia malas mendengar ocehan dua orang itu.Setelah mendengar perkataan Arion yang cukup panjang, Noah barulah mulai memeriksa Arion. Bukan pemeriksaan berat, ini hanya pemeriksaan sederhana seperti mengecek tekanan darah dan irama jantung.“Lagi pula mana kutahu Elena ada di rumah,” gumam Noah yang masih menggerutu.Sementara dua orang di hadapannya ini nampak tak peduli dengan keluhan Noah, membuat pria itu hanya bisa mendengus membuang napas kesal.Setelah Arion pergi menyusul Noah, Elena baru ingat bahwa makanan yang ia beli belum sama sekali ia sentuh. Ia lekas pergi ke dapur untuk memakannya, sebelum Arion kembali.“Dimana makanan ku?” tanya Elena pada diri sendiri yang tidak melihat keberadaan makanan nya.Dari arah belakang, Bu Rah datang dengan kepala tertunduk. Saat Elena berbalik dan melihatnya, ia mengerutkan ke
“Jika bukan karena uang aku malas datang kesini,” gerutu Noah.Ya, itu hanya gerutuan semata saja. Dalam hati kecilnya, ia ingin sang sahabat segera sembuh dan terbebas dari penyakitnya.Noah turun dari mobilnya, ia baru saja memarkirkan mobilnya di parkiran kediaman Arion. Lengkap dengan peralatan medis di tangannya, Noah segera melangkah untuk masuk.Akan tetapi, langkah Noah terhenti saat melihat mobil Elena yang terparkir, “Apa Elena ada di rumah?” tanya Noah pada diri sendiri.Tapi, ia kembali teringat dengan Arion yang tidak ingin Elena tahu masalah penyakitnya, mana mungkin wanita itu ada di rumah. Noah berpikir mungkin Elena bekerja di antar supir dan tidak membawa mobil.Ia kembali melangkahkan masuk, dan saat masuk Bu Rah menyambutnya. Bu Rah yang sudah tahu akan kedatangan Noah segera mempersilahkan pria itu untuk duduk, tak lupa ia juga menyajikan minuman untuk tamu tuannya.Sementara itu, Elena baru saja berganti pakaian dan keluar dari kamar. Dari lantai dua ia bisa meli
Hari libur yang singkat itu telah berlalu, semua orang sudah disibukkan kembali dengan pekerjaan mereka. Begitu pula dengan Elena, sejak pagi ia sudah berkutat dengan layar di depannya dan menghadiri berbagai rapat.Saat ini ia tengah fokus dengan semua berkas yang perlu di tandatangani, namun fokusnya teralihkan saat ada seorang yang masuk.Wanita lajang yang hampir setiap hari berada di sisinya itu masuk dengan membawa laptop di tangannya, “El, berkas tentang ibumu itu kau ada menyimpan nya? Aku butuh untuk mencocokan dengan data ini, sebelumnya aku lupa membuat salinan,” seru Vero.Elena terdiam, mengingat-ingat sejenak sambil jari telunjuknya mengetuk-ngetuk meja, “ Aku lupa, sepertinya aku menyimpan di sini,” ucap Elena.Ia kemudian membuka satu persatu laci yang ada di sekitarnya, kiranya ia menyimpan berkas yang Vero cari. Akan tetapi nihil, sepertinya berkas itu tak ada di ruangan Elena.Vero ikut membantu mencarinya, setelah beberapa saat mereka masih belum menemukan tumpukan
“Kau darimana? Apa yang terjadi padamu,” tanya Azalea dengan khawatir saat melihat keadaan Lucas.Lucas datang ke taman tersebut tak sendirian, ia sudah tahu rencana Elena dan Arion yang akan jalan-jalan kesana. Hingga dengan sengaja ia mengajak Azalea untuk berjalan-jalan kesana.Azalea begitu khawatir saat melihat Lucas kembali dengan kesakitan dan memegangi perutnya, sebelumnya pria itu pergi untuk membelikan ice cream untuk Azalea.Lucas menghindar dan menggeleng saat Azalea akan memegang wajahnya yang lebam, “Aku baik-baik saja. Ayo kita pulang,” ucap Lucas yang berjalan ke arah parkiran.“Tapi, Lucas. Kita baru tiba,” ucap Azalea dengan lesu.Mereka baru saja tiba-tiba beberapa menit yang lalu, namun belum sempat menikmati bunga-bunga yang tengah bermekaran itu. Lucas sudah mengajaknya untuk kembali.Lucas mendengus kesal saat mendengar Azalea merengek, “Kau tidak melihat keadaan ku, Hagh! Pergilah sendiri,” ucap Lucas dengan kesal.Ia langsung masuk mobil dan meninggalkan Azale
“Lucas? Sedang apa kau disini?”Elena menatap tidak percaya, saat ini dirinya sedang menikmati liburan akhir pekan bersama suaminya, Arion. Keduanya berada di sebuah taman bunga tulip yang terkenal di kota.Dan, hal yang tidak ia sangka adalah bertemu dengan Lucas. Pria itu berdiri dengan berani tak jauh darinya, sementara Arion tengah membeli makanan untuk Elena. Bahkan suaminya itu rela untuk mengantri demi membawakan makanan yang ia inginkan.Lucas semakin mendekat dan berdiri tak jauh dari Elena berada, “Mungkin kita memang jodoh, terus saja dipertemukan,” ucap Lucas sambil menaiki turunkan alisnya.Elena mendengus kesal dan membuang muka ke sembarang arah. Akan tetapi ia kemudian tersenyum, inilah kesempatan lain yang akan ia gunakan untuk membalaskan dendam selama ini pada Lucas. Pelan-pelan saja, tidak perlu terburu-buru.Elena berbalik menatap Lucas sambil tersenyum, membuat pria itu mengerutkan keningnya, “Ah, iya kau benar. Kita sepertinya memang jodoh,” ucap Elena dan mende
Elena benar-benar di buat terkejut dengan pemandangan di depannya, ruangan yang biasanya tersimpan banyak berkas di meja kini sudah berubah seketika.Gorden menutupi kaca-kaca besar itu, ada sebuah meja dengan lilin aroma dan bunga yang menghiasinya. Elena masih berdiri mematung, “Arion, ini—““Ayo, kita makan siang bersama,” ucap Arion sambil mengulurkan tangannya.Suasananya begitu temaran, bahkan Elena hampir lupa bahwa ini masih siang hari. Elena membalas uluran tangan sang suami, dan berjalan bersama pria itu.Arion menarik kursi untuk Elena duduk, memperlakukan lembut wanita itu layaknya seorang ratu. Senyuman bahkan terus terukir di wajah kakunya.Setelah memastikan Elena merasa nyaman, ia duduk di kursi yang ada di sebrang Elena. Berhadapan dengan istrinya, Arion menggenggam tangan mungil Elena.Hal itu membuat Elena mendongak menatap heran ke arahnya, “Maafkan aku, untuk yang kemarin. Aku tidak berniat membohongi mu, tapi aku lupa memberitahu mu,” ucap Arion pelan.Elena terd
“Apa yang masih bekerja di kediaman Mauren sekarang tak ada yang mengenal wanita ini?” Elena menggeleng pelan, ia tidak yakin mereka masih mengenal wanita yang ia cari, “Aku tidak kenal dengan para pelayan di rumah. Pengasuh ku yang dulu sudah pergi entah kemana,” jawab Elena dengan lesu.Dua hari telah berlalu, Elena telah menyelesaikan tugasnya di kota Gotham. Dan, sekarang mereka sedang dalam perjalanan pulang.Baru Elena akan memejamkan mata, merasa kantuk mulai mendera. Padahal matahari masih begitu terik, akan tetapi ia sudah mengantuk. Ponsel Elena berdering, membuatnya urung untuk memejamkan mata, “Arion?” gumam Elena.“Halo, Sayang...” sapa Arion dengan manja di balik telepon.Elena terkekeh pelan mendengar suara Arion yang begitu manja, sementara Vero yang mendengar nya menunjukkan ekspresi mual membuat Elena memukul kepalanya pelan.“Iya, kenapa Sayang?” balas Elena.“Kau pulang hari ini kan?” tanya Arion.Elena mengerutkan kening, merasa tidak biasanya Arion bertanya dem