“Hati-hati, Pah,” Tuan Damian tersenyum, ia berpamitan untuk pulang, “Jangan lupakan apa yang Papa katakan sebelumnya,” bisik Tuan Damian di telinga Arion.Arion hanya mengangguk, Tuan Damian masuk ke dalam mobil. Elena melambaikan tangan sebelum mobil yang di tumpangi ayah mertuanya pergi.Sedangkan Lucas, pria itu sudah Tuan Damian pulangkan ke kediaman utama saat pingsan tadi. Ia akan mengintrogasi cucu nya itu.Setelah mobil benar-benar menghilang dari pandangan mereka, Elena berbalik menatap wajah suaminya yang selalu datar dan melihat kedepan, “Kau mau mengantar ku?” tanya Elena sambil mendaratkan kecupan singkat di pipi sang suami.Arion tersenyum hangat di wajah kakunya, “Tentu, aku akan mengantarkan ratuku dengan selamat,” ucap Arion yang terdengar begitu manis.Elena terkekeh, “Kau sudah pandai menggoda, darimana kau belajar? Dari Noah atau Jeff?” seru Elena dengan menaik-turunkan alisnya.“Keduanya,” balas Arion yang semakin membuat Elena tergelak. Arion tersenyum melihat
“Kediaman Mauren?”Elena mengangguk mengiyakan, Vero berdiri dengan tatapan bingung. Menerka-nerka apa yang akan di lakukan Elena di sana.Elena mengesampingkan terlebih dahulu berkas yang baru saja Vio bawa, kemudian ia mengeluarkan laptop pribadinya, “Lihatlah ini,” seru Elena menunjukan sesuatu.Vero segera duduk di kursi yang ada di depan meja Elena, ia menarik laptop Elena yang menampilkan sebuah foto keluarga, “Ini foto keluarga besar Mauren bukan?” tebak Vero sambil menatap pada Elena.“Lihatlah, apa kau tahu latar belakang wanita ini?” tanya Elena sambil menunjuk seorang wanita yang tak ia kenal.Vero memperhatikan dengan seksama, kemudian ia menggelengkan kepalanya, “Aku tidak mengenalnya, jika yang lain aku kenal,” jawab Vero.Tentu saja Vero mengenal keluarga besar Mauren, semua potret kehidupan orang-orang itu mudah untuk di akses di internet sebab mereka terkenal dengan keahlian masing-masing.“Kau sudah mencari tahu di internet?” tanya Vero, matanya masih menatap lekat k
Setelah rapat selesai, Arion segera pergi menuju Rumah sakit. Dalam perjalanan hanya keheningan yang menemaninya, pikiran pria berwajah kaku itu kembali teringat ucapan ayahnya pagi ini.“Pah?” Arion segera menghampiri Tuan Damian yang sudah berdiri di depan kolam sepagi ini, bahkan jam baru menunjukkan pukul empat pagi.Tapi pria tua itu sudah duduk memandangi jernihnya air kolam yang terawat. Tuan Damian berbalik saat mendengar suara Arion yang memanggilnya, “Arion, kau sudah bangun,” Keduanya duduk di kursi yang ada di sana, “Seharusnya aku yang bertanya, kenapa Papa berdiri di sini sepagi ini?” tanya balik Arion.Tuan Damian tersenyum menghadapi pertanyaan Arion, “Papa hanya mengingat ibumu,” jawabannya dengan pandangan menerawang ke jauh ke depan.“Ibumu pasti senang karena akhirnya putra bungsunya sudah memiliki keluarga sendiri,” sambung Tuan Damian.Arion terdiam mendengarkan sang ayah berbicara, begitu jelas kerinduan terpancar di wajah keduanya. Wanita yang mereka pikirkan
“Yak! Arion Dominic!” pekik Noah sambil mengusap wajahnya yang terkena semburan air dari mulut Arion.Sementara Arion masih duduk terdiam, ia yang jarang berekspresi tapi di depan sahabatnya ini bebas berekspresi. Bahkan saking tak bisa menahan keterkejutan, Arion menyemburkan air yang baru saja ia minum tepat di wajah Noah.“Menjijikan!” umpat Noah dengan kesal.“Kau menyukai Azalea?” tanya Arion tidak percaya Dari sekian banyaknya wanita mengapa harus Azalea yang ingin Noah nikahi? Arion bahkan tahu jelas latar belakang wanita licik yang penuh dengan intrik itu.“Kau punya dendam bukan pada wanita itu karena selalu membahayakan istrimu?” tanya Noah membuat satu alis Arion terangkat.“Tenang saja. Aku menikahinya untuk membantu mu membalaskan dendam,” sambung Noah.Arion yang masih dalam keterkejutan hanya diam saja. Siang ini sesuai rencana sebelumnya, ia akan menjalani serangkaian tes kesehatan menyeluruh.Untuk mengetahui bagaimana perkembangan tubuhnya, dan untuk masalah Noah ia
“Mengapa anda bertanya hal itu lagi?” tanya Vero yang geram dengan pertanyaan Elena.Sementara Jeff hanya tersenyum saat melihat wajah tidak bersalah Elena. Sepertinya sang Nyonya sengaja bertanya demikian di depannya karena melihat hubungan mereka yang makin akrab.“Hey, tadi kau belum menjawab ku,” jawab Elena.“Kami tidak memiliki hubungan apapun, Nyonya. Hanya sebatas rekan kerja,” sahut Jeff memberikan jawaban.“Oh begitu,” balas Elena yang terdengar kecewa.Jeff terlihat biasa saja, tapi Elena bisa melihat raut wajah Vero yang berubah murung. Sepertinya wanita lajang itu menaruh hati pada asisten sang suami, namun sudah di tolak secara terang-terangan oleh pria yang ia suka.“Huh, sulit sekali cinta untuk mu ternyata, “ batin Elena menatap ke arah Vero.Sepanjang perjalanan menuju kediaman utama Mauren hening menemani mereka. Elena sibuk dengan ponselnya, Jeff fokus pada jalanan dan Vero larut dalam lamunan.Hingga suara Elena memecah keheningan yang terjadi di antara mereka, “K
“Dikabarkan ibu dari pimpinan grup Mauren telah tewas dengan keadaan gantung diri,” seru penyiar berita di setiap saluran televisi.Berita kematian Nyonya Lia yang ditemukan dalam keadaan gantung diri di kediaman utama begitu menggemparkan. Semua tidak menyangka wanita berpengaruh itu akan tewas dalam keadaan mengenaskan.Satu bulan yang lalu suaminya, Tuan Damian baru saja meninggal akibat serangan jantung. Banyak dugaan yang di lemparkan untuk melatarbelakangi terjadinya bunuh diri tersebut.“Arion! Lepaskan aku, ibuku meninggal!” jerit Elena di kamarnya.Dari luar Arion mengunci ruangan tersebut, seberapa keras Elena berteriak pria itu tetap menutup telinganya. Tak peduli dengan jeritan Elena yang mulai diikuti Isak tangis.“Lepaskan aku, aku ingin melihat ibuku untuk terakhir kalinya,” ucap Elena.Kini suara Elena sudah melemah, tiga jam lamanya ia berteriak dan terus menggedor pintu. Arion yang sudah terlampau emosi membiarkan istrinya terus berteriak tanpa ada rasa iba sedikitpu
Plak!Tamparan keras itu Elena berikan dan mendarat tepat di pipi Azalea. Terlihat wajahnya memerah dan terasa kebas, membuatnya tertunduk di depan Elena.Dada Elena naik-turun dengan napas tak beraturan, “Papa dan Mama keracunan, sedangkan kau sibuk dengan berkas-berkas itu? Dimana otak mu Hagh!” Pekik Elena.IGD yang ramai dengan pasien yang datang bergantian tak mengurungkan niat Elena untuk menyalurkan emosinya pada Azalea yang berdiri di depannya. Wanita itu hanya bisa terdiam saat mendapatkan tamparan keras dari Elena.“El, sudah. Ini rumah sakit,” ucap Vero pelan menenangkan.Azalea mengangkat wajah yang tertunduk untuk menatap Elena, ia masih diam dengan menatap dalam wajah kakaknya yang tengah marah. Ada alasan tersendiri bagi Azalea yang tidak bisa wanita itu katakan pada siapapun.“Jangan sombong, Kak. Kau bahkan tak berhak memarahiku,” seru Azalea dengan sorot mata penuh kebencian.Elena tertawa hambar menanggapi ucapan Azalea, ia tidak menyangka wanita licik ini akhirnya
“Ayo kita kembali,” Elena mengangguk, mereka berjalan kembali untuk melihat keadaan orangtuanya. Saat menuju instalasi gawat darurat dimana Jeff dan Azalea berada, netra Elena menangkap sosok yang begitu di kenalnya.Langkah ia percepat saat menyadari itu memanglah suaminya, “Itu Arion bukan?” tanya Elena pada Vero.Vero mengiyakan saat menyadari itu memanglah Ario, “Iya itu suami mu,” balas Vero.Ada pertanyaan besar yang muncul di kepala Elena saat melihat kehadiran suaminya itu, “Bukankah seharusnya Arion keluar kota?” batin Elena.Azalea yang melihat kehadiran Arion begitu tidak menyangka, dan bertepatan dengan itu ia melihat Elena yang berjalan mendekat. Ide licik muncul di kepalanya secara tiba-tiba.Dan ia langsung memeluk tubuh Arion dengan erat dan begitu mesra, membuat Elena menghentikan langkahnya sejenak saat melihat semua itu.Tangan Elena terkepal, sementara Azalea tersenyum bangga. Elena kembali mempercepat langkahnya, “Bukankah kau pergi ke luar kota?” seru Elena saat
“Dasar Elena, ternyata di sini dia menyimpannya,”Vero menemukan berkas yang ia cari sebelumnya di meja yang masih ada di ruangan Elena, setelah menuliskan data yang ia perlukan Vero segera menelepon Elena untuk memberikan kabar.Saat mendapatkan telepon dari Vero yang mengatakan bahwa ia sudah menemukan berkas itu, Elena merasa lega dan kembali menutup telepon.“Sudah ada?” tanya Arion, dan Elena mengangguk sebagai jawaban.Baru Elena akan bertanya lebih lanjut mengenai surat-surat rumah sakit yang ia temukan, Arion menyela ucapan Elena, “Aku harus kembali ke kantor, sekarang ada rapat penting,” pamit Arion.Sebelum pergi, ia tak lupa mengecup kening sang istri dan tersenyum, “Baiklah, hati-hati,” seru Elena sebelum Arion pergi.Setelah Arion pergi, Elena mencari keberadaan Bu Rah untuk menanyakan tentang surat rumah sakit itu. Elena yakin ada yang Arion sembunyikan dan membuat hatinya ada yang mengganjal, surat sebanyak itu tidak mungkin semuanya milik Jeff.Dan, untuk apa Jeff meny
Jeff dan Noah bernapas lega saat Arion membawa Elena menjauh dari sana, setelah beberapa saat mereka baru menyadari posisi mereka yang bisa saja membuat orang lain salah paham.Noah segera menjauh dari Jeff, dan pria itu segera membenarkan kembali pakaiannya yang terbuka, “Pulanglah, nanti aku akan mengantar Tuan ke rumah sakit, “ ucap Jeff sambil memalingkan wajahnya.Noah mengangguk dan keluar dari mobil menuju mobilnya sendiri, “Baiklah, aku pulang dulu,” pamit Noah sebelum pergi.Setelah Noah pergi, Jeff memutuskan untuk kembali ke kantor. Ia yakin Arion akan lama jika sudah bersama Elena, maka dari itu ia akan kembali sendiri.Di ruang kerja Arion, adegan panas itu harus terhenti karena suara perut Elena yang minta untuk segera diisi, “Kau belum makan?” tanya Arion.Wajah Elena bersemu merah menahan malu, ia mengangguk pelan membuat Arion segera menggendongnya ala anak koala, “Arion, turunkan aku,” seru Elena yang malu.Apalagi saat bertemu dengan Bu Rah dan beberapa pelayan ia s
“Iya, iya maafkan aku,”Noah berucap pelan, baru saja Jeff mengomel padanya kini disusul Arion yang ikut melakukan hal yang sama. Ini memang kecerobohan dirinya, tapi ia malas mendengar ocehan dua orang itu.Setelah mendengar perkataan Arion yang cukup panjang, Noah barulah mulai memeriksa Arion. Bukan pemeriksaan berat, ini hanya pemeriksaan sederhana seperti mengecek tekanan darah dan irama jantung.“Lagi pula mana kutahu Elena ada di rumah,” gumam Noah yang masih menggerutu.Sementara dua orang di hadapannya ini nampak tak peduli dengan keluhan Noah, membuat pria itu hanya bisa mendengus membuang napas kesal.Setelah Arion pergi menyusul Noah, Elena baru ingat bahwa makanan yang ia beli belum sama sekali ia sentuh. Ia lekas pergi ke dapur untuk memakannya, sebelum Arion kembali.“Dimana makanan ku?” tanya Elena pada diri sendiri yang tidak melihat keberadaan makanan nya.Dari arah belakang, Bu Rah datang dengan kepala tertunduk. Saat Elena berbalik dan melihatnya, ia mengerutkan ke
“Jika bukan karena uang aku malas datang kesini,” gerutu Noah.Ya, itu hanya gerutuan semata saja. Dalam hati kecilnya, ia ingin sang sahabat segera sembuh dan terbebas dari penyakitnya.Noah turun dari mobilnya, ia baru saja memarkirkan mobilnya di parkiran kediaman Arion. Lengkap dengan peralatan medis di tangannya, Noah segera melangkah untuk masuk.Akan tetapi, langkah Noah terhenti saat melihat mobil Elena yang terparkir, “Apa Elena ada di rumah?” tanya Noah pada diri sendiri.Tapi, ia kembali teringat dengan Arion yang tidak ingin Elena tahu masalah penyakitnya, mana mungkin wanita itu ada di rumah. Noah berpikir mungkin Elena bekerja di antar supir dan tidak membawa mobil.Ia kembali melangkahkan masuk, dan saat masuk Bu Rah menyambutnya. Bu Rah yang sudah tahu akan kedatangan Noah segera mempersilahkan pria itu untuk duduk, tak lupa ia juga menyajikan minuman untuk tamu tuannya.Sementara itu, Elena baru saja berganti pakaian dan keluar dari kamar. Dari lantai dua ia bisa meli
Hari libur yang singkat itu telah berlalu, semua orang sudah disibukkan kembali dengan pekerjaan mereka. Begitu pula dengan Elena, sejak pagi ia sudah berkutat dengan layar di depannya dan menghadiri berbagai rapat.Saat ini ia tengah fokus dengan semua berkas yang perlu di tandatangani, namun fokusnya teralihkan saat ada seorang yang masuk.Wanita lajang yang hampir setiap hari berada di sisinya itu masuk dengan membawa laptop di tangannya, “El, berkas tentang ibumu itu kau ada menyimpan nya? Aku butuh untuk mencocokan dengan data ini, sebelumnya aku lupa membuat salinan,” seru Vero.Elena terdiam, mengingat-ingat sejenak sambil jari telunjuknya mengetuk-ngetuk meja, “ Aku lupa, sepertinya aku menyimpan di sini,” ucap Elena.Ia kemudian membuka satu persatu laci yang ada di sekitarnya, kiranya ia menyimpan berkas yang Vero cari. Akan tetapi nihil, sepertinya berkas itu tak ada di ruangan Elena.Vero ikut membantu mencarinya, setelah beberapa saat mereka masih belum menemukan tumpukan
“Kau darimana? Apa yang terjadi padamu,” tanya Azalea dengan khawatir saat melihat keadaan Lucas.Lucas datang ke taman tersebut tak sendirian, ia sudah tahu rencana Elena dan Arion yang akan jalan-jalan kesana. Hingga dengan sengaja ia mengajak Azalea untuk berjalan-jalan kesana.Azalea begitu khawatir saat melihat Lucas kembali dengan kesakitan dan memegangi perutnya, sebelumnya pria itu pergi untuk membelikan ice cream untuk Azalea.Lucas menghindar dan menggeleng saat Azalea akan memegang wajahnya yang lebam, “Aku baik-baik saja. Ayo kita pulang,” ucap Lucas yang berjalan ke arah parkiran.“Tapi, Lucas. Kita baru tiba,” ucap Azalea dengan lesu.Mereka baru saja tiba-tiba beberapa menit yang lalu, namun belum sempat menikmati bunga-bunga yang tengah bermekaran itu. Lucas sudah mengajaknya untuk kembali.Lucas mendengus kesal saat mendengar Azalea merengek, “Kau tidak melihat keadaan ku, Hagh! Pergilah sendiri,” ucap Lucas dengan kesal.Ia langsung masuk mobil dan meninggalkan Azale
“Lucas? Sedang apa kau disini?”Elena menatap tidak percaya, saat ini dirinya sedang menikmati liburan akhir pekan bersama suaminya, Arion. Keduanya berada di sebuah taman bunga tulip yang terkenal di kota.Dan, hal yang tidak ia sangka adalah bertemu dengan Lucas. Pria itu berdiri dengan berani tak jauh darinya, sementara Arion tengah membeli makanan untuk Elena. Bahkan suaminya itu rela untuk mengantri demi membawakan makanan yang ia inginkan.Lucas semakin mendekat dan berdiri tak jauh dari Elena berada, “Mungkin kita memang jodoh, terus saja dipertemukan,” ucap Lucas sambil menaiki turunkan alisnya.Elena mendengus kesal dan membuang muka ke sembarang arah. Akan tetapi ia kemudian tersenyum, inilah kesempatan lain yang akan ia gunakan untuk membalaskan dendam selama ini pada Lucas. Pelan-pelan saja, tidak perlu terburu-buru.Elena berbalik menatap Lucas sambil tersenyum, membuat pria itu mengerutkan keningnya, “Ah, iya kau benar. Kita sepertinya memang jodoh,” ucap Elena dan mende
Elena benar-benar di buat terkejut dengan pemandangan di depannya, ruangan yang biasanya tersimpan banyak berkas di meja kini sudah berubah seketika.Gorden menutupi kaca-kaca besar itu, ada sebuah meja dengan lilin aroma dan bunga yang menghiasinya. Elena masih berdiri mematung, “Arion, ini—““Ayo, kita makan siang bersama,” ucap Arion sambil mengulurkan tangannya.Suasananya begitu temaran, bahkan Elena hampir lupa bahwa ini masih siang hari. Elena membalas uluran tangan sang suami, dan berjalan bersama pria itu.Arion menarik kursi untuk Elena duduk, memperlakukan lembut wanita itu layaknya seorang ratu. Senyuman bahkan terus terukir di wajah kakunya.Setelah memastikan Elena merasa nyaman, ia duduk di kursi yang ada di sebrang Elena. Berhadapan dengan istrinya, Arion menggenggam tangan mungil Elena.Hal itu membuat Elena mendongak menatap heran ke arahnya, “Maafkan aku, untuk yang kemarin. Aku tidak berniat membohongi mu, tapi aku lupa memberitahu mu,” ucap Arion pelan.Elena terd
“Apa yang masih bekerja di kediaman Mauren sekarang tak ada yang mengenal wanita ini?” Elena menggeleng pelan, ia tidak yakin mereka masih mengenal wanita yang ia cari, “Aku tidak kenal dengan para pelayan di rumah. Pengasuh ku yang dulu sudah pergi entah kemana,” jawab Elena dengan lesu.Dua hari telah berlalu, Elena telah menyelesaikan tugasnya di kota Gotham. Dan, sekarang mereka sedang dalam perjalanan pulang.Baru Elena akan memejamkan mata, merasa kantuk mulai mendera. Padahal matahari masih begitu terik, akan tetapi ia sudah mengantuk. Ponsel Elena berdering, membuatnya urung untuk memejamkan mata, “Arion?” gumam Elena.“Halo, Sayang...” sapa Arion dengan manja di balik telepon.Elena terkekeh pelan mendengar suara Arion yang begitu manja, sementara Vero yang mendengar nya menunjukkan ekspresi mual membuat Elena memukul kepalanya pelan.“Iya, kenapa Sayang?” balas Elena.“Kau pulang hari ini kan?” tanya Arion.Elena mengerutkan kening, merasa tidak biasanya Arion bertanya dem